• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, diselenggarakan secara sengaja, sistematis, terarah dan terprogram. Dalam lembaga pendidikan terdapat berbagai macam peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

UU RI 2003 bab 11 pasal 39 ayat 1 tentang sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa Pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Untuk tercapai suatu pendidikan yang optimal maka, usaha-usaha pendidikan itu perlu ditunjang oleh kegiatan-kegiatan yang sejalan dengan perkembangan siswa, kegiatan itu disebut Bimbingan dan Konseling.

Nugroho, dalam buku Hartinah (2009:3-4), mengatakan bahwa :

“Manusia merupakan makluk sosial di manapun ia berada, di belahan dunia manapun, dan dari kebudayaan apa saja pasti membutuhkan kelompok sebagai sarana untuk menyalurkan hajat-hajat sosialnya, mengembangkan kemampuan pribadi, bersosialisasi, serta sebagai bagian dari proses aktualisasi diri secara utuh”.

Sebagai makluk sosial, siswa tidak akan terlepas dari sesama atau teman di lingkungan sekolah, dalam hal ini ada ketergantungan atau saling membutuhkan antara satu sama lain. Dalam kelompok ada berbagai macam karakter yang dimiliki oleh setiap siswa.

Dengan perbedaan karakter, maka seringkali siswa sulit untuk saling memahami, saling mengerti, saling menerima, tidak adanya keterbukaan, keberanian dan saling percaya satu sama lain, dan bahkan hal ini akan terbawa pada perselihan atau terjadinya konflik.

Persoalan seperti ini tidak akan bisa diselesaikan oleh kelompok atau siswa itu sendiri oleh

(2)

karena itu, perlu diatasi dan dicari jalan keluar melalui kegiatan bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan kelompok yang di laksanakan oleh konselor.

Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan untuk membimbing dan mengarahkan para siswa dalam upaya memahami diri, dan mengenal lingkungan serta bertanggung jawab atas hidup dan masa depannya. Untuk itu sekolah bertugas mengembangkan potensi, kemampuan, bakat, minat dari siswa yang memungkinkan mereka menjadi manusia yang berkembang secara optimal dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil awal studi dokumentasi tentang visi dan misi sekolah SMP N I

Waikabubak, peneliti mendapatkan informasi bahwa SMP Negeri I Waikabubak adalah

suatu lembaga pendidikan formal yang menuntut siswanya agar disiplin dalam mengikuti

pelajaran, menjaga kerapian dan kebersihan pakaian, memiliki kemampuan dan

mengembangkan potensi, serta bakat dan minat siswa. Untuk mengetahui keadaan siswa,

maka perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi serta melaksanakan bimbingan dan

konseling yang dilakukan oleh konselor. Namun kenyataannya, siswa SMP Negeri I

Waikabubak kurang memiliki minat belajar, pergaulan dalam kelompok sangat terbatas,

komunikasi antara teman kurang hangat dan tidak begitu akrab, tidak mampu mengatasi

masalah kelompok yang dihadapi misalnya kesalahpahaman, perkelahian, merokok, bolos

pada jam pelajaran, alpa atau meninggalkan sekolah tanpa berita, persaingan yang tidak

sehat, tidak adanya toleransi antara teman, dan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan

aturan yang ada di sekolah. Selain itu peranan konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan

dan konseling khususnya penyelenggaraan bimbingan kelompok belum optimal hal ini

karena tidak adanya jam khusus bimbingan dan konseling, konselor mempunyai tugas lain

dan kurangnya buku sumber bimbingan dan konseling serta kurangnya kordinasi yang baik

(3)

dari pihak pengelolah. Melihat kondisi ini, maka konselor perlu melaksanakan tugasnya dengan profesional sehingga dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah-maslah tersebut dan meningkatkan potensi siswa, relasi sosial siswa yang baik serta peningkatan kemampuan pemahaman siswa akan manfaat bimbingan kelompok.

Penyelenggaraan bimbingan kelompok di sekolah sering dilaksanakan oleh konselor, sehingga siswa sangat terbantu dalam penyelesaian masalah kelompok, namun belum optimal. Oleh karena itu, konselor harus berperan secara profesional dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya.

Berdasarkan data masalah siswa dan peranan konselor yang belum optimaldi atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peranan Konselor Sekolah Dalam Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok” (Studi deskriptif pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua bagian yaitu Masalah umum dan Masalah khusus.

1. Masalah Umum

Masalah Umumnya adalah Bagaimana Peranan Konselor Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012?.

