BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Ngasinan, Kecamatan Bonorowo, Kabupaten Kebumen. Secara geografis SD Negeri 2 Ngasinan terletak di tengah pemukiman penduduk dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Desa Ngasinan merupakan wilayah pedesaan dengan jarak tempuh dari pusat kecamatan sekitar tiga kilometer.
Secara fisik SD Negeri 2 Ngasinan terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kesenian, 1 ruang alat peraga, 7 kamar kecil, 1 tempat parkir sepeda siswa dan 1 tempat parkir kendaraan guru. Tenaga pendidik dan non kependidikan berjumlah 11 orang yang terdiri dari seorang kepala sekolah, 8 orang guru, 1 orang penjaga perpustakaan, serta 1 orang penjaga sekolah.
Peneliti memilih lokasi penelitian di SD Negeri 2 Ngasinan karena beberapa alasan di antaranya jarak yang mudah dijangkau dari tempat tinggal peneliti, dari pihak kepala sekolah menyambut baik rencana penelitian di SD tersebut dan banyak memberi kesempatan serta masukan-masukan bagi peneliti untuk mengembangkan potensi diri di sekolah tersebut. Selain itu, para guru juga mau bekerja sama dalam penelitian kolaboratif, serta para siswa di SD tersebut mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mau belajar dengan sungguh-sungguh.
2. Waktu Penelitian a. Persiapan Penelitian
1) Koordinasi perizinan : 12 November 2015 2) Observasi : 14 November 2015
3) Menyusun Proposal : November 2015 sampai Januari 2016 4) Seminar Proposal : 03 Februari 2016
47
5) Revisi Proposal : 05 Februari 2016 sampai 10 Februari 2016
b. Pelaksanaan Tindakan 1) Siklus I
a) Siklus I Pertemuan 1
(1) Perencanaan : 14 Februari 2016 (2) Pelaksanaan : 16 Februari 2016 (3) Observasi : 16 Februari 2016 (4) Refleksi : 17 Februari 2016 b) Siklus I Pertemuan 2
(1) Perencanaan : 17 Februari 2016 (2) Pelaksanaan : 19 Februari 2016 (3) Observasi : 19 Februari 2016 (4) Refleksi : 20 Februari 2016 c) Siklus I Pertemuan 3
(1) Perencanaan : 21 Februari 2016 (2) Pelaksanaan : 23 Februari 2016 (3) Observasi : 23 Februari 2016 (4) Refleksi : 24 Februari 2016 2) Siklus II
a) Siklus II Pertemuan 1
(1) Perencanaan : 24 Februari 2016 (2) Pelaksanaan : 26 Februari 2016 (3) Observasi : 26 Februari 2016 (4) Refleksi : 27 Februari 2016 b) Siklus II Pertemuan 2
(1) Perencanaan : 28 Februari 2016 (2) Pelaksanaan : 01 Maret 2016 (3) Observasi : 01 Maret 2016 (4) Refleksi : 02 Maret 2016
c) Siklus II Pertemuan 3
(1) Perencanaan : 02 Maret 2016 (2) Pelaksanaan : 04 Maret 2016 (3) Observasi : 04 Maret 2016 (4) Refleksi : 05 Maret 2016 3) Siklus III
a) Siklus III Pertemuan 1
(1) Perencanaan : 13 Maret 2016 (2) Pelaksanaan : 15 Maret 2016 (3) Observasi : 15 Maret 2016 (4) Refleksi : 16 Maret 2016 c. Analisis Data dan Pelaporan
1) Analisis Data : 17 Februari 2016 sampai 17 Maret 2016 2) Menyusun laporan skripsi : 18 Februari 2016 sampai 04 April 2016 3) Ujian dan revisi : 29 April 2016 sampai 02 Mei 2016 4) Penggandaan dan : Minggu ke-2 bulan Mei 2016
pengumpulan laporan
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan peneitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Menurut Arikunto, Suhardjono, & Supardi (2007: 3) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam kelas secara bersama. Jenis penelitian ini yang digunakan adalah kolaborasi antara guru dan mahasiswa. Pada penelitian ini, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru kelas V SD Negeri 2 Ngasinan yaitu Bapak Ponidi. Guru bertindak sebagai pelaksana tindakan kelas, sedangkan peneliti sebagai observer.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan. Jumlah siswa kelas V adalah 26 siswa, 15 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan. Mereka memiliki kemampuan akademik dan latar belakang yang berbeda-beda. Sebagian besar siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan berasal dari keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke bawah.
