• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Tari Srandul Di Desa Kedungombo Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah Th.2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Budaya Tari Srandul Di Desa Kedungombo Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah Th.2014."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM BUDAYA TARI

SRANDUL DI DESA KEDUNGOMBO BATURETNO

KABUPATEN WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH TH.

2014

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Zakiyatun Muflikhah NIM: G000100120 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4434

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)

ABSTRAK

Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi

Jawa Tengah Th. 2014 ZAKIYATUN MUFLIKHAH

G000100120

Kesenian srandul termasuk jenis drama tari yang berasal dari Wonogiri. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan dan memberikan tekanan pada unsur kesakralan ritual dan hiburan. Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, merupakan desa yang masih melestarikan tarian tersebut. Setiap pementasan tari Srandul, terbukti selalu mendapatkan perhatian masyarakat, hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Desa Kedungombo merupakan daerah yang letaknya berada di pinggiran wilayah Kecamatan Baturetno sehingga jauh dari berbagai macam bentuk hiburan. Melihat hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti nilai-nilai pendidikan islam yang ada dalam tari Srandul.

Permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah th. 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam budaya tari Srandul. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Yang menjadi subyek penelitian yaitu kepala desa, pemilik dan penari tari Srandul.

Metode penelitian dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode analisis data tertata dalam situs untuk diskripsi. Data yang diperoleh dari lapangan akan diolah dengan cara mengumpulkan semua data yang ada.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, mendapatkan data bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah antara lain tentang ajaran hormat menghormati orang lain, kewajiban memohon kepada Allah SWT, kewajiban menikah bagi yang sudah dewasa, larangan hubungan di luar pernikahan, larangan perbuatan merusak diri, ajaran hidup rukun, larangan perselingkuhan dan poligami, larangan perbuatan mengejek dan mencemooh, hukuman bagi orang yang berbuat dosa, pertobatan, dan kebebasan hidup.

(4)

PENDAHULUAN

Perkembangan kesenian Islam mengalami proses penyesuaian atau percampuran dengan kesenian setempat yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sebelum kedatangan Islam. Kesenian yang berkembang yaitu seni bangunan, seni pahat, kaligrafi, seni musik, seni sastra, dan lain-lain. Seni bangunan dapat kita lihat pada bentuk bangunan keraton dan bangunan masjid.

Seni musik merupakan salah satu bidang kesenian yang tidak luput dari pengaruh budaya Islam. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya kesenian musik seperti terbangan, qasidah, gambus, yang berkembang di daerah Jawa dan Sumatra. Jelas sekali bahwa

jenis-jenis musik yang disebutkan di atas tidak pernah dikenal sebelumnya pada masa pra-Islam.

(5)

permainan debus dan Seudati (Aceh).

Dalam berbagai sudut pandang masyarakat, Srandul dapat diartikan dengan berbagai pengertian yang berbeda namun pada umumnya intinya sama. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional kerakyatan yang menampilkan kisah-kisah yang berhubungan dengan persoalan-persoalan pertanian, persoalan kesuburan, kemakmuran, wabah, dan bencana. Srandul dapat dimanfaatkan di berbagai kesempatan, antara lain: pementasan, upacara-upacara yang berkenaan dengan pertanian dengan durasi waktu sampai semalam suntuk dalam beberapa episode. Kesenian ini memberikan tekanan pada

unsur kesakralan ritual dan hiburan.

Di Kabupaten Wonogiri tepatnya di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, tari Srandul merupakan yang masih tetap dilestarikan, setiap pementasan tari Srandul, terbukti selalu mendapatkan perhatian masyarakat, hal ini dapat dimaklumi karena masyarakat Desa Kedungombo merupakan daerah yang letaknya berada di pinggiran wilayah Kecamatan Baturetno sehingga jauh dari berbagai macam bentuk hiburan.

