• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

Widia Cahya Rismawati

PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Email: widia.cahya2016@student.uny.ac.id

Abstrak: Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kompetensi profesional guru. Jenis penulisan yang digunakan yaitu metode penulisan deskriptif kualitatif dengan menggunakan library research (studi pustaka). Profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien.

Hubungan antara profesi dengan kompetensi dijelaskan bahwa pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Untuk menunjang kompetensi guru harusnya guru memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi tetapi pada kenyataannya masih ada profesi guru yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Sehingga guru tersebut kurang dapat berkompeten profesionalis dengan maksimal. Untuk memaksimalkan kompetensi profesional guru yang latar belakang pendidikannya tidak sesuai harus diikutkan dalam program pendidikan dan pelatihan khusus.

Kata Kunci: Latar belakang pendidikan, kompetensi profesional.

THE EFFECT OF EDUCATIONAL BACKGROUND TOWARDS THE TEACHER PROFESSIONAL COMPETENCE

Abstract: This study aims to describe the effect of educational background towards the teacher professional competence. The method used in this study is descriptive qualitative by using library research (literature study). Teacher profession is a profession mastering a number of competencies as special skill or expertise as necessity to carry out the task of educating and teaching effectively and efficiently. The relation between profession and competence explained as the basic understanding of competence are ability and skill.

Teacher competence related to professionalism is that professional teacher is competent teacher (capable). To support teacher competence, teacher should have special skill prepared by specialist or specialist education program, but in fact, there is still a teacher profession that does not relate to its educational background. So that teacher is less able to compete professionally. To maximize the professional competence of teacher whose educational background does not relate to the matter, should be included in special education and training program.

Keywords: Educational background, professional competence.

PENDAHULUAN

Pemandangan umum di dalam masyarakat kita bahwa guru adalah pelayan masyarakat yang bertanggungjawab kepada masyarakat. Diberi kepercayaan

dengan sumber daya milik negara yang paling berharga yaitu anak-anak dan remaja, guru sekarang diharapkan memiliki ilmu dan kemampuan yang canggih dan standar akademik serta etik

(2)

yang tinggi. Walaupun mempromosikan kemajuan akademik murid selalu menjadi tanggungjawab utama mereka, guru juga diharapkan menggembangkan moral, emosional, sosial murid, menjaga kesehatan dan kesejahteraan murid.

Masyarakat percaya guru yang kompeten dan efektif adalah kunci penting untuk sistem pendidikan.

Pada hakekatnya guru atau pendidik merupakan “Induk Segala Jabatan Profesi” karena apapun profesi yang dimiliki oleh seseorang tidak akan dapat diperolehnya tanpa jasa guru di lembaga pendidikan. Guru adalah tenaga pendidik yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Tugas guru tidaklah ringan karena harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi tertentu. Guru yang profesional harus memiliki beberapa kompetensi yang di persyaratkan sebagai seorang guru. Kompetensi tersebut ditunjukkan dalam bentuk unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya mencapai suatu tujuan. Kompetensi tersebut disebut kompetensi keguruan.

Di era globalisasi yang ditandai dengan adanya mutu atau kualitas, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya.

Untuk upaya peningkatan kualitas

pendidikan, guru harus meningkatkan kompetensinya. Menurut Aqib, “guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar” lebih lanjut Djamarah berpendapat bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan, sehingga guru sebagai main person harus meningkatkan kompetensinya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VI Pasal 28 dinyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab I Pasal 10 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Dalam kaitannya dengan kompetensi guru, melalui Standar Nasional Pendidikan Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28 Ayat 4 Pemerintah menetapkan

(3)

kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Satu salah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional guru merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan. Kompetensi profesional merupakan kemampuan, keahlian, kecakapan dasar tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Kompetensi profesional guru berhubungan dengan penguasaan kemampuan teoritik dan praktik. Hal ini menunjukkan pentingnya kompetensi profesional bagi guru. Dengan adanya kompetensi profesional yang dimiliki guru, maka guru akan dapat disebut profesional karena ia mampu menguasai keahlian, ketrampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran serta mampu mengaplikasikannya secara nyata.

Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan, maka pemerintah membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru. Namun pada saat ini masih banyak terdapat guru pengajar yang belum mempunyai kompetensi profesional dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru, salah satunya yaitu latar belakang pendidikan guru. Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, maka dalam penulisan ini mengambil pokok pembahasan berupa “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru Terhadap Kompetensi Profesional Guru”. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kompetensi profesional guru.

METODE

Penulisan ini menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif dengan menggunakan library research (studi pustaka). Djam’an Satori (2011) berpendapat bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian- pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Selain itu, Sugiyono juga berpendapat bahwa penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

(4)

objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Metode penelitian kualitatif dengan pola deskriptif yang dilakukan, bermaksud menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Adapun alasan penulis memilih metode ini adalah sebagai berikut.

1. Dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.

2. Metode penelitian kualitatif deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

3. Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola- pola yang dihadapi.

Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini, penulis menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif karena penulisan ini mengeksplor fenomena pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kompetensi profesional guru.

PEMBAHASAN

Guru yang berkompeten profesionalisme dalam suatu jabatan ditentukan tiga faktor menurut Djojo Negoro sebagai berikut: (1) memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi, (2) kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus yang dikuasai), dan (3) penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap

(5)

keahlian khusus yang dimilikinya. Namun saat ini, masih ada beberapa guru yang bukan berlatar belakang pendidikan guru dalam mengajar, jadi dapat dianggap guru tersebut tidak memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi.

Menurut Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang memerlukan kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis kepada orang lain, dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Selanjutnya dikatakan pula bahwa profesi berarti juga suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencangkup penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Pengertian lain diungkapkan oleh Moh. Uzer Usman dengan mengatakan bahwa guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.

Jenis pekerjaan ini semestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang pendidikan. Jika guru tidak memiliki latar belakang pendidikan guru sehingga dalam pelaksanaan profesi guru tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam bidang pendidikan.

Terdapat unsur terpenting dalam profesi guru yaitu penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan dan keahlian khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien.

Hubungan antara profesi dengan kompetensi dijelaskan oleh Muhibin Syah dengan mengatakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan dan kecakapan. Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme yaitu guru yang profesional adalah guru yang berkompeten (berkemampuan). Kenyataan yang ditemukan di lapangan karena profesi guru yang diperoleh tidak berlatar belakang pendidikan guru sehingga guru tersebut kurang berkompeten (kemampuan) dan kecakapannya dalam menjalankan profesi guru.

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang terfokus pada pelaksanaan proses belajar mengajar dan yang terkait dengan hasil belajar siswa.

Dengan demikian jelas bahwa profesi guru merupakan sebuah profesi yang hanya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seorang yang dipersiapkan untuk menguasai kompetensi guru melalui pendidikan atau pelatihan khusus.

Sehingga pendayagunaan profesi guru harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi atau kompetensi sesuai jenis dan jenjang sekolah tempatnya bekerja.

(6)

Bagi guru yang berlatar belakang pendidikan bukan guru seharusnya mengikuti pendidikan atau pelatihan khusus untuk menguasai kompetensi profesional guru.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 Ayat 1 mengatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan. Penegasan tentang profesi guru terdapat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 Pasal 7 Ayat 1 mengatakan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki jaminan perlindungan hukum dan

melaksanakan tugas keprofesionalan; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan keprofesionalan guru.

Pada hakekatnya, standar kompetensi dan sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk fungsi dan tujuan sekolah khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Kompetensi guru mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi di samping kode etik sebagai pengatur perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan sistem pengawasan tertentu.

Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian dan persepsi yang mengarahkan seseorang menemukan cara- cara untuk pencapaian tujuan tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi,

(7)

sosial dan spiritual yang secara sempurna membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan

profesionalisme. Kompetensi guru diperlukan dalam rangka mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan, bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu keterampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata. Perilaku pendidikan tersebut harus ditunjang oleh aspek-aspek lain seperti bahan yang dikuasai, teori-teori kependidikan, serta kemampuan untuk mengambil keputusan yang situasional berdasarkan nilai, sikap dan kepribadian.

Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas, 2003 Pasal 35 Ayat 1) mengemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi kelulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala sehingga guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran dituntut untuk memiliki standar kompetensi dan profesional. Hal ini mengingatkan betapa penting peran guru dalam menata isi,

menata sumber belajar, mengelola proses pembelajaran, dan melakukan penilaian yang dapat memfasilitasi terciptanya sumber daya manusia (lulusan) yang memenuhi standar nasional dan standar tuntutan era global. Standarisasi kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi.

Pelayanan pendidikan yang mengglobal menuntut standar profesi yang memenuhi persyaratan nasional yang internasional.

Standar kompetensi dalam program sertifikasi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di tempat tugas kependidikan.

Guru di era globalisasi memiliki tugas dan fungsi yang lebih kompleks, sehingga perlu memiliki kompetensi dan profesionalisme yang standar lebih bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan utuh yang mengantarkan potensi yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya dapat di representasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi dan profesionalitas guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan. Untuk memenuhi kriteria

(8)

kompetensi profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran perlu adanya kesiapan menurut Bandura dkk (Jurnal Prima Edukasia, p.177) menjelaskan bahwa kesiapan terdiri dari tiga bagian sebagai berikut.

(a) Emotive Attitudeinal Readiness atau kesiapan sikap dan emosi terdiri dari:

(1) kesiapan emosional diasumsikan sebagai tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas; (2) antusiasme terhadap suatu tugas, (3) kemauan beradaptasi dengan tugas sewaktu- waktu, (4) kenyamanan dan kemandirian dalam menjalankan tugas, dan (5) mengapresiasi nilai intrinsik dalam suatu tugas, (b) Cognitive Readiness atau kesiapan kognitif terdiri dari: (1) memiliki keterampilan kognitif dan berpikir kritis yang penting untuk melakukan tugasnya, (2) sadar akan kekuatan dan kekurangan, (3) sudah membuat hubungan antara tugas yang dilakukan dengan kenyataan di lapangan, (4) sadar akan nilai diri dan kemauan untuk menjalankan tugas, dan (5) mampu mengintegrasikan konsep- konsep dan alat-alat dari berbagai disiplin keilmuan, (c) Behavioral Readiness atau kesiapan perilaku terdiri dari: (1) bersedia menjalankan fungsi kemitraan dengan rekan-rekan mereka dalam bekerja dan fasilitator, dan (2) mahir mengatur waktu untuk

mencapai tujuan yang sesuai dengan tugasnya. (Jurnal Prima Edukasia Vol. 2 No. 2, p.177)

Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru.

Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal I Ayat1 mengatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsistensi.

Kompetensi profesional guru menurut Usman meliputi: (1) penguasaan terhadap landasan kependidikan, dalam kompetensi ini termasuk (a) memahami tujuan pendidikan, (b) mengetahui fungsi sekolah di masyarakat, dan (c) mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan; (2)

(9)

menguasai bahan pengajaran, artinya guru harus memahami dengan baik materi pelajaran yang diajarkan. Penguasaan terhadap materi pokok yang ada pada kurikulum maupun bahan pengayaan; (3) kemampuan menyusun program pengajaran, mencakup kemampuan menetapkan kompetensi belajar, mengembangkan bahan pelajaran dan mengembangkan strategi pembelajaran;

dan (4) kemampuan untuk menyusun perangkat penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran.

Kompetensi profesional guru yang berkaitan dengan bidang studi, terdiri dari sub-kompetensi yaitu: (1) memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar; (2) memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum; (3) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar; (4) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (5) menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak semua orang dapat menekuni profesi guru dengan baik, karena jika seseorang tampak pandai dan cerdas itu bukan penentu keberhasilan orang tersebut menjadi guru.

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran seorang guru harus mempunyai kompetensi profesionalisme

dengan memiliki keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan keahlian namun pada saat ini masih banyak terdapat guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai sehingga perlu di ikutsertakan dalam pendidikan atau pelatihan khusus untuk meningkatkan kompetensi profesionalismenya. Profesi guru mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

PENUTUP

Berdasarkan penulisan yang dilakukan pada pembahasan pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kompetensi profesional guru dengan menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif yang menggunakan library research (studi pustaka) maka dapat disimpulkan bahwa profesi guru harus memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi agar menjadi guru yang berkompeten profesionalisme. Apabila latar belakang pendidikan guru tidak sesuai maka guru tersebut kurang berkompeten profesionalisme karena salah satu faktor yang harus dimiliki guru yaitu memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi. Bagi guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan guru harus memperbaiki kemampuan atau kompeten

(10)

melalui pendidikan atau pelatihan khusus.

