• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) TERHADAP PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea SKALA LABORATORIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) TERHADAP PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea SKALA LABORATORIUM"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO2) TERHADAP PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea

SKALA LABORATORIUM

SAHARUDDIN 10594 385 09

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Efek Peningkatan

Konsentrasi Karbondioksida Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros Sulawesi Selatan ” adalah karya saya dengan arahan dari komisi Pembimbing dan belum

pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian

akhir skripsi ini.

Makassar, Agust, 2014

Saharuddin

(3)

ABSTRAK

SAHARUDDIN. Efek Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap

Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium. Dibimbing oleh Dr. SAHABUDDIN, S.Pi, MP dan Ir. H BURHANUDDIN, MP.

Alga dalam pertumbuhannya membutuhkan karbondioksida yang di gunakan dalam proses fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) terhadap pertumbuhan makroalga jenis Halimeda discoidea, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah tentang efek peningkatan konsentrasi karbondioksida terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 pada Lab. Air di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros, sebagai lokasi uji coba penelitian makroalga Halimeda discoidea. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan konsentrasi CO2 dan setiap perlakuan mempunyai 3 ulangan. Perlakuan yang akan dicobakan adalah konsentasi karbondioksida CO2 385 ppm, konsentrasi karbondioksida CO2 750 ppm, dan konsentrasi karbondioksida 1000 ppm.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa , perlakuan konsentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm terlihat bahwa pertumbuhan alga Halimeda discoidea, yang paling tinggi yaitu 2,37 gr, dan disusul pada perlakuan 2, CO2 750 ppm yaitu 1,59 gr, serta pada perlakuan 3, CO2 1000 ppm yaitu 1,3 gr. Dimana semakin tinggi konsentrasi karbondioksida (CO2) semakin rendah pula laju pertumbuhan makroalga Halimeda

disscoidea.

(4)

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2015 Hak Cipta dilindungi undang – undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau

menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah,

penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam

(5)

EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO2) TERHADAP PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea

SKALA LABORATORIUM

SAHARUDDIN 10594 385 09

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalebajeng Kabupaten Gowa tanggal 29 Juli 1990. Adapun

pendidikan yang telah dilalui yaitu SDN.1 Doja tahun 2001, SLTP NEG. 1 Bajeng tahun

2004, SMA NEG. 1 Bontonompo tahun 2008, kemudian pada tahun 2009 penulis

melanjutkan Kuliah Strata Satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan

Jurusan Budidaya Perairan dan selesai pada tahun 2014 dengan judul Efek Peningkatan

Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat

dan Karunianya sehingga penelitian dan penulisan Skripsi yang berjudul. Efek Peningkatan

Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea

Skala Laboratorium, dapat terselesaikan.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam tahapan-tahapan penyelesaian

tugas akhir ini. Namun berkat bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.

Olehya itu dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya, teristimewa kepada

Bapak Dr. Sahabuddin, S.Pi, MP selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. H.

Burhanuddin, MP selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan,

motivasi dan waktunya kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai

selesainya skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Dr. Abdul Haris, S.Pi, M.Si. dan Ibu

Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku komisi Penguji atas saran dan masukan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak/Ibu Dosen pengajar pada Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak/Ibu Dosen pengajar pada

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda MustapaMepa

dan Ibunda Rahmawati, serta saudara-saudaraku dan seluruh keluarga yang telah banyak memberikan do’a restu, bantuan, motivasi dan nasehatnya selama penulis menempuh pendidikan. Semua pihak, teman, handai tolan yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu

(10)

Meskipun skripsi ini sudah tersusun dengan rapi namun karena sifat keterbatasan yang

dimiliki penulis, maka usaha menuangkan yang terbaik dalam skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Walau demikian penulis berharap semoga hasil karya ini bermanfaat bagi

yang membutuhkannya.