D. Data dan Sumber Data 1. Data
“Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat” (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 129). Jenis data pada penelitian tindakan kelas ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang materi cahaya. Sedangkan data kualitatif berupa informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret, informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa. Informasi- informasi tersebut dapat diambil dari lembar observasi, lembar wawancara, dan video langkah pembelajaran.
2. Sumber Data a. Siswa
Sumber data dari siswa diperoleh dari siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan Tahun Ajaran 2015/2016. Data diperoleh berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret pada pembelajaran IPA tentang cahaya. Data tersebut diperoleh melalui tes hasil belajar, observasi, dan wawancara.
b. Guru
Guru berperan sebagai pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri 2 Ngasinan. Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat oleh peneliti, yaitu dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media konkret pada pembelajaran IPA tentang cahaya. Data yang dapat diperoleh dari guru berupa data hasil pengamatan tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan. Data tersebut didapat melalui observasi dan wawancara.
c. Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti mengamati kesesuaian pelaksanaan tindakan yang sudah didesain dengan kegiatan yang dilakukan guru. Saat mengamati pelaksanaan tindakan penerapan pendekatan saintifik dengan media konkret pada pembelajaran IPA tentang cahaya, peneliti juga mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Data tersebut diperoleh melalui observasi menggunakan lembar observasi.
d. Teman Sejawat
Observer dalam penelitian ini adalah teman sejawat. Teman sejawat merupakan sumber data yang penting dalam penelitian tindakan kelas.
Data yang dapat diperoleh dari teman sejawat berupa data hasil pengamatan tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media konkret pada pembelajaran IPA tentang cahaya. Teman sejawat dalam penelitian ini yaitu rekan mahasiswa. Data yang dari teman sejawat diperoleh dari wawancara dan observasi.
e. Dokumen
Dokumen adalah catatan peristiwa yang digunakan peneliti untuk mengetahui latar belakang siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan tahun ajaran 2015/2016 dan nilai hasil belajar siswa. Dokumen digunakan sebagai pelengkap dan penguat data yang lain. Dokumen yang dapat dijadikan sumber data seperti dokumen daftar nilai, foto, video yang diambil saat pelaksanaan tindakan.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2012: 308) mengatakan bahwa “Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik nontes dan teknik tes. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Teknik Nontes 1) Observasi
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi tentang langkah-langkah pembelajaran IPA tentang cahaya menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret, serta mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA.
2) Wawancara
Sugiyono (2012: 194) menjelaskan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang mendasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau setidaknya pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dilaksanakan pada saat selesainya pembelajaran dengan mengambil siswa secara acak serta observer untuk dimintakan data berupa pendapat, saran, maupun kritikan mengenai pengamatan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Dokumentasi
Selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi agar dalam pengumpulan data peneliti tidak hanya menggunakan sumber orang saja, tetapi juga memperoleh data dari sumber lain yang berupa foto dan video.
b. Teknik Tes
Menurut Arifin (2012: 118) “Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik”.
Teknik pengumpulan data berupa tes pada penelitian ini dilakukan melalui pelaksanaan tes hasil belajar pada awal sebelum dilaksanakannya pembelajaran dan akhir setelah dilaksanakannya
pembelajaran, serta evaluasi mandiri pada tiap pelaksanaan pembelajaran melalui Lembar Kerja Siswa.
2. Alat Pengumpulan Data
Pemilihan dan penggunaan alat pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur pelaksanaan pendekatan saintifik dengan media konkret dalam upaya peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan teknik yang digunakan, penggunaan alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
a. Instrumen Nontes 1) Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan pedoman yang berisi aspek-aspek yang perlu diamati. Lembar observasi diisi oleh observer untuk mengamati pelaksanaan proses pembelajaran IPA tentang cahaya dengan media konkret dengan menerapkan pendekatan saintifik yang disusun berdasarkan skenario pembelajaran.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden saat wawancara berlangsung.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam proses wawancara digunakan untuk menelusuri lebih lanjut mengenai kekurangan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan agar peneliti dapat memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
b. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam materi cahaya. Instrumen tes ini dikerjakan secara tertulis oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan. Soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah sebelum maupun sesudah dilaksanakan penelitian siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan.
3. Penyusunan Instrumen
a. Instrumen Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Konkret 1) Definisi Konsep
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang menekankan pada proses ilmiah dengan melaksanakan investigasi terhadap suatu fenomena atau objek konkret melalui proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan tentang suatu kebenaran nilai-nilai sehingga dapat mendorong siswa agar dapat mengembangkan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Media konkret merupakan media yang sebenarnya, media yang membantu pengalaman nyata peserta didik dalam memahami materi pelajaran.
