1
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
IMPROVING THE QUALITY OF GOAT MILK POWDER PRODUCTS USING QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (CASE STUDIES IN KUB ETTAWA
MULYA, YOGYAKARTA)
Andreas Febri Widiantoro , Wahyu Supartono, Darmawan Ari N
Agroindustrial Technology, Faculty of Agriculture Technology Gadjah Mada University - Yogyakarta
ABSTRACT
Indonesia is a country rich in natural resources but the problem of food still happened. One of the problem in this case is malnutrition. Management of natural resources is not optimal to be one cause of this problem. Cow's milk is one source of nutrition but can not supply sufficient. Goat milk is one commodity that potential to be developed as a solution. Similar to cow's milk, goat milk can be processed into milk powder. KUB Ettawa Mulya an industry that produces goat milk powder. But the milk powder has not been widely accepted by consumers. This is because not incompatibility organoleptic characteristics of products with consumer expectations. The
research was conducted to determine the organoleptic attributes of products and technical needs in improving the quality of goat milk powder products that match consumer expectations. This research was conducted using the method of Quality Function Deployment.
The results obtained 5 priority customer needs and technical requirements. Needs of its consumers are taste and smell of milk after brewing and in the condition and color of milk powder after brewed. While the technical requirements that reduce the amount of sugar is added, set the heater temperature, to the stirring in a row during the treatment process, using a wok made from stainless steel and instructed to suppliers of fresh milk to boil the fresh milk immediately after milking.
Key words: Quality Improvement, Quality Function Deploymet, Goat Milk.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan sebagainya. Dari sekian banyak sumberdaya alam yang ada, sumberdaya ini memiliki potensi untuk dikembangkan, terlebih sebagai salah satu solusi permasalahan tentang pangan di Indonesia. Salah satu permasalahan mengenai pangan di Indonesia adalah rendahnya tingkat gizi nasional. Berdasarkan data dari BPS (BPS, 2011) ditunjukkan bahwa pada tahun 2005 masih terdapat sebanyak 8,08% balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang 19,24 %.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk adalah rendahnya konsumsi
makanan bergizi. Susu merupakan salah satu makanan yang memiliki nilai gizi yang baik namun di
Indonesia jumlah konsumsinya masih rendah yaitu 9,71 liter per orang per tahun. Rendahnya tingkat
konsumsi ini dipengaruhi oleh rendahnya produksi susu nasional dan rendahnya daya beli serta budaya
minum susu di masyarakat. Data dari Departemen Pertanian menyebutkan bahwa total produksi susu
dalam negeri mencapai 350 ribu ton per tahun. Jumlah ini masih di bawah jumlah impor susu dalam
negeri yaitu sebanyak 1,5 juta ton per tahun (Ekawati, 2008). Rendahnya produksi susu ini disebabkan
karena komoditas susu yang lebih dominan dikembangkan adalah susu sapi saja, padahal masih
terdapat susu dari hewan ruminasia lain yang berpotensi untuk dikembangkan, misalnya susu
kambing.
Di wilayah Yogyakarta, terdapat sebanyak 10 unit industri berskala kecil yang mengolah susu kambing menjadi produk olahan seperti susu bubuk. Pengolahan susu segar menjadi susu bubuk merupakan upaya dalam meningkatkan nilai ekonomis dari produk, misalnya untuk memperpanjang masa simpan dan mempermudah dalam pendistribusian produk. Di Indonesia susu bubuk masih menjadi trend dengan jumlah konsumsi sebanyak 82,1% dari total konsumsi susu (Anonim, 2011).
KUB Ettawa Mulya yang berlokasi di Dusun Kemiri Kebo, Desa Girikerto, Kecamatan Turi Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan salah satu contoh industri yang mengolah susu kambing bubuk.
