• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pembelajaran Tugas Dalam Pembelajaran Geometri Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Metode Pembelajaran Tugas Dalam Pembelajaran Geometri Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Kendari"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

175

Metode Pembelajaran Tugas Dalam Pembelajaran Geometri Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Kendari

Lambertus

1

, Awaludin

2

& Hijayah

3

(1,2,&3 Dosen dan Alumni Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univaritas Haluoleo emali:

lambertus_k@yahoo.co.id)

Abstrak: Penelitian eksperimen ini , bertujuan untuk mengkaji efektivitas metode pemberian tugas dalam pembelajaran geometri pada siswa kelas VIII. Dipahami bahwa salah satu keberhasilan suatu pembelajaran juga ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai karakter materi pelajaran, tujuan pelajaran, karakter siswa, waktu, jumlah siswa, media, dan alat evaluasi. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) Hasil belajar geometri pada siswa yang diajar menggunakan metode pemberian tugas pada materi prisma dan limas memilki nilai rata-rata lebih baik bila disbanding siswa yang diajar menggunakan metode konvensional; (2) Penerapan metode pemberian tugas dalam pembelajaran geometri lebih efektif dibanding metode konvensional.

Kata kunci: Efektivitas, metode pemberian tugas, pembelajaran geometri

PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 menekankan

bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas hendaknya berbasis pada Konstruktivisme, yaitu proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan Student Senteret. Artinya, pembelajaran yang dilakukan di kelas seharusnya berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Selama ini belajar diartikan sebagai transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Pandangan ini harus diubah dengan makna yang “sebaliknya”, yaitu belajar adalah membangun pemahaman peserta didik melalui dorongan, pancingan, pertanyaan, dan arahan dari guru. Dalam hal ini yang aktif mengolah informasi adalah peserta didik sendiri sehingga pengalaman belajar mereka

akan terus tumbuh dan berkembang dengan baik.

Dengan berpusat pada peserta didik berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, media, waktu belajar, dan penilaian hasil belajar dapat beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakter materi pelajaran. Disinilah pentingnya peran Guru. Guru dituntut untuk memiliki pemahaman serta keterampilan yang tinggi dalam hal penguasaan bahan ajar, metode/pendekatan pembelajaran, karakter anak didik dan landasan kependidikan.

Perlu dipahami bahwa daya tarik suatu pembelajaran ditentukan oleh dua hal; pertama adalah mata pelajaran itu sendiri, dan kedua adalah cara mengemas dan mengajar guru.

Oleh karena itu, tugas seorang guru adalah

(2)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

176 menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadi menarik, pelajaran yang sulit menjadi mudah, dan pelajaran yang kurang berarti menjadi bermakna (Lambertus, 2010).

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut. (1) Berpusat pada peserta didik; (2) Mengembangkan peserta didik; (3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai; (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam; dan (6) Belajar melalui berbuat (Depdiknas dalam Lambertus, 2008).

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna.

SMP Negeri 5 Kendari adalah sebuah SMP yang terletak di sebelah selatan Kota Kendari, dalam pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran berbasis konstruktivisme. Masih banyak guru yang melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional.

misalnya guru matematika kelas VIII dari waktu-kewaktu melaksanakan pembelajaran dengan cara: (1) Guru bertanya pada siswa tentang kesulitan yang dialami ketika mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah pada pertemuan sebelumnya dan bila ada kesulitan maka dibahas bersama; (2) guru menjelaskan materi; (3) guru memberi contoh soal dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya; (4) guru memberi beberapa soal untuk latihan; (5) diakhiri dengan guru memberi soal-soal untuk dikerjakan di rumah.

Cara belajar seperti di atas, tentu kurang mengembangkan kemandirian siswa, karena pembelajaran lebih berpusat pada guru.

Kemampuan berpikir siswa kurang berkembang, karena dalam mengerjakan soal siswa cenderung mengikuti contoh soal yang

diberikan. Ketika diberi soal atau masalah yang sedikit berbeda dengan contoh, siswa mengalami kesulitan atau bahkan tidak dapat menyelesaikannya.

