• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Karya seni tidak hanya berbentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Karya seni tidak hanya berbentuk"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seni merupakan wujud dari perilaku manusia untuk menyatakan gagasannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karya seni tidak hanya berbentuk gerak, suara maupun rupa. Termasuk di dalam seni rupa antara lain pula karya seni rupa yang berwujud lukisan, pahatan, serta ukiran. Ketiga jenis karya seni rupa tersebut ada yang sifatnya bergerak (mobiliary art), ada yang tidak bergerak. Karya seni rupa yang tidak bergerak antara lain berupa lukisan, pahatan serta ukiran yang langsung diterakan pada dinding-dinding permanen berukuran besar sebagai bidang-bidang hiasan. Salah satu Media yang pertama kali digunakan sebagai tempat menerakan lukisan (painting), maupun goresan (engraving) adalah dinding gua serta dinding ceruk (Kosasih, 1987). Karya seni rupa tersebut umumnya disebut sebagai seni cadas.

Budaya menetap dimulai pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Pada awalnya, manusia memanfaatkan gua-gua dan ceruk sebagai huniannya. Dengan dimulainya hidup secara menetap, mereka memiliki banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya. Kegiatan tersebut salah satunya adalah membuat lukisan serta goresan pada dinding gua atau ceruk tempat tinggalnya (Howell, 1982).

Morfologi gua yang digunakan sebagai media lukisan ada bermacam-macam, salah satunya adalah gua yang berbentuk lorong. Umumnya gua yang berbentuk

(2)

lorong merupakan gua yang relatif sulit dijangkau. Kemampuan akan penjelajahan gua ini merupakan suatu kelebihan yang harus dimiliki oleh masyarakat yang membuat lukisan tersebut. Bagian-bagian yang sulit dijangkau merupakan bagian yang jarang dikujungi. Bagian tersebut hanya didatangi jika masyarakat pendukung kebudayaan tersebut ingin membuat lukisan (Leroi Gourhan, 1982).

Pemilihan gua sebagai tempat hunian ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan yaitu kelayakan penghunian (occupation feasibility). Faktor ini berkaitan dengan morfologi dan dimensi gua, sirkulasi udara, intesitas cahaya, kelembaban gua, kerataan dan kekeringan sedimen permukaan gua dan kelonggaran untuk bergerak (Yuwono, 2005).

Motif objek yang digambarkan dalam wujud seni cadas dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni motif figuratif dan non-figuratif. Motif figuratif adalah motif yang digambarkan menyerupai objek bernyawa yang ada di kehidupan manusia. Adapun motif figuratif yang digambarkan antara lain seperti motif manusia, hewan, dan tumbuhan. Motif non-figuratif ialah motif yang menggambarkan benda-benda yang dibuat oleh manusia seperti perahu, rumah dan motif geometris seperti lingkaran, garis-garis, segitiga, melengkung dan sejenisnya (Jo, 2006).

Teknik pembuatan seni cadas yang diketahui hingga saat ini terbagi menjadi dua, yaitu teknik gores dan teknik lukis. Teknik gores dilakukan dengan cara mengubah motif permukaan cadas, baik dengan cara mengupas permukaan cadas, maupun menorehkan benda tajam ke permukaan dinding batuan, baik secara langsung atau menggunakan alat pemukul dengan cara dipahatkan. Sementara

(3)

teknik lukis dikerjakan dengan menambahkan bahan pigmen basah maupun pigmen kering, sehingga menghasilkan objek yang berupa gambar. Jenis teknik lukis juga dapat dibagi lagi menjadi teknik semprot, teknik kuas, dan teknik cap/stensil.

Adanya berbagai macam teknik dalam pembuatan seni cadas ini menunjukkan bahwa masyarakat pendukungnya bukan semata-mata masyarakat primitif, melainkan mereka sudah memiliki nilai-nilai keindahan dan keteraturan dalam mengekspresikan gagasannya (Arifin, 1992).

Dalam teknik lukis, warna lukisan yang umumnya ditemukan adalah warna cokelat, merah, hitam dan putih. Meskipun demikian, ada kemungkinan terjadinya perubahan warna akibat faktor umur serta proses-proses yang sifatnya alamiah seperti suhu, iklim, kelembaban dan lingkungan. Pengaruh ini sangat besar terhadap warna-warna tersebut, sehingga dapat menimbulkan perubahan warna, misalnya menjadi hijau, biru, kelabu atau kuning.