KUB Ettawa Mulya merupakan perintis tumbuhnya UKM pengolah susu kambing di Yogyakarta. Walaupun masih tergolong industri kecil, kapasitas produksinya tergolong lebih besar dibandingkan dengan produsen susu kambing bubuk lain di Yogyakarta. Kapasitas produk KUB ini mencapai 100-150 liter susu kambing perhari, sedangkan KUB lain misalnya KUB Adi Jaya hanya sebanyak 20 liter susu kambing perharinya. Proses produksi yang masih dilakukan secara tradisional, yaitu masih menggunakan metode dan peralatan yang sederhana sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan begitu juga terhadap penerimaan konsumen. Kualitas produk ini sangat berkaitan dengan karakteristik produk atau organoleptik yang sering diperhatikan oleh konsumen.
Konsumen yang mengkonsumsi produk susu bubuk ini tergolong sempit, yaitu konsumen yang percaya akan manfaat produk dalam bidang kesehatan saja yang menjadikan susu kambing sebagai obat, padahal produsen berharap susu kambing bubuk memiliki pangsa pasar yang lebih luas yaitu masyarakat secara umum. Salah satu penyebab terbatasnya pangsa pasar adalah karena kualitas produk yang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan konsumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengidentifikasi keinginan konsumen serta langkah lebih lanjut dalam meningkatkan kualitas produk susu kambing bubuk ini. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memecahakan permasalahan tersebut adalah metode Quality Function Deployment (QFD).
Melalui metode QFD ini kebutuhan pelanggan atau yang disebut dengan “voice of customer”
akan diterjemahkan ke dalam karakteristik mutu dari produk. QFD menyediakan suatu metode yang sistematis dalam menentukan kebutuhan pelanggan, memprioritaskannya dan menerjemahkannya ke dalam parameter disain produk (Harvey, 1998).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh prioritas atribut kebutuhan konsumen dan kebutuhan teknis dalam upaya peningkatan kualitas produk susu kambing bubuk yang sesuai dengan harapan konsumen.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di KUB Ettawa Mulya, Turi, Sleman, Yogyakarta dan di KUB Adi Jaya, Seyegan, Sleman, Yogyakarta pada bulan Mei - Juni 2011. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap 97 responden dengan teknik purposive sampling, kriteria yang digunakan adalah konsumen susu kambing yang berada di Yogyakarta dan berusia minimal 17 tahun. Tahap-tahap penelitian ini yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Observasi
2. Perumusan masalah dan penetapan tujuan 3. Studi pustaka
4. Identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen 5. Penyusunan kuesioner
6. Pengambilan sampel/ uji coba kuesioner 7. Penyebaran kuesioner akhir
8. Pembahasan (analisis Quality Function Deployment) 9. Penarikan kesimpulan dan saran
Sedangkan tahapan analisis QFD dilakukan sebagai berikut :
3
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
Penentuan Karakteristik Atribut Kebutuhan Konsumen terhadap Produk Susu
Mulai
Penentuan Rancangan dan Target Kebutuhan Teknis
Adakah Hubungan Antara Kebutuhan Konsumen dengan
Kebutuhan Teknis
Penentuan Hubungan Antar Kebutuhan Teknis
Analisa Kinerja Produk
(Penentuan Kinerja Produk Industri dan Kinerja Pesaing)
Pengembangan Prioritas Kebutuhan Konsumen -Analisa Tingkat Kepentingan Konsumen
-Penentuan Tujuan Masa Depan -Penentuan Tingkat Perbaikan
-Penentuan Titik Penjualan -Perhitungan Skala Kepetingan Konsumen dan
Normalisasi Skala Kepentingan Konsumen
Pengembangan Prioritas Kebutuhan Teknis -Tingkat Kesulitan Kebutuhan Teknis -Penentuan Prioritas dan normalisasi Prioritas
Penentuan Arah Perbaikan
Selesai
Ada Hubungan
Tidak
House of Quality (HoQ)
Penarikan Kesimpulan dan Saran
Gambar 1. Diagram Alir Analisis Quality Function Deployment HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Atribut Kebutuhan Konsumen