Disinilah guru dituntut untuk menguasai berbagai pendekatan/metode mengajar dan mampu menerapkankannya dalam proses pembelajaran dengan baik.

Guru yang banyak menguasai pendekatan/metode mengajar, akan membuatnya menjadi seorang guru yang kreatif dan inovatif. Karena ia akan menemukan lewat pengalamannya pendekatan/metode mengajar tertentu untuk materi pelajaran tertentu yang sesuai dengan karakter siswanya, tujuan pembelajaran yang hendak dicapai , waktu yang tersedia, dan banyaknya siswa. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan memperkaya guru dan membentuknya menjadi guru yang diharapkan/professional.

Dalam hal ini ada beberapa indikator yang dapat dilihat untuk mengetahui sejauh mana komitmen guru terhadap profesinya, yaitu: (1) Efektif dalam menggunakan waktu.

Artinya guru datang tepat waktu di kelas dan menggunakan semua waktu bahkan setiap detik waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran hanya digunakan untuk mencapai kompetensi/indikator/tujuan yang telah ditetapkan. (2) Ketepatan menyeleksi (memilih) materi dan metode yang cocok, dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan, karakter siswa, karakter materi, dan jumlah siswa, termasuk juga kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan/metode pembelajaran yang variatif sebagai upaya mencapai keberhasilan belajar secara tuntas.

(3) Selalu berusaha mengembangkan wawasan pengetahuan dan peningkatan kemampuan dan profesinya secara kontinu, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesinya. Mempunyai kebiasaan selalu

(3)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

177 belajar dan terus belajar untuk menambah wawasan keilmuannya untuk selalu bertumbuh dalam profesinya (professional growth). (4) Melakukan evaluasi belajar secara tepat dalam arti teknik dan prosedur yang dilakukan. (5) Selalu berusaha mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa dalam belajar dan pembelajaran serta berusaha mencari alternatif pemecahannya. Apabila masih belum dapat terpecahkan juga, maka dia dengan suka rela mau meminta bantuan orang lain (kepala sekolah dan atau guru lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan kata lain, ia selalu terbuka untuk menerima pendapat orang lain dalam usaha memajukan proses pembelajaran yang dia lakukan (FKIP Unhalu, 2012).

Seorang guru dapat dikatakan memiliki komitmen yang baik dalam profesinya sebagai guru, apabila memiliki sikap berikut: (1) Disiplin dalam penggunaan waktu mengajar, datang dan pulang. (2) Disiplin, energik dan antusias dalam melaksanakan tugas yang diemban. (3) Disiplin dalam meningkatkan pertumbuhan profesinya (professional growth), dalam arti selalu dan akan terus berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas.

(4) Perhatian yang tinggi terhadap siswa, yang ditunjukkan dalam bentuk berkomunikasi secara intensif, membantu dalam belajar, mendorong dan menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar.

Sedangkan guru yang mempunyai komitmen tinggi terhadap siswanya, ia akan melakukan hal-hal berikut: (1) Membantu dan mendorong siswa untuk merealisasikan potensinya dalam mencapai tujuan belajar, sehingga siswa dapat mewujudkan semua potensi yang ada pada dirinya. (2) Mendorong semangat siswa-siswanya untuk mau dan mampu melakukan kajian guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri dan atau secara berkelompok.

(3) Mengajar siswa-siswanya dengan tujuan yang tepat serta mempunyai harapan yang tinggi terhadap siswa-siswanya, selalu berusaha mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami siswa-siswanya yang selanjutnya berusaha memberikan bimbingan dan bahkan melakukan pengajaran remedial/ perbaikan terhadap siswa-siswanya.

(4) Perhatian yang tinggi terhadap siswa yang ditunjukkan dalam bentuk selalu berkomunikasi secara harmonis dengannya untuk melakukan monitoring kemajuan belajar. (5) Selalu menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar. Dalam hal ini berarti, selalu berusaha agar siswa aktif (terlibat) dalam setiap langkah proses pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian, guru berusaha untuk membawa siswa belajar sendiri, dan mencari sendiri secara aktif konsep, teori, prinsip dan bahan-bahan lain yang akan dipelajarinya, sehingga guru hanya merupakan fasilitator yang mengonsistensikan dan mengoordinasikan terjadinya proses belajar (FKIP Unhalu, 2012).

