• Tidak ada hasil yang ditemukan

permasalahan karena: Pasarlegi ruang KEC. SAMBENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "permasalahan karena: Pasarlegi ruang KEC. SAMBENG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kota merupakan suatu organisme yang terus hidup serta dinamis dalam pertumbuhannya. Perkembangan yang begitu pesat pada setiap sektor pembangunan cenderung menimbulkan berbagai masalah pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan intensitas (ruang) yang banyak menyebabkan ketidakseimbangan struktur dan fungsional ruang kota sekaligus ketidak teraturan ruang kota. Proses pertumbuhan dan perkembangan itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam (faktor internal) maupun yang berasal dari luar kota (faktor eksternal).

Kenyataan menunjukkan bahwa upaya penyediaan ruang sering menjadi permasalahan karena:

a) Ruang merupakan sumber daya alam yang terbatas, sehingga menuntut upaya pemanfaatan secara efisien dan optimal

b) Suatu ruang pada dasarnya dimanfaatkan bagi berbagai alternatif kegiatan, sebaliknya suatu kegiatan tertentu dapat berlokasi pada beberapa alternatif ruang

Berpedoman pada kondisi/kenyataan seperti tersebut di atas, suatu ruang tertentu sering menimbulkan konflik kepentingan antar kegiatan sektor yang berbeda. Hal ini sering menyebabkan terjadinya pelaksanaan terhadap keterbatasan sumber daya alam tersebut. Sebagai contoh dalam pembangunan prasarana dan sarana, dengan terpaksa tanah yang dikonservasi fungsinya berubah menjadi areal terbangun dan penggunaan tanah subur yang sepantasnya dimanfaatkan bagi pengembangan kawasan pertanian yang produktif diubah

KEC. SAMBENG Pasarlegi NGIMBANG

Girik

Slaharwotan

Kakatpenjalin

Ngimbang

Drujugulit

Munungrejo

Sendangrejo

1 2 3 4 5

5 1 2 3 4 5

39 - 40 37 - 38

35 - 36

166 A L

a b c d e a b c d e a b c d e

AB I AA

z I y

x I w

a b c d e a b c d e a b

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2

43 - 44 41 - 42

AH I AG

AF I AE

AD I AC AM

167

(2)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN menjadi kawasan permukiman dan permasalahan-permasalahan lainnya.

Menghadapi permasalahan tersebut di atas, maka sangat diperlukan upaya pengaturan ruang yang optimal dengan menyusun rencana tata ruang.

Sebagaimana diketahui, pengaturan ruang pada dasarnya merupakan salah satu kewenangan dan tugas pemerintah, dengan maksud untuk mengatur potensi, kegiatan masyarakat, mobilitas/pergerakan dan kecenderungan perkembangannya secara harmonis serta saling mendukung satu dengan lainnya dalam satu tata ruang yang ada. Sehingga akan tercipta proses pengaturan dan penataan ruang yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu upaya pengendalian dan pemanfaatan ruang yang lebih optimal dan efisien dalam proses perkembangannya. Pada dasarnya kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk yang lebih banyak disebabkan faktor daya tarik kota tersebut yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik dan penggunaan tanah kota. Berubahnya penggunaan tanah terutama yang kurang produktif menjadi jenis penggunaan tanah yang produktif, merupakan fenomena kehidupan perkotaan dan mudah terlihat secara fisik. Selain itu, pertambahan kebutuhan areal kota, telah membuat perkembangan secara horizontal dan menjadi kebutuhan yang mendesak.

Gambaran perkembangan kota di atas merupakan titik awal diperlukannya pengendalian atas perubahan penggunaan tanah dan perkembangan fisik kota.

Melalui rencana kota, diharapkan masalah-masalah tersebut dapat teratasi. Namun dinamika perkembangan yang terlalu cepat, fungsi rencana kota tersebut, karena beberapa hal menjadi tidak efektif atau rencana kota menjadi kurang berfung si,

sebagai ilustrasi, beberapa penyebab kurang efektifnya rencana kota bagi upaya pengendalian pembangunan kota dapat disebutkan:

a) Adanya penetapan perluasan batas administrasi suatu kota

b) Adanya perkembangan/pertumbuhan kota yang jauh melampaui proyeksi dalam rencana kota

c) Adanya penetapan fungsi baru dari tata ruang yang statusnya lebih tinggi seperti tata ruang propinsi

Keadaan di atas pada dasarnya merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari, dalam arti bahwa dalam suatu penyusunan rencana kota akan terjadi deviasi atau penyimpangan dari kondisi yang diperkirakan (diproyeksikan).