2. Masalah Khusus

(4)

a. Bagaimana Peranan Konselor Sekolah dalam Merencanakan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Suba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

b. Bagaimana Peranan Konselor Sekolah Dalam Melaksanakan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

c. Bagaimana Peranan Konselor Sekolah dalam Mengevaluasi Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP N I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

d. Bagaimana Peranan Konselor Sekolah dalam Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka, tujuan umum penelitian ini adalah: Untuk Mengetahui Peranan Konselor Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian dilakukan dengan tujuan:

(5)

1) Untuk Mengetahui Peranan Konselor Sekolah dalam Merencanakan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

2) Untuk Mengetahui Peranan Konselor Sekolah dalam Melaksanakan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

3) Untuk Mengetaui Peranan Konselor Sekolah dalam Mengevaluasi Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

4) Untuk Mengetahui Peranan Konselor Sekolah dalam Menindaklanjuti Hasil Evaluasi Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas VIII SMP N I Waikabubak Sumbga Barat Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan dapat mendatangkan hasil yang bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah selaku penanggungjawab kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, agar melakukan koordinasi yang baik dalam hal pengadaaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan konselor dalam kegiatan bimbingan dan konseling secara khususnya bimbingan kelompok.

b. Bagi Guru-Guru dan Wali Kelas

(6)

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi guru-guru dan wali kelas untuk memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan bimbingan kelompok di sekolah serta membantu konselor dalam melakukan pengumpulan data siswa.

c. Bagi Konselor Sekolah

Hasil penelitian ini memberi masukan bagi konselor sekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya untuk melaksanakan bimbingan kelompok di sekolah dengan sungguh-sungguh dan terstruktur sehingga dapat menjawab apa yang diharapkan oleh siswa.

d. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para siswa agar mengetahui peranan konselor sekolah sehingga dapat memanfaatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai sarana bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

D. Ruang Lingkup Penelitan

Ruang lingkup penelitian ini mengacu pada hal-hal yang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih terarah dan lebih fokus pada penelitian.

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah Peranan Konselor Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok Bagi Siswa kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak Sumba Barat Tahun ajaran 2011/2012.

2. Subjek Penelitian

(7)

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menetapkan subjek penelitian sebagai sumber pemberi informasi. Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu: Konselor Sekolah, Kepala Sekolah, Wali kelas dan siswa kelas VIII SMP Negeri I Waikabubak.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Negeri I Waikabubak-Sumba Barat.

4. Waktu Penelitian.

Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama kurang lebih enam bulan (Januari – Juni 2012).

E. Penegasan Konsep

Demi terciptanya suatu pengertian yang sama dari para pembaca tentang topik penelitian ini, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa konsep yang terdapat dalam penelitian.

1. Peranan

Menurut Wadarminto (1985), mengatakan bahwa peranan merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.

Atau dengan kata lain, peranan merupakan suatu tugas kegiatan yang dijalankan oleh seseorang, dalam rangka sebuah kegiatan dengan misi dan tujuan tertentu.

2. Konselor

Menurut Sukardi (1998:37) mengatakan bahwa:

“Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka

telah disiapkan oleh lembaga atau konstitusi pendidikan yang berwewenang,

mereka dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang

diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Jadi dengan demikian

(8)

dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah sengaja dibentuk atau disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga yang profesional dalam hal pengetahuan, pengalaman, dan kualitas pribadinya dalam bimbingan dan konseling”.

Berdasarkan definisi di atas maka peranan konselor dalam hubungan dengan penelitian ini adalah seperangkat tugas yang dilaksanakan oleh seseorang yang telah dipersiapkan secara khusus dalam bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam bimbingan kelompok dengan tujuan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah, dan dalam kegiatan tersebut diselenggarakan melalui kegiatan merencanakan bimbingan kelompok, melaksanakan bimbingan kelompok, mengevaluai bimbingan kelompok dan menindaklanjuti bimbingan kelompok.

3. Penyelenggaraan

Penyelenggaraan adalah perbuatan seseorang untuk meenyelenggarakan atau melakukan sesuatu. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan bimbingan kelompok yang berperan utama adalah konselor sekolah. Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok yang perlu dilakukan konselor sekolah adalah merencanakan bimbingan kelompok, melaksanakan bimbingan kelompok, mengevaluasi bimbingan kelompok dan menindaklanjuti bimbingan kelompok.

4. Bimbingan Kelompok

Sukardi (2008:64) mengatakan bahwa:

“Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan

peserta didiksecara bersama memperoleh berbagai bahan informasi dari nara

sumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk

menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota

keluarga dan masyarakat, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan

keputusan”.

(9)

Berdasarkan pendapat di atas maka, dapat peneliti menyimpulkan bahwa

bimbingan kelompok adalah suatu layanan bimbingan melalui pemberian informasi oleh

pembimbing atau konselor kepada sekelompok siswa yang bertujuan untuk

pengembangan diri siswa baik pribadi, sosial, belajar dan karier serta teratasinya

berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan berkelompok.

Referensi

Dokumen terkait

memuat penjelasan-penjelasan atau teori-teori yang menyangkut variabel baik variabel terikat (Y) maupun variabel bebas (X) melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan

12.Peserta seleksi yang membawa alat komunikasi (HP), kamera dalam bentuk apapun serta melanggar tata tertib dianggap gugur dan dikeluarkan dari

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Bahwa dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka terdapat 30 jenis Retribusi Daerah yang menjadi

N Total Cases 50 Excluded Cases(a) 0 Forecasted Cases 0 Newly Created Cases 0. a Cases with a missing value in any variable are excluded from