• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Inovasi Teknologi Dalam Pengembangan Agribisnis Hortikultura Di Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dukungan Inovasi Teknologi Dalam Pengembangan Agribisnis Hortikultura Di Sumatera Barat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dukungan Inovasi Teknologi

Dalam Pengembangan Agribisnis Hortikultura Di Sumatera Barat

Tri Sudaryono1, Nurhadi2, dan Zul Irfan1

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat

2Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika

PENDAHULUAN

i bidang hortikultura, khususnya di Su- matera Barat, ada dua lembaga pene- litian yang mempunyai peran sebagai pen- cari dan penemu sekaligus pengembang inovasi teknologinya, yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Balai Pene- litian Tanaman Buah Tropika (Balitbutrop).

Hal itu memang sesuai dengan tugas pokok BPTP sebagai lembaga yang melaksanakan kegiatan penelitian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi.

Berkaitan dengan tugas pokok tersebut, menurut Permentan nomor: 16/Permen- tan/OT.140/3/2006, maka fungsi BPTP me- liputi: (1) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; (2) Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan tek- nologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta pe- rakitan materi penyuluhan; (4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lo- kasi; dan (5) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertnaian tepat guna spesifik lokasi. Sementara Balitbutro- pika mempunyai tugas: (1) Melaksanakan penelitian tanaman buah dalam bidang pe- muliaan, fisiologi, agronomi, teknologi bu- didaya, proteksi, agroekosistem, fisiologi hasil, dan mekanisasi untuk pengembangan produksi, lingkungan, pola tanam, analisis komoditas, serta analisis residu pestisida dan pupuk; (2) Melaksanakan penelitian komponen teknologi sistem usahatani ta-

naman buah, agensia hayati, permintaan pasar, dan kelembagaan.

Menurut Irfan et al. (2005), di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2005, komo- ditas buah yang paling tinggi luas panennya adalah rambutan yaitu 5030 hektar, diikuti oleh jeruk (3551 hektar), durian (3180 hek- tar), pisang (2027 hektar), alpokad (1585 hektar), manggis (1524 hektar), dan marki- sa (1302 hektar). Sedangkan produksi ter- tinggi pada tahun yang sama ditempati oleh komoditas jeruk dengan jumlah produksi 68.568 ton, diikuti oleh markisa (58.836 ton), durian (46.500 ton), pisang (34.354 ton), rambutan (34.080 ton), manggis (11.278 ton), dan alpokad (9.094 ton). Se- baran luas panen dan produksi tujuh ko- moditas buah utama disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Luas panen dan produksi tujuh komoditas buah utama di Suma- tera Barat tahun 2005.

Untuk sayuran, lima komoditas utama berdasarkan luas panen dan produksinya di Sumatera Barat adalah cabe, kubis, bawang merah, kentang, dan kacang panjang. Pada tahun 2005, luas panen cabe adalah yang

D

5030 34080

3551.3 68568

3180 46500

2027 34354

1585 9094

1524.4 11278

1301.66 58836

Rambutan Jeruk Durian Pisang Alpokat Manggis Markisa

Luas panen (ha) Produksi (ton)

(2)

tertinggi yaitu mencapai 5.244 hektar dengan produksi 13.458 ton. Kubis menem- pati urutan kedua dalam hal luas panen pada tahun 2005 yaitu 2.463 hektar dengan tingkat produksi yang tertinggi yaitu men- capai 75.612 ton, jauh lebih tinggi dari tingkat produksi cabe pada tahun yang sa- ma. Bawang merah, luas panennya menem- pati urutan ketiga setelah cabe dan kubis yaitu 2.059 hektar dengan tingkat produksi 19.119 ton. Kentang menempati urutan ke- empat dalam hal luas panen (1.850 hektar) tetapi menempati urutan kedua dalam hal produksi (33.774 ton). Di urutan kelima, baik dalam hal luas panen maupun produksi ditempati oleh kacang panjang. Sebaran luas panen dan produksi sayuran tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Luas panen dan produksi lima ko- moditas sayuran utama di Suma- tera Barat tahun 2005.

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI BUAH-BUAHAN

Alpokad

Sampai saat ini, tiga varietas unggul al- pokad telah ditemukan oleh Balitbutropika dan dilepas secara resmi. Ketiga varietas unggul tersebut adalah: Mega Murapi, Mega Gagauan, dan Mega Paninggahan. Varietas Mega Murapi jumlah buahnya 1 per tandan, produksi buah per pohon 220-230 buah per tahun. Panjang buah 12,5-17,5 cm, diame- ter buah 11,5-15,5 cm, tebal kulit buah 1

mm, tebal daging buah 1,9-2,1 cm. Berat buah 600-800 g per buah, rasa daging buah manis agak pulen. Kadar protein 1,49% dan kadar lemaknya 6,41%.