Berkenaan dengan kegiatan pembangunan fisik Kecamatan Ngimbang yang berjalan cepat, dibutuhkan langkah-langkah antisipasi yang relatif tepat untuk mengendalikannya agar tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang. Salah satunya adalah dengan melakukan penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota IKK Ngimbang, berikut landasan hukumnya yang memadai. Sejalan dengan maksud tersebut, maka pada tahun anggaran 2006 Kabupaten Lamongan menyelenggarakan proyek dalam rangka menyusun RUTRK dengan Kedalaman RDTRK IKK Ngimbang. Hal ini perlu dilakukan mengingat materinya perlu disesuaikan dengan UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, dan Kepmen Kimpraswil No. 327/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan.

Pada masa sekarang ini, perencanaan tata ruang kota dan daerah diharapkan tidak hanya menekankan aspek fisik, serba deterministik dan

(3)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN menomorduakan manusia dengan segenap keunikan perilakunya. Kota dan daerah

pada dasarnya merupakan pengejawantahan budaya (cultural landscape) dengan beraneka ragam karakter, sifat, kekhasan, keunikan dan kepribadian. Oleh karena itu perencanaan kota yang open ended akan menciptakan lingkungan yang memberikan tingkat kebebasan dan tindakan yang lebih bervariasi, pelibatan masyarakat yang lebih besar dan peluang untuk adaptasi aktif-kreatif dan modifikasi.

Mengingat Kota Kecamatan Ngimbang saat ini telah terjadi perkembangan yang pesat, maka kegiatan penyusunan kembali rencana kota ini perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi perkembangan kegiatan yang sejalan dengan kemajuan dan dinamika kegiatan yang berkembang dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini akan dapat dijadikan pedoman, arahan serta dasar dalam pengembangan wilayah selanjutnya.

1.2. TUJUAN DAN SASARAN

1.2.1. Tujuan

A. Meningkatkan fungsi dan peranan kota dalam perimbangan wilayah yang lebih luas. Dalam hal ini pengembangan kota ditujukan agar mampu berfungsi sebagai pusat atau sub pusat pengembangan dalam suatu sistem pengembangan wilayah.

B. Rencana Detail Tata Ruang Kota merupakan Rencana Tata Ruang Kota yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai penetapan fungsi bagian-bagian wilayah kota yang pada hakekatnya merupakan pengarahan lokasi dari berbagai

kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun lingkungan pemukiman yang memiliki karakteristik tertentu.

C. Berdasarkan hal tersebut maka Rencana Umum Tata Ruang Kota disusun agar Pemerintah Daerah mempunyai rencana pemanfaatan ruang kota jangka panjang yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten sendiri, serta masyarakat yang bersangkutan.

D. RUTRK harus berisikan rencana menyeluruh yang mencerminkan rencana- rencana sektoral dan wilayah yang terdapat atau yang akan dialokasikan di wilayah perencanaan. SelaNjutnya, Rencana Umum Tata Ruang Kota yang disusun harus mampu menjawab permasalahan dan tuntutan pembangunan kota serta rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan pada masa mendatang.

E. Penjabaran Rencana Umum Tata Ruang Kota ke dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota bertujuan menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan yang merupakan upaya menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi serta intensitas penggunaan lahan antar bagian wilayah kota atau dalam satu bagian wilayah kota.

F. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota juga bertujuan untuk mengarahkan pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka upaya pengendalian, pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing bagian wilayah kota secara terukur, baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas.

G. Memberikan kemudahan bagi pengelola kota dalam menyusun atau menjabarkan ke dalam Rencana Teknik Ruang Kota serta akan mempermudah

(4)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN dalam menyusun program-program pembangunan kota jangka menengah

maupun proyek-proyek tahunan/dalam jangka pendek.

1.2.2. Sasaran

A. Membantu penetapan prioritas pengembangan dan memudahkan penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota pada kawasan tertentu untuk dijadikan pedoman bagi tertib pengaturan ruang secara terinci

B. Tersusunnya Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota agar terjadi interaksi yang positif antar kawasan dalam wilayah perencanaan dengan pembangunan regional, yang meliputi pengkajian potensi wilayah perencanaan

C. Mempersiapkan perangkat teknis dalam upaya pengendalian dan pengarahan kegiatan pembangunan

D. Sebagai pedoman atau acuan dalam alokasi penggunaan lahan dan pemberian izin lokasi.

E. Menjadi landasan operasional dalam program pemanfaatan ruang

F. Tersusunnya pola struktur penggunaan lahan dalam jangka panjang berupa arahan pola pengembangan kota yang sifatnya regional:

Penentuan fungsi dan peranan kota

Rumusan arah ekstensifikasi pengembangan kota dimasa mendatang.