(6)

budaya tari srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari

Srandul di Desa

Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya tari

Srandul di Desa

Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

Ada beberapa

penelitian terdahulu yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian ini antara lain: 1. Jurnal Istiqro’ volume 06,

oleh Ahidul Asror tentang Ritual Islam Tradisional

Rekonstruksi Nilai Lokal

dan Proses

(7)

Islam santri tradisional. Ini sebagai pluralisme Islam dalam skala mikro yang tentu tidak boleh dikonotasikan,

direndahkan/sebagau sesuatu yang mengada-ada.

2. Jurnal Kependidikan Islam volume 1, nomor 2, Agustus 2003-Januari 2004 oleh Abdul Munir Mulkhar tentang

Kecerdasan Ma’rifat dan

Revolusi Spiritual dalam

Tradisi Sufi yang berisi

tentang model pendekatan pendidikan Islam menggunakan maqomat sebagai tahapan-tahapan pengembangan

kepribadian dan kecerdasan. Dengan

model ini pendidikan bisa dipahami secara menyeluruh, artinya pendidikan dapat tercapai dari 3 aspek: kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Purwadi. (2005), dalam

bukunya yang berjudul Upacara Tradisional

Jawa mengatakan bahwa

disamping pendidikan formal dan nonformal tersebut, ada suatu bentuk sarana sosialisasi bagi warga masyarakat tradisional khususnya, yang disebut upacara tradisional.

(8)

salah satu fungsinya adalah penguat norma-norma, serta nilai-nilai budaya yang telah berlaku turun temurun.

4. Hadi, Sumandyo. (2006), dalam bukunya yang berjudul Seni dalam

Ritual Agama

mengatakan bahwa kebudayaan sendiri dari pandangan antropologi dideskripsikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Dari beberapa penelitian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

belum ada yang membahas tentang judul yang penulis gunakan, dan ini membuat penulis menjadikan budaya tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi penelitian dan pengurus Tari Srandul sebagai objek penelitian ini merupakan penelitian asli.

METODE PENELITIAN

(9)

suatu latar yang berkonteks khusus.

Digunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan karakteristik nilai-nilai pendidikan dalam budaya tari srandul dan berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta bagan gambar.

Dalam penelitian ini dilakukan observasi berperan serta, yaitu

dengan cara mendatangi peristiwanya, kehadiran peneliti di lokasi sudah menunjukkan peran yang paling pasif. Kegiatan observasi dimaksudkan untuk mengamati dan mencatat semua peristiwa terkait dengan nilai-nilai pendidikan dalam budaya Tari Srandul di Desa Kedungombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah.

2. Wawancara Mendalam

(10)

di Desa Kedungombo secara langsung.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang berupa dokumentasi bisa berbentuk pencatatan, gambar atau film. Pencatatan yang dilakukan bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.1

Adapun data dokumentasi yang penulis dapatkan diantaranya: catatan pengurus, foto-foto, dan lain-lain.

Setelah data

terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm. 72

menganalisis data untuk memperoleh kesimpulan. Dalam menganalisis data tersebut, penulis menggunakan metode analisis data deduktif. Deduktif merupakan metode yang menggunakan logika untuk menarik kesimpulan berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.

(11)

tersedia dari berbagai sumber, setelah data terkumpul dan dipelajari maka langkah selanjutnya adalah mereduksi data atau memilah-milah data dan membuang yang tidak perlu. Yang selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data adalah kegiatan berupa menyajikan berbagai informasi yang diperoleh dari reduksi data, disusun secara sistematis sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penggambaran Tari Srandul di Desa Kedungombo

Srandul sebagai salah satu kesenian tradisional

rakyat, bentuk

pertunjukkannya merupakan perpaduan antara gerak, tembang, gendhing dan dialog. Gerak yang digunakan dalam Srandul sederhana, cenderung spontanitas dan ada unsur gevulan. Pemain Srandul berjumlah 30 orang, yaitu 13 orang sebagai penari. Adapun penabuh iringan berjumlah 11 orang dan 5 orang sebagai pengerong dan 1 orang wanita sebagai penyanyi Campur Sari. a. Tahap Persiapan