Makassar, Agustus, 2014

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR... . v

DAFTAR ISI... .. vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN ………... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Dan Morfologi ... 4

2.2. KonsentrasiKarbondioksida (CO2) ... 6

2.3. Reproduksi ……… ... 7

2.4. Habitat ... 9

2.5. Kualitas Air ... 9

III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... 13

3.2. Alat dan Bahan ... 13

3.3. Metode Penelitian... ... 15

3.4. Rancangan Percobaan ... 15

(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea………… 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 23 5.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ……….…

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Bahan yang digunakan dalam penelitian 13

2. Jenis alat dan kegunaannya dalam penelitian 14

3. Parameter kualitas air yang diukur… 16

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Morfologi makroalga Halimeda discoidea 4

2. Tata letak unik penelitian 16

3. Rataan pertumbuhan mutlak alga Halimeda discoidea,

pada peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2). 18

4. Laju pertumbuhan harian alga Halimeda discoidea, pada peningkatan

konsentrasi karbondioksida (CO2). 19

(15)

LAMPIRAN

Halaman

28 1. Foto-foto kegiatan selama penelitian

(16)
(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber Daya alam termasuk tumbuhan memiliki peranan penting dalam

kehidupan. Peranan tumbuhan tidak hanya sebagai sumber makanan, habitat,

bahan peralatan sehari-hari bagi manuasia, akan tetapi juga memegang peranan

penting dalam menjaga kondisi lingkungan agar tetap nyaman dihuni baik oleh

manusia maupun makhluk hidup lainnya. Dalam menjaga lingkungan tumbuhan

berperan mereduksi emisi karbondioksida (CO2). Karbondioksida di atmosfir merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pemanasan global.

Seperti halnya di darat produktivitas primer dalam perairan pada dasarnya

tergantung pada aktivitas fotosintesis yang terjadi dari organisme autotrofik,

dimana organisme tersebut melakukan fotosintesis dan mengubahnya menjadi

bahan organik yang kemudian dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan.

Berdasarkan hal tersebut, estimasi produktifitas primer di perairan didasarkan

pada aktivitas primer dari alga.(Suara Karya, 2007).

Sumber-sumber CO2 di atmosfir berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pebakaran batu bara, dan asap pabrik. Di ekosistem air

pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbondioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion

bikarbonat.

Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan

(18)

organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.

Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler

bertanggung jawab perubahan dan pergerakan utama siklus karbon. Naik turunnya

CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui proses respirasi yang menghasilkan CO2 dan proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen.

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih

banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan anorganiklainnya. Alga Halimeda terdiri dari 18 jenis,

marga alga ini berkapur menjadi salah satu penyumbang kapur air laut. Alga

Halimeda discoidea terdiri atas rantai cabang dari potongan tipis berbentuk kipas.

Potongan-potongan ini berkapur, masing-masing 2 cm tengahnya. Yang terbesar

dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh sendi-sendi yang tak berkapur.

Mereka berada di bawah air surut rata-rata pada pasang surut bulan-setengah,

(19)

bentuk pinggiran yang kurang teratur. Jenis ini terdapat di bawah air surut

rata-rata pada pasang surut bulan-setengah pada pantai berbatu dan paparan terumbu.

Alga hijau ( Chlorophyceae ) merupakan kelompok alga yang berwarna

hijau rumput. Sel-selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas.

Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofol a dan b

yang jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya yaitu karoten

dan xantofil sehingga algae ini berwarna hijau. Contoh : Caulerpa sp. Codium sp,

Halimeda sp. (Nybakken, 1992).

Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi

bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa

(sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto, 2001).

Sebaran alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas,

khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut

sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran

matahari bagus. Alga dari kelas ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik).

Di laut kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil.

(Romimohtarto, 2001).

1.2 . Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan

konsentrasi karbondioksida (CO2) terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda

(20)

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi

informasi ilmiah tentang efek peningkatan konsentrasi karbondioksida terhadap

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologis

Klasifikasi makroalga jenis Halimeda discoidea menurut Bold dan Wynne

(1985) seperti disajikan pada gambar 1 :

Kingdom : Plantae Divisio : Chlorophyta Class : Chlorophyceae Ordo : Caulerpales Family : Udoteaceae Genus : Halimeda