Langkah-langkah penerapan pendekatan saintifik dengan media konkret dalam penelitian ini sebagai berikut.
a) Mengamati dengan media konkret
Kegiatan mengamati merupakan kegiatan mengutamakan pada kebermaknaan proses pembelajaran (meaningful learning). Siswa dapat terlibat langsung mengamati media konkret yang berupa objek secara nyata terkait materi tentang cahaya. Kegiatan mengamati merangsang kemampuan siswa dalam berpikir kritis.
b) Menanya dengan media konkret
Pada kegiatan menanya, guru harus dapat merangsang siswa untuk menanya dan menjawab pertanyaan terkait pengamatan tentang cahaya telah dilaksanakan terhadap media konkret yang ditampilkan oleh guru. Kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk siswa dalam berpikir kritis.
c) Mencoba dengan media konkret
Kegiatan mencoba dilaksanakan siswa melalui bimbingan dari guru dan dilaksanakan dengan memanfaatkan media konkret. Kegiatan ini mampu menunjang siswa dalam kemampuan berpikir kritis, karena siswa melakukan percobaan dengan cermat dan teliti agar dapat menemukan fakta-fakta yang sesuai dengan teori yang ada.
d) Menalar dengan media konkret
Siswa melakukan penalaran dengan cara mengasosiasikan antara pengetahuan yang telah diterima siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang diperoleh siswa melalui media konkret terkait materi tentang cahaya yang disampaikan oleh guru.
e) Mengkomunikasikan dengan media konkret
Pada kegiatan ini, siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama terkait materi tentang cahaya secara lisan maupun tertulis.
Melalui penerapan pendekatan saintifik dengan media konkret ini, peneliti fokus proses belajar dengan melibatkan siswa secara langsung melakukan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan untuk memahami suatu konsep atau prinsip melalui proses ilmiah, sehingga akan mendorong dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Definisi Operasional
Penerapan pendekatan saintifik dengan media konkret adalah akumulasi skor dan deskripsi yang menunjukkan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan. Skor dan deskripsi tersebut diperoleh dengan lembar observasi dan pedoman wawancara. Kisi-kisi instrumen observasi dan wawancara pelaksanaan pendekatan saintifik
dengan media konkret dalam peningkatan berpikir kritis yang disusun berdasarkan skenario pembelajaran yang terdapat pada lampiran 3 halaman 193.
3) Kisi-kisi Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Konkret Tabel 3.1. Kisi-kisi Observasi dan Wawancara Penerapan Pendekatan
Saintifik dengan Media Konkret terhadap Guru
No Aspek yang Diamati Nomor
Butir
Jumlah Butir
1. Mengamati
(keterampilan guru mengarahkan siswa untuk mengamati benda konkret)
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8 8 2. Menanya (keterampilan guru
menggali kemampuan siswa untuk bertanya tentang media konkret)
9, 10, 11,
12, 13 5
3. Mencoba (keterampilan guru mengarahkan siswa dalam kegiatan mencoba dengan media konkret)
14, 15, 16, 17, 18, 19,
20
7 4. Menalar (keterampilan guru
menumbuhkan keterampilan berpikir siswa dengan media konkret)
21, 22, 23,
24 4
5. Mengkomunikasikan (keterampilan guru dalam
menggali kemampuan siswa untuk mengkomunikasikan dengan media konkret)
25, 26, 27,
28, 29, 30 6
Jumlah 30
(Daftar selengkapnya pada lampiran 4 halaman 197)
Tabel 3.2. Kisi-kisi Observasi dan Wawancara Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Media Konkret terhadap Siswa
No Aspek yang Diamati Nomor
Butir
Jumlah Butir 1. Mengamati
(siswa mengamati media konkret)
1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8 8 2. Menanya (siswa menanyakan hal
yang belum jelas tentang media konkret)
9, 10, 11,
12, 13 5
3. Mencoba (siswa mencoba
menyelesaikan permasalahan yang ada/percobaan dengan media konkret)
14, 15, 16, 17, 18, 19,
20
7 4. Menalar (siswa menalar informasi
dari suatu percobaan dengan media konkret)
21, 22, 23,
24 4
5. Mengkomunikasikan
(mengkomunikasikan kesimpulan analisis percobaan dengan media konkret)
25, 26, 27,
28, 29, 30 6
Jumlah 30
(Daftar selengkapnya pada lampiran 5 halaman 204)
b. Instrumen Peningkatan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA 1) Definisi Konsep
Berpikir kritis adalah proses berpikir yang jelas dan terarah, digunakan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis, merefleksi permasalahan secara mendalam, serta memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian. Objek proses pembelajaran IPA dapat dicapai dalam suatu proses pembelajaran dengan pendekatan discovery-inquiry. Pendekatan ini mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan pengamatan, mengklasifikasi, membuat dugaan, menjelaskan mengukur, bertukar pendapat atau diskusi, memecahkan permasalahan (problem solving), dan membuat kesimpulan. Kemampuan yang ingin dioptimalkan dalam pendekatan discovery-inquiry adalah proses mental kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir deduktif-
induktif, kemampuan berkomunikasi, peningkatan motivasi, dan peningkatan daya resitasi peserta didik.
Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1) memberikan penjelasan dasar, (2) menentukan dasar pengambilan keputusan, (3) menarik kesimpulan, (4) bersikap dan berpikir terbuka, serta (5) berpikir dan bersikap secara sistematis dan teratur. Dalam penelitian ini, peneliti fokus terhadap peningkatan berpikir kritis siswa sesuai indikator berpikir kritis tersebut khususnya dalam pembelajaran IPA tentang cahaya.
2) Definisi Operasional
Berpikir kritis siswa dapat didata melalui skor-skor yang menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang cahaya. Skor-skor tersebut diperoleh melalui lembar observasi dan wawancara yang diberikan kepada observer dan siswa. Adapun aspek yang diamati dalam menentukan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu: (1) memberikan penjelasan dasar, (2) menentukan dasar pengambilan keputusan, (3) menarik kesimpulan, (4) bersikap dan berpikir terbuka, serta (5) berpikir dan bersikap secara sistematis dan teratur.
3) Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA
a) Teknik Nontes
Teknik nontes menggunakan instrumen berupa lembar observasi penilaian proses yang berisi aspek-aspek pengamatan peneliti dan guru kelas terhadap siswa yang telah dilengkapi dengan deskriptor penilaian dan tabel aspek penilaian hasil laporan siswa. Lembar observasi ini akan digunakan untuk menilai proses siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran berdasarkan deskriptor dan teknik penskoran yang telah ditentukan. Sementara aspek
penilaian hasil laporan akan digunakan untuk menilai hasil laporan tertulis siswa yang dibuat setelah melaksanakan kegiatan eksperimen secara berkelompok. Kisi-kisi lembar observasi penilaian proses siswa dan tabel aspek penilaian laporan tertulis adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Observasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPA
No Aspek yang Diamati Nomor Butir
Jumlah Butir 1. Memberikan penjelasan dasar 1, 2, 3,
4 4
2. Menentukan dasar pengambilan keputusan
5, 6, 7, 8
4 3. Menarik kesimpulan 9, 10,
11, 12
4 4. Bersikap dan berpikir terbuka 11, 12,
13, 14
4 5. Berpikir dan bersikap secara
sistematis dan teratur
15, 16, 17, 18
4
Jumlah 20
(Daftar selengkapnya pada lampiran 5 halaman 211)
Setiap butir pernyataan yang memenuhi semua deskriptor memperoleh skor 4, memenuhi 3 deskriptor memperoleh skor 3, memenuhi 2 deskriptor memperoleh skor 2, hanya memenuhi 1 deskriptor memperoleh skor 1, dan apabila tidak ada deskriptor yang terpenuhi memperoleh skor 0. Cara menghitung persentaseadalah sebagai berikut:
Persentase =
b) Teknik Tes
Teknik tes menggunakan instrumen berupa soal yang berkaitan dengan materi tentang cahaya. Soal tes ini digunakan untuk
memperoleh informasi nilai hasil belajar siswa dalam berpikir kritis pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Kisi-kisi soal tes yang akan digunakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 1
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif
No soal
Bentuk soal 6.1.1
Membedakan sumber cahaya
Menyebutkan sumber cahaya buatan
Menyebutkan sumber cahaya alami
Menjelaskan sumber cahaya terbesar di bumi
C1
C1
C2
1
2
2
PG
IS
PG
6.1.2
Mendemonst rasikan cahaya merambat lurus
Menjelaskan contoh cahaya merambat lurus
Mengkategorikan peristiwa cahaya merambat lurus Menjelaskan proses terjadinya cahaya merambat lurus Menyimpulkan peristiwa merambat lurus
Menyimpulkan peristiwa merambat lurus
C2
C3
C3
C4
C4
3
3
4
5
5
IS
PG
IS
PG
IS
6.1.3
Menyebutkan contoh cahaya merambat lurus
Menjelaskan terlihatnya cahaya lilin
Mengurutkan contoh peristiwa cahaya merambat lurus
C2
C3
2
4
IS
PG
Tabel 3.5.Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 2
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif
No soal
Bentuk soal 6.1.4
Membuktikan cahaya dapat menembus benda bening
Menyebutkan pengertian benda bening
Menyebutkan sifat cahaya menembeus benda bening Menjelaskan peristiwa cahaya menembeus benda bening
Menyebutkan contoh benda gelap
C1
C1
C2
C2
1
2
2
2
PG
IS
PG
IS
6.1.5
Menjelaskan contoh cahaya menembus benda bening
Menjelaskan peristiwa cahaya menembus benda bening
Mengkategorikan contoh cahaya menembus benda bening
Mengkategorikan contoh benda bening Menyimpulkan peristiwa cahaya menembus benda bening