Sehingga diharapkan guru tersebut dapat

memaksimalkan kompeten

profesionalismenya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang pertama saya ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat menuliskan jurnal ini. Kedua, kepada Bapak Dr. Ali Mustadi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dalam pembuatan jurnal ini. Ketiga, kepada orang tua saya yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada saya. Dan kepada teman- teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. (2010).

Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Djunaedi Ghony dan Fauzan Almanshur, 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Fahdini, Reni., Mulyadi, Ence., Suhandani, Deni., & Julia. (2014). Identifikasi Kompetensi Guru Sebagai Cerminan Profesionalisme Tenaga Pendidik di Kabupaten Sumedang.

Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol.

1 No. 1: 33-42.

Kartowagiran, Badrun. (2011). Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi). Cakrawala

Pendidikan Th. XXX, No. 3: 463- 473.

Mulyasa. (2007). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Parkay forrest, W. (2008). Becoming A Teachers (7th Edition). Boston:

Pearson. Education Inc.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28, Pendidik harus memiliki kualifikasi.

Ramayulis. (2013). Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia.

Sagala, Syaiful. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sarigih, Hasan. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol. 5 No. 1: 23-34.

Sisdiknas. (2003). Pasal 35 Ayat 1 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

(11)

Siswoyo, Dwi. (2013). Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Standar Nasional Pendidikan Nomor 19 Tahun 2005 Bab VI Pasal 28 Ayat 4, Kompetensi Guru.

Supriadi, Oding. (2009). Pengembangan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol. 6 No. 1: 27-38.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal I Ayat1, Guru.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab II Pasal 2 Ayat 1, Kedudukan Guru.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2007 Pasal 7 Ayat 1, Profesi Guru dan Profesi Dosen.

Wangid, M. N., Mustadi, A., Erviana, V.

Y., & Arifin, S. (2014). Kesiapan guru SD dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif pada kurikulum 2013 di DIY. Jurnal Prima

Edukasia, 2(2), 175-182.

Werdayanti, Andaru. (2008). Pengaruh Kompetensi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas dan

Fasilitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol. 3 No. 1: 79-92.

WANGID, Muhammad Nur et al.

KESIAPAN GURU SD DALAM PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN TEMATIK-

INTEGRATIF PADA

KURIKULUM 2013 DI

DIY. Jurnal Prima Edukasia, [S.l.], v. 2, n. 2, p. 175-182, july 2014. ISSN 2460-9927. Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php /jpe/article/view/2717/2267>. Date accessed: 25 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v 2i2.2717.

Yahya, Murip. (2013). Profesi Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan kartu cerdas tanpa kontak (Contactless Smart Card), diharapkan dapat menjadi alternatif bagi sistem parkir yang masih online dan menggunakan struk parkir

Untuk menghitung kerugian Head Mayor yang terjadi di sepanjang jaringan pipa dengan cara manual dapat digunakan persamaan Hazzen Williams dimana kapasitas aliran adalah sebesar

LANGUAGE AND ARTS EDUCATION OF THE INDONESIA UNIVERSITY OF EDUCATION AS PARTIAL FULFILLMENT OF THE REQUIREMENTS FOR SARJ ANA SASTRA DEGREE Univeristas Pendidikan Indonesia

[r]

Untuk menunju pembelajaran sastra berperspektif jender, paling tidak ada tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu kurikulum, materi yang disampaikan atau diproduksi oleh

(2011) menjelaskan bahwa kepala sekolah sebagai manajer dituntut memiliki kesiapan untuk mengelola sekolah, kemampuan dan kemauan muncul manakala para pemimpin sekolah dapat

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli dan menyerahkan rekaman/copy untuk setiap data yang telah dikirim melalui form isian elektronik aplikasi

hal ini disebabkan beberapa faktor seperti kesulitan mencari dan mendapatkan anggota koperasi yang jujur, berkarakter baik dan berintegrasi tinggi, tingginya risiko yang