Species : Halimeda discoidea

Makroalga adalah tumbuhan ringkas. Menurut Trainor (1978), makroalga

merupakan kumpulan tumbuhan tidak bervaskular serta mempunyai pigmen

klorofil a untuk menjalankan proses fotosintesis. Makroalga mempunyai struktur

vegetatif yang berbeda daripada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur vegetatif

(22)

tidak dapat dibedakan ini dikenali sebagai talus. Makroalga adalah multisel dan

terdiri dari bentuk serta ukuran yang berbeda. Talus bisa dibedakan menjadi dua

bentuk umum yaitu filamen dan sifon. Kedua bentuk talus ini akan bervariasi yang

akan menghasilkan bentuk talus yang lebih kompleks. Ini termasuk juga filamen

ringkas hingga kepada bentuk yang lebih besar yang dapat dibedakan antara

kepada pelekap, stip dan lamina.

Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi

bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa

(sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto, 2001).

Pengapuran pada spesies ini erat kaitannya dengan fotosintesis, sehingga

penurunan efisiensi fotosintesis menyebabkan penurunan klasifikasi. Meskipun

pH tampaknya menjadi faktor utama yang mempengaruhi spesies alga Halimeda.

Ada efek gabungan yang kuat dari CO2 tinggi dan suhu pada kedua spesies, di mana pemaparan CO2 tinggi atau suhu saja menurunkan fotosintesis dan kalsifikasi, tetapi pemaparan kedua CO2 tinggi dan suhu menyebabkan penurunan lebih besar dalam fotosintesis dan kalsifikasi dibandingkan stres masing-masing

individu (Sinutok et al, 2012) .

Pengasaman dan pemanasan laut adalah ‘penghambat’ kalsifikasi dan

(23)

Semesi et al (2009) menyelidiki variasi pola makan dalam pH air laut yang

disebabkan oleh aktivitas fotosintesis padang lamun di Teluk Chwaka (Zanzibar,

Tanzania), dapat mempengaruhi tingkat kalsifikasi dan fotosintesis dari alga

merah berkapur (Hydrolithon sp dan Mesophyllum sp) dan ganggang hijau

(Halimeda renschii) yang tumbuh dalam padang lamun. Hal ini dilakukan dengan

mengukur tingkat kalsifikasi dan fotosintesis transpor elektron relatif (RETR) dari

ganggang di ekosistem lamun yang diinkubasi di bawah silinder terbuka.

Ditemukan bahwa fotosintesis lamun meningkatkan pH air laut dalam silinder

8,3-8,4 dan 8,6-8,9 setelah inkubasi 2,5 jam, yang pada gilirannya meningkatkan

tingkat kalsifikasi 5,8 kali lipat untuk Hydrolithon sp dan 1,6 kali lipat untuk 2

spesies lainnya. Halimeda discoidea menetap secara khusus untuk membantu

pertumbuhan bertahap pada terumbu karang. Bukti dari pendapat ini datang dari

studi penggalian dasar dari karang atoll Funafuti, yang memperlihatkan bahwa 20

meter pertama dari sedimen terdiri dari 80-95% segmen-segmen Halimeda yang

dikenali (Bold dan Wynne,1985). Halimeda discoidea menghasilkan kerak kapur

(CaCO ), karenanya dapat memberi sumbangan yang sangat berarti di daerah

tropik. Sendi-sendi dari jenis alga Halimeda discoidea ini tidak berkapur,

karenanya lentur dan alga ini dapat bergerak-gerak dalam air jika air bergerak.

(24)

2.2. Konsentrasi Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang

dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Oleh karena itu, perbedaan

perlakuan konsentrasi karbondioksida (CO2) tersebut di karenakan untuk menjadikan suatu bahan percobaan dalam hal untuk mengetahui atau

membandingkan pengaruh pertumbuhan terhadap produksi proses fotosintesis,

dan perubahan kualitas air dalam membudidayakan alga Halimeda discoidea. Gas

CO2 memegang peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat

tinggi.

Untuk melakukan proses fotosintesis, alga membutukan karbondioksida

yang merupakan gas yang bersifat asam, tidak berbau, tak terasa, tidak berwarna,

tidak beracun, tidak terbakar, dan tidak meninggalkan sisa endapan (Jalil, 1989 in

Nainggolan, 1993). Karbondioksida adalah sumber karbon yang lebih disukai

oleh tumbuhan akuatik seperti alga dibandikan bikarbonat dan karbonat.