C3
C3
C3
C4
3
4
3
5
PG
PG
IS
IS
6.1.6
Mengelompok kan benda bening dan gelap
Mengkategorikan contoh benda gelap Menyimpulkan peristiwa cahaya menembus benda bening
C1
C4
4
5
IS
PG
Tabel 3.6. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I Pertemuan 3
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif No soal
Bentuk soal 6.1.7
Mendeskripsi kan
pemantulan cahaya
Menunjukkan cahaya dapat dipantulkan Menyebutkan sifat cahaya dapat dipantulkan Menunjukkan
peristiwa cahaya dapat dipantulkan
Menunjukkan pengertian cermin datar
C1
C1
C2
C2
1
1
2
2
PG
IS
PG
IS
6.1.8
Membedakan pemantulan teratur dan pemantulan baur
Menunjukkan cahaya dipantulkan ke segala arah
Menyimpulkan
peristiwa cahaya dapat dipantulkan pada kertas karton Menyimpulkan
peristiwa cahaya dapat dipantulkan
Menyimpulkan
peristiwa cahaya dapat dipantulkan
C2
C3
C4
C4
3
4
4
5
IS
IS
PG
PG
6.1.9
Mendemonstr asikan sifat- sifat cahaya yang
mengenai cermin datar
Mengkategorikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar Menyimpulkan
peristiwa pemantulan cahaya pada cermin datar
C3
C4
3
5
PG
IS
Tabel 3.7. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan 1
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif
No soal
Bentuk soal 6.1.10
Membedakan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung
Menunjukkan pengertian cermin cekung
Menunjukkan pengertian cermin cembung
Menyebutkan pengertian cermin cekung
Menunjukkan benda yang menggunakan cermin cembung Menyimpulkan
pemantulan cahaya pada cermin cembung
C1
C1
C1
C3
C4
1
1
2
4
5
PG
IS
IS
PG
IS
6.1.11 Menjelaskan contoh penggunaan cermin cekung dan cembung
6.1.12
Menunjukkan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung dan cembung
Menunjukkan contoh benda yang
menggunakan cermin cekung
Menjelaskan bayangan yang dibentuk cermin cekung
Mengkategorikan benda termasuk cermin cekung atau cembung
Menjelaskan sifat bayangan yang dibentuk cermin cekung
Menyimpulkan penggunaan cermin cembung
C2
C2
C3
C2
C4
2
3
4
3
5
PG
IS
IS
PG
PG
Tabel 3.8. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan 2
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif
No soal
Bentuk soal 6.1.13
Menunjukkan pembiasan cahaya
Menyebutkan peristiwa pembiasan cahaya Menunjukkan peristiwa pembiasan cahaya pada uang logam
Menunjukkan kerapatan udara Menunjukkan gambar peristiwa pembiasan cahaya
C1
C1
C2
C3
1
1
2
3
PG
IS
IS
PG
6.1.14 Menjelaskan contoh pembiasan cahaya
Menunjukkan perambatan cahaya pada peristiwa pembiasan cahaya Menjelaskan sifat kerapatan udara dibandingkan air Mengkategorikan contoh pembiasan cahaya
Menunjukkan
pembiasan cahaya pada pensil di dalam gelas berisi air
C2
C2
C3
C3
2
3
4
4
PG
IS
PG
IS
Menyimpulkan
pembiasan cahaya pada uang logam
Menyimpulkan
pembiasan cahaya pada uang logam
C4
C4
5
5
PG
IS
Tabel 3.9. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II Pertemuan 3
Indikator Tujuan Jenjang
kognitif No soal
Bentuk soal 6.1.15
Menjelaskan cahaya dapat diuraikan
Menjelaskan pengertian cahaya polikromatik
Menunjukkan cahaya yang dihasilkan pada peristiwa penguraian cahaya
Menjelaskan penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan warna pelangi
Menunjukkan terjadinya pelangi Menunjukkan cakram warna
C1
C1
C2
C2
C2
C2
1
1
2
3
2
3
PG
IS
PG
PG
IS
IS
6.1.16
Mendemonstra sikan cahaya dapat diuraikan
Mengkategorikan peristiwa penguraian cahaya
Menjelaskan terjadinya pelangi
Menyimpulkan peritiwa penguraian cahaya
Menyimpulkan peritiwa penguraian cahaya pada balon busa
C3
C3
C4
C4
4
4
5
5
PG
IS
PG
IS
F. Teknik Uji Validitas Data
Validitas menurut Sugiyono (2012: 363) merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validasi digunakan agar diperoleh data yang valid dari suatu penelitian. Data yang valid dalam suatu penelitian merupakan data yang sesuai dengan kenyataan dari apa yang sedang diteliti atau dites. Agar diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Instrumen evaluasi dipersyaratkan valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Validasi data yang diperoleh melalui triangulasi. Triangulasi merupakan kegiatan memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis dengan cara membandingkan hasil orang lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama.