Metode/pendekatan mangajar yang dipakai oleh seorang guru akan berpengaruh terhadap cara belajar siswanya, setiap siswa mempunyai cara belajar yang derbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Untuk itu metode belajar yang dipilih sebaiknya metode yang efektif dan dapat mendorong siswa agar lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan siswa lebih memahami materi matematika yang dipelajari.

Dalam eksperimen ini peneliti akan mengkaji efektivitas penerapan metode pemberian tugas dalam pembelajaran geometri pada siswa kelas VIII di SMPN 5 Kendari.

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu dilaporkan kepada guru. Sedangkan tujuan penggunaan metode

(4)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

178 pemberian tugas adalah: (1) Untuk memperdalam bahan ajar yang ada; (2) Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari; (3) Untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun kelompok (Sagala, 2006; Kusumah, 2009).

Penggunaan metode pemberian tugas ini diharapkan: (1) Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai materi pelajaran; (2) Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut; (3) Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan haus ilmu pengetahuan; (4) Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih problem solving.

Adapun kekuatan atau kelebihan metode pemberian tugas adalah: (1) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih otentik; (2) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri; (3) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari; (4) Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri; (5) Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa belajar.

Sedangkan beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran adalah:

(1) Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka hanya meniru pekerjaan orang lain; (2) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak meperoleh hasil belajar apa-apa;

(3) Jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan stress pada siswa;

(4) Ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya, akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya (sagala, 2006;

Kusumah, 2009).

Untuk mengatasi kelemahan metode pemberian tugas, berikut ini beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, yaitu: (1) Tugas yang diberikan pada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakannya; (2) Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan; (3) Tugas yang diberikan harus diawasi secara sistematis agar siswa belajar dengan sungguh-sungguh; (4) Tugas yang telah dikerjakan dan telah diserahkan pada guru harus dikoreksi dan diberi catatan- catatan perbaikan dan kemudian dikembalikan pada siswa; (5) Tugas yang diberikan hendaknya menarik minat siswa dan mendorong siswa untuk menyelesaikannya.

Tabel 1

Sintak Metode Pemberian Tugas

1. KEGIATAN PERSIAPAN

- Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

- Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

- Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.

- Menyiapkan media/alat bantu yang akan digunakan.

(5)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

179 2. KEGIATAN PELAKSANAAN

Membuka Pelajaran

- Mengajukan pertanyaan apersepsi untuk mengingatkan siswa terhadap keterkaitan materi yang telah diajarkan.

- Memotivasi siswa dengan mengemukakan pentingnya materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membuat siswa menjadi penasaran untuk ingin mengetahui materi yang akan diajarkan.

- Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti Pelajaran

- Guru menerangkan secara singkat garis besar materi pelajaran yang akan diajarkan.

- Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya

- Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru termasuk cara menggunakan lembar kegiatan siswa.

- Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan selama jam pelajaran yang berlangsung, maka guru meminta siswa melaporkan hasil penyelesaian tugasnya.

- Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa secara langsung, atau dapat pula menunjuk salah satu siswa mempresentasikan hasil kerjanya, bila pengerjaannya secara kelompok, maka mewakili kelompoknya.

- Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka siswa diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas itu harus diserahkan pada guru untuk diperiksa oleh guru.

- Guru menyuruh siswa menyimpulkan/merangkum materi yang diajarkan melalui kegiatan pemberian tugas itu.

- Guru melakukan evaluasi Menutup Pelajaran

- Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa.

- Guru memberi tugas tambahan(PR) untuk memperdalam atau menambah penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu, sebab tidak semua varabel dalam penelitian ini dikontrol secara ketat. Penelitian ini pelaksanaannya dilakukan pada dua kelas.

Kelas eksperimen pembelajarannya

menggunaka metode pemberian tugas dan kelas kontrol pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Desain dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(6)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

180 Tabel 2.

Deasin Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

Eksperimen X1 Y1

Kontrol • Y2

Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Kendari tahun pelajaran 2010/2011 yang tersebar dalam 9 kelas. Sedangkan sampel penelitian diambil dua kelas dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambil dengan teknik ini didasarkan pada kesembilan kelas yang ada memiliki kemampuan matematika yang relatif sama.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa lembar

observasi dan tes tertulis dalam bentuk essay.

