• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI. menjawab rumusan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI. menjawab rumusan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

34 BAB III METODOLOGI

Metodologi Pengumpulan Data

Menurut (Arifin) Metode penelitian merupakan cara sistematis yang digunakan oleh peneliti dalam upaya memperoleh jawaban atas objek yang diteliti. Dalam menjawab rumusan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif yang menganggap kenyataan bersifat ganda yang terbentuk secara solid. penulis menggunakan paradigma konstuktivisme dimana pandangan ilmu pengetahuan tidak hanya berupa sebuah hasil yang kita temui tapi juga berbentuk oleh sebuah fakta yang terkandung didalamnya secara subyektif (hlm.140)

Oleh sebab itu, pendekatan kualitatif dirasa cocok sebagai metode penelitian yang digunakan penulis saat meneliti untuk mempertimbangkan keseharian manusia yang terus dinamis yang bertujuan untuk memahami mengenai sebuah masalah komunikasi itu terjadi.

Metodologi kualitatif menurut Usman (2017) merupakan suatu metodologi yang mudah untuk memahami sebuah masalah ataupun peristiwa dan juga tingkah laku manusia. (hlm. 121). Penelitian yang penulis lakukan bertujuan agar data yang dikumpulkan berupa tulisan yang dekskriptif dan didapat langsung dari informan yang diteliti. Menurut Usman dan Purnomo (2017) penelitian dekskriptif dijabarkan melalui perkataan responden yang apa adanya lalu di analisis sesuai pernyataan yang penulis buat yang mendasari perilaku responden, Penelitian ini berisi susunan dan kumpulan data yang dapat memberikan

(2)

35 penjelasan secara detail dan jelas yang disajikan secara terstruktur. Metode pengumpulan data didapat melalui hasil wawancara, observasi di lapangan, foto- foto, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

3.1.1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses yang dilakukan dengan narasumber atau dengan target lainya untuk mendapatkan informasi yang valid mengenai objek penelitian. Penulis melakukan wawancara secara langsung dan juga melalui aplikasi WhatsApp dengan pertanyaan yang mendasar dan terbuka tentang permasalahan yang terjadi di Museum Sejarah Jakarta.

Wawancara yang dilakukan oleh Galih Hutama Putra selaku Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta, untuk mendapatkan suatu informasi tentang Museum Sejarah Jakarta secara garis besar ialah mengenai pengelolaan museum dan acara-acara yang diselenggarakan untuk menarik minat masyarakat

Gambar 3.1 Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta, Galih Hutama

(3)

36 agar mengunjungi Museum Sejarah Jakarta. Melalui wawancara ini Bapak Galih Hutama menjelaskan bahwa Museum Sejarah Jakarta banyak mengadakan acara yang atraktif sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi museum, hal ini juga dipromosikan melalui media sosial. Secara berkala, pihak museum selalu menyuguhkan masyarakat berbagai acara yang bertujuan agar masyarakat memahami nilai sejarah melalui acara yang digelar.

Galih mengatakan koleksi yang berada dimuseum merupakan peninggalan koleksi dari masa ke masa yang tidak semua berbentuk benda koleksi original, melainkan terdapat pula koleksi replika untuk mempertahankan originalitas dan tempat asal koleksi sejarah tersebut. Sebagai cagar budaya, koleksi yang berada di museum sangatlah penting untuk dijaga keaslian dan keberadannya agar bisa menjadi salah satu media pembelajaran sejarah dan menjadi bukti agar pengunjung mau mempelajari mengenai sejarah.

Gambar 3.2 Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta, Galih Hutama

(4)

37 Namun Galih menambahkan, meningkatnya pengunjung Museum Sejarah Jakarta tak luput dari banyaknya tindakan vandalisme masyarakat yang tidak bertanggung jawab atas pelestarian koleksi yang membuat koleksi menjadi rusak.

Contohnya koleksi lukisan yang sempat rusak karena tangan-tangan jahil pengunjung yang tidak peduli mengenai tata tertib apa saja yang harus dilakukan pengunjung selama berada di MSJ. Tindakan tersebut meresahkan pengelola karna masyarakat masih banyak yang melakukan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan saat berkunjung.

Dari wawancara yang dilakukan dengan Galih selaku Kepala Layanan Musuem, pengelola sudah semaksimal mungkin menghimbau masyarakat untuk hingga memberikan promosi yang menarik bagi pengunjung untuk mengunjungi museum, namun ironisnya masih banyak masyarakat yang tidak peduli untuk menjaga koleksi MSJ bahkan tak sedikit yang membuat pelanggaran yang tidak diinginkan pengelola.