Karakteristik varietas Mega Gagauan adalah: jumlah buah 1-4 buah per tandan dengan kisaran produksi 350-450 buah per pohon per tahun. Panjang buah 13-17 cm dan diameter buah 10-14 cm. Tebal kulit buahnya sama dengan Mega Murapi yaitu 1 mm dan tebal daging buah 1,9-2,1 cm.

Berat buah 400-600 g/buah, rasa daging buah manis pulen. Kadar protein 1,37% dan kadar lemak 7,58%. Sedangkan varietas unggul Mega Paninggahan menghasilkan buah 1-2 buah per tandan dengan kisaran produksi paling tinggi dibanding dua varie- tas unggul terdahulu yaitu 880-1000 buah (300-350 kg) per pohon per tahun. Buahnya memiliki ukuran panjang 13,5-18 cm dan diameter 7,5-9,5 cm. Tebal kulit buah 1 mm dan tebal daging buahnya 1,8-2,1 cm.

Berat buah 250-400 g per buah, paling rendah dibanding dua varietas terdahulu.

Artinya, ukuran buah varietas Mega Pa- ninggahan lebih kecil dibanding varietas Mega Murapi dan Mega Gagauan. Rasa da- ging buah manis pulen. Kadar protein buah 1,16% dan kadar lemaknya 7,95%.

Durian

Balitbutropika juga sudah menemukan dua varietas unggul durian dan telah dile- pas secara resmi, yaitu varietas Takada 02 dan Namlung Petaling. Varietas Takada 02 memiliki jumlah biji sedikit (1-2) sedang- kan 10-11 biji lainnya biasanya tidak bernas.

Keadaan itu membuat porsi buah yang da- pat dimakan cukup tinggi yaitu 38%. Daging buah halus dan kesat. Citarasa daging buah manis-alkoholik, aroma kurang, dan kadar gula daging buah 43%. Bobot buah 1,8-3,2 kg. Panjang buah lebih kurang 20 cm dan lingkaran buah 52 cm. Daging buah agak kering dengan kadar air sekitar 46%. Pro- duksi buah berkisar 350-600 buah per po- hon per tahun.

5244 13458

2463 75612

2059 19119

1850 33774

16616003

Cabe Kobis Bawang

Merah

Kentang Kacang Panjang Luas panen (ha) Produksi (ton)

(3)

Selanjutnya, varietas Namlung Petaling karakteristik buahnya lebih baik dibanding varietas Takada 02. Bisa dikatakan bahwa buah durian varietas Namlung Petaling me- menuhi kriteria ekspor, yaitu: bobot buah 1,5-2,0 kg, daya simpannya lama. Jumlah pongge per juring 1-3 dengan letak teratur.

Daging buah tebal. Porsi buah dapat di- makan mencapai 46%. Citarasa daging buah manis-alkoholik dengan kadar gula 45%.

Daging buah sedikit berserat. Panjang buah lebih kurang 14 cm dan lingkaran buah 33 cm. Warna daging buah kuning muda, aro- ma kurang, dan kadar air daging buah 43%.

Intensitas pohon berbuah 1-2 kali dalam sa- tu tahun. Varietas ini toleran terhadap Phytophthora sp. Kapasitas produksi 225- 550 buah per tanaman per tahun.

Di bidang produk olahan, BPTP Suma- tera Barat telah berhasil mengembangkan teknologi pembuatan jelly durian, khusus- nya di kawasan Prima Tani Lubuk Minturun Sungai Lareh, Kota Padang. Menurut Hasan et al. (2008), teknologi pembuatan jelly durian tidak sulit, hanya dengan mengguna- kan peralatan sederhana dan biaya yang murah, dapat dilakukan dalam skala rumah tangga (home industry) maupun industri moderen. Analisis kelayakan usaha produksi jelly durian menunjukkan bahwa dengan memproduksi 720 cup jelly durian dalam sehari dapat mendatangkan keuntungan se- besar Rp. 120.554,4 atau Rp. 3.616.632 per bulan. Yang lebih penting adalah usaha produksi jelly durian dapat meningkatkan nilai tambah produksi dan sekaligus me- ningkatkan pendapatan masyarakat tani.