Bikarbonat sebenarnya dapat dijadikan sebagai sumber karbon akan tetapi

(25)

Struktur organ pembiakan ini membantu di dalam pengelompokan spesimen

karena ia boleh dilihat dengan mata kasar. Sel pembiakan yang dihasilkan oleh

organ pembiakan ini subur. Corak pembiakan bagi sesuatu kumpulan rumput laut

penting dalam kajian taksonomi.

Makroalga melakukan pembiakan dengan cara seksual ataupun aseksual.

Pembiakan sebagian makroalga adalah kompleks. Pembiakan akan membenarkan

populasi makroalga yang baru tersebar ke kawasan baru dan ini akan

mengurangkan tekanan di kawasan lama yang padat. Ini akan memudahkan

makroalga tersebut menyesuaikan diri terhadap daerah yang sentiasa berubah.

2.3.1 Pembiakan Seksual

Pembiakan seksual, dua individu rumput laut yang berbeda akan

membebaskan dua gamet masing-masing. Gamet-gamet ini akan membentuk

generasi baru yang mengandungi sifat genetik dari pada kedua induk.

Gamet-gamet yang dihasilkan untuk pembiakan terdiri dari berbagai ciri. Isogami

merupakan pencampuran dua gamet yang serupa dari segi ukuran dan bentuk. Jika

kedua gamet berbeda dari segi bentuk dan ukuran yaitu pencampuran di antara

ovum besar dan sperma kecil yang bergerak maka pencampuran disebut sebagai

oogami.

2.3.2 Pembiakan Aseksual

Bagi kebanyakan spesies rumput laut, cara pembiakan aseksual lebih kerap

berlaku daripada pembiakan seksual (Morris, 1967). Sebagian kecil dari talus

(26)

rumput laut yang menghasilkan berbagai jenis spora untuk pembiakan.

Spora-spora ini mempunyai rintangan yang tinggi terhadap keadaan yang menyebabkan

ia mampu tersebar jauh daripada induk asal dan berkecambah di kawasan baru

tersebut (Fritsch, 1935). Ciri-ciri yang terdapat pada spora menyebabkan ia

mempunyai daya tahan yang tinggi yaitu wujud dinding rintang yang berfungsi

untuk melindungi spora. Sebagian spora mempunyai flagelum untuk pergerakan

dan dikenali sebagai zoospora. Bagi spora yang tidak mempunyai flagelum

dikenal sebagai aplanospora.

2.4. Habitat

Habitat makroalga adalah di sekitar pantai, di perairan laut serta di dalam

laut. Ini termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu karang, berlumpur dan

juga terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta tumbuh atas rumputi laut

lain sebagai epifit (Trainor, 1978). Substrat adalah tempat untuk rumput laut

melekat daripada dihanyutkan oleh arus serta ombak yang kuat. Substrat terdiri

dari benda hidup atau bukan hidup bergantung kepada jenis pelekap makroalga.

Contoh substrat ialah batu karang, tumbuhan laut, hewan laut atau dasar laut

seperti lumpur dan pasir. Menurut Setchell (1926), jadi di habitat yang mendapat

(27)

faktor tersebut ialah cahaya, suhu, salinitas, interaksi di antara hewan dan

tumbuhan serta ombak dan arus (Trainor, 1997)

2.5. Kualitas Air

Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan tumbuh kembangnya

organisme adalah kualitas air. Air yang tidak memenuhi syarat atau terjadi

perubahan yang mendadak akan dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup

dan pertumbuhan biota yang di budidayakan, ( Boyd, 1982).

2.5.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang sangat menentukan tingkat

kualitas air suatu perairan khususnya media budidaya. Suhu secara tidak langsung

merupakan faktor pembatas bagi organisme yang di budidayakan. Baik suhu

tinggi maupun suhu rendah mempengaruhi pertumbuhan dari organisme yang di

budidayakan (Lesmana, 2005). Lebih lanjut ditambahkan bahwa suhu lingkungan

sangat mempengruhi metabolisme organisme, konsumsi oksigen dan fisiologi

tubuh akan mengalami kerusakan bahkan menyebabkan kematian.