Penulis juga melakukan wawancara dengan Suparta selaku Tour Guide Museum Sejarah Jakarta mengenai sosialisasi yang telah dilakukan ke masyarakat dan juga permasalahan yang sering terjadi di museum secara gamblang. Saat melakukan wawancara, beliaupun menyisipkan sisi sejarah Jakarta atau sejarah yang tergandung didalam museum dimana terdapat 6000 koleksi dari beberapa masa kemasa yang dijelaskan sesuai sejarah yang terkandung di dalam museum.

Suparta juga yang secara langsung bertemu dan berinteraksi dengan pengunjung secara langsung jika pengunjung membutuhkanya. Namun

(5)

38 sayangnya, tak semua pengunjung ditemani dan diawasi dengan Tour Guide MSJ karena terbatas.

Beliau berkata banyak pengunjung yang mendatangi museum seperti anak sekolah, dan mahasiswa pelajar untuk mengadakan penelitian dalam bentuk tugas ataupun penelitian yang meraka lakukan. Museum ramai pengunjung di hari sabtu dan minggu dimana bisa mencapai 4000-6000 pengunjung sedangkan dihari biasa hanya dengan 1000-2000 pengunjung. Ketika mengadakan wawancara, tak sedikit pengunjung yang hilir mudik. Banyak dari mereka yang ditegur oleh Bapak Suparta selaku Guide MSJ, tak sedikit dari mereka yang ‘tertangkap’

menggunakan flash ketika memotret, memegang benda koleksi, foto dengan benda koleksi dengan jarak yang terlalu dekat, riuh ketika berkunjung hingga makan didalam area museum.

Gambar 3.3 Tour Guide Museum Sejarah Jakarta, Suparta

(6)

39 Menurutnya, pengunjung banyak yang belum teredukasi mengenai betapa pentingnya benda-benda peninggalan yang berada dimuseum. Ditambah lagi dengan kurangnya budaya membaca masyarakat sehingga abai oleh peraturan yang telah ditempatkan di beberapa titik.

Banyaknya tata tertib MSJ yang di imbaukan oleh pengelola nampaknya seringkali dilanggar oleh pengunjung yang membuat pihak pengelola berharap masyarakat lebih teredukasi dengan peninggalan koleksi yang perlu di lestarikan keberadaannya agar generasi berikutnya bisa menikmati hasil peninggalan sejarah dengan bentuk yang masih baik dan seperti pada aslinya. Suparta berharap pengunjung lebih menghargai dan ada rasa memiliki terhadap benda bersejarah agar koleksi yang ada dimuseum tetap terjaga.

Dari wawancara yang dilakukan dengan Suparta selaku Tour Guide disimpulkan kurangnya sosialisasi masyarakat atas pentingnya menjaga koleksi serta sulitnya

Gambar 3.4 Tour Guide Museum Sejarah Jakarta, Suparta

(7)

40 menaati aturan yang telah dibuat oleh pengelola karena kurangnya budaya membaca masyarakat Indonesia sehingga tidak peduli dengan imbauan yang telah diletakkan di beberapa sudut museum. Beliau ingin masyakat dapat tersosialisasi dan teredukasi dengan peraturan yang telah di buat oleh pengelola agar koleksi yang ada di museum dapat terjaga dengan baik sehingga dapat dinikmati dari masa ke masa.

3.1.2. Wawancara Masyarakat

Wawancara dilakukan oleh masyarakat yang telah berkunjung ke MSJ dan juga pengunjung yang tidak memasuki museum, wawancara dilakukan kepada 7 orang dengan rentang usia sesuai target penulis yaitu usia 16-22 tahun dimana diusia tersebut usia yang bersifat produktif. Wawancara yang dilakukan di lokasi berdekatan dengan museum. Wawancara pertama dilakukan dengan Angel yang berumur 18 tahun, dengan itu penulis bertanya mengenai aturan yang ada di Museum Sejarah Jakarta, beliau berkata bahwa tidak tahu mengenai peraturan yang berada dimuseum dan ia berkunjung hanya sekadar untuk jalan-jalan bukan

Gambar 3.5 Tour Guide dan penulis diMuseum Sejarah Jakarta, Suparta

(8)

41 untuk belajar mengenai sejarah. Wawancara kedua dilakukan dengan Rian dan Adri yang berumur 17 tahun dengan pertanyaan terkait larangan yang berada di museum, Rian berkata bahwa tidak boleh terlalu ramai saat mengunjungi museum. Namun tetap saja, Rian tidak mengetahui secara pasti apa saja peraturan yang pengelola untuk pengunjung.