G. Tersusunnya pola pengembangan kota yang bersifat lokal :

Arahan struktur tata ruang,

Penggunaan lahan,

Kependudukan,

Fasilitas dan utilitas,

Arahan program implementasi rencana kota.

1.3. MANFAAT

RUTRK Dengan Kedalaman RDTRK IKK Ngimbang merupakan manifestasi dari penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada diatasnya, yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamongan. Penyusunan RUTRK Dengan Kedalaman RDTRK IKK Ngimbang ini dimaksudkan guna mewadahi rencana pembangunan yang akan dilaksanakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun atas dasar aspirasi Swasta dan Masyarakat Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan.

Manfaat dari Rencana Detail Tata Ruang Kota bagi Pemerintah Daerah adalah sebagai pedoman untuk:

A. Pemberian Advice Planning B. Pengaturan bangunan setempat

C. Penyusunan Rencana Teknik Ruang Kota atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

D. Pelaksanaan program pembangunan

1.4. RUANG LINGKUP

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, rangkaian proses kegiatan penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan Kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota IKK Ngimbang dibagi menjadi 2 (dua) bentuk kegiatan, yaitu:

A. Kegiatan pendataan dan analisa kebutuhan ruang yang ada, yaitu dengan mengevaluasi kebijakan yang telah tertuang dalam rencana sebelumnya, menganalisis kondisi yang ada pada waktu perencanaan, dan memproyeksikan

(5)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN kebutuhan ruang dimasa sepuluh tahun yang akan datang dengan berdasarkan

potensi dan kondisi yang berkembang saat ini di lapangan.

B. Kegiatan penyusunan rencana detail tata ruang kota, dengan mempertimbangkan tiga aspek pokok yaitu aspek strategis, aspek teknis, dan aspek pengelolaan.

Lingkup Wilayah pada penyusunan studi ini adalah IKK Ngimbang Kabupaten Lamongan yang terdiri dari 2 wilayah administratif desa, yaitu Desa Ngimbang dan Desa Sendangrejo. Adapun batas-batas administratif dari IKK Ngimbang adalah:

ð Sebelah Utara : Desa Girik Kecamatan Ngimbang ð Sebelah Timur : Desa Pasarlegi Kecamatan Sambeng ð Sebelah Selatan : Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang ð Sebelah Barat : Desa Drujugulit Kecamatan Ngimbang

Untuk lebih memperjelas letak dan posisi dari Kota Ngimbang berikut akan ditampilkan peta orientasi Kecamatan Ngimbang terhadap Kabupaten Lamongan pada peta 1.1 dan peta orientasi IKK Ngimbang terhadap Kecamatan Ngimbang pada peta 1.2.

(6)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN

Peta 1.1 Orientasi Wilayah Kecamatan Ngimbang Terhadap Kabupaten Lamongan

(7)

PPENENDDAAHUHULLUUAANN

Peta 1.2 Orientasi Wilayah IKK Ngimbang Terhadap Kecamatan Ngimbang

(8)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

1.5. DASAR-DASAR PENYUSUNAN RUTRK DENGAN KEDALAMAN RDTRK

A. Rencana Pengelolaan Kota

Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota IKK Ngimbang memuat rumusan tentang kebijaksanaan pengembangan kota, rencana pemanfaatan ruang kota, rencana struktur utama tingkat pelayanan kota, rencana sistem utama transportasi, rencana sistem utama jaringan utilitas kota, rencana pemanfaatan air baku, indikasi unit pelayanan kota dan rencana pengelolaan pembangunan kota dengan rincian sebagai berikut :

1. Kebijaksanaan pengembangan kota, mencakup penentuan tujuan pengembangan kota, fungsi, strategi dasar pengembangan sektor-sektor dan bidang pembangunan, kependudukan, intensifikasi dan ekstensifikasi pemanfaatan ruang kota dan pengembangan fasilitas dan utilitas.

2. Rencana pemanfaatan ruang kota, mencakup arahan pemanfaatan ruang kota yang menggambarkan lokasi intensitas tiap penggunaan, baik untuk kegiatan fungsi primer dan fungsi sekunder yang ada di dalam kota sampai akhir tahun perencanaan. Pemanfaatan ruang kota hendaknya memperhatikan larangan penggunaan areal persawahan beririgasi teknis untuk kepentingan perkembangan kota sesuai dengan :

a. Surat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas tanggal 29 September 1994 Nomor : 5334/ MK/ 9/ 1994.

b. Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tanggal 31 Oktober 1994 Nomor : 460 – 3346.

c. Surat Gubernur Propinsi Jawa Timur tanggal 5 April 1995 Nomor : 611/

604/ 201.2/ 1995.