Suhu memberikan peranan penting dalam kultur fitoplankton, karena sangat

mempengaruhi aktifitas enzim dalam metabolisme sel (Graffith, 1983 dalam

Nurliati, 1995). Selanjutnya dikemukakan bahwa semua spesies alga halimeda

discoidea, Toleran terhadap suhu tinggi.

Menurut Cahyaningsih, dkk (2005), Toleran terhadap makroalga halimeda

(28)

berkembang. Makroalga Halimeda discoidea, tumbuh normal pada kisaran suhu

20 - 300C dan tumbuh optimum pada kisaran suhu 25 - 300C.

2.5.2. Salinitas

Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan

perkembangan makroalga. Perubahan salinitas secara langsung menyebabkan

perubahan tekanan osmose di dalam sel makroalga sehingga aktifitas sel menjadi

terganggu. Fluktuasi salinitas juga dapat mempengaruhi pH sitoplasma sel dan

menurunkan enzim (Sudjiharno, 2002).

Menurut Isnansetyo dan kurniastuty (1995), makroalga Halimeda

discoidea. tergolong spesies yang euryhaline. Toleransi salinitasnya sangat lebar

yakni 6 – 50%, kegiatan makroalga Halimeda discoidea salinitas optimal untuk

pertumbuhan optimal dari makroalga Halimeda discoidea. adalah 17 - 25 %.

2.5.3. Derajat keasaman (pH)

Menurut Kordi (2004) pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan

karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang

(29)

(Angka dkk, 1976 dalam Nurliati, 1995). Selanjutnya ditambahkan oleh Pescod

(1973) dalam Nurliati (1995) bahwa pH yang ideal untuk pertumbuhan alga

adalah 7,75 – 8,49.

2.5.4. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur

pencemaran air. Walaupun Oksigen (O2) sulit larut, tapi dibutuhkan banyak semua jenis organisme air. Tahap adanya Oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan

binatang di perairan ( sutrisno, 2009).

Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor

pembatas dalam lingkungan perairan. Oksigen terlarut sangat penting bagi

kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan Oksigen Terlarut akan

berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Saclan, 1982; Nybakken,, 1988 ).

Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang

(30)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2013. Di

Laboratorium Plankton dan Kualitas Air Balai Penelitian Dan Pengembangan

Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan Toples (wadah penelitian), selang, krang dan batu

aerasi blower, tissue, pH meter, thermometer, DO meter, tabung karbondioksida

(CO2). Bahan yang digunakan tumbuhan makroalga Halimeda discoidea, air laut steril 30%, air tawar / aquades, pasir laut, karbondioksida murni.

3.2.2 Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1

dan tabel 2:

Tabel 1. Bahan yang di gunakan dalam penelitian

No

Jenis bahan Kegunaan

1. 2. 3.

Halimeda discoidea

Air laut steril 30‰ Air tawar / aquades

Sebagai organisme uji

Media kultur Halimeda discoidea Untuk mencuci alat

(31)

Tabel 2. Jenis alat dan kegunaannya dalam penelitian.

No Jenis alat Kegunaan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Spidol snowman Balon lampu Blower

Tabung karbondioksida (CO2) konsentrasi 750 ppm dan 1000 ppm

Kabel listrik

Toples kaca / plastik

Stiropoam Selang aerasi Batu aerasi Krang aerasi

Lakban warna kuning Gunting Timbangan Digital pH meter DO meter Thermometer Tissue Buku Pulpen Mistar Pasir laut

Alat penanda label Penyinaran cahaya Menyuplai oksigen Menyuplai CO2

Penyambung listrik untuk blower

Tempat penebaran pemeliharaan makro alga Halimeda discoidea

Tempat penyimpanan wadah/toples Penyuplai aerator

Penghasil gelembung CO2

Untuk mengatur besar kecilnya aerator Sebagai label setiap toples

Untuk memotong hewan uji

Untuk menimbang volume contoh uji Untuk mengukur konsentrasi oksigen terlarut

Untuk mengukur derajat keasaman Mengukur suhu

Untuk membersihkan alat Tempat untuk mencatat hasil Untuk mencatat hasil

Untuk mengukur panjang alga Subtrat alga Halimeda discoidea

(32)

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Cara Kerja

Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan wadah dan peralatan yang

akan digunakan. Wadah yang digunakan berupa toples plastic berkapasitas 2 liter,

wadah dan peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu di bersihkan.