Jeruk

Inovasi teknologi yang telah berhasil di- temukan mengenai jeruk lebih banyak di- banding alpokad dan durian. Di bidang pe- muliaan tanaman, enam varietas unggul je- ruk telah ditemukan dan telah dilepas, yai- tu varietas Crifta 01, Jemari Taji, Kancil 01, Volkameriana 056, Carrizo 442, dan Citromelo 207. Dua varietas pertama cocok untuk batang atas, sedangkan empat varie- tas terakhir cocok untuk batang bawah.

Masing-masing varietas mempunyai ke- unggulan tersendiri. Varietas Crifta 01 rela- tif tahan terhadap patogen BLO. Buah tidak berbiji, panen buah 3-4 kali dalam satu tahun. Bobot buah 238,5 gram, panjang buah 7 cm dan diameter buah 9 cm. Kadar gula 10%, kadar asam 0,58%, dan kan- dungan vitamin C 42 mg/100 g. Citarasa buah manis-segar. Produksi perdana dapat diperoleh pada umur 4 tahun dengan ting- kat produktivitas 125 buah atau 30 kg per tanaman per tahun. Selanjutnya, varietas Jemari Taji memiliki citarasa buah sangat manis. Jumlah biji relatif sedikit, bahkan seringkali tidak berbiji. Panen buah dapat dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Bobot buah 199 + 24 g, panjang buah 7 cm, dan diameter buah 6 cm. Aroma buah kurang kuat, kadar gula 12%, kadar asam 0,42%, dan kandungan vitamin C-nya 58 mg/100 g.

Sama dengan varietas Crifta 01, produksi perdana dapat diperoleh pada umur 4 ta- hun dengan tingkat produktivitas 230 kg per tanaman per tahun.

Untuk batang bawah dalam pembibitan tanaman jeruk ada empat varietas alter- natif yang dapat dipakai. Varietas unggul batang bawah Kancil 01, salah satunya, mempunyai efek cebol (dwarf) terhadap batang atas, khususnya keprok Siem. Va- rietas Kancil 01 berbuah terus-menerus, jumlah biji 8 per buah, bobot kering angin 10 biji sekitar 1,4 gram, produksi 8-10 kg per tanaman. Varietas ini mempunyai sifat toleran yang sedang terhadap kekeringan, tanah asam, tanah lempung, dan Phy- tophthora sp, serta kadang-kadang toleran terhadap virus Tristeza. Varietas unggul ba- tang bawah lainnya adalah Volkameriana 056 yang baik digunakan sebagai batang ba- wah untuk varietas yang mempunyai ma- salah pertumbuhan lambat. Karakteristik- nya, berbuah tidak terus menerus, jumlah biji 16-31 per buah, bobot kering angin 10 biji 1,2 gram, produksi rata-rata 15 kg per tanaman. Varietas Volkameriana tidak me- nimbulkan efek cebol terhadap batang atas, cukup toleran terhadap virus tristeza, vi- goritas dan produksinya tergolong tinggi, kulit buah tipis, warna kulit serta kadar sa-

(4)

ri dan kadar gula buah tergolong sedang.

Varietas ini juga cukup toleran terhadap kekeringan, tanah asam dan Phytophthora, tetapi tidak toleran terhadap tanah kapur dan tanah lempung.

Alternatif lainnya untuk batang bawah adalah Carrizo 442 dan Citromelo 207. Va- rietas Carrizo 442 tidak berbuah terus-me- nerus, jumlah biji 5-13 per buah, bobot ke- ring angin 10 biji 1,7 gram, dan produksi berkisar 8-10 kg per tanaman. Varietas ini mempunyai sifat pembuahan awal, produk- si tinggi, vigoritas cukup, kulit tipis, warna kulit baik, serta kadar asam dan kadar gula tinggi. Varietas Carrizo 442 cukup toleran terhadap kekeringan dan penyakit Phytophthora sp, beradaptasi baik pada tanah masam tetapi tidak baik tumbuhnya pada tanah lempung. Varietas ini mem- punyai efek cebol terhadap batang atas dan virus tristeza. Varietas Citromelo 207 direkomendasikan untuk digunakan pada tanah-tanah asam. Varietas ini tidak ber- buah terus-menerus, jumlah biji 51 per buah, bobot kering angin 10 biji 1,5 gram, dan produksi berkisar 8,5-10 kg per ta-

naman. Toleransinya baik pada tanah asam, cukup toleran terhadap kekeringan dan penyakit Phytophthora sp, tetapi tidak toleran terhadap tanah lempung dan tanah kapur. Varietas Citromelo 207 mempunyai efek cebol terhadap batang atas dan virus tristeza, vigoritasnya cukup, pembuahan awal dengan produksi tergolong tinggi, ku- lit tipis, warna kulit cukup cerah, serta ka- dar asam tinggi dan kadar gula sedang.