Hasil kuesioner pendahuluan yang selanjutnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas akan
diperoleh atribut kebutuhan konsumen. Adapun atribut kebutuhan konsumen ini adalah:
Tabel 1. Atribut Kebutuhan Konsumen
No Penyajian Karakteristik Produk Susu 1
Susu dalam bentuk bubuk
Warna putih susu
2 Aroma khas susu
3 Tekstur lembut
4 Rasa gurih manis (khas susu)
5 Susu bubuk yang sudah diseduh
Warna putih susu
6 Aroma khas susu
7 Rasa gurih manis (khas susu)
Sumber: Data Olahan Primer, 2011 Analisis Quality Function Deployment
Identifikasi Karakteristik Atribut Kebutuhan Konsumen
Identifikasi atribut kebutuhan konsumen dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut kualitas dari produk yang dibutuhkan oleh konsumen terhadap produk susu kambing bubuk. Atribut kebutuhan konsumen diperoleh dari penyebaran kuesioner pendahuluan yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Pembuatan rancangan dan target kebutuhan teknis
Rancangan kebutuhan teknis merupakan kebutuhan konsumen (voice of customers) yang diterjemahkan kedalam kebutuhan teknis yang harus dipersiapkan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Rancangan kebutuhan teknis ini dapat disajikan berdasarkan permasalahan dalam atribut produk, adapun permasalahan yang terjadi pada setiap atribut meliputi : a. Warna putih susu
Terjadinya reaksi Maillard pada proses pembuatan susu bubuk membuat warna susu kambing bubuk menjadi lebih coklat, padahal konsumen mengharapkan produk berwarna putih.
b. Aroma khas susu
Permasalahan yang terjadi pada atribut aroma susu adalah adanya dominasi aroma khas kambing yang masih sangat tercium pada produk.
c. Tekstur lembut
Tekstur susu kambing bubuk yang dihasilkan oleh KUB Ettawa Mulya ini sudah tergolong baik namun perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan kualitas produk.
d. Rasa gurih manis (khas susu)
Rasa susu kambing bubuk yang dihasilkan oleh KUB Ettawa mulya terlalu manis dan rasa khas susunya tidak terlalu terasa (rasanya seperti air gula).
Rancangan kebutuhan teknis untuk menyelesaikan permasalahan atribut mutu produk susu kambing bubuk ini ditunjukkan oleh Tabel 2.
Tabel 2. Rancangan dan Target Kebutuhan Teknis
No. Rancangan Kebutuhan Teknis Target Kebutuhan Teknis 1. Mengurangi jumlah gula pasir yang
ditambahkan
Warna susu bubuk lebih putih Rasa susu tidak terlalu manis dan rasa khas susu lebih kuat
2. Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan
Warna susu bubuk lebih putih 3. Mencampurkan gula pasir setelah terjadi
proses pengentalan
Warna susu bubuk lebih putih 4. Pengukuran suhu bahan secara periodik
selama proses produksi
Warna susu bubuk lebih putih 5. Pengaturan suhu pemanas Warna susu bubuk lebih putih 6. Melakukan pengadukan secara
berkesinambungan selama proses pengolahan
Warna susu bubuk lebih putih
5
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
7. Menggunakan pengering berbahan stainless steel
Warna susu bubuk lebih putih 8. Menginstruksikan supplier susu segar untuk
segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan
Aroma lebih menarik
9. Melakukan proses produksi yang continues dari awal proses sampai akhir
Aroma lebih menarik 10. Pemasangan exhaust fan Aroma lebih menarik
11. Menambahkan flavour Aroma lebih menarik
12. Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling
Diperoleh tekstur susu yang lembut Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Analisis hubungan antara kebutuhan konsumen dengan kebutuhan teknis
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan dari kebutuhan konsumen
dan kebutuhan teknis. Hubungan ini bernilai kuat yng diberi skor 9 atau simbol (■), hubungan sedang
dengan skor 3 dan simbol (○), serta hubungan lemah dengan skor 1 dan simbol ( ). Hasil analisis ini
ditunjukkan oleh Gambar 3.