Penentuan tipe dari seni cadas prasejarah dapat dilihat dari atribut motif yang terbagi menjadi tiga yaitu wujud, gaya dan teknik. Dalam jenis atribut wujud terdapat kelompok bagian, orientasi, sisi, jumlah dan ukuran. Sementara untuk atribut gaya terdapat kelompok warna gambar. Atribut teknik ada yang digunakan stencil, impiring, printing dan drawing (R. Cecep Eka Permana, 2014).

Manusia mulai mengenal lukisan diperkirakan muncul sekitar 40.000 tahun yang lalu. Seni cadas tersebut merupakan yang tertua dari hasil penelitian terbaru.

Lukisan ini ditemukan di Sulawesi Selatan, yakni di Leang Bulu Sipong 4 yang berupa gambar binatang seperti spesies kerbau kecil yang disebut anoa, babi liar dan terdapat lukisan manusia (Callaway, 2019). Selain di Sulawesi terdapat juga di

(4)

Pulau Kalimantan yaitu di Kawasan Sangkulirang-Mangkalihat. Sebelumnya, seni cadas tertua diyakini berusia sekitar dari 37.000 tahun yang lalu yang terdapat di beberapa situs prasejarah Eropa. Beberapa situs tersebut yaitu Gua Lascaux dan Gua Chauvet di Perancis serta Gua El Castillo di Spanyol. Gua Lascaux ditemukan pada tahun 1940 dan memiliki seni cadas berupa binatang yang berumur 17.000 tahun yang lalu. Selain gua ini terdapat juga seni cadas berupa hewan dan simbol bergaya yaitu di gua Chauvet dan El Castillo. Beberapa lukisan tersebut merupakan lukisan yang paling terkenal di dunia sampai saat ini (Howell, 1982).

Lukisan gua di Indonesia ditemukan di Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Papua dan di Sumatera (Lihat peta 1.1) . Lukisan tertua di Indonesia dan tertua didunia terdapat di Sulawesi Selatan dan Kalimantan yaitu terdapat di situs Leang Bulu’

Sipong Sulawesi Selatan dengan ditemukan penggambaran figur pemburu dalam motif setengah manusia dan setengah hewan (therianthropes) yang sedang berburu hewan mamalia besar dengan menggunakan tombak maupun tali. Lukisan ini berusia antara 35.100 sampai 43.900 tahun lalu penanggalan radiocarbon yang dilakukan oleh University of Queensland’s Radiogenic Isotope Facility yang bekerja sama dengan University Griffith (“Gambar Figuratif Perburuan Tertua Pada Gambar Cadas di Nusantara,” 2019). Seni cadas yang terdapat di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat Kalimantan Timur berupa ribuan penggambaran tangan manusia (stensil), hewan, simbol-simbol abstrak dan motif-motif yang saling berhubungan. Seni cadas dengan gambar seekor hewan berusia 40.000 tahun yang lalu dan gambar tapak tangan berusia 52.000 hingga 40.000 merupakan seni cadas

(5)

yang pertama kali muncul (“Penemuan Lukisan Figuratif Tertua Di Dunia Pada Gambar Cadas Di Kalimantan Timur,” 2018).

Lukisan dari Sulawesi Selatan khususnya di kompleks Maros, terdiri dari dua macam objek yaitu lukisan babi atau babi-rusa dan cap tangan (negative hand- stencils), dengan menggunakan warna tunggal merah. Warna merah menurut

beberapa peneliti dianggap sebagai warna yang memiliki kekuatan gaib atau disamakan dengan warna darah yang mengandung unsure-unsur kehidupan. Selain itu, warna merah juga diperkirakan sebagai warna yang pertama kali digunakan oleh para pelukis masa lampau (Kosasih, 1987).

Seni cadas yang ditemukan di Sumatera terdapat pada Situs Gua Harimau (Sumatera Selatan), Bukit Bulan (Sarolangun, Provinsi Jambi) dan Batu Baurek, Gua Lida Ajer, dan Gua Tompok Syohihah I (Sumatera Barat). Temuan seni cadas Gua Harimau tepatnya berada di gugusan karst Bindu, Ogan Kumering Ulu pertama

Peta 1 1 Sebaran Kawasan Cadas Di Nusantara (Diolah Oleh Karina Arifin Dan Delanghe) (Pola Gambar Cadas Disitus Gua Harimau,Pindi Dan Adhi)

(6)

kali ditemukan pada tahun 2009 oleh peneliti Arkenas yaitu E. Wahyu Saptomo menemukan tujuh motif bagian dinding timur gua dan tahun 2010 Pindi Setiawan menemukan seni cadas pada dinding gua bagian timur dan bagian barat sebanyak 25 motif yang umumnya berbentuk geometris menggunakan kuasan jari dan alat runcing dengan warna cadas berwarna merah gelap atau coklat gelap (Oktaviana &