Wadah yang disiapkan diisi dengan air laut steril sebanyak 2 liter. Setiap

toples berisi pasir laut, kemudian pemasangan stalasi yang dimulai dari tabung

karbondioksida (CO2) yang dilengkapi dengan selang aerasi, kran aerasi, batu aerasi di sambungkan ke dalam toples yang sudah diatur dengan perlakuan

tersebut. Setelah itu dilakukan penebaran alga Halimeda discoidea. Sebelum

dilakukan penebaran terlebih dahulu diukur panjangnya dan di timbang beratnya.

Kemudian menginjeksi CO2 ke dalam masing-masing toples alga, hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan pH sesuai konsentrasi CO2 yang di inginkan.

3.4. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan dengan

masing-masing 3 ulangan.

(33)

Gambar 2. Tata letak unit penelitian setelah pengacakan

3.4.2 Pengukuran Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah Suhu, Ph,

dan DO meter. Parameter kualitas air, alat yang digunakan, dan waktu

pengamatan tercantum pada Tabel 3. berikut :

Tabel 3. Parameter Kualitas Air yang Diukur ,

Alat/Metode yang Digunakan, dan Waktu Pengamatan Selama Penelitian

No Parameter Metode Satuan Alat ukur

1. Suhu Pembaca skala ºC Termometer

2. Pertumbuhan - - -

3. pH Pembaca skala - pH meter

750-2 385-3 1000-2 1000-3 750-1 385-2 1000-1 385-1 750-3

(34)

3.4.3. Peubah yang Diamati

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan berat diukur dengan menggunakan timbangan elektrik dengan

ketelitian 0.0001 gram. Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan

rumus Effendi (1997) sebagai berikut :

W = Wt – Wo

Dimana: W = Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt = Berat tubuh akhir (g)

Wo = Berat tubuh awal (g)

3.5. Analisa Data

Analisis data dengan menggunakan program microsof exel, dan SPSS 17.

Untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea, maka dilakukan analisis korelasi,

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pertumbuhan Makro Alga Halimeda discoidea

Berdasarkan hasil pengujian peningkatan konsentrasi karbondioksida

(CO2) terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea, skala laboratorium setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Rataan pertumbuhan mutlak alga Halimeda discoidea, pada peningkatan konsentrasi karbondioksida

Gambar di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi pada

CO2 385 ppm yakni 2,37 gram, kemudian menurun CO2 750 ppm yakni 1,59 gram dan didapatkan paling rendah pada CO2 1000ppm, hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara penurunan pertumbuhan dengan peningkatan konsnentrasi

CO2 (R2 = 0,998). Grafik di atas menunjukkan bahwa kepadatan pertumbuhan alga Halimeda discoidea, pada penelitian tersebut, memberikan hasil cukup

berbeda antara perlakuan kosentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm, (CO2) 750 ppm dan (CO2) 1000 ppm, serta Rata-rata pertumbuhan maksimum terjadi pada

2.37 1.59 1.3 y = 2.3585x-0.55 R² = 0.9986 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 A = 385 ppm B = 750 ppm C = 1000 ppm Konsentrasi CO2

(36)

minggu ke-2 dan minggu ke-3 dari masing-masing perlakuan dan ulangan. Dalam

grafik di atas menunjukkan pertumbuhan maksimal alga Halimeda discoidea,

selama penelitian hanya pada konsentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm di antara konsentrasi karbondioksida (CO2) 750 ppm, (CO2) 1000 ppm.