Rancangan Kebutuhan Teknis
M en g u ra n g i ju m lah g u la p asir y an g d it am b ah k an M en g h alu sk an g u la p asir se b el u m d it am b ah k an k e b ah an
M en ca m p u rk an g u la p asir se tela h terja d i p ro se s p en g en tala n
P en g u k u ra n su h u b ah an se ca ra p erio d ik se lam a p ro se s p ro d u k si b erlan g su n g P en g atu ra n su h u p em an as M elak u k an p en g ad u k an se ca ra b erk esin am b u n g an se lam a p ro se s p en g o la h an Me n g g u n ak an p en g eri n g b erb ah an sta in les s ste el M en g in stru k sik an su p p lier su su se g ar u n tu k se g era m ere b u s (p aste u risa si) su su se tela h p em era h an
M elak u k an p ro se s p ro d u k si y an g c o n ti n u es d ari awa l p ro se s sa m p ai ak h ir
P em asa n g an e xh a u st fa n M en am b ah k an fl a vo u r M elak u k an p ro se s p en g ay ak an se tela h su su b u b u k d ig il in g
No. Kebutuhan Konsumen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
1. Warna putih susu dalam bentuk bubuk
■ ○ ○ ○ ■ ■ ■
2. Aroma khas susu dalam bentuk bubuk
■ ○ ○ ■
3. Tekstur lembut susu dalam bentuk bubuk
○ 4. Rasa gurih manis susu dalam
bentuk bubuk
■ 5. Warna putih susu setelah
diseduh
■ ○ ○ ○ ■ ■ ■
6. Aroma khas susu setelah diseduh
■ ○ ○ ■
7. Rasa gurih manis susu setelah diseduh
■
Gambar 2. Hubungan Antar Masing-Masing Kebutuhan Konsumen dengan Rancangan Kebutuhan Teknis
Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Analisis Hubungan Antara Masing-Masing Kebutuhan Teknis
Analisis hubungan antara masing-masing kebutuhan teknis dilakukan untuk mengetahui
hubungan antar kebutuhan teknis ( bersinergi atau terjadi konflik).
7
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
Mengurangi jumlah gula pasir yang ditambahkan Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan
Mencampurkan gula pasir setelah terjadi proses pengentalan
Kebutuhan Teknis
Pengukuran suhu bahan secara periodik selama proses produksi
Pengaturan suhu pemanas
Melakukan pengadukan secara berke- sinambungan selama proses pengolahan Menggunakan pengering berbahan stainless steel
Menginstruksikan supplier susu segar untuk segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan Melakukan proses produksi yang continues dari awal proses sampai akhir
Pemasangan exhaust fan
Menambahkan flavour Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Keterangan :
= Positif kuat
= Positif
= Negatif kuat
= Negatif
Gambar 3. Hubungan Antara Masing-Masing Kebutuhan Teknis Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Analisis Posisi Kinerja Produk
Tahap ini dilakukan dengan membandingkan kinerja produk susu kambing bubuk yang diproduksi oleh KUB Ettawa Mulya dengan KUB Adi Jaya (industri pesaing). Nilai ini diperoleh dari kuesioner utama yang disebarkan kepada 97 responden, dengan nilai 1-4, nilai 4 menunjukkan nilai sangat baik sedangkan nilai 1 menunjukkan sangat tidak baik.