3. Rencana struktur tingkat pelayanan kota, mencakup arahan tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan didalam kota, yang merupakan rumusan kebijaksanaan tentang pusat-pusat pelayanan kegiatan kota berdasarkan jenis, intensitas, kapasitas, dan lokasi pelayanan.

4. Rencana sistem transportasi, memuat arahan garis besar tentang pola jaringan pergerakan kolektor dan lokal baik fungsi primer maupun sekunder yang ada di dalam kota tersebut.

5. Rencana sistem utilitas, memuat arahan utama tentang pola jaringan fungsi primer dan sekunder untuk sistem jaringan air bersih, telepon, listrik, air kotor serta air limbah (sistem on site atau off side) dan persampahan.

6. Rencana pengembangan pemanfaatan air baku, memuat arahan pengolahan pemanfaatan air permukaan, air tanah dalam dan air tanah dangkal untuk kepentingan pelayanan kota.

7. Indikasi unit pelayanan kota, merupakan arahan mengenai pembagian unit- unit pelayanan kota dalam rangka penyelenggaraan pelayanan penduduk.

8. Rencana pengelolaan pembangunan kota, memuat arahan tahapan pelaksanaan program pembangunan setiap lima tahunan selama 10 tahun, arahan penanganan lingkungan berupa peningkatan fungsi, perbaikan, pembaharuan atau peremajaan, pemugaran dan perlindungan, manajemen

(9)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

pertanahan, arahan sumber-sumber pembiayaan pembangunan serta arahan bagi pengorganisasian aparatur pelaksana pembangunan kota.

Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Batas wilayah perencanaan yaitu :

Bagi kota-kota (IKK) yang belum mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah, ditetapkan menurut besaran tertentu, dengan berpedoman pada Penetapan Batas Wilayah Kota IKK Ngimbang yang telah ada.

b. Bagi kota-kota (IKK) yang dalam skala kabupaten sudah mempunyai Rencana Tata Ruang Wilayah maka rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

c. Rumusan rencana lebih merupakan Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang.

d. Bersifat strategis dan operasional.

e. Secara internal mampu menjamin adanya konsistensi antara program pembangunan sektoral atau lintas sektoral dengan program pembangunan daerah dalam jangka panjang.

f. Strategi dan kebijaksanaan dasar pengembangan kota merupakan arahan terhadap :

§ Kebijaksanaan pengembangan kota (IKK):

1. Penentuan fungsi kota.

2. Pengembangan sektor-sektor dan bidang-bidang pembangunan.

3. Intensifikasi dan atau ekstensifikasi pemanfaatan ruang.

4. Kependudukan, antara lain mobilitas, fertilitas dan mortalitas, serta distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan.

5. Pengembangan fasilitas dan utilitas.

§ Struktur pemanfaatan ruang kota (IKK):

1. penentuan persediaan ruang untuk setiap komponen kota

2. Penentuan intensitas penggunaan menurut fungsi, baik fungsi primer atau fungsi sekunder.

3. Hubungan antar fungsi-fungsi kegiatan yang ada dalam kota yang direncanakan sampai akhir tahun perencanaan dengan kedalaman sampai pada detail kawasan.

§ Struktur utama tingkat pelayanan kota (IKK):

1. Tata jenjang fungsi-fungsi pelayanan kota

2. Pusat pelayanan kota berdasarkan jenis, intensitas, kapasitas dan lokasi.

§ Sistem utama transportasi:

1. Pola jaringan pergerakan kolektor dan lokal, fungsi primer/sekunder 2. Pola jaringan jalan raya.

§ Sistem utama jaringan utilitas kota, terdiri atas air bersih, telepon, listrik, air kotor, air limbah, air limbah dan persampahan.

§ Pengembangan pemanfaatan air baku, terdiri atas air permukaan, air tanah dalam dan air tanah dangkal.

§ Indikasi unit pelayanan seperti penentuan dan pembagian unit-unit pelayanan terhadap penduduk kota.

(10)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

§ Sistem pengelolaan pembangunan kota :

1. Tahapan pelaksanaan pembangunan, yaitu tahapan pembangunan yang disesuaikan dengan perencanaan pembangunan, seperti berikut :

o Tahap I : 2006 s/d 2011 o Tahap II : 2012 s/d 2016 2. Penanganan lingkungan

3. Sumber pembiayaan pembangunan 4. Pengorganisasian aparatur pelaksana

Dalam pada itu, Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota disusun sesuai dengan prinsip dan ketentuan teknis perencanaan sebagai berikut :

1. Jangka waktu RUTRK dengan kedalaman RDTRK adalah 10 (sepuluh) tahun dan sesuai dengan jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang bersangkutan.