Adapun teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik yaitu peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diterapkannya pendekatan saintifik dengan media konkret dalam pembelajaran IPA di kelas V SD tentang cahaya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengolah data dari sumber data untuk menampilkan hasil penelitian yang mudah dipahami sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari proses analisis penerapan pendekatan saintifik dengan media konkret, sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa pada ulangan tengah semester pada materi IPA. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif menurut
Sugiyono (2012: 334) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan peningkatan berpikir kritis siswa.
Mengacu pendapat Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012: 337) menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan seringkali berjumlah cukup banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.
Peneliti melakukan pemfokusan data hasil observasi dan wawancara.
Peneliti melakukan reduksi data dengan cara mengelompokkan data yang diperlukan dan membuang data yang tidak diperlukan yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang digunakan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun sekumpulan informasi yang diperoleh dari hasil reduksi sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Penyajian data dapat ditampilkan dalam bentuk narasi, grafik, tabel, dan matrik yang berfungsi untuk menunjukkan informasi tentang sesuatu hal berkaitan dengan antara variabel yang satu dengan yang lainnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu proses menarik intisari atas sajian data dalam bentuk pernyataan yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Data yang telah diproses dengan langkah-langkah
seperti di atas, kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yang berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat kembali pada reduksi data maupun pada penyajian data sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari permasalahan penelitian.
H. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian.
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan, Bonorowo, Kebumen dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret.
Indikator-indikator kinerja yang dicapai sebagai bentuk keberhasilan penelitian tindakan kelas ini yaitu:
Tabel 3.10. Indikator Kinerja Penelitian Aspek yang Diukur Persentase yang
Ditargetkan Cara Mengukur Guru melaksanakan
pendekatan saintifik dengan media konkret sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan saintifik dengan media konkret
85%
Diamati pada saat guru melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media konkret, KKM = 70
Respon siswa dalam melaksanakan pendekatan saintifik dengan media konkret sesuai dengan
langkah-langkah pendekatan saintifik dengan media konkret
85%
Diamati pada saat siswa melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media konkret, KKM = 70
Kemampuan berpikir
kritis siswa 85%
Diamati pada saat guru melaksanakan
pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan media konkret, minimal seluruhnya memenuhi 3 deskriptor, KKM = 70
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2010: 16). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan (planning), (b) penerapan tindakan (action), (c) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Berikut gambar 3.2 skema pelaksanaan tindakan kelas model spiral menurut Arikunto, dkk (2010: 16). Secara garis besar ada empat tahapan yang
lazim dilalui dalam penelitian tindakan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas Sumber : Arikunto, dkk. (2010: 16) 1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan.
Dalam penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap
Perencanaan
SIKLUS I Pengamatan
Perencanaan SIKLUS II Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
?
PerencanaanSIKLUS III Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Peneliti adalah pihak yang paling berkepentingan untuk meningkatkan kinerja, maka pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan peneliti agar pelaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realistis, dan dapat dikelola dengan mudah.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap kedua dari penelitian adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.
Dalam pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi juga tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dan perencanaan harus sinkron.
3. Tahap Pengamatan
Tahap ketiga adalah pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Sebenarnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan secara bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Saat melakukan pengamatan, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Tahap Refleksi
Tahap keempat merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata Bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia pemantulan. Selesai melakukan tindakan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus yaitu siklus I, II, dan III.