Di samping varietas, telah ditemukan pula teknologi perbanyakan jeruk secara cepat dengan metode Stek Langsung Sam- bung (Stebung). Urutan pelaksanaan tekno- logi ini dapat dilihat pada Gambar 3. Ke- lebihan dari teknologi ini adalah: (1) Cepat, 6 bulan sudah menghasilkan bibit siap ta- nam, sedangkan dengan cara biasa bibit baru bisa siap tanam setelah 12 bulan; (2) Sistem perakaran dangkal, sehingga cocok ditanam di lahan air dangkal (gambut, pa- sang surut, rawa, dan lain-lain); (3) Mudah dan dapat diproduksi secara massal; dan (4) Kualitas bibit sama dengan hasil cara biasa.

Gambar 3. Langkah-langkah penggunaan metode Stebung pada jeruk.

(5)

Pisang

Dua varietas unggul baru tanaman pi- sang juga telah ditemukan, yaitu varietas Pisang Ketan dan Raja Siem. Varietas Pi- sang Ketan morfologi tanamannya ramping dan pendek, tetapi batangnya mampu menyangga tandan dengan 9-11 sisir dengan 12-18 buah pada tiap sisir. Daging buahnya pulen agak lengket mirip nasi ke- tan. Varietas ini berumur genjah, jumlah anakan 3-5 batang yang mampu berbunga dan masak serempak sehingga menjamin produktivitas tinggi dengan jarak tanam ra- pat. Umur tanaman mulai berbuah 6 bulan, sedangkan umur panennya 3 bulan setelah berbunga. Buahnya mempunyai kadar gula 24%, kadar tepung 86,5, vitamin C 5 mg/

100 g, dan kadar air 59%. Citarasa buah Pi- sang Ketan sangat enak, daya simpannya lebih kurang 15 hari.

Selanjutnya, varietas unggul pisang Ra- ja Siem tanamannya ramping, berumur genjah, dan jumlah anakannya banyak. Ka- dar tepung buahnya tinggi serta kandungan vitamin A dan kalori yang lebih tinggi di- banding pisang kepok lain. Di samping itu, pisang Raja mampu beradaptasi toleran pada tanah ber-pH rendah dan aerasi jelek serta toleran terhadap penyakit layu bak- teri Pseudomonas sp. Jumlah anakan 7 batang per rumpun. Umur berbuah 278 hari setelah tanam dan umur panen 117 hari se- telah berbunga. Jumlah buah 112 per tan- dan, jumlah buah per sisir 14-16, dan bobot sisir 1-1,5 kg. Kadar gula buahnya 27%, tekstur daging buah berserat, kandungan kalori 120,5 kal/100 g, kadar tepung 79,8 gram, kandungan vitamin C 5,1 mg/100 g, dan kandungan vitamin A 712 SI. Citarasa buahnya manis dengan daya simpan 15 hari.

Di samping varietas juga telah dite- mukan dua teknik pembibitan tanaman pi- sang. Teknologi pertama adalah teknik pembibitan pisang melalui pemotongan ti- tik tumbuh (Gambar 4) dan teknologi kedua

adalah teknik pembibitan pisang dengan belahan bonggol (Gambar 5). Kedua tek- nologi ini dianggap efektif untuk meng- hasilkan bibit pisang yang baik dan bermu- tu.

Masalah utama yang dihadapi petani dalam berusahatani pisang sampai saat ini yang belum terpecahkan adalah serangan penyakit layu, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun oleh cendawan Fusarium.

Salah satu teknologi pengendalian penyakit layu Fusarium adalah dengan penggunaan Gliostar. Gliostar merupakan bahan starter untuk mengendalikan penyakit layu Fu- sarium dengan bahan aktif Glioclodium sp.

Isolat cendawan ini diperoleh dari rizosfer tanaman cabai di lahan petani di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Cara mengembang- kannya yaitu sebelum diaplikasikan di la- pangan, 250 gram Gliostar dicampur dengan 25 kg pupuk kandang mentah. Di- aduk-aduk dengan alat pengaduk sampai tercampur merata. Setelah itu dibiarkan selama 10-15 hari dalam keadaan udara terbuka bebas. Sebaiknya setiap hari di- aduk-aduk lagi supaya udara dapat masuk ke bagian dalam tumpukan pupuk kandang.