Tabel 3. Nilai Kinerja Produk
No. Karakteristik
Kinerja Produk
KUB Ettawa Mulya KUB Adi Jaya 1. Bentuk
Bubuk
Warna putih susu 2,33 3,45
2. Aroma khas susu 2,61 3,25
3. Tekstur lembut 3,11 2,88
4. Rasa gurih manis (susu) 2,94 3,21
5. Sudah Diseduh
Warna putih susu 2,46 3,23
6. Aroma khas susu 2,62 3,21
7. Rasa gurih manis (susu) 2,40 3,06
Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Pengembangan Prioritas Kebutuhan Konsumen Penentuan tingkat kepentingan konsumen (TKK)
Penentuan tingkat kepentingan konsumen diperoleh dari nilai kuesioner harapan
konsumen terhadap produk. Perhitungan TKK adalah dengan menjumlahkan seluruh jawaban nilai
harapan konsumen tiap masing-masing atribut kebutuhan konsumen dan dibagi dengan jumlah
responden dalam penelitian ini.
Tabel 4. Tingkat Kepentingan Konsumen
Rangking Atribut kebutuhan konsumen TKK
1 Rasa gurih manis susu setelah diseduh 3,64 2 Rasa gurih manis susu dalam bentuk bubuk 3,54
3 Aroma khas susu setelah diseduh 3,52
4 Aroma khas susu dalam bentuk bubuk 3,43
5 Warna putih susu setelah diseduh 3,41
6 Warna putih susu dalam bentuk bubuk 3,22 7 Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk 3,11 Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan tujuan masa depan produk
Penentuan masa depan produk merupakan penentuan nilai target yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi harapan konsumen terhadap atribut-atribut kualitas produk susu kambing bubuk.
Tabel 5. Tujuan Masa Depan
No Atribut kebutuhan konsumen Tujuan masa depan 1. Warna putih susu dalam bentuk bubuk 4
2. Aroma khas susu dalam bentuk bubuk 4 3. Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk 4 4. Rasa gurih manis susu dalam bentuk bubuk 4 5. Warna putih susu setelah diseduh 4 6. Aroma khas susu setelah diseduh 4 7. Rasa gurih manis susu setelah diseduh 4 Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan rasio perbaikan
Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara nilai masa depan produk yang sudah ditentukan oleh perusahaan dengan nilai kinerja produk saat ini. Rasio perbaikan ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesulitan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Hasil penentuan rasio perbaikan ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6. Rasio Perbaikan Produk
Ranking Atribut kebutuhan konsumen Rasio Perbaikan 1 Warna putih susu dalam bentuk bubuk 1,72
2 Rasa gurih manis susu setelah diseduh 1,67
3 Warna putih susu setelah diseduh 1,63
4 Aroma khas susu dalam bentuk bubuk 1,53
5 Aroma khas susu setelah diseduh 1,53
6 Rasa gurih manis susu dalam kondisi bubuk 1,36 7 Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk 1,29 Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan titik jual
Penentuan titik penjualan merupakan informasi mengenai kemampuan atribut produk dalam mempengaruhi tingkat penjualan dari produk.
Tabel 7. Titik Penjualan
Titik Penjualan Atribut Kebutuhan Konsumen 1.5 (pengaruh
besar)
Rasa gurih manis susu setelah diseduh Rasa gurih manis susu dalam bentuk bubuk Aroma khas susu setelah diseduh
Aroma khas susu dalam bentuk bubuk
Warna putih susu setelah diseduh
Warna putih susu dalam bentuk bubuk
9
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
1.2 (pengaruh sedang)
Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan skala kepentingan konsumen (SKK) dan normalisasi skala kepentingan konsumen (NSKK)
Skala kepentingan merupakan skala yang menunjukkan skala tingkat kepuasan konsumen, tingkat kesulitan perusahaan untuk memenuhi atribut kebutuhan konsumen dan potensi penjualan.
Sedangkan normalisasi skala kepentingan konsumen menunjukkan prioritas pemenuhan kebutuhan konsumen.