(12)

untuk membicarakan rencana pementasan serta pembagian tugas dalam pelaksanaan pentas. Musyawarah dilakukan kurang lebih satu minggu sebelum pementasan. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, para pengurus dan anggota kesenian srandul juga dibantu oleh masyarakat Kedungombo, Kecamatan Baturetno. Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Marsih2 mengemukakan sebagai berikut:

Sebelum pementasan para pengurus mengadakan musyawarah dengan para pemain untuk menjadwalkan persiapan-persiapan yang diperlukan dan rencana latihan. Selain itu karena persiapan cukup banyak, maka ketua kelompok tani melakukan koordinasi dengan warga masyarakat, sehingga

2

Wawancara dengan Marsih, 4 Maret 2014

pertunjukan tari nantinya dapat berjalan dengan lancar.

(13)

dilanjutkan pementasan Srandul.

b. Tahap Pementasan Pelaksanaan

pementasan tari srandul selalu diiringi dengan musik. Musik iringan mempunyai peranan penting dalam kesenian Srandul karena musik iringan merupakan kesatuan yang tidak dipisahkan pada sebuah sajian atau pertunjukan. Musik iringan yang digunakan pada pementasan kesenian Srandul berasal dari dua sumber suara yaitu, suara yang dihasilkan oleh alat musik dan suara yang dihasilkan oleh manusia (vokal).

Menurut Sanusi3 diketahui bahwa kesenian Srandul dalam mengawali pertunjukan menggunakan tetabuhan dengan tujuan mengundang perhatian masyarakat di sekitar dan sebagai pertanda bahwa pertunjukan Srandul akan segera dimulai. Tabuhan tersebut menggunakan gendhing dolanan seperti lir-ilir.

Setelah semua persiapan dianggap cukup, pementasan dilakukan. Pementasan kesenian Srandul dilakukan dalam 12 adegan yang dalam setiap adegannya memiliki arti tersendiri.

Sebagai contoh penulis akan menuliskan beberapa adegan sebagai berikut.

Pada adegan I, semua penari naik ke atas panggung

3

(14)

diperkenalkan satu persatu dilanjutkan dengan memberikan penghormatan kepada setiap

penonton dengan

membungkukkan badan pada penonton sambil kedua tangan seperti menyembah. Hal ini dimaksudkan agar kita sama-sama menghormati orang lain, walaupun orang lain itu terdiri dari berbagai macam karakter.

Pada adegan I ini di tampilkan para penari tentang menghormati penonton, hal demikian merupakan tindakan yang dilakukan sebagai kebiasaan penari. Sementara itu nilai-nilai pendidikan Islam yang di paparkan pada bab II hal. 7 yang menjelaskan tentang pengertian Syariah. Syariah merupakan sistem (norma) yang mengatur hubungan manusia

dengan Allah swt dengan sesama manusia dan makhluk lainnya. Dalam Islam menghormati oranglain tidak harus dengan membungkukkan badan, tetapi dengan menghargai eksistensi oranglain sudah menunjukkan bahwa kita menghormatinya. Oleh karena itu apa yang dilakukan para penari Srandul tidak sesuai dengan syariat Islam.

(15)

hubungan yang mengatur manusia dengan Allah swt dengan sesama manusia dan makhluk lainnya seperti yang sudah di jelaskan pada bab II hal. 7. Sedangkan pernyataan

“memuja yang Maha Kuasa” itu

menyimpang dari ajaran Islam, karena kita umat Islam di wajibkan menyembah hanya kepada Allah swt. Jika di kaitkan dengan teori bab II hal. 7 yang menjelaskan tentang rukun iman, maka pada adegan II ini tidak ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam.

Adegan III, yaitu adegan Semut Rambut, sesuai dengan namanya Semut Rambut memiliki karakter yang mau menang sendiri, pada adegan III ini menurut Rejo Darmanto mempunyai makna bahwa di

dunia ini, walaupun satu bapak satu itu tetapi ada pula di antara keluarga yang mau menang sendiri, hal ini seperti digambarkan pada karakter Semut Rambut, yang tentunya dalam ajaran Islam hal ini tidak dibenarkan.