Gambar 4. Langkah-langkah pelaksanaan teknologi pembibitan pisang me- lalui pemotongan titik tumbuh.

(6)

Gambar 5. Teknologi pembibitan pisang dengan belahan bonggol.

Untuk mengendalikan Fusarium pada tanaman pisang, setelah pupuk kandang di- biarkan 10-15 hari, segera dicampur dengan tanah bekas galian lubang tanam sampai merata dengan perbandingan 1 : 1 (v/v). Tanaman pisang ditanam dalam lu- bang tanam dan ditimbun dengan cam- puran tanah dan pupuk kandang yang telah diinfestasi Gliostar. Aplikasi selanjutnya di- lakukan pada saat tanaman berumur 3-6 bulan setelah tanam dengan cara menabur- kan pupuk kandang yang telah diinfestasi Gliostar di sekitar tanaman (0,5 kg pupuk kandang/pohon).

Manggis

Di bidang budidaya, ada tiga inovasi teknologi yang telah dihasilkan untuk ta- naman manggis. Pertama, Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dalam memacu pertumbuhan bibit manggis. Ino- kulum CMA dapat diperbanyak mengguna- kan tanaman inang Peuraria javanica. Cara pemanfaatannya adalah dengan menginfek- sikan spora CMA pada akar tanaman bibit manggis. Dengan memakai CMA maka per- tumbuhan bibit manggis akan lebih cepat.

Mikoriza memang mempunyai banyak man- faat, seperti: (a) meningkatkan serapan ha-

ra, (b) memacu pertumbuhan tanaman, (c) meningkatkan ketahanan tanaman terha- dap serangan hama dan penyakit serta stres lingkungan, (d) rehabilitasi lahan kri- tis, (e) reboisasi lahan pertambangan dan galian, dan (f) mendukung pertanian orga- nik (Jawal, 2002; Mansyah et al., 2004).

Inovasi teknologi kedua, Teknik Akar Ganda untuk mempercepat pertumbuhan dan memperpendek masa remaja tanaman manggis (Jawal et al., 2003). Dengan pe- makaian inovasi teknologi ini maka tanam- an manggis akan tumbuh dan berproduksi lebih cepat di lapangan, karena tanaman lebih intensif dalam pengambilan unsur ha- ra dari dalam tanah melalui perakaran yang lebih banyak. Ketiga adalah teknologi Mengatasi Getah Kuning Manggis. Sebetul- nya, studi terhadap timbulnya getah kuning pada buah manggis sampai saat ini belum menghasilkan kesimpulan yang cukup me- yakinkan. Namun, bersamaan dengan itu, hasil dari seleksi melalui media lomba buah, telah ditemukan kultivar manggis (Tembi- lahan) yang tidak mengeluarkan getah ku- ning serta mempunyai ciri unik yaitu jumlah segmen 8-11 buah (Balitbu Solok, 2005).

(7)

Inovasi teknologi yang lebih maju di- temukan dalam hal pengolahan buah mang- gis menjadi produk-produk yang bernilai le- bih tinggi serta bermanfaat bagi kesehatan manusia. Para peneliti BPTP Sumatera Ba- rat telah berhasil menemukan teknologi pengolahan buah manggis menjadi xanthones, puree, juice, dan sirup (Gambar 6) (Iswari et al., 2008). Xanthones terbuat dari ekstrak kulit buah manggis yang ber- manfaat sebagai obat karena mengandung xanthone yang tinggi yaitu mencapai 123,97mg/100 ml. Selain kandungan xanthone di dalam xanthones juga terdapat vitamin dan mineral lainnya. Puree adalah bahan setengah jadi dalam bentuk bubur buah, terbuat dari daging buah yang sudah diolah menjadi bubur buah. Puree dapat di- olah kembali menjadi produk olahan yang diinginkan. Banyak negara di luar negeri menginginkan puree manggis yang berasal dari Asia Tenggara khususnya Indonesia, ka- rena manggis dari Indonesia mempunyai ci- tarasa yang khas dengan kesegaran yang khas juga. Oleh karena itu merupakan pe- luang bisnis bagi petani ataupun kelompok usaha pengolahan ataupun investor dalam membangun industri pengolahan puree manggis.