Gambar 4. Laju pertumbuhan harian alga Halimeda discoidea pada peningkatan konsentrasi CO2

Laju pertumbuhan menggambarkan kecepatan pertambahan individu algae

per satuan waktu. Nilai laju pertumbuhan dapat digunakan untuk mengetahui

adanya daya dukung media terhadap pertumbuhan algae. Semakin tinggi nilai laju

pertumbuhan, menunjukkan daya dukung media terhadap pertumbuhan algae

semakin baik (Myers, 1955 dalan massenreng, 2002).

Laju pertumbuhan alga Halimeda discoidea, pada perlakuan konsentrasi

0,1128 0,0757 0,0619 y = 0.1123x-0.55 R² = 0.9986 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 A = 385 ppm B = 750 ppm C = 1000 ppm

(37)

alga Halimeda discoidea, yang lebih baik di setiap atau masing-masing per lakuan

konsentrasi karbondioksida (CO2). Hal ini dikarenakan atau bertanda alga lebih menyukai karbondioksida (CO2) yang lebih rendah (Boney, 1989 dalam effendi, 2003). Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang di butuhkan oleh tumbuhan air renik maupun untuk melakukan fotosintesis. Meskipun peranan

karbondioksida (CO2) sangat besar bagi kehidupan organisme air namun kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan dapat menjadi racun

secara langsung bagi organisme tersebut (M. Ghufran H. Kordi K 2002).

Ini bertanda bahwa memberikan dampak buruk pada pertumbuhan populasi alga

(38)

8.23 7.95 7.76 y = 8.2349x-0.053 R² = 0.9977 7.2 7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4 8.6 385+30 750+30 1000+30 P H H al im e d a Perlakuan

Rataan pH

1.69 1.5 1.3 0 1 2 385+30 750+30 1000+30 Be ra t H al im e d a d isco id e s (Gr ) Perlakuan

Rataan berat

Rataan berat 3.43 4.4 3.96 1 2 3 4 5 p an ja n gH al im e d a (cm )

Rataan panjang

385+30 750+30 1000+30

(39)

a). Suhu

Suhu memberikan peranan penting dalam kultur makroalga Halimeda

discoidea, karena sangat mempengaruhi laju fotosintesis dan pertumbuhan alga

Halimeda discoidea, Hasil pengukuran suhu air pada media budidaya di Balai

Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Kab. Maros adalah 280C dimana Suhu yang ideal untuk rumput laut adalah 28-320C (DJPB, 2005).

Menurut Cahyaningsih, dkk (2005), makroalga Halimeda discoidea,

toleran terhadap suhu tinggi. Pada suhu 400C spesies ini dapat hidup tetapi tidak dapat berkembang. Makroalga Halimeda discoidea, tumbuh normal pada pada

kisaran suhu 20 – 300C dan tumbuh optimum pada kisaran 25-300C.

b). pH

Hasil pengukuran pH air diperoleh adalah 8,02 dimana hasil ini masih

masuk dalam persyaratan media budidaya makroalga. Rumput laut cenderung

membutuhkan pH yang basa untuk pertumbuhannya. Makroalga dapat tumbuh

dengan baik pada kisaran optimum 8,0 – 8,5, ini sesuai dengan pendapatnya

Lavens dan Sargeloos (1986), mengatakan bahwa kisaran pH secara umum untuk

beberapa spesies alga yaitu 7 – 9 dengan kisaran optimal 8,2 - 8,7. Menurut Ari,

dkk (2002), persyaratan kualitas air yang terbaik untuk pertumbuhan alga

(40)

c). DO

Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/L

(Effendi, 2003). Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya

suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988). Menurut Raymont (1963),

konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang di butuhkan oleh organisme

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa, pertumbuhan tertinggi

makroalga Halimeda discoidea didapatkan pada konsentrasi karbondioksida

(CO2) 385 ppm, dan terdapat korelasi penurunan pertumbuhan alga Halimeda

discoidea dengan peningkatan konsentrasi karbondioksida CO2 (R2 = 0,998).

5.2. SARAN

Dari hasil yang didapatkan maka disarankan untuk mendapatkan

pertumbuhan maksimal alga Halimeda discoidea sebaiknya diupayakan

konsentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm, dan menghindari karbondioksida (CO2) 1000 ppm.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Angka, S. L., Sumantadinata, K., sHarris, E., Darnas, Chaeruddin, A., 1976.