2. Wilayah perencanaan Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota mencakup dan berlaku untuk seluruh wilayah IKK tetapi jika dipandang perlu pihak Pemerintah Daerah dapat menetapkan bagian demi bagian (PKL) sesuai dengan kondisi dan tingkat permasalahannya.

3. Penetapan struktur dan besarnya bagian wilayah kota harus mencerminkan intensitas penggunaannya yang dinilai dari segi kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan sesuai dengan fungsi penggunaannya.

4. Penetapan struktur bagian wilayah kota akan ditentukan oleh peranan pusat- pusat pelayanannya.

5. Tiap bagian wilayah kota yang direncanakan harus mampu mencerminkan satu kesatuan lingkungan permukiman atau lingkungan kegiatan kota yang serasi dengan sarana dan prasarana yang direncanakan/ditetapkan.

6. RUTRK dengan kedalaman RDTRK memuat rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang kota yang disusun dan ditetapkan untuk menyiapkan perwujudan ruang Bagian Wilayah Kota.

7. Rumusan rencana sudah merupakan penyiapan ruang dalam rangka pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kota yang baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam jangka panjang dan jangka menengah.

8. Rumusan rencana di atas bukan lagi sekedar arahan, tetapi secara teknis sudah menjadi kebijaksanaan lebih konkrit tentang :

a) Pengembangan penduduk dalam hal distribusi dan penentuan kepadatan untuk tiap-tiap blok peruntukan.

b) Pemanfaatan ruang ditinjau besarannya setiap blok peruntukan materinya sekurang-kurangnya mengatur pusat perbelanjaan/pasar/

pertokoan/kios, industri menurut jenisnya, pendidikan mulai dari TK sampai PT, puskesmas dan rumah sakit, rumah ibadah, taman rekreasi dan lapangan olahraga, perkantoran dan perumahan, sub terminal, pertanian, perikanan, pemakaman dan kawasan khusus lainnya.

(11)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

c) Struktur tingkat pelayanan kegiatan kota dalam hal hubungan tata jenjang, kapasitas dan intensitas antara fungsi-fungsi pelayanan tiap- tiap lingkungan yang materinya sekurang-kurangnya akan mengatur perdagangan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan rekreasi.

d) Sistem fungsi jaringan jalan dalam penentuan lokasi dan besaran tiap fungsi jaringan pergerakan, jalan kolektor primer, jalan kolektor sekunder, jalan lokal primer sesuai UU No.38 Th. 2004 tentang jalan e) Sistem jaringan utilitas dalam penentuan lokasi dan besaran jaringan

sekunder dan tersier pada jaringan air bersih, telepon, listrik, gas, pengelolaan sampah, air limbah, dan air hujan.

f) Kepadatan bangunan dalam hal perbandingan antara keseluruhan luas lahan tertutup dengan luas bangunan setiap blok peruntukan, materinya sekurang-kurangnya akan mengatur koefisien dasar bangunan dengan klasifikasi sangat tinggi (>75%), tinggi (>50% - 75%), menengah (>20% - 50%), rendah (>5% - 20%) dan sangat rendah (<5%).

g) Penentuan ketinggian bangunan, maksimum dan minimum pada setiap blok peruntukan.

h) Penetapan garis sempadan atau garis pengawasan jalan bagi lahan yang boleh atau tidak boleh ada bangunan diatasnya pada setiap blok peruntukan materinya sekurang-kurangnya akan mengatur jarak antara as jalan dengan pagar halaman dan bangunan/rumah baik pada sisi muka, samping, dan belakang dengan ketentuan detail mengikuti Peraturan Pemerintah 26/ 1985.

i) Penetapan luas petak bangunan yang terdapat pada setiap blok peruntukan, dimana materinya sekurang-kurangnya akan mengatur klasifikasi luas perpetakan sebagai berikut ;

o Klasifikasi I, >2500 m2

o Klasifikasi II, >1000 m2 – 2500 m2 o Klasifikasi III, >600 m2 – 1000 m2 o Klasifikasi IV, >250 m2 – 600 m2 o Klasifikasi V, >100 m2 – 250 m2 o Klasifikasi VI, >50 m2 – 100 m2

j) Indikasi unit pelayanan dalam hal fasilitas umum kota yang terdiri dari pelayanan perbelanjaan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada setiap blok peruntukan.

k) Tahapan pelaksanaan pembangunan dalam hal pengendalian peruntukan, pelaksanaan program/proyek dari prasarana dan sarana kota dalam kurun waktu sepuluh tahun yang dibagi dalam lima tahunan.

l) Pengelolaan/penanganan lingkungan dalam hal peningkatan, perbaikan, pembaharuan, pemugaran, peremajaan, perlindungan lingkungan dan manajemen pertanahan serta pengoperasian aparat pelaksana dan pengendali pada tingkat pemerintah wilayah kecamatan.