Teknologi pengolahan sirup manggis se- derhana dan dapat dilakukan di tingkat in- dustri rumah tangga (home industry) atau pabrikasi. Pengolahannya hanya membu- tuhkan alat dan mesin pengolahan seder- hana yaitu: juicer, alat penyaring, tangki pengaduk, dan pasteurizer. Alat ini se- baiknya terhubung dengan pipa antara satu dengan lainnya, sehingga tidak ada ke- mungkinan terkontaminasi selama proses pengolahan. Keunggulan teknologi sirup manggis ini adalah tidak menggunakan pengawet dan pewarna buatan, warna ber- asal dari ekstrak kulit buah manggis. Sirup ini dapat dijadikan sebagai minuman sehat dan bergizi, karena mengandung xanthone yang tinggi. Dengan penambahan ekstrak kulit buah ke dalam sari daging buah di- hasilkan sirup manggis dengan kandungan xanthone mencapai 104,05 mg/100 ml sirup manggis. Di samping mengadung xanthone yang tinggi, sirup manggis ini juga mengadung nilai gizi yang tinggi. Selanjut- nya, juice manggis merupakan minuman segar dan bergizi yang juga mengandung xanthone sebesar 3,55 mg/100 ml jus. Se- lain kandungan xanthone, jus manggis kaya dengan vitamin dan mineral.

Gambar 6. Empat produk olahan manggis (searah jarum jam: juice, sirup, xanthones dan puree) yang telah ditemukan dan diusulkan hak patennya ke Dept. Hukum dan HAM.

(8)

Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabu- paten Sijunjung telah mengadopsi teknologi pengolahan manggis ini dengan mem- bangun kelompok usaha yang diberi nama Ratu Salju dan memfasilitasi kelompok dengan satu buah bangunan tempat show room yang dilengkapi dengan satu unit alat dan mesin pengolahan.

Markisa

BPTP Sumatera Barat telah menemukan dua varietas unggul markisa manis yang dirilis dengan nama Gumanti dan Solinda.

Varietas Gumanti mempunyai karakteristik:

warna bunga putih, umur awal panen 10 bulan, bobot buah 100-130 gram, rasa buah manis, kulit buah tipis, daya simpan buah 18 hari, produktivitas 60-70 kg/pohon/ta- hun. Sementara varietas Solinda dapat di- kenal dengan karateristik: warna bunga ungu, umur awal panen 9,5 bulan, bobot buah 120-140 gram, rasa buah manis, kulit buah tebal, daya simpan buah 21 hari, produktivitas 65-75 kg/pohon/tahun. Kedua varietas cocok untuk buah meja atau diolah menjadi juice. Dengan kulit buahnya yang tebal, maka varietas Solinda lebih tahan untuk diangkut jarak jauh.

Juice markisa sudah banyak dikenal.

Akan tetapi, juice mix (campuran) markisa dan terung pirus atau terung belanda yang dipopulerkan dengan nama Juice Mix Aro- suka adalah salah satu temuan (invention) untuk meningkatkan nilai tambah kedua ko- moditas tersebut. Selama ini, umumnya markisa dan terung belanda dipasarkan da- lam bentuk buah segar. Dengan teknologi pengolahan sederhana menjadi juice mix, peluang untuk meningkatkan nilai tambah produk markisa dan terung belanda seka- ligus menambah kesempatan kerja terbuka luas.

Menurut Iswari dan Buharman (2007), juice mix markisa dan terung belanda seba- gai minuman segar, nilai gizinya ditentukan oleh komposisi markisa dan terung belanda sebagai bahan baku. Markisa mengandung vitamin C dan passiflorine yang dapat

menghilangkan stress, sedangkan terung belanda merupakan sumber zat besi, vita- min A, C, B1, B2, dan solasudin. Spesifikasi juice mix Arosuka adalah: (i) tidak mema- kai pewarna sintetis, (ii) warna muncul dari sari terung belanda, (iii) umur simpan bisa sampai 10 bulan bila dikemas dalam botol kaca pada suhu ruang namun bila dikemas dalam cup plastik lama simpan 3-5 hari pa- da suhu ruang dan 2-3 bulan pada suhu dingin.

DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI SAYURAN

Berikutnya, kami akan mempresentasi- kan beberapa inovasi teknologi sayuran yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh BPTP Sumatera Barat, sebagai peleng- kap dari materi yang telah disampaikan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengem- bangan Hortikultura sebelumnya. Kami akan memfokuskan diskusi ini pada empat inovasi teknologi saja, yaitu: (1) varietas unggul kentang Cingkariang, (2) pengen- dalian hayati ulat daun bawang, (3) pola tanam sayuran, dan (4) teknologi produk olahan mentimun.