Setiawan, 2014). Seni cadas pada Bukit Bulan terdapat di kawasan karst Bukit Bulan yang pertama kali dikunjungi dalam rangka penelitian oleh Balai Arkeologi Sumatera Selatan yang diketuai oleh M. Ruly Fauzi pada tahun 2015. Seni cadas yang ditemukan berada pada situs Gua Sungai Lului dan Gua Kerbau 1 yaitu motif cadas berbentuk figuratif dan non-figuratif . Pada tahun 2017 tim Balar Sumsel menemukan seni cadas yang berasal dari situs Gua Kandang Kerbau 3, Gua Lumut, Gua Aur Duri, Gua Kasai, dan Ceruk Pondok Batu. Motif yang ditemukan pada kelima situs ini sama dengan ditemukan seni cadas pada tahun 2015. Motif figuratif yang ditemukan pada situs berbentuk seperti manusia, hewan dan sarang lebah, sedangkan motif non-figuratif yang ditemukan motif geometris, garis dan lingkaran. Berdasarkan penelitian Tim Balar Sumsel ditemukan 61 seni cadas yang terdapat di wilayah Bukit Bulan yang sebagian besar 75% merupakan gambar non- figuratif dan 15 atau 26% merupakan gambar figuratif (Ruly Fauzi Dkk, 2017).

Penelitian mengenai lukisan prasejarah yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat masih sangat terbatas. Di Ceruk Ceruk Batu Basurek, Situs Lida Ajer dan Situs Tompok Syohihah I belum ada penelitian secara spesifik membahas mengenai tinggalan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, seni cadas yang terdapat di Ceruk Batu Basurek, Gua

(7)

Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I memiliki perbedaan yang signifikan dan ada beberapa gambar yang mirip diantara tiga situs tersebut. Perbedaan tersebut teletak pada motif dan warna, warna yang digunakan dalam menggambarkan motif seni cadas berwarna putih dan hitam. Untuk itu perlu adanya penelitian yang lebih lanjut mengingat seni cadas merupakan tinggalan arkeologi yang dapat memberikan gambaran kehidupan masa lampau dalam berbagai aspek baik secara estetika maupun teknologi.

Seni cadas yang ditemukan di Sumatera Barat terdapat di beberapa gua maupun ceruk yaitu di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Limapuluh Kota dengan motif seni cadas berupa antropomorfik dan geometris. Motif antropomorfik yang ditemukan berupa manusia kangkang, binatang dan motif geometris yang ditemukan berupa lingkaran dan lain-lain. Seni cadas yang ditemukan memiliki motif antropomorfik yang beragam dan memiliki warna yang dominan putih dan ada beberapa motif berwarna hitam. Motif seni cadas yang ditemukan di Sumatera Barat hanya ditemukan di 3 gua yang dominan ditemukan adalah motif antropomorfik dengan bentuk manusia yang sedang menganggkang. Bentuk manusia mengangkang ditemukan di 3 gua yang terdapat di Sumatera Barat membuat penulis memilih judul skripsi

“Tipologi Seni Cadas Di Gua-Gua Prasejarah Sumatera Barat” untuk mengetahui bagaimana motif dan tipe-tipe seni cadas yang terdapat di wilayah Sumatera Barat khususnya di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

(8)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini akan mengajukan dua rumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana motif, letak, teknik dan warna seni cadas prasejarah di Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I ?

2. Bagaimana tipologi seni cadas di Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan wawasan arkeologi terutama pada masa prasejarah, khususnya seni cadas prasejarah yang terdapat di gua-gua di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian diharapkan dapat menjelaskan keanekaragaman seni cadas prasejarah yang terdapat di gua-gua Sumatera Barat.

2. Menjelaskan motif dan tipe seni cadas prasejarah yang terdapat di gua-gua dan ceruk di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota .

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian diuraikan menjadi tiga manfaat, sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

(9)

1. Menambah wawasan penulis mengenai keragaman lukisan prasejarah yang terdapat di gua dan ceruk di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Menambah pemahaman tentang motif dan tipologi lukisan prasejarah Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

3. Memberikan pengalaman untuk pembelajaran ke depan, supaya lebih baik dalam menghadapi masalah.

1.1.2 Manfaat Bagi Instansi

1. Sebagai sumber data baru dalam penelitian arkeologi dan tambahan data bagi instansi yang terkait.

2. Penelitian ini memberikan masukan mengenai seni cadas di Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.1.3 Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

1. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas, terutama tentang seni cadas prasejarah di wilayah Sumatera Barat khususnya di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Sebagai rujukan bagi ilmu-ilmu yang lain untuk melakukan penelitian terkait dengan topik kajian ini.

3. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan/masukan bagi ilmu pendidikan terutama sejarah, antropologi dan arkeologi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(10)

Penelitian ini dilakukan di gua-gua prasejarah yang berada di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Kriteria gua yang dijadikan objek penelitian yaitu memiliki lukisan seni cadas khususnya lukisan seni cadas dengan karekteristik seni cadas prasejarah. Berdasarkan hal itu maka gua-gua yang diteliti antara lain adalah Ceruk Batu Basurek yang berada di Nagari Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo, dan Gua Lida Ajer yang berada di Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu juga Gua Tompok Syohihah I yang berada di Situmbuk, Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Data, Provinsi Sumatera Barat.

Penelitian yang dilakukan pada Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer, dan Gua Tompok Syohihah I memfokuskan bagaimana motif, letak, teknik, tipologi seni cadas prasejarah yang terdapat di wilayah Sumatra Barat.

1,6 Tinjauan Pustaka

1.6.1 PENELITIAN TERDAHULU

Terdapat banyak seni cadas yang ditemukan di Gua Lida Ajer yang berada di Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Gua Lida Ajer ini dibagi menjadi dua ruangan yaitu ruangan pertama dan ruangan kedua.

Ruangan pertama gua Lida Ajer banyak terdapat gambar cadas yaitu disetiap dinding gua dari pintu masuk hingga kedalam gua. Seni cadas pada gua ini umumnya berbentuk manusia atau yang disebut dengan manusia kangkang. Bagian sebelah utara dinding gua ditemukan kurang lebih 53 gambar yang berwarnah putih, pada bagian dinding sebelah selatan ditemukan kurang lebih 14 gambar yang

(11)

berwarna putih dan bagian dinding sebelah barat ditemukan gambar yang berwarna hitam yang masih terlihat jelas 5 gambar.

Ruangan kedua gua Lida Ajer yang pernah diteliti oleh E. Dubois menemukan fosil dan juga fragmen gigi. Kemudian penelitian selanjutnya oleh KE Westaway dari Macquarie University Sydney memastikan fosil gigi yang di temukan oleh E.

Dubois di Gua Lida Ajer adalah fosil gigi manusia modernatau Homo Sapiens, dan mereka menyakini gigi tersebut berusia 63000 hingga 73000 tahun lalu. Temuan lain yang ditemukan pada ruangan kedua adalah berupa dua buah granat yang kemungkinan merupakan sisa-sisa dari agresi militer Belanda di Sumatera Barat (K. Westaway, 2018).

Laporan survei BPCB Sumatera Barat tahun 2016 yang berjudul Laporan Survei Awal “Batu Basurek” Pamalaman Inyiak Uda Tigo Jangko, Lintau Buo.

Pada ceruk ini ditemukan gambar yang berada di dinding luar ceruk, motif gambar terdiri dari manusia (antropomorfik) dengan gaya kangkang dan motif geometris.

Dengan warna lukisan ceruk batu basurek ini adalah putih. Kondisi gambar pada dinding ceruk sudah banyak aus, artinya goresannya masih terlihat namum warna dari gambar sudah tidak terlihat. Motif gambar yang masih jelas ada 11 motif gambar cadas (Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, 2016).

Laporan Balai Arkeologi Medan tahun 2015 yang berjudul Penelitian Arkeologi Prasejarah di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat membahas tentang tinggalan prasejarah yang ada di Tanah Datar yang salah satunya adalah Gua Tompok Syohihah I menyebutkan bahwa Gua Tompok Syohihah merupakan gua yang memiliki stalagtit dan stalagmit, dengan bagian tengah gua terdapat

(12)

menhir yang disambung dengan motif kubur dengan nisan berorientasi timur-barat (dipercaya sebagai makam Datu Shahih) disekitarnya ditutup dengan bebatuan sebagai jirat (Susilowati & dkk, 2016).

Gua Tompok Syohihah terdapat tiga gua yaitu Gua Tompok Syohihah I, Gua Tompok Syohihah II dan Gua Tompok Syohihah III. Pada Gua Tompok I terdapat gambar cadas yang terdapat pada dinding gua bagian barat dan bagian timur dinding gua dengan warna putih. Motif yang terdapat pada Gua Tompok berupa lingkaran, silang, ada beberapa berbentuk manusia dengan posisi kangkang. Gua Tompok I pernah diekskavasi Balai Arkeologi Medan yang dilakukan pada tahun 2017 dan 2018 dengan temuan berupa cangkang molusca, tembikar, manik-manik, gigi dan tulang.