B. Dasar Hukum

Beberapa peraturan yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota IKK Ngimbang secara umum adalah :

(12)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok – pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 No 104, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1960 No. 3034 )

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara No 22, Tambahan Lembaran Negara 1967 No 2831 )

3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 No 132 Tambahan Lembaran Negara No 4444 )

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tetantang Perindustrian (Lembaran Negara 22 tahun Tambahan Lembaran Negara 3274 )

5. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 No 45, Tambahan Lembaran Negara No 32997 )

6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati ( Lembaran Negara Tahun 1990 No 49, tLembaran Negara tahun 1990 No. 3419 )

7. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 No 78, tLembaran Negara tahun 1990 3427)

8. Undang-Undang No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 No 23, Tambahan Lembaran Negara tahun 1992 No 3469)

9. Undang-Undang No 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 No 115, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1992 No 3501)

10. Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengolalaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara tahun 1997 No 68, Tambahan Lembaran Negara No 3699 )

11. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Kehutanan . (Lembaran Negara Tahun 1990 No 167, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1999 No 3888 )

12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air . (Lembaran Negara Tahun 2004 No 32, Tambahan Lembaran Negara No 4379)

13. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(Lembaran Negara Tahun 2004 No 105, Tambahan Lembaran Negara No 4437)

14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah. (Lembaran Negara Tahun 2004 No 126, Tambahan Lembaran Negara 4438)

15. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 No 132 Tambahan Lembaran Negara No 4444)

16. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Tahun 1982 No 37 Tambahan Lembaran Negara No 3225 )

(13)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

17. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan.

18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1986 tentang Kawasan Berikat (Bounded Zone) (Lembaran Negara Tahun 1984 No 22, tLembaran Negara No 3274)

19. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1990 tentang Perubahan Aras Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1986 Tentang Kawasan Berikat ( Bounded Zone ) ( Lembaran Negara Tahun 1990 No 18, Tambahan Lembaran Negara 3407 )

20. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa ( Lembaran Negara 1991 No 35, Tambahan Lembaran Negara 3441 )

21. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 No 41, Tambahan Lembaran Negara 3445)

22. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 Tentang pelaksanaan Hak- hak Kewajiban, serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang ( Lembaran Negara Tahun 1996 No 104, Tambahan Lembaran Negara No 3660 )

23. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( Lembaran Negara Tahun 1997. No 96, Tambahan Lembaran Negara. 3721 )

24. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan tanah terlantar ( Lembaran Negara Tahun 1998 No 51, Tambahan Lembaran Negara No 3745 )

25. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL

26. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah . ( Lembaran Negara Tahun 2000 No 20, Tambahan Lembaran Negara Tahun No 3934 )

27. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi ( Lembaran NegaraRI Tahun 2001 No. 143 )

28. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2004 No 147, Tambahan Lembaran Negara No 4453)

29. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

30. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

31. Peraturan Menteri PU Nomor 63/ PRT/ 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.

33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam ProsesPerencanaan Tata Ruang di Daerah

(14)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

34. Kepmendagri 650-658 Tahun 1998 tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum;

35. Kepmendagri Nomor 59 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 Pedoman Penyusunan Rencana Kota

36. KEPMENDAGRI Nomor 134 Tahun 1993 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat 11 37. Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

38. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1989 tentang Pengaturan dan Pengendalian secara Proporsional Pembangunan Rumah Tinggal di Wilayah (Kecil) Perkotaan

39. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Timur Nomor 4 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Timur Tahun 1996/1997-2011/20212

40. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 55 Th 2000 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Kabupaten Lamongan.

1.6. METODOLOGI PENDEKATAN

Pokok-pokok pekerjaan pada langkah kegiatan kompilasi data dan produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

a. Mentabulasi dan mensistemasikan fakta dan informasi sesuai keperluan, sehinga mudah dibaca dan dimengerti serta siap untuk dianalisa.

b. Menyusun data dan informasi sesuai dengan pokok bahasannya dalam lingkup makro dan mikro (lokal), hal ini akan melingkupi faktor-faktor dibawah ini:

1. Regional (makro) mencakup :

a. Aspek kebijaksanaan pembangunan yang berkaitan dan berpengaruh pada perkembangan kota yang direncanakan, antara lain:

§ Kebijaksanaan Nasional.