Tabel 8. Nilai SKK dan NSKK
Rangking Atribut Kebutuhan Konsumen SKK NSKK (%)
1 Rasa guris manis susu setelah diseduh 9,068 16,9 2 Warna putih susu setelah diseduh 8,337 15,6 3 Warna putih susu dalam bentuk bubuk 8,308 15,5 4 Aroma khas susu setelah diseduh 8,055 15 5 Aroma khas susu dalam bentuk bubuk 7,849 14,6 6 Rasa gurih manis susu dalam bentuk bubuk 7,181 13,4 7 Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk 4,799 9 Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Pengembangan Prioritas Kebutuhan Teknis Penentuan tingkat kesulitan teknis
Analisis kesulitan kebutuhan teknis disusun untuk mengetahui tingkat kesulitan yang dialami oleh perusahaan dalam menerapkan kebutuhan teknis.
Tabel 9. Tingkat Kesulitan Kebutuhan Teknis Tingkat Kesulitan Kebutuhan Teknis
Tidak Sulit (1) Mengurangi jumlah gula pasir yang ditambahkan Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan
Mencampurkan gula pasir setelah terjadi proses pengentalan
Mengukur suhu bahan secara periodik selama proses produksi
Mengatur suhu pemanas
Melakukan pengadukan secara berkesinambungan selama proses pengolahan
Menginstruksikan kepada supplier susu segar untuk segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan
Melakukan proses produksi yang continues dari awal proses sampai akhir
Menambahkan flavour
Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling
Sulit (2) Menggunakan pengering berbahan stainless steel Pemasangan exhaust fan
Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan prioritas dan normalisasi prioritas
Penentuan prioritas dan normalisasi prioritas digunakan untuk mengetahui kebutuhan teknis
mana yang akan direalisasikan terlebih dahulu. Penetuan prioritas dilakukan dengan cara mengalikan
nilai normalisasi skala kepentingan konsumen dan nilai hubungan kebutuhan konsumen dengan kebutuhan teknis. Sedangkan normalisasi prioritas merupakan nilai persentase dari masing-masing prioritas kebutuhan teknis. Hasil dari tahap ini ditunjukkan oleh Tabel 10.
Tabel 10. Prioritas dan Normalisasi Kebutuhan Teknis
Ranking Kebutuhan Teknis Prioritas Normalisasi Prioritas (%) 1 Mengurangi jumlah gula pasir yang
ditambahkan
5,526 22,93
2 Mengatur suhu pemanas 2.799 11,62
3 Melakukan pengadukan secara
berkesinambungan selama proses pengolahan
2,799 11,62 4 Menggunakan pengering berbahan stainless
steel
2,799 11,62 5 Menginstruksikan kepada supplier susu segar
untuk segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan
2,664 11,06
6 Menambahkan flavour 2,664 11,06
7 Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan
0,933 3,87 8 Mencampurkan gula pasir setelah terjadi
proses pengentalan
0,933 3,87 9 Mengukur suhu bahan secara periodik selama
proses produksi
0,933 3,87 10 Melakukan proses produksi yang continues
dari awal proses sampai akhir
0,888 3,69
11 Pemasangan exhaust fan 0,888 3,69
12 Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling
0,270 1,12 Sumber: Data Olahan Primer, 2011
Penentuan Arah Perbaikan
Penentuan arah perbaikan dilakukan untuk mengetahui arah perbaikan perusahaan serta
usaha yang harus dilakukan untuk memenuhi target yang diinginkan perusahaan berdasarkan pada
keadaan perusahaan saat ini.