Kultur Laboratories Diatomae Laut (Pengaruh Salinitas dan Inoculums Terhadap Pertumbuhan Populasi Monocultur Skeletonema Costatum dan Nitzschia Closterium Pelagis dan Benthis Dari Laut Jawa). Proyek

Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor.

Bachtiar, Y., 2003. Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Cahyaningsih, S., Achmad, N.,Sugeng, J.P., 2005. Kultur Murni Phytoplankton. Departemen kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Cahyaningsih, S., 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Air Payau Situbondo.

Djarijah, A.S., 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta. Effendie, M. I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Foog, G. F, 1965. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The University of

Wisconsin Press, London. 126 hal.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid II. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Haryati, 1980. Percobaan Penggunaan Beberapa Macam Komposisi Media Terhadap Pertumbuhan populasi monokultur Skeletonema costatum Greville. UNDIP-Press. Semarang.

Hastuti, 1986. Planktologi. Semarang UNDIP.

Ismail A, Wedjatmiko, Sastrawijaya dan Sindu S. 1999. Kajian Teknis Paktor

Pertumbuhan dan Populasi Plankton. Pusat Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan. Departemen Perikanan

(43)

Kordi, G. H., 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Muhaimin, M. I., 2008. Pengaruh Konsentrasi Posfat pada Formula Pupuk Conway terhadap Pertumbuhan Halimeda sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Nainggolan, R. F. 1993. Penggunaan karbondioksida dan propionate dalam kemasan plastik plesibel kedap udara untuk menghambat perkembangan serangga dan kapan pada ransun petelur komersil. Tesis. Sekolah pasca sarjana, IPB, Bogor. Hal 18.

Nurliati, A., 1995. Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Halimeda discoidea. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Sudjiharno, 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Departemen kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut Lampung.

Yunus, 1992. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Halimeda discoidea di Laboraturium. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros.

Yusuf, Trianingsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riono. 1994. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan diperairan Kawasan Timur Indonesia. P3O-LIPI.Jakarta.

(44)

Lampiran 1. Data pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea selama penelitian. Kode Bera t-1 (gr) Panja ng (cm) pH Bera t-2 Panja ng Ph Bera t-3 Panja ng pH Grow th 385+3 0 (1) 1.75 3.4 8.2 2 1.79 3.9 8.2 5 2.67 5 8.2 2 2.25 385+3 0 (2) 1.84 3.7 8.2 3 1.92 4 8.2 3 2.21 4.5 8.2 2 2.45 385+3 0 (3) 1.49 3.2 8.2 5 1.82 3.4 8.2 3 1.98 4.2 8.2 2 2.43 750+3 0 (1) 1.94 4.5 7.9 9 3.02 4.7 7.8 8 3.59 5.1 7.9 8 1.64 750+3 0 (2) 1.93 4.4 7.9 9 1.95 4.45 7.8 7 1.97 4.75 7.9 9 1.56 750+3 0 (3) 2.15 4.3 7.8 8 2.45 4.5 7.8 9 3.21 4.95 7.9 9 1.57 1000+ 30 (1) 1.55 3.9 7.7 7 1.87 3.95 7.7 8 2.1 4.2 7.7 4 1.42 1000+ 30 (2) 1.65 4.5 7.7 8 1.75 4.65 7.7 9 1.98 5 7.7 8 1.25 1000+ 30 (3) 1.57 3.5 7.7 4 1.8 3.75 7.7 6 1.87 4.1 7.7 9 1.24

(45)

Lampiran 2. Foto dokumentasi kultur alga Halimeda discoidea.

Gambar,1. Pengukuran alga Halimeda discoidea.

(46)

Gambar, 3. Penimbangan (gr) alga Halimeda discoidea.

(47)

Gambar, 5. Persiapan kultur makroalga Halimeda discoidea.

Gambar

Gambar 2. Tata letak unit penelitian setelah pengacakan
Gambar 1. Rataan pertumbuhan mutlak alga Halimeda discoidea, pada        peningkatan konsentrasi karbondioksida

Referensi

Dokumen terkait