Dan wawancara berikutnya dilakukan dengan anak yang berusia 16 tahun yang bernama Beti, Alfi, Ratu mereka berkunjung ke kota tua atas tujuan tugas sekolah yang diperintahkan oleh pihak sekolah. Ketika ditanya terkait aturan yang berada dimuseum mereka berkata bahwa tidak boleh berbicara dengan suara yang kencang saat hendak berkunjung, tidak boleh pegang koleksi, beliau mendapatkan sosialisasi pada saat SMP terkait larangan yang berada di museum namun mereka menyadari bahwa tidak mengetahui secara spesifik tentang larangan yang telah dibuat oleh pengelola museum.

Wawancara berikutnya di lakukan dengan Friska yang berumur 20 tahun yang pada saat itu wawancara dilakukan diluar museum ketika ia sedang menggunakan jasa sepeda keliling untuk menikmati kawasan kota tua, terkait Museum Sejarah Jakarta, ia bertujuan untuk liburan dan tidak ada keinginan untuk masuk kedalam museum. Ketika ditanya mengenai peraturan MSJ, Friska pun mengatakan tidak boleh makan didalam museum, ia tak tahu pasti tentang aturan yang berada di museum dan belum terfikir untuk mengunjungi museum pada waktu dekat.

(9)

42 Wawancara berikutnya juga dilakukan dengan pegawai PKL Museum sejarah Jakarta yang bernama Jesika berumur 16 tahun penulis menanyakan terkait pengunjung tentang keluhan masyarakat mengenai museum, beliau berkata banyaknya keluhan pengunjung tentang gedungnya yang tertutup menyebabkan museum yang panas, dan sebagai PKL guide penulis menanyakan apakah pengunjung sering melakukan kegiatan yang dilarang oleh pihak museum, beliau memaparkan masih banyak yang melanggar contohnya membawa makanan dan juga membuang sampah sembarangan hingga peraturan dinilai belum tersosialisasi dengan baik.

Menurutnya, terdapat aturan yang sudah disediakan pengelola di saat kita hendak memasuki museum, masih banyaknya masyarakat yang nakal dan tidak mematuhi aturan seperti pintu keluar menjadi pintu masuk.

Dari wawancara yang dilakukan oleh masyarakat penulis menyimpulkan bahwanya kurangnya tingkat kesadaran masyarakat atas pedulinya nilai-nilai sejarah dalam Museum karena hanya dengan mematuhi aturan yang telah disediakan oleh pengelola saja masyarakat seolah-olah tidak mempedulikannya karena kurangnya edukasi masyarakat atas dasar kepemilikan benda sejarah yang berada dimuseum.

3.1.3. Kuisioner

Menurut Sutinah (2011) Kuisioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang sistematis dan dilakukan pada sejumlah responden dan dijawab dengan suatu bentuk aspirasi, tingkah laku, keadaan, prilaku. Kuisioner memiliki beberapa jenis

(10)

43 yaitu pertanyaan tertutup dimana mempunyai pilihan dan dijawab oleh responden, lalu pertanyaan terbuka dimana pertanyaan yang diberikan tidak mempunyai pilihan untuk dijawab responden, dan memberikan suatu pertanyaan yang bisa dijawab dengan bentuk perkataan menurut responden masing-masing, dan suatu pertanyaan yang mempunyai suatu pilihan tetapi menerima jawaban dari responden. (hlm. 64-65)

1. Teknis kuesioner

Metode yang dilakukan adalah metode Purposive Sampling yang dimana penulis memilih secara langsung dilakukan di Museum Sejarah Jakarta.

Dengan total 100 orang. Kuesioner dilakukan penulis untuk mengetahui pengunjung museum yang menjadi target dari penulis yang berdomisili di Jakarta Barat dimana lokasi Museum.