§ Kebijakan Tiap Sektor Pembangunan.

§ Pola Dasar Pembangunan.

§ Pola Rencana Pembangunan.

b. Aspek kependudukan, antara lain:

§ Jumlah penduduk.

§ Penyebaran penduduk.

§ Pertumbuhan penduduk.

§ Komposisi penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, pendapatan dan lain-lain.

c. Aspek perekonomian, antara lain:

§ Sektor-sektor kegiatan ekonomi.

§ Produksi tiap sektor kegiatan ekonomi.

§ Penyebaran tiap sektor kegiatan ekonomi.

§ Perkembangan tiap sektor kegiatan ekonomi.

(15)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

§ Pola aliran barang dan jasa dalam proses koleksi dan distribusi.

d. Aspek sumber daya alam, antara lain:

§ Keadaan tanah, air dan iklim.

§ Sumber daya alam yang belum diolah.

e. Aspek fasilitas pelayanan dan utilitas

§ Jenis fasilitas dan utilitas.

§ Jumlah fasilitas dan besaran utilitas.

§ Penyebaran fasilitas.

§ Perkembangan, ekstensifikasi dan intensifikasi, serta penyebarannya.

2. Lokal (mikro kota), mencakup : a. Aspek Kependudukan, antara lain:

§ Jumlah penduduk pada tiap desa.

§ Penyebaran penduduk pada tiap desa.

§ Perkembangan penduduk dalam hal jumlah penyebaran dan komposisi.

§ Komposisi penduduk menurut kelompok umum, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, lapangan kerja, pendapatan dan lain sebagainya.

b. Aspek perekonomian, antara lain:

§ Sektor-sektor kegiatan ekonomi kota.

§ Jumlah dan penyebaran sektor-sektor kegiatan ekonomi kota.

§ Besaran tiap sektor kegiatan ekonomi kota.

§ Perkembangan keadaan perekonomian dalam hal besarnya produksi dan tingkat petumbuhannya.

c. Aspek fisik dasar, antara lain:

§ Keadaan iklim.

§ Keadaan geografis.

§ Keadaan geologi dan struktur tanah

§ Keadaan hidrologi.

d. Aspek tata guna lahan, antara lain:

§ Jenis penggunaan lahan, termasuk lahan sawah yang terdiri atas sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi setengah teknis, sawah beririgasi sederhana, dan sawah tadah hujan serta lahan kolam ikan.

§ Luas penggunaan lahan yang secara umum dirinci menurut jenis-jenis penggunaan seperti perumahan, pemerintahan dan bangunan umum, perdagangan, jasa, pelayanan sosial, jalur hijau, ruang terbuka hijau, transportasi, penggunaan khusus seperti industri atau perdagangan dan lain sebagainya.

§ Intensitas penggunaan lahan yang dicirikan oleh indikator koefisian dasar bangunan dan koefisien lantai bangunan.

e. Aspek pertanahan, menyangkut nilai jual objek pajak dan status kepemilikan tanah.

f. Aspek fasilitas pelayanan dan utilitas, yaitu:

§ Jenis fasilitas dan utilitas.

§ Jumlah fasilitas dan besaran utilitas.

§ Penyebaran fasilitas.

(16)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

§ Perkembangan mengenai pengadaan fasilitas dan utilitas baik dalam kuantitas maupun kualitasnya.

g. Aspek administrasi/pengelolaan pembangunan kota.

§ Struktur organisasi aparatur pelaksanaan pembangunan kota, tata kerja dan personalia.

§ Keadaan keuangan daerah, mengenai volume anggaran (APBD-PAD) bantuan dari Pemerintah Propinsi Jatim dan Pusat, pajak dan retribusi ditinjau menurut sumbernya beserta perkembangannya.

§ Peraturan-peratuan daerah atau kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan lainnya tentang pelaksanaan pembangunan kota.