1.6.2 Penelitian Relevan

Penelitian tentang seni cadas sudah banyak dilakukan oleh para ahli arkeologi Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh R. Cecep Eka Permana tahun 2005 yang mengangkat Judul “Motif Gambar Tangan Pada Gua-gua Prasejarah di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan”. Penelitian ini fokus pada gambar tangan, orientasi, sisi tangan, jumlah jari, ukuran, warna dan konteks. Hasil dari penelitiannya, ditemukan bahwa terdapat bagian tangan yang digambarkan berupa telapak tangan berjumlah 290 gambar, telapak tangan beserta bagian pergelangan tangan berjumlah 23 gambar, dan telapak tangan beserta bagian lengannya berjumlah 13 gambar.

Orientasi gambar tangan sebagian besar menghadap ke arah atas, ke kanan dan ke bawah. Sedangkan untuk sisi tangan yang digambarkan, tangan kanan dan

(13)

tangan kiri jumlahnya hampir sama yaitu tangan kanan 140 gambar sedangkan tangan kiri berjumlah 139 gambar. Sedangkan untuk gambar tangan tidak jelas sisinya berjumlah 47 gambar. Berdasarkan hasil penelitiannya jumlah jari yang terdapat pada situs di Pangkajene, Sulawesi Selatan bervariasi yaitu terdapat lima jari, empat jari dan tiga jari. Sedangkan untuk ukuran hand stencil terdapat dua kategori yaitu besar dan kecil.

Warna yang ditemukan pada situs terdapat tiga warna yaitu coklat, merah, dan hitam. Masing-masing gambar yang ditemukan memiliki konteks yang berbeda.

Gambar telapak tangan berkonteks pada gambar babi, anoa, perahu dan tally. Hasil analisi yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa cap tangan di anggap sebagai gambaran nenek moyang atau mengandung unsur kekuatan gaib untuk mengusir roh-roh jahat, bertalian dengan upacara meminta hujan, inisiasi, tanda berkabung dan untuk keperluan pengobatan. Adapun perbedaan dengan penelitian ini terletak pada motif seni cadas yang diteliti. Sedangkan persamaannya terletak pada variabel seni cadas.

Tulisan Irsyad Leihitu dengan tema “Tipologi Motif Cap Tangan Prasejarah Di Leang Uhallie, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan”. Penelitian ini memfokuskan pada gambar cap tangan, motif, sisi tangan, ukuran dan orientasi. Leang Uhallie merupakan situs prasejarah yang memiliki gambar cadas yang bervariasi berupa motif tangan, hewan dan motif geometris. Motif yang terdapat pada situs ini terletak di bagian dinding maupun langit-langit gua(Leihitu, 2016).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah klasifikasi dikarenakan pada situs Leang Uhallie memiliki motif cap tangan yang bervariasi. Metode

(14)

klasifikasi merupakan metode untuk mempermudah proses analisis data penelitian.

Klasifikasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh Irving Rouse, yang di bagi menjadi dua yaitu klasifikasi analitis dan klasifikasi taksonomis. Klasifikasi analitis digunakan untuk mengetahui mode yang dimiliki oleh data, mode dapat berupa hasil budaya dan mode yang bersifat alamiah. Klasifikasi taksonomis memfokuskan pada pencarian berbagai tipe data yang ada. Tipe ini berdasarkan pemilihan atribut yang dimiliki data.klasifikasi yang digunakan dalam analisis motif tangan ini adalah klasifikasi taksonimis. Klasifikasi taksonomis bertujuan untuk menghasilkan tipe berdasarkan dua atau lebih atribut yang telah ditentukan oleh peneliti dan tujaun penelitian.

Klasifikasi taksonomis dikenal beberapa istilah yaitu kategori, tipe, sub-subtipe dan varian. Kategori merupakan sebuah sistem pergolonggan dari satu alat klasifikasi contohnya cap tangan. Kategori 1 merupakan atribut motif yang berupa motif umum dari motif tangan yang dijadikan tipe yaitu (Tt) telapak tangan, (TsP) telapak sampai pergelangan dan (TsL) telapak sampai lengan. Perberdaan sisi tangan pada setiap motif atribut sisi tangan di jadikan kategori 2 merupaka satuan subipe yaitu (1) kanan dan (2) kiri. Kategori 3 merupakan ukuran yang dimiliki tiap motif tangan yaitu (B) besar dan (K) kecil dan atribut arah hadap atau orientasi merupakan kategori 4 dan sebagai satuan varian yaitu (a) atas, (b) kanan, (c) bawah, dan (d) kiri. Dalam klasifikasi yang dilakukan yaitu untuk mengetahui atribut motif tangan, atribut sisi tangan, atribut ukuran tangan dan orientasi.