Sebelum instrumen tersebut digunakan, terlebih dahulu divalidasi. Pengolahan data dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) secara deskriptif, digunakan untuk mendeskrifsikan perilaku atau karakteristik responden; (2) secara inferensial, untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan. Sebelum analisis inferensial dilakukan, terlebihdahulu dilakukan uji persyaratan (normalitas dan homogenitas data).

HASIL

Deskripsi karakteristik Responden:

Berdasarkan hasil observasi terhadap pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan metode pemberian tugas pada materi prisma dan limas, untuk pertemuan pada tahap 1, rata- rata persentase aktivitas siswa 76,92%.

Pertemuan pada tahap 2, rata-rata persentase

aktivitas siswa 85,71%. Pertemuan pada tahap 3, rata-rata persentase aktivitas siswa 92,85%.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa yang cukup signifikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan pedoman dan kriteria yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya.

Tabel 3.

Distribusi Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen No. Interval Frekuensi FK Persentase % K Kriteria

1 80-100 14 14 34,14 % 34,14 % Baik Sekali

2 66-79 10 24 24,39 % 58,53 % Baik

3 56-65 7 31 17,07 % 75,6 % Cukup

4 40-55 7 38 17,07 % 92,67% Kurang

5 X < 40 3 41 7,31 % 100% Gagal

Nila hasil belajar matematika siswa (hasil post-tes) yang dilakukan pada kelas eksperimen diperoleh nilai terendah 24,24 dan nilai tertinggi 89,39, dengan nilai rata-rata

sebesar 63,67. Median (nilai tengah) sebesar 75,76, modus 60,61, standar deviasi sebesar 17,36, dan varians sebesar 301,48. Nilai standar deviasi ini menunjukkan bahwa

(7)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

181 variabilitas data yang semakin besar, semakin kurang kehomogenannya. Kasifikasi nilai hasil belajar matematika untuk kelas eksperimen berdasarkan kriteria yang diajukan oleh Arikunto (2008) dapat dilihat pada tabel 2 di atas:

Data nilai hasil belajar matematika yang

dikelompokkan ke dalam

klasifikasi/pengkategorian Arikunto di atas, diperoleh sebanyak 14 orang atau 34,14%

dengan kategori baik sekali, sebanyak 10 orang atau 24,39% dengan kategori baik,

sebanyak 7 orang atau 17,07% dengan kategori cukup, sebanyak 7 orang atau 17,07%

dengan kategori kurang dan sebanyak 3 orang atau 7,31% dengan kategori gagal.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa pada pokok bahasan prisma dan limas dengan metode pemberian tugas ditinjau dari hasil belajar matematika siswa dengan rata- rata 63,67 tergolong dalam kategori cukup.

Data pada tabel 2 di atas, diperlihatkan pada gambar diagram batang berikut ini.

Gambar 1.

Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal

34.14%

24.39%

17.07% 17.07%

7.31%

Selanjutnya, nilai hasil belajar matematika siswa (hasil post-tes) yang dilakukan pada kelas kontrol diperoleh nilai terendah 31,82 dan nilai tertinggi 78,79, dengan nilai rata-rata sebesar 51,79. Median sebesar 50,00, modus 51,52, standar deviasi sebesar 14,34 dan

varians sebesar 205,55. Klasifikasi nilai hasil belajar matematika untuk kelas eksperimen berdasarkan kriteria yang diajukan oleh Arikunto (2008) dapat dilihat pada tabel berikut:

(8)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

182 Tabel 4.

Distribusi Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol No. Interval Frekuensi FK Persentase % K Kriteria

1 80-100 Baik Sekali

2 66-79 6 6 15,78% 15,78 % Baik

3 56-65 7 13 18,42 % 34,2 % Cukup

4 40-55 18 31 47,36 % 81,56% Kurang

5 X < 40 7 38 18,42 % 100% Gagal

Data nilai hasil belajar matematika yang dikelompokkan ke dalam klasifikasi/

pengkategorian Arikunto di atas, diperoleh sebanyak 6 orang atau 15,78% dengan kategori baik, sebanyak 7 orang atau 18,42%

dengan kategori cukup, sebanyak 18 orang atau 47,36% dengan kategori kurang dan sebanyak 7 orang atau 18,42% dengan kategori gagal.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat penguasaan siswa pada pokok bahasan prisma dan limas dengan metode konvensional ditinjau dari hasil belajar matematika siswa dengan rata-rata 51,79 tergolong dalam kategori kurang. Data pada table 3 di atas, diperlihatkan pada gambar diagram batang berikut ini.