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan Buku Fakta dan Analisa Data ini maka sistematika pembahasan usulan teknis diatur sesuai dengan tatanan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan gambaran potensi dan permasalahan wilayah perencanaan baik dalam konstelasi eksternal maupun dalam konteks internal. Selain itu diuraikan pula latar belakang diperlukannya penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Dengan Kedalaman Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) IKK Ngimbang, tujuan dan sasaran perencanaan, ruang lingkup perencanaan, dasar-

dasar penyusunan, metodologi pendekatan serta sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

Bab ini berisikan tinjauan lingkup regional dari perencanaan RUTRK dengan kedalaman RDTRK IKK Ngimbang yang meliputi tinjauan kebijaksanaan regional dan kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Lamongan, serta tinjauan umum wilayah Kabupaten Lamongan yang meliputi kondisi fisik dan penggunaan lahan, kependudukan, perekonomian, fasilitas umum dan sistem perangkutan, selain itu ditinjau pula kawasan hinterland wilayah perencanaan pada bagian yang mempunyai pengaruh orientasi kegiatan dilihat dari aspek ekonomi.

BAB III KARAKTERISTIK INTERNAL WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini berisikan pembahasan kondisi eksisting wilayah perencanaan IKK Ngimbang yang meliputi sub bahasan kedudukan wilayah perencanaan dalam lingkup wilayah kecamatan maupun wilayah belakangnya, karakteristik fisik, kependudukan, perekonomian, transportasi, serta karakteristik sarana dan prasarana.

BAB IV ANALISA REGIONAL

Membahas tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan regional yang berkaitan dengan perkembangan wilayah Kecamatan Ngimbang. Hal ini sangat diperlukan agar hasil perencanaan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kebijaksanaan yang telah digariskan. Dalam bab

(17)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

ini dikemukakan kedudukan wilayah perencanaan dalam konteks regional, dengan demikian kedudukan dan relatifitas wilayah perencanaan dengan daerah belakangnya dapat diketahui.

BAB V ANALISA WILAYAH PERENCANAAN

Bab ini membahas keadaan wilayah dan proyeksinya yang menyangkut kependudukan, kegiatan usaha, fasilitas, utilitas, transportasi dan fisik. Dalam analisis diberikan gambaran prediksi jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan. Berpegangan pada dasar jumlah penduduk ini akan dapat ditentukan proyeksi kebutuhan fasilitas dan utilitas kota. Aspek kegiatan usaha dibahas kegiatan usaha yang telah ada dan kemungkinan pemecahannya. Keadaan fisik Kota memberikan gambaran potensi fisik serta batasan fisik. Penggunaan tanah perkotaan akan memberikan gambaran luas daerah terbangun (built up area), intensitas penggunaan lahan dan tingkat kepadatan bangunan.

BAB VI ANALISA METODE PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN Bab ini berisikan gambaran dan analisa mengenai beberapa aspek administrasi dan pengelolaan yang berkaitan dengan permasalahan pengembangan kota atau perkotaan, antara lain adalah sumber pendanaan bagi pengembangan wilayah perencanaan, instansi yang terkait dengan pengembangan kota, serta dasar-dasar hukum yang mengatur pelaksanaan pengembangan kota.

(18)

PPEENNDDAAHHUULLUUAAN N

PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG ... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN ... 3 1.2.1. ... Tujuan

3

1.2.2. ...Sasaran 4

1.3. MANFAAT... 4 1.4. RUANG LINGKUP ... 4 1.5. DASAR-DASAR PENYUSUNAN RUTRK DENGAN KEDALAMAN RDTRK 8

1.6. METODOLOGI PENDEKATAN... 14 1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN... 16

Peta 1.1 Orientasi Wilayah Kecamatan Ngimbang Terhadap Kabupaten Lamongan...1-6 Peta 1.2 Orientasi Wilayah IKK Ngimbang Terhadap Kecamatan Ngimbang 1- 7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah instansi Bapak/Ibu pernah menjalin kerjasama yang berbasis kemitraan di luar kemitraan dalam upaya penanggulangan virus flu burung..

Kita ketahui bahwa dua buah vektor dapat dijumlahkan dan menghasilkan sebuah vektor baru yang disebut vektor resultan. Secara logika kita dapat menganggap setiap vektor

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

,Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia atas penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), ukuran

pelaksanaannya terdapat beberapa perubahan, diantaranya perubahan kelas dalam mengajar dikarenakan status guru yang bersangkutan. Keterbatasan ini menyebabkan praktikan

Berdasarkan uraian di atas maka tujuan dari penelitian adalah: mengetahui diversitas ikan yang terdapat di Segara Anakan Cilacap, mengetahui distribusi spasial

Kelurahan  Sidomukto  Kecamatan  Lamongan  Kepadatan  Penduduk  pada  Lokasi  sebesar  201 ‐ 499 Jiwa/Ha  Sedang  Lokasi tidak terletak pada 

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh EPS, DPR, struktur modal, profitabilitas, inflasi, suku bunga dan kurs terhadap return saham perusahaan