Varietas Unggul Kentang Cingkariang Varietas unggul kentang Cingkariang berasal dari varietas lokal yang banyak di- tanam petani di Nagari Cingkariang, Keca- matan Banuhampu, Kabupaten Agam. Va- rietas ini semula dikenal dengan nama Ken- tang Batang Hitam, julukan yang diambil sesuai dengan batangnya yang berwarna ungu kehitam-hitaman. Deskripsi dari va- rietas ini antara lain: umur panen 110-120 hari setelah tanam, bentuk umbi oval ber- gelombang, warna kulit umbi kuning, war- na daging umbi kuning, tekstur umbi renyah, mata umbi dalam, rata-rata jumlah umbi 11 buah per rumpun, kandungan karbohidrat umbi 12,11%, dan produktivitas 12-15 ton per hektar.

(9)

Teknologi Pengendalian Hayati Ulat Daun Bawang

Pengendalian hama dan penyakit, ter- masuk ulat daun bawang, dengan pestisida sudah menjadi kebiasaan petani, hingga sudah sampai mengkhawatirkan akan efek sampingnya terhadap konsumen dan ling- kungan. Di lain pihak, cara-cara pengenda- lian yang aman sangat terbatas. Pengguna- an SeNPV (Spodoptera exigua Nuclear Polyhidrosis Virus) adalah salah satu inovasi teknologi yang cukup efektif dalam mengendalikan hama ulat daun bawang.

Keunggulan teknologi ini antara lain: (i) ti- dak menimbulkan resistensi dan resurgensi terhadap hama ulat daun bawang, (ii) tidak merusak lingkungan, (iii) tidak berpengaruh terhadap musuh alami, (iv) mudah diterap- kan, dan (v) dapat dibuat sendiri oleh peta- ni.

Pola Tanam Sayuran

Terung adalah salah satu jenis tanaman sayuran yang banyak ditanam di daerah perkotaan atau di pinggiran kota. Dalam bentuk pertanaman monokultur, usahatani terung sudah cukup menguntungkan. Akan tetapi, nilai produktivitas lahan (land equivalent ratio) bisa ditingkatkan melalui pertanaman tumpangsari. Peningkatan nilai produktivitas lahan ini akan lebih terasa pentingnya di daerah perkotaan yang ke- tersediaan lahannya sangat terbatas.

Dua inovasi teknologi pola tanam terung dengan komoditas sayuran lainnya telah di- temukan dan bahkan telah direkomendasi- kan pengembangannya di Sumatera Barat.

Pola pertama adalah tumpangsari terung dengan mentimun. Pola ini dapat mening- katkan nilai rasio produktivitas lahan dari 1 menjadi 1,45, hampir satu setengah kali li- pat dari bila terung ditanam secara mono- kultur. Pola kedua adalah tumpangsari te- rung dengan kacang panjang yang dapat meningkatkan nilai rasio produktivitas la- han dari 1 menjadi 1,56, lebih satu se- tengah kali lipat dibanding pertanaman te- rung secara monokultur.

Jelly Mentimun

Sama dengan jelly durian, teknologi pengolahan mentimun menjadi jelly telah dikembangkan di kawasan Prima Tani Kota Padang, tepatnya di Kelurahan Lubuk Min- turun Sungai Lareh, Kecamatan Koto Tangah. Analisis kelayakan usaha produksi jelly mentimun menunjukkan bahwa ke- untungan yang dapat diperoleh dalam se- hari dengan memproduksi 840 buah cup jelly mentimun sebesar Rp.255.554,4 atau Rp.7.666.632 dalam sebulan. Jumlah pen- dapatan ini lebih tinggi dibandingkan dengan menghasilkan 720 buah cup jelly durian yang hanya menerima keuntungan sebesar Rp. 120.554,4 atau dengan penda- patan sebulan sebesar Rp. 3.616.632. Akan tetapi, kedua bentuk usaha produksi ter- sebut dapat meningkatkan nilai tambah produksi mentimun dan durian serta seka- ligus meningkatkan pendapatan masyarakat tani.

PENUTUP

Dukungan inovasi teknologi untuk pengembangan komoditas hortikultura di Sumatera Barat, khususnya tanaman buah dan sayuran sudah cukup banyak. Hanya saja, adopsi dan implementasinya masih sangat terbatas. Pengembangan inovasi teknologi tersebut di tingkat pengguna, khususnya petani, memerlukan dukungan program dan kegiatan dari dinas/instansi terkait di daerah, baik tingkat provinsi dan lebih-lebih lagi untuk tingkat kabupaten.