Gambar 2.

Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal

0%

15.78%

18.42%

47.36%

18.42%

Analisis Inferensial:

Sebelum analisis uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu kedua kelompok data (eksperimen dan control) diuji kenormalan dan homogenitasnya.

Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen:

Hasil perhitungan dengan menggunakan

statistik uji kolmogorov-Smirnov diperoleh Dmaks = 0,19 dan Dtabel = 0,21. Terlihat bahwa Dmaks = 0,19< Dtabel = 0,21 menunjukkan bahwa data hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan metode pemberian tugas berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(9)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

183 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol:

Hasil perhitungan dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh

Dmaks = 0,11 dan Dtabel = 0,22. Terlihat bahwa

Dmaks =0,11 < Dtabel = 0,22 dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode

konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas data hasil belajar geometri pada kedua kelas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.

Hasil Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Kelas Dmaks Dtabel Keterangan

Post-test

Kelas Eksperimen 0,19 0,21 Normal

Post-test

Kelas Kontrol 0,11 0,22 Normal

Uji Homogenitas: Hasil perhitungan uji homogenitas data kelas eksperimen dan kontrol diperoleh nilai Fhitung = 1,47 dan Ftabel

= 1,69. Terlihat bahwa Fhitung = 1,47 < Ftabel = 1,69 maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai varians yang homogen.

Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan uji homogenitas hasil belajar geometri pada kedua kelas tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 6.

Homogenitas Data Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelas S2 Fhitung F(0,05;19,20) Keterangan Eksperimen 301,48

1,47 1,69 Homogen

Kontrol 205,55

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa kedua varians dari kelas eksperimen (pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas) dan dari kelas kontrol (pembelajaran dengan metode konvensional) H0 diterima pada tingkat kepercayaan 95%

yang artinya kedua data tersebut memiliki varians yang homogen.

Uji Hipotesis:

Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dilakukan dengan rumus

2 1

2 1

1 1

n S n

X t X

  ,(Sujana, 2002).

Hasil analisis diperoleh nilai t hitung = 3,32 dan ttabel = 1,98 dengan kriteria pengujian terima H0 jika

12 2 1

11  

t t t . Ternyata t

= 3,32 berada diluar daerah penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak yang

(10)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

184 artinya ada perbedaan yang berarti antara rata- rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan metode pemberian tugas

dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada materi prisma dan limas pada α = 0,05.

Tabel 6.

Uji Hipotesis Data Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Kedua Kelas

Kelas N thitung ttabel Keterangan

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

41

38 3,32 1,98 Tolak H0

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi terhadap pengelolaan pembelajaran geometri dengan metode pemberian tugas, pada materi prisma dan limas yang dilakukan oleh guru pada kelas eksperimen, untuk pertemuan tahap pertama rata-rata ketercapaian 72,22% aspek terlaksana dengan baik. Pertemuan tahap kedua, rata-rata ketercapaian aspek pembelajaran geometri yang terlaksana dengan baik 85%. Jika dibandingkan dengan pertemuan tahap pertama, ketercapaian aspek pembelajaran geometri pada pertemuan tahap kedua terjadi peningkatan. Pada pertemuan tahap kedua, ketelitian guru semakin meningkat memperhatikan aspek-aspek esensial yang perlu dilakukan selama proses pembelajaran. Hal yang sama juga terlihat pada pertemuan tahap ketiga, dimana guru semakin teliti sehingga aspek ketercapaian pembelajaran geometri dengan metode pembeian tugas cenderung memperlihatkan peningkatan yang signifikan yaitu hingga mencapai 95%. Hal ini menunjukkan bahwa, guru telah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik berdasarkan pedoman yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya.