Gambar cap tangan yang terdapat di Leang Uhallie berjumlah 139 yang tersebar di dinding dan langit-lagit gua. Atribut motif tangan terdiri dari telapak

(15)

tangan (Tt), telapak sampai pergelangan (TsP) dan telapak sampai lengan (TsL).

Atribut sisi tangan dibagi menjadi dua yaitu sisi tangan kanan (1) dan sisi tangan kiri (2). Atribut ukuran dibagi menjadi dua yaitu (B) besar dan (K) kecil artinya panjang dan lebar merupakan aspek yang menenetukan ukuran. Atribut orientasi atau arah hadap motif tangan terdiri dari (a) atas, (b) kanan, (c) bawah, dan (d) kiri.

Adapun perbedaan dengan penelitian ini terletak pada motif seni cadas yang diteliti.

Sedangkan persamaan terletak pada tema yang diangkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Nico Alamsyah tahun 2013 yang meneliti gambar cadas yang terdapat di Pulau Muna, dengan tema “Motif dan Letak Motif Kuda pada Gua Metanduno, Pulau Muna Sulawesi Tenggara”. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana kaitan antara variasi dan motif penggambaran motif kuda dengan keletakannya pada denah Gua Metanduni di Pulau Muna (Alamsyah, 2014).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode pada umumnya yaitu penggumpulan data, pengolahan dan eksplanasi. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa terdapat tiga motif penggambaran motif kuda yaitu tipis, sedang dan penuh. Selain itu, penempatan motif kuda menunjukkan adanya aspek pemilihan tempat dalam meletakkan motif motif kuda di dalam Gua Metanduno.

Adapun perbedaan yang dilakukan oleh penulis terletak pada motif seni cadas yang diidentifikasi. Sedangkan persamaannya terletak pada keletakan seni cadas.

Penelitian tentang seni cadas yang di lakukan oleh Pratiwi Yuwono, Mahirta, Sue O’Connor, Shimona Kealy, Adam Black dan Stuart Hawkins yang berjudul

“New Painted Rock Art Sites In Alor Island, Eastern Indonesia, Suport A Diversity

(16)

Of Artistic Traditions In The Late Holocene”. Penelitian ini membahas tentang seni cadas yang terdapat Pulau Alor yang ditemukan di situs Tron Bon Lei 1 dan 2 dan situs gua Ba Lei 1 dan 3. Seni cadas yang ditemukan pada dua situs arkeologi ini ada yang berbentuk cap tangan positif, antropomorfik, perahu dan geometris dengan warna cadas berupa warna merah dan putih. Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang bagaimana motif, teknik dan warna yang digunakan seni cadas yang terdapat dikedua situs Pulau Alor.

Seni cadas yang ditemukan di Tron Bon Lei 1 dan 2 terdapat 8 Geometris, 10 antropomorfik, 7 perahu, dan 10 cap tangan yang keseluruhan seni cadas yang terdapat di situs ini berwarna merah. Lain halnya dengan seni cadas yang ditemukan di Ba Lei 1 terdapat 17 geometris berwarna putih dan salah satu seni cadas berwarna merah dan pada situs Ba Lei 3 ditemukan 12 seni cadas berbentuk geometris yang berupa kombinasi lingkaran, titik, dan persilangan yang berwarna putih dan terdapat juga seni cadas yang berwarna hitam atau pigmen merah. Ba Lei 3 juga menemukan seni cadas yang berbentuk zoomorphs berupa ikan dengan garis merah dan kura-kura yang berwarna putih.

Kumpulan geometris berwarna putih yang ditemukan di situs Ba Lei mewakili kemunculan tradisi lokal seni pasca-APT di Alor. Tidak hanya terdapat seni cadas yang berwarna putih namun, juga terdapat seni cadas yang berwarna merah dan hitam. Seni cadas yang berwarna merah dan putih sebagian besar terpisah spasial mungkin terkait dengan fungsi cadas yakni penggunaannya untuk mengekspresikan perbedaan identitas oleh kelompok-kelompok bahasa yang berbeda atau klan yang menetap di wilayah tersebut.

(17)

1.6.3 Landasan Teori

Klasifikasi taksonomis bertujuan untuk menghasilkan tipe berdasarkan dua atau lebih atribut yang telah ditentukan oleh peneliti dalam tujuan penelitian.