(16)

lebih menonjolkan pada nilai kemanusiaan.

Adegan IV, adegan Duhsimak yang menggambarkan anak yang sedang menginjak dewasa, yang minta dinikahkan, dalam ajaran Islam menikahkan anak yang sudah menginjak dewasa adalah merupakan suatu kewajiban. Pada adegan IV ini ditampilkan tentang anak yang menginjak dewasa yang minta dinikahkan. Pada adegan ini ditampilkan anak yang menginjak dewasa yang minta dinikahkan. Hal demikian memang dibenarkan dalam Islam tetapi penggambaran dalam adegan IV ini tidak ditemukan nilai-nilai pendidikan Islam yang sesuai dengan teori pada bab II tentang mendidik anak yang terdapat pada hal. 8 dan hal. 10

yang tercantum dalam surat Luqman ayat 13-19.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari deskripsi yang sudah di jelaskan, tari srandul adalah suatu tarian yang muncul dari masyarakat khususnya para petani yang kemudian di jadikan sebuah tontonan masyarakat. Tembangnya berisi tentang gambaran kehidupan masyarakat yang di dalamnya mengandung suatu amanah.

(17)

ajaran hormat menghormati orang lain, kewajiban memohon kepada Allah SWT, kewajiban menikah bagi yang sudah dewasa, larangan hubungan di luar pernikahan, larangan perbuatan merusak diri, ajaran hidup rukun, larangan perselingkuhan dan poligami, larangan perbuatan suka mengejek dan mencemooh, hukuman bagi orang yang berbuat dosa, pertobatan, dan kebebasan hidup.

B. Saran

Karena kurangnya nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tari Srandul, disarankan agar tari Srandul khususnya di daerah Kabupaten Wonogiri agar lebih diperhatikan.

Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri

disarankan untuk

memprakarsai pelestarian tari Srandul dengan memberikan kemudahan dan berbagai fasilitas untuk perkembangan tari Srandul dan menghindari kepunahan regenerasi tari Srandul.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An Nahlawi. 2004. Pendidikan Islam di Rumah,

Sekolah, dan Masyarakat.

Jakarta: Gema Insani.

Arifin Muzayyin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Edisi Revisi IV.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. BAPPEDA (Badan Perencanaan

(18)

Wonogiri Dalam Angka 2013.

Wonigiri: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

Hadi, Sumandyo. 2006. Seni Dalam Ritual Agama. Yogyakarta:

Buku Pustaka.

Hafid. 2009. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan

Modernitas. Salatiga: STAIN

Prss.

Iwan. 2010. Srandul. (http://wazana-wazana.blogspot.com/2010/12/ srandul.html), diakses pada tanggal 31 Maret 2014

M. Anis Matta. 2006. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta:

Al-I’tison Cahaya Umat.

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya

mengefektifkan pendidikan

agama Islam di sekolah.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pencahayaan pada bangunan sebagian besar dilakukan dengan cara memanfaatkan cahaya matahari kedalam bangunan, memanfaatkan cahaya matahari ini menggunakan bukaan

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Lactobacillus Plantarum 1a5 serta aktivitas antimikrobanya terhadap bakteri patogen. Institur

PADA JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 kV YANG DISUPLAI DARI GARDU INDUK MARIANA..

Solusi terbaiknya adalah disimpan pada toko buah dan sayuran yang menyediakan sistem pendinginan yang komplit seperti yang ada di mall-mall kota besar, sedangkan

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan penelitian

Tanggal Distribusi Saham secara Elektronik 09 Desember 2013 Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan 09 Desember 2013 Tanggal Pencatatan Saham dan Waran pada Bursa 10 Desember 2013

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam sehubungan faktor pendukung pemenangan caleg perempuan Partai Golkar