Tahapan dalam setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan siklus I merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah yang telah dilaksanakan. Adapun pelaksanaan siklus II merupakan re-plan dari siklus I. Adapun uraian rancangan pembelajarannya sebagai berikut:
1. Siklus I
Siklus I merupakan tindakan yang dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari identifikasi masalah yang telah dilakukan. Penelitian tindakan dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun, yaitu meliputi 4 tahap sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I pertemuan pertama adalah: (1) meminta izin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian siklus I, (2) menunjuk guru sebagai kolaborator penelitian tindakan kelas, (3) mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam pembelajaran contohnya data siswa dan daftar nilai IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan tahun ajaran 2015/2016, (4) menyusun skenario tindakan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret, serta skenario pembelajaran siklus I, (5) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I pertemuan pertama dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model, sedangkan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, (6) menyusun Lembar Kerja Siswa berkaitan dengan pokok bahasan cahaya, (7) menyusun alat-alat evaluasi tindakan berupa lembar evaluasi, lembar observasi, pedoman wawancara pelaksanaan pembelajaran tentang cahaya melalui
pendekatan saintifik dengan media konkret, dan menyusun lembar observasi berpikir kritis siswa siklus I, (8) menghubungi kolaborator sebagai pelaksana penelitian tindakan kelas, (9) menghubungi observer untuk mengawasi dan menilai kegiatan pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret, (10) menetapkan fokus atau membuat skenario tindakan pembelajaran bersama kolaborator, (11) membuat surat perjanjian kerjasama antara peneliti dengan kolaborator, (12) membuat surat keterangan menjadi observer yang meliputi peneliti dan dua teman sejawat peneliti.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Guru melaksanakan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret di kelas V SD Negeri 2 Ngasinan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tahap pelaksanaan pada siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model, sedangkan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Adapun materi yang akan dibahas pada pertemuan pertama hari Selasa, 16 Februari 2016 pukul 07.30- 09.00 WIB yaitu tentang sifat cahaya merambat lurus, dengan indikator: (1) menjelaskan sumber cahaya, (2) mendemonstrasikan cahaya merambat lurus, (3) menjelaskan contoh cahaya merambat lurus. Pada pertemuan pertama media konkret yang digunakan berupa lilin, jepitan kayu, dan karton tebal. Materi pada pertemuan kedua hari Jumat, 19 Februari 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu tentang sifat cahaya menembus benda bening, dengan indikator: (1) membuktikan cahaya dapat menembus benda bening, (2) menjelaskan contoh cahaya menembus benda bening, dan (3) mengelompokkan benda bening dan benda gelap. Pada pertemuan kedua media konkret yang digunakan berupa lampu senter, gelas bening, plastik bening, kardus, karton
hitam, dan batu bata. Materi yang dipelajari pada pertemuan ketiga hari Selasa, 23 Februari 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu tentang pemantulan cahaya pada cermin datar dengan indikator: (1) mendeskripsikan pemantulan cahaya, (2) membedakan pemantulan teratur dan pemantulan baur, (3) mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar. Pada pertemuan ketiga media konkret yang digunakan berupa cermin datar dan alat tulis. Selama pembelajaran, guru dan siswa melaksanakan langkah-langkah pendekatan saintifik dengan media konkret.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan siklus I dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan oleh pengamatan dan teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap isi tindakan, pelaksanaan tindakan, maupun akibat yang timbul dari tindakan guru. Langkah berikutnya, peneliti menganalisis hasil yang dicapai siswa setelah tindakan. Hal ini dilakukan sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan tentang kendala proses pelaksanaan pendekatan saintifik dengan media konkret pada setiap siklus. Tahap akhir dari pengamatan ini adalah mendiskusikan hasil pengamatan bersama guru kelas terhadap pelaksanaan tindakan sebagai bahan untuk mengadakan refleksi serta menyusun langkah atau rencana selanjutnya.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti mengadakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan terhadap tindakan yang telah dilaksanakan sehingga menemukan kelebihan maupun kekurangan selama proses pembelajaran. Kemudian peneliti mengkaji dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari pembelajaran tersebut. Dari hasil refleksi, peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran untuk siklus berikutnya. Tahap refleksi juga merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh
tindakan. Pada tahap ini peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum diadakan tindakan dan kondisi sesudah diberikan tindakan siklusi I. Berdasarkan hasil refleksi ini guru melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Kegiatan pada siklus II, guru dan siswa mengalami perubahan yang lebih baik berdasarkan refleksi pada siklus I. Pada siklus II ini, kendala yang muncul pada siklus I dapat diatasi sehingga proses pembelajarannya lebih baik.
a. Perencanaan
Perencanaan yang disusun telah mendapat masukan dari berbagai sumber yang ditulis pada kegiatan refleksi, agar terjadi perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya. Perencanaan yang perlu diperbaiki dalam kegiatan sebelumnya perlu dilakukan agar perencanaan selanjutnya lebih baik. Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II dengan membuat RPP siklus II dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model, kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya berdasarkan hasil refleksi siklus I dan menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk melaksanakan tindakan siklus II.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Seperti pada siklus I, dalam siklus II peneliti juga akan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret dalam pembelajaran IPA pada materi cahaya. Pada siklus II ini direncanakan ada tiga kali pertemuan. Tahap tindakan pada siklus II adalah melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan perencanaan yang telah dibuat pada siklus II untuk memperbaiki proses pembelajaran siklus I.