Menurut Rouse menyebutkan bahwa dalam klasifikasi taksonomis dikenal beberapa istilah, yaitu (1) kategori, (2) tipe, (3) subtipe, (4) sub-subtipe, (5) dan varian.

Kategori merupakan sebuah sistem dalam klasifikasi yang merupakan penggolongan dari satuan alat klasifikasi (Rouse, 1971).

Berdasarkan pandangan Rouse (1971) di atas maka pada penelitian ini sistem klasifikasi dilakukan berdasarkan atribut seni cadas. Atribut tersebut adalah motif, teknik, warnadan letak. Atribut tersebut ditentukan berdasarkan teknik analisis seni cadas yang dilakukan oleh R. Cecep Eka permana (2014) dimana atribut seni cadas terbagi menjadi tiga jenis yaitu wujud, gaya dan teknik. Dalam atribut wujud terdapat kelompok bagian tangan, orientasi, sisi tangan, jumlah jari dan ukuran gambar. Atribut gaya terdapat kelompok arna gambar dan atributk teknik yang digunakan pada pembuatan gambar seni cadas merupakan teknik stensil. Dalam penelitian ini penulis menggunakan klasifikasi berdasarkan atribut seni cadas yaitu motif, terknik, warna dan letak.

1.7 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan alur pikir induktif dan berjenis kualitatif.

Penelitian induktif merupakan penelitian dengan menggunakan metode dari hal-hal khusus ke umum dengan menggunakan logika untuk menarik suatu kesimpulan.

Sedangkan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat deskripsi dan cenderung menggunakan analisis.

(18)

Penelitian ini cenderung melihat seni cadas dari tipenya berdasarkan motif, teknik, letak dan warna. Sifat penelitian ini deskriptif dan analitis karena pada penelitian ini hanya mendiskripsikan seni cadas yang terdapat dalam Gua Lida Ajer, Gua Tompok Syohihah I dan Ceruk Batu Basurek. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan eksplanasi data.

1.7.1 Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dilakukan secara sistematis sesuai dengan metodelogi arkeologi untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian.

Metode arkeologi dalam pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari dua yaitu studi pustaka dan pengumpulan data lapangan.

1.7.1.1 Studi Pustaka

Pada tahap studi pustaka peneliti mencari dan mengumpulkan referensi mengenai lukisan gua maupun ceruk yang terdapat di wilayah Sumatera Barat, Referensi yang dicari tidak hanya seni cadas yang terdapat di wilayah Sumatera Barat tetapi semua tentang seni cadas yang terdapat di Indonesia maupun di luar Indonesia . Referensi berupa laporan-laporan penelitian, jurnal, artikel, skripsi, tesis dan yang berkaitan dengan seni cadas maupun dokumen pendukung.

1.7.1.2 Pengumpulan Data Lapangan

Pengumpulan data dilapangan dilakukan dengan beberapa tahapan. Adapun tahapan kegiatan tersebut akan di uraikan sebagai berikut :

(19)

1.7.1.2.1 Survei

Pada tahap survei peneliti melakukan pengamatan langsung kelapangan terhadap seni cadas yang terdapat di Sumatera Barat. Survei dilakukan dengan cara perekaman data gua maupun ceruk berupa gambar, foto seni cadas, foto lingkungan, pengisian form penelitian untuk mempermudah deskripsi dan pendiskripsian secara etail.

Foto 1 2 Bagian dalam Situs Tompok Syohihah I (Sumber: Yola Pebi Daniska, 2019)

Foto 1 1 Mulut Gua Lida Ajer (Sumber: Yola Pebi Daniska, 2019)

(20)

1.7.1.2.1 Perekaman Data

Perekaman data adalah langkah kedua dalam pengumpulan data penelitian.

Adapun perekaman data dalam penelitian ini terdapat beberapa tahap yang akan diuraikan sebagai berikut:

1.7.1.2.1.1 Deskripsi Situs

Pada tahap ini peneliti melakukan pendeskripsian secara detail tentang seni cadas yang terdapat di gua maupun ceruk di wilayah Sumatera Barat yaitu di Ceruk

Foto 1 3 Lingkungan Ceruk Batu Basurek (Sumber : BPCB Sumatera Barat)

Foto 1 4 Panel seni cadas Ceruk Batu Basurek (Sumber: BPCB Sumatera Barat)

(21)

Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I dengan cara mengisi form penelitian, deskripsi lingkungan sekitar situs, mendeskripsi seni cadas yang dilihat dari beberapa aspek yaitu motif, teknik, ukuran, warna dan letak, dan mendeskripsi bagian dalam gua serta morfologi yang terdapat didalam maupun luar gua.