2. Hasil kuesioner

Dari hasil kuesioner yang dilakukan secara langsung dan dilakukan di pintu keluar Museum dengan usia yang ditentutukan sesuai batasan masalah yaitu 16-22 tahun, penulis mendapatkan data bahwa 96,4%

responden mengunjungi museum untuk melakukan rekreasi sambil belajar tentang sejarah yang ada di museum, dan sebanyak 91,1% tidak mengetahui larangan atau peraturan yang berada di museum secara spesifik. Dan 8,7% saja responden yang mengatahui aturan yang berada di Museum. Namun 96% menyetujui bahwa kurangnya sosialisasi atau

(11)

44 kurangnya usaha pengelola dalam memberikan informasi larangan atau aturan dalam Museum Sejarah Jakarta.

Maka dapat disimpulkan bahwa 89 responden dari 100 total responden tidak mengetahui aturan atau tata tertib yang berada di Museum Sejarah Jakarta, yang membuat banyaknya pengunjung melakukan kegiatan yang tidak boleh dilakukan atau diimbaukan oleh pengelola museum, maka dari itu disimpulkan bahwa kurangnya edukasi masyarakat atas peraturan dan tata tertib yang berada di Museum.

3.1.3 Observasi

Penulis melakukan observasi di Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2019 yang bertempatan pada hari kemerdekaan Indonesia, melalui observasi penulis melihat kondisi museum, sifat pengunjung yang mengunjungi, acara yang dilaksanakan museum yang memperingati hari kemerdekaan Indonesia serta melihat juga peninggalan koleksi yang terdapat di dalamnya.

Gambar 3.6 Media video Museum Sejarah Jakarta

(12)

45 Saat memasuki museum penulis disuguhi sebuah media videografi yang di sediakan dalam sebuah televisi yang berisi mengenai garis besar tentang Museum Sejarah Jakarta dan juga terdapat denah yang di letakan di pintu masuk dan di atas saat kita menaiki tangga di dalam museum.

Denah tersebut di pergunakan untuk pengunjung yang bingung saat mengunjungi museum, gedung museum yang berliku-liku membuat bingung pengunjung jika tidak terdapat denah, lalu didalam penulis menemui berbagai koleksi-koleksi yang berada di museum. Terdapat juga time line mengenai sejarah-sejarah yang disesuaikan dengan koleksi yang ada didalamnya dan lebih tepatnya adalah sebuah time line sejarah Jakarta, isi time line dibuat secara singkat saja untuk membuat time line yang tidak terkesan menumpuk, jika ingin lebih tau tentang cerita atau isi sejarah yang ingin di ketahui pengunjung dapat

Gambar 3.7 Denah Museum

(13)

46 scan barcode yang telah di sediakan oleh pengelola dan membaca dengan handphonenya masing-masing, cara tersebut adalah cara kondusif untuk pengunjung.

Gambar 3.8 Time Line sejarah

Gambar 3.9 Koleksi Museum

(14)

47 Terdapat berbagai macam koleksi yang disediakan Museum untuk pengunjung terdapat 6000 koleksi didalamnya, koleksi tersebut sebagian besar asli dan juga terdapat koleksi yang replika karena koleksi yang asli dibiarkan ditempatkan ditempat asalnya agar bisa dinikmati juga ditempat bersejarah lainya.

Gambar 3.11 Koleksi Museum

Gambar 3.10 Koleksi Museum

(15)

48 Terdapat juga peraturan-peraturan yang perlu diperhatikan saat mengunjungi museum yang menurut penulis kurang ditempatkan dengan baik.

Karena penempatannya yang tidak banyak terlihat langsung oleh pengunjung dan kurangnya penyebaran banner tata tertib sehingga membuat pengunjung melanggar atau tidak mengikuti aturan yang berada dimuseum. Museum hanya menepatkan larangan dua sisi dibagiaan museum saja tidak di setiap koleksi atau di dekat koleksi secara langsung sehingga menyebabkan hal yang tidak diinginkan terjadi.

Gambar 3.12 Peraturan mengunjungi museum

(16)

49 Ruangan yang berada di museum juga tersusun rapih dan juga diberikan tanda arah yang baik, ruangan tersebut berisi berbagai peninggalan sejarah yang juga dijelaskan disetiap koleksinya.