11
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 20 Oktober 2011
Tabel 11. Arah Perbaikan
No. Rancangan Kebutuhan Teknis Arah Perbaikan 1. Mengurangi jumlah gula pasir yang ditambahkan
2. Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan
3. Mencampurkan gula pasir setelah terjadi proses pengentalan
4. Mengukur suhu bahan secara periodik selama proses produksi
5. Mengatur suhu pemanas
6. Melakukan pengadukan secara
berkesinambungan selama proses pengolahan 7. Menggunakan pengering berbahan stainless steel 8. Menginstruksikan kepada supplier susu segar
untuk segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan
9. Melakukan proses produksi yang continues dari awal proses sampai akhir
10. Pemasangan exhaust fan 11. Menambahkan flavour
12. Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling
Sumber: Data Olahan Primer, 2011 Pembuatan HoQ (House of Quality)
Dalam QFD, House of quality merupakan rumah pertama dan merupakan bagian terlengkap
dari pengembangan QFD. HoQ digambarkan oleh Gambar 5. Hasil analisis HoQ ini akan diperoleh 5
prioritas kebutuhan konsumen dan 5 prioritas kebutuhan teknis dalam upaya meningkatkan kualitas
produk susu kambing bubuk.
Mengurangi jumlah gula pasir yang ditambahkan Menghaluskan gula pasir sebelum ditambahkan ke bahan Mencampurkan gula pasir setelah terjadi proses pengentalan Mengukur suhu bahan secara periodik selama proses produksi Mengatur suhu pemanas Melakukan pengadukan secara berke- sinambungan selama proses pengolahan Menggunakan pengering berbahan stainless steal Menginstruksikan supplier susu segar untuk segera merebus (pasteurisasi) susu segar setelah pemerahan Melakukan proses produksi yang continues dari awal proses sampai akhir Memasang exhaust fan Menambahkan flavour Melakukan proses pengayakan setelah susu bubuk digiling
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Warna putih susu dalam bentuk bubuk Aroma khas susu dalam bentuk bubuk Tekstur lembut susu dalam kondisi bubuk Rasa gurih manis susu dalam bentuk bubuk Warna putih susu setelah diseduh Aroma khas susu setelah diseduh Rasa gurih manis susu setelah diseduh
3,22 3,43 3,11 3,54 3,41 3,52 3,64 Tingkat Penerapan Kebutuhan Teknis
Warna susu bubuk lebih putih dan rasa susu tidak terlalu manis dan rasa khas susu lebih kuat Warna susu bubuk lebih putih Aroma lebih menarik Diperoleh tekstur susu yang lembut
Warna susu bubuk lebih putih Warna susu bubuk lebih putih Warna susu bubuk lebih putih Warna susu bubuk lebih putih Warna susu bubuk lebih putih Aroma lebih menarik Aroma lebih menarik Aroma lebih menarik
Prioritas Normalisasi Prioritas (%)
1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1
5,526 2,799 2,799 2,799 2,664 2,664 0,993 0,993 0,993 0,888 0,888 0,270 22,93 11,62 11,62 11,62 11,06 11,06 3,87 3,87 3,87 3,69 3,69 1,12 Target Kebutuhan Teknis
Perbandingan Kinerja Produk
2,33 KUB Ettawa
Mulya KUB Adi
Jaya Tujuan Masa Depan Produk Rasio Perbaikan Titik Penjualan Skala Kepentingan Konsumen Normalisasi Skala Kepentingan Konsumen (%)
2,61 3,11 2,94 2,46 2,62 2,40
3,45 3,25 2,88 3,21 3,23 3,21 3,06
4 4 4 4 4 4 4
1,72 1,53 1,29 1,36 1,63 1,53 1,67
1,5 1,5 1,2 1,5 1,5 1,5 1,5
8,308 7,849 4,799 7,181 8,337 8,055 9,068
15,5 14,6 9 13,4 15,6 15 16,9 Atribut Kebutuhan Konsumen
Tingkat Kepentingan Konsumen Rancangan Kebutuhan Teknis Arah Perbaikan =Max =Min =Target
Keterangan Matrik Hubungan
= Kuat , 9
= Lemah, 1
= Sedang , 3 Keterangan Korelasi
= Positif kuat
= Positif
= Negatif Kuat
= Negatif