Langkah yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Sijunjung adalah salah satu ben- tuk keseriusan pemerintah kabupaten un- tuk mengembangkan agribisnis buah di dae- rahnya.

BPTP Sumatera Barat dan Balitbu Tropi- ka Solok siap untuk mendukung upaya pe- merintah provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Barat dalam mempercepat pem- bangunan pertanian, termasuk pengem- bangan agribisnis hortikultura. Dalam hal ini diperlukan keseriusan bersama untuk

(10)

mensinergiskan program dan kegiatan antar berbagai lembaga/institusi yang sebetulnya bisa saling terkait. Harapan kita, agribisnis hortikultura di Provinsi Sumatera Barat da- pat kita tingkatkan dan kembangkan, kare- na agroekosistem dan posisi daerah ini cocok untuk pengembangan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Balitbu Solok. 2005. Teknologi Penanggulangan Getah Kuning Buah Manggis. Rencana Pe- nelitian Tim Peneliti. Balai Penelitian Ta- naman Buah, Solok.

Hasan, N., R. Roswita, dan Z. Irfan. 2008.

Analisis Kelayakan Usaha Produksi Jelly Mentimun dan Jelly Durian di Kawasan Prima Tani Lubuk Minturun Sungai Lareh Ko- ta Padang, Sumatera Barat. Materi disam- paikan pada Seminar Bulanan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian di Bogor, 4 Maret 2008.

Irfan, Z., K. Iswari, E. Afdi, dan Harnel. 2005.

Kajian Profil Usahatani, Pascapanen dan Pe- masaran Manggis di Sumatera Barat. La- poran Akhir Kegiatan Tahun 2005. Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.

Iswari, K. dan Buharman B. 2007. Juice Mix

“Arosuka”. Majalah PRIMA TANI Sumatera Barat Vol. I, No. 1, Agustus 2007.

Iswari, K., Harnel, E. Afdi, Azman, Aswardi, dan F. Artati. 2008. Kajian Pengembangan Teknologi Pengolahan Mendukung Agribisnis Manggis di Sumatera Barat. Materi disam- paikan pada Seminar Bulanan di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian di Bogor, 4 Maret 2008.

Jawal, M.A.S. 2002. Perbenihan Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.

Jawal, M.A.S., Y. Meldia, I. Djatnika, F.

Usman, dan Hendri. 2003. Teknologi Per- benihan Manggis. Balai Penelitian Tanaman Buah, Solok.

Mansyah, E., M.J. Anwarudin Syah, I. Muas, Hendri, dan F. Usman. 2004. Identifikasi dan Karakterisasi Manggis Populasi Indi- genous. Laporan Kemajuan Riset Unggulan Strategis Nasional. Kerjasama Balai Pene- litian Tanaman Buah dengan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika-Lembaga Penelitian IPB.

Gambar

Gambar 1.  Luas panen dan produksi tujuh  komoditas buah utama di  Suma-tera Barat tahun 2005
Gambar 2.  Luas panen dan produksi lima ko- ko-moditas sayuran utama di  Suma-tera Barat tahun 2005
Gambar 3. Langkah-langkah penggunaan metode Stebung pada jeruk.
Gambar 4.   Langkah-langkah pelaksanaan  teknologi pembibitan pisang  me-lalui pemotongan titik tumbuh
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus II hasil pengamatan pada saat pembelajaran matematika rata-rata persentase untuk antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran 70,11%, rata-rata

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) untuk menemukan tipe dari tindak ilokusi yang digunakan oleh tokoh-tokoh utama dalam naskah film The Help, (b) untuk menemukan

Dalam penelitian ini, formulasi boddy butter dilakukan dengan mengkombinasikan potensi tabir surya dan antioksidan dari oleum olivarum, oleum cocos dan oleum

 Terdapat pengaruh perbedaan sudut pada katup buang dan ketinggian pipa output terhadap kapasitas discharge yang dihasilkan pompa

Kinina/Quinine Tonic Wine, Meat Wine atau Beef Wine, Malt Wine, Anggur Buah/Fruit Wine, Anggur Buah Apel/Cider, Anggur Sari Buah Pir/Perry, Anggur Beras/Sake/Rice

Berdasarkan hasil eksperimen, proses optimasi, eksperimen konfirmasi dan analisis yang telah dilakukan, maka dari penelitian inidapat diambil kesimpulan bahwa kontribusi

Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh spiritual leadership terhadap kepuasan kerja dan kinerja manajer Bank Syariah di Surabaya.. Populasi dalam