Gambar 3.13 Koleksi Museum

Gambar 3.14 Ruang Sidang pada Museum Sejarah Jakarta

(17)

50 Dari observasi yang dilakukan penulis sudah terpenuhinya semua yang dibutuhkan oleh pengunjung saat mengunjungi museum terdapat beberapa hal penting yang telah diberikan oleh pengelola untuk pengunjung agar museum tertata dengan baik. Namun kesadaran pengunjung yang banyak melanggar aturan yang telah dibuat oleh pengelola contoh seperti menggunakan flash saat hendak memotret yang membuat pengelola merasa kurangnya edukasi masyarakat tentang mematuhi peraturan yang telah dibuat pengelola, banyak juga pengunjung yang berisik dan bercanda saat hendak berkunjung di dalamnya yang tidak secara langsung dapat membuat koleksi menjadi tersenggol dan jatuh. Karena tidak semua koleksi dilindungi dengan mika atau kaca pelindung.

3.1.4 Studi Ekisting

Penulis melakukan studi ekisting terhadap pembuatan Guide book yang pernah dibuat mengenai museum. Dalam pembuatan Guide book, yaitu Guide Book for

Gambar 3.15 Ruang Mural pada Museum Sejarah Jakarta

(18)

51 London Museum Quarter dimana dalam pembuatan Guide book museum tersebut menjelaskan isi konten dengan perpaduan tulisan serta visual yang dipadukan secara harmonis dan penggunaan grid yang sesuai dengan juga pemilihan halaman yang hanya menggunakan 16 halaman isi konten dalam buku yang dibuat berupa penjelasan sejarah serta koleksi-koleksi yang berada dimuseum tersebut, serta gaya desain yang dibuat menarik sederhana namun menyampaikan informasi yang jelas dan enak dilihat oleh pembaca.

Gambar 3.21 Booklet Museum London

(http://www.studentshow.com/gallery/32640593/Guide-book-for-Londons-Museum-Quarter)

Berikutnya referensi yang penulis lihat untuk menjadi acuan pembuatan media utama ialah buku panduan museum batik. Dalam pemilihan halaman, terdapat 16 halaman untuk penyusunan layout foto koleksi batik yang dipadukan

(19)

52 dengan teks. Dalam konteksnya, panduan Museum Batik merupakan sejarah serta koleksi-koleksi didalamnya penggunaan gambar yang juga menjadi pelengkap buku yang dapat memperjelas informasi dan pesan yang diberikan oleh Museum Batik dalam bentuk buku panduan.

Gambar 3.21 Booklet Museum Batik

(http://www.museumbatik.com/artikel/buklet-profil)

(20)

53 3.1.5 SWOT

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan penulis di lapangan, terumuskan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threat) mengenai media informasi yang akan dirancang. Mengenai pelestarian Museum Sejarah Jakarta sebetulnya telah diatur dalam UU No. 11 Tahun 2019 tentang Cagar Budaya. Hal ini berpotensi besar untuk dapat mengedukasi masyarakat lewat media informasi yang akan dirancang. Terlebih lagi kawasan MSJ terletak di tengah-tengah Kota Tua dengan bagunan yang memiliki ciri khas tersendiri.

STRENGTHS WEAKNESSES

- Diatur dalam UU No. 11 Tahun 2019 Tentang Cagar Budaya dan UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

- Bertempat di kawasan Kota Tua dengan bangunan yang mempunyai ciri khas tersendiri.

- Menjadi museum yang populer di Indonesia.

- Kesadaran sosial akan pentingnya benda bersejarah yang masih minim.

- Rendahnya minat publik untuk belajar mengenai Sejarah.

OPPORTUNITIES THREAT

- Adanya pelestarian museum yang dapat meningkatkan ekonomi lokal.

- Vandalisme dan Perubahan zaman.

- Gaya hidup masyarakat yang semakin modern.

Tabel 3.1 Analisis SWOT

(21)

54 Selain itu, koleksi sejarah yang terjaga tentunya akan berpotensi memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya dengan meningkatnya ekonomi lokal. Hal ini diperoleh dari pemasukan pariwisata yang dapat dikelola di daerah setempat. Namun tak hanya peluang, berbagai ancaman dari berbagai sisi juga harus diperhatikan, ditambah lagi museum merupakan salah satu daya tarik wisata masyarakat.

Mirisnya, kini aturan-aturan yang harusnya diterapkan masyarakat seolah- olah dilupakan. Tak sedikit koleksi museum yang rusak akibat tangan-tangan jahil penyebab vandalisme. Meskipun sudah ada UU yang mengatur, tetap saja ancaman tersebut harus terus dipertimbangkan. Ditambah lagi kurangnya budaya membaca di masyarakat, sehingga banyak dari pengunjung yang melakukan pelanggaran di area museum hanya karena tak mau membaca ’aturan main’

selama berada di Museum Sejarah Jakarta. Tak hanya itu, perubahan zaman serta gaya hidup masyarakat yang semakin modern juga menjadi ancaman yang tak kalah menakutkan. Mereka bisa saja abai dan tidak peduli mengenai nilai luhur bahwa Museum Sejarah Jakarta yang sudah sepatutnya dijaga kelestariannya.