Tahap pelaksanaan pada siklus II ini terdiri dari tiga kali pertemuan dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model, sedangkan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama hari Jumat, 26 Februari 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu tentang pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung, dengan indikator: (1) membedakan pemantulan cahaya pada cermin cekung dan cermin cembung, (2) menjelaskan contoh penggunaan cermin cekung dan cermin cembung, (3) menunjukkan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung dan cembung. Pada pertemuan pertama media konkret yang digunakan berupa sendok yang mengkilap permukaannya, spidol, dan kaca spion motor. Materi pada pertemuan kedua hari Selasa, 01 Maret 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu tentang pembiasan cahaya dengan indikator: (1) menunjukkan pembiasan cahaya, (2) menjelaskan contoh pembiasan cahaya. Pada pertemuan kedua media konkret yang digunakan berupa gelas bening, air putih, pulpen, dan uang logam. Materi yang dipelajari pada pertemuan ketiga hari Jumat, 04 Maret 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu tentang pemantulan cahaya pada cermin datar dengan indikator:
(1) menjelaskan cahaya dapat diuraikan, (2) mendemonstrasikan cahaya dapat diuraikan. Pada pertemuan ketiga media konkret yang digunakan berupa alat penyemprot yang sudah tidak terpakai dan air.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan oleh observer dengan kegiatan yang sama dengan siklus I yaitu mengamati pelaksanaan dan mencatat segala kejadian saaat tindakan. Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi instrumen pengamatan terhadap perhatian dan umpan balik siswa.
d. Refleksi
Kegiatan pada siklus II diakhiri dengan kegiatan refleksi yang dilakukan oleh guru bersama peneliti dan obserever berdasarkan hasil
pengamatan selama proses pembelajaran dilaksanakan. Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan guru sehingga dijadikan perbaikan siklus III.
3. Siklus III
Kegiatan pada siklus III merupakan tindakan berdasarkan refleksi pada siklus II. Pada siklus III ini, peneliti menekankan pencapaian tujuan pembelajaran yang belum dicapai dengan memberikan perbaikan terhadap kendala yang muncul pada siklus II.
a. Perencanaan
Perencanaan yang disusun telah mendapat masukan dari berbagai sumber yang ditulis pada kegiatan refleksi, agar terjadi perbaikan dalam pembelajaran selanjutnya. Perencanaan yang perlu diperbaiki dalam kegiatan sebelumnya perlu dilakukan agar perencanaan selanjutnya lebih baik. Pada tahap perencanaan siklus III, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II dengan membuat RPP siklus III dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model, kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya berdasarkan hasil refleksi siklus II dan menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk melaksanakan tindakan siklus III.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan tindakan ini didasarkan pada perencanaan yang telah disusun. Guru melaksanakan tindakan pada siklus III dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret dalam pembelajaran IPA pada materi cahaya. Tindakan pada siklus III dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk memperbaiki tindakan yang dilaksanakan pada siklus II.
Tahap pelaksanaan pada siklus III ini terdiri dari satu kali pertemuan dengan standar kompetensi menerapkan sifat-sifat cahaya
melalui kegiatan membuat suatu karya/model, kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Materi yang dipelajari pada hari Selasa, 15 Maret 2016 pukul 07.30-09.00 WIB yaitu materi-materi yang telah dipelajari pada siklus I dan siklus II yang masih perlu dimantapkan.
c. Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan oleh observer dengan kegiatan yang sama dengan siklus I dan II yaitu mengamati pelaksanaan dan mencatat segala kejadian saaat tindakan. Pengamatan dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung dengan mengisi instrumen pengamatan terhadap perhatian dan umpan balik siswa.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi siklus III, akan diperoleh hasil yang lebih baik atau meningkat dari siklus I dan II sehingga kriteria keberhasilan dapat tercapai maksimal. Optimalisasi keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan ini membuktikan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan media konkret dapat meningkatkan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA tentang cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 2 Ngasinan.