1.7.1.2.1.2 Perekaman Seni Cadas

Pada tahap ini peneliti melakukan penggambilan foto seni cadas yang berupa morfologi situs dan pemotretan seni cadas yang terdapat di Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I di wilayah Sumatera Barat.

Penggambilan gambar dilakukan dengan menggunakan kamera DSLR (Nikon dan Canon) sehingga hasil pemotretan dapat diamati secara langsung.

Dalam proses penggambilan foto seni cadas peneliti juga menggunakan skala warna 10 cm yang bertujuan untuk mendapatkan representasi yang mendekati warna aslinya. Pada penggambilan foto peneliti juga membagi perpanil untuk mempermudah proses penggambilan foto seni cadas. Pada proses penggambilan foto mulut gua dan dinding ceruk dan perpanil peneliti menggunakan skala batang dengan ukuran 1 m.

Dalam pemotretan motif seni cadas pada titik gelap digunakan cahaya tambahan seperti lampu bantuan seperti headlamp sebagai sumber cahaya tambahan. Hal ini bertujuan untuk melihat warna asli motif seni cadas tidak berubah saat proses pemotretan.

(22)

1.7.2 Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk mempemudah dalam interpretasi hasil penelitian. Pada tahap pengolahan data terdiri dari pengolahan fotografi dan analisis data.

1.7.2.1 Pengolahan Foto

Tahap pengolahan foto merupakan tahap pengolahan data hasil foto yang didapatkan dari lapangan diubah menjadi gambar ilustrasi untuk memperjelas motif gambar. Dalam tahap ini foto seni cadas diolah menjadi ilustrasi dengan menggunakan aplikasi Photoshop.

1.7.3 Analisis Data

Analisis adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah dalan menginterpretasi penelitian. Adapun seni cadas Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I. Tahap yang dilakukan pada tahapan analisis data adalah analisis motif, analisis keletakan, analisis teknik dan analisis warna. Oleh karena itu variabel analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1.7.3.1 Analisis Motif

Analisis ini dilakukan dengan cara menguraikan data berdasarkan jenis seni cadas seperti motif antropomorfik berupa manusia, binatang dan motif geometris berupa lingkaran, oval dan lain-lain.

1.7.3.2 Analisis Keletakan

Analisis ini dilakukan dengan cara menguraikan data berdasarkan keletakan gambar cadas pada bidang gua seperti dinding gua sebelah barat, dinding gua sebelah timur maupun bagian dinding gua lainnya.

(23)

1.7.3.3 Analisis Teknik

Analisis ini dilakukan dengan cara menguraikan data berdasarkan teknik yang digunakan seperti teknik lukis, teknik oles.

1.7.3.4 Analisis warna

Analisis ini dilakukan dengan cara menguraikan data berdasarkan warna seperti warna merah, warna hitam dan warna putih.

1.7.4 Eksplanasi

Eksplanasi penelitian ini bersifat kualitatif dengan perhitungan jumlah motif seni cadas dan variasi motif seni cadas. Pada tahapan ini menjelaskan mengenai variasi motif seni cadas dan bagaimana tipe seni cadas pada Ceruk Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I. Dengan demikian, maka dapat diketahui variasi motif dan tipe seni cadas yang terdapat di wilayah Sumatera Barat.

Gambar

Foto 1 2 Bagian dalam Situs Tompok Syohihah I  (Sumber: Yola Pebi Daniska, 2019)
Foto 1 4 Panel seni cadas Ceruk Batu Basurek    (Sumber: BPCB Sumatera Barat)

Referensi

Dokumen terkait

Pembebanan alokasi biaya yang sulit teridentifikasi kaitannya dengan pelayanan kesehatan dilakukan dengan membagi biaya tersebut dengan jumlah

• SDS init dikarang untuk membantu pembeli, pemproses atau mana-mana pihak ketiga yang mengendalikan kimia yang disebutkan di dalam SDS; malahannya, ia tidak

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD

Berdasarkan penjelasan di atas dan dengan melihat pentingnya pelanggan bagi kelangsungan usaha, maka yang menjadi msalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas tersusunnya tulisan yang berjudul Pelaksanaan dan Pe- nerimaan Program Keluarga Berencana Pada Masyarakat

2.5.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan

Untuk itu diperlukan adanya media lain untuk melakukan knowledge sharing tentang tata cara pelaksanaan aktivitas penjilidan agar knowledge yang dimiliki oleh karyawan

Karena disana pun ada yang berdakwah kepada Allah dan menyeru kepada Aqidah ini, akan tetapi itu adalah perjuangan perorangan, berbeda dengan perjuangan disini