Mengenai Weakness, penulis menganalisa bahwa tak sedikit masyarakat yang menganggap koleksi itu bukanlah hal yang penting. Banyak pengunjung yang berkunjung ke Museum Sejarah Jakarta (MSJ) hanya untuk sekadar mencari hiburan dan swafoto saja, bukan untuk memahami nilai sejarah yang terkandung dari MSJ maupun ribuan koleksi didalamnya.

(22)

55 Metodologi Perancangan

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori Landa (2011) guna mendukung perancangan yang dibuat penulis.

1. Orientation

Penulis melakukan hal awal dengan menganalis suatu masalah yang berada di museum dengan melakukan wawancara dan menganalisis SWOT terhadap pengelola maupun masyarakat yang hendak atau yang tidak ingin mengunjungi museum dengan target sesuai yang penulis pilih, analisa masalah digunakan untuk mempermudah penulis menemukan masalah yang ingin diterapkan sebagai media informasi agar menjadi lebih terstruktur dan sistematis.

2. Analysis

Setelah mengetahui batasan masalah, proses selanjutnya adalah Penyusunan tujuan penulis untuk memberikan objektif yang jelas atas pembuatan yang ingin dibuat menjadi terarah, serta menganalisis masalah yang terjadi dan menentukan batasan masalah untuk permasalahan ini tujuan penulis adalah membuat sebuah media informasi untuk mensosialisasikan pengunjung agar lebih menghargai koleksi dengan mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh pengelola MSJ serta menentukan media yang tepat untuk permasalahan ini.

(23)

56 3. Visual concepts

Setelah mengetahui batasan masalah, proses selanjutnya adalah melakukan pembuatan minmapping untuk mengetahui kata kunci, ide besar yang akan dirancang dalam suatu perancangan.

4. Design development

Setelah mendapatkan kata kunci dan juga ide besar serta konsep perancangan, penulis membuat tahapan dalam pembuatan perancangan serta menentukan warna yang dipilih serta gaya penulisan. Dalam suatu penulisan gaya bahasa yang digunakan ialah formal dan juga bahasa indonesia dan memenuhi konten yang telah disediakan pihak museum dan dirangkum kembali agar tertata rapih.

5. Implemantion

Sesudah konsep dikembangkan, semua aset visual yang diterapkan untuk sebuah keperluan lainya, seperti media informasi, media promosi , serta media pendukung.

Gambar

Gambar 3.1 Kepala Satuan Pelayanan Museum  Sejarah Jakarta, Galih Hutama
Gambar 3.2 Kepala Satuan Pelayanan  Museum Sejarah Jakarta, Galih Hutama
Gambar 3.3 Tour Guide Museum Sejarah Jakarta,  Suparta
Gambar 3.4 Tour Guide Museum Sejarah Jakarta,  Suparta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, barang-barang yang tergolong ke dalam kategori A akan mendapat prioritas dalam penanganan dan untuk selanjutnya, perhitungan penghematan biaya

Berdasarkan hasil FGD penulis dengan orang tua, dapat disimpulkan bahwa orang tua sudah memberikan batasan penggunaan gadget pada anak, namun tingkat pengawasan

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

Berdasarkan Sobar, nama “Kampung Gerabah” diperoleh dari pemerintah sehingga desa Anjun Gempol tersebut mulai dikenal dengan nama Kampung Gerabah, namun Kampung

Dari wawancara yang penulis lakukan, dapat disimpulkan persepsi wisatawan mancanegara yang menjadi narasumber terhadap Tanjung Kelayang adalah destinasi wisata

42 memang mendapatkan namun mereka tidak diberika buku panduan sebagai sarana bantuan pembelajaran suling sunda sehingga mereka hanya sekedar bisa saja dan mengerti tentang dasar

Flat vector dinilai cocok untuk mewakili tujuan kampanye sosial E-Tilang karena kesan yang ditunjukkan tidak kompleks, sesuai dengan inspirasi konsep dan pesan

42 responden mengaku tidak mengenali logo tersebut yang artinya brand awareness dari Jamu Iboe sendiri masih cukup rendah.. Diagram Brand Awareness