Walaupun, dalam pelaksanaannya guru masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan baik terhadap metode pemberian tugas.

Dari hasil observasi diperoleh pula bahwa aktivitas siswa di kelas eksperimen

terjadi peningkatan yang baik bila dibanding kelas kontrol. Pada kelas eksperimen situasi belajar lebih hidup. Keterbukaan siswa semakin nampak, hal ini terlihat dalam diskusi antar siwa yang terus berkembang, ketekunan dalam mengerjakan tugas yang diberikan mulai nampak,dan juga terlihat semakin banyak siswa yang bertanya pada guru bila mengalami kesulitan. Bila situasi seperti ini terus berjalan, maka pada saatnya kepercayaan diri dan kemandirian siswa akan terbentuk.

Sedangkan pada kelas kontrol situasi seperti ini tidak terbangun.

Dilihat dari perolehan nilai rata-rata, untuk kelas eksperimen 63,67, nilai terendah 24,24 dan nilai tertinggi 89,39 sedangkan nilai rata-rata untuk kelas kontrol 51,79, nilai terendah 31,83 dan nilai tertinggi 78,79.

Perbedaan nilai rata-rata, nilai terendah dan tertinggi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol ini, mengindikasikan bahwa pembelajaran geometri materi prisma dan limas yang menggunakan metode pemberian tugas lebih baik dibanding dengan pembelajaran geometri yang mengunakan metode konvensional.

Walaupun nilai KKM sekolah untuk mata pelajaran matematika yaitu 70,00 belum tercapai, namun dengan menggunakan kriteria pengkategorian secara kualitatif yang diajukan Arikunto (2008), bahwa untuk kelas

(11)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

185 eksperimen siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65 (kategori baik dan baik sekali) sebanyak 58,53%. Sedangkan untuk kelas kontrol, siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65 (kategori baik) sebanyak 15,78%. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan yang signifikan pada kelas eksperimen. Kemajuan yang telah dicapai oleh kelas eksperimen ini peneliti meyakini akan terus berlanjut, mengingat pelaksanaan eksperimen ini merupakan langkah awal penggunaan metode pemberian tugas, baik bagi siswa maupun guru. Oleh karena itu, bila siswa dan guru telah terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan metode pemberian tugas, maka perolehan nilai hasil belajar siswa diharapkan akan lebih baik lagi.

Hasil uji-t dengan menggunakan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai th = 3,32 lebih besar dari nilai ttab = 1,98. Artinya ada perbedaan yang berarti antara rata-rata hasil belajar geometri siswa yang diajar menggunakan metode pemberian tugas dengan hasil belajar geometri siswa yang diajar menggunakan metode konvensional pada materi prisma dan limas. Selanjutnya, karena nilai rata-rata hasil belajar geometri pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemberian tugas adalah 63,67 lebih besar dari rata-rata hasil belajar geometri pada siswa yang diajar dengan metode konvensional adalah 51,79, maka dengan demikian dapat dikatakan penerapan metode pemberian tugas dalam pembelajaran geometri lebih efektif dari pada metode konvensional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Aktivitas siswa yang diajar menggunakan metode pemberian tugas, seperti diskusi dengan teman, tekun dalam mengerjakan tugas, bertanya pada guru bila mengalami kesulitan dan kemandirian dalam mengerjakan soal/tugas lebih baik dibanding dengan siswa yang diajar menggunakan

metode konvensional; (2) Hasil belajar geometri pada siswa yang diajar menggunakan metode pemberian tugas memilki nilai rata- rata lebih baik bila disbanding siswa yang diajar menggunakan metode konvensional; (3) Penerapan metode pemberian tugas dalam pembelajaran geometri lebih efektif dibanding metode konvensional.

SARAN

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka disarankan beberapa hal berikut:

Metode pemberian tugas dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran geometri materi prisma dan limas terutama untuk meningkatkan hasil belajar, aktivitas, dan kemandirian siswa.

Dalam menerapkan metode pemberian tugas, sebaiknya dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya 4 atau 5 orang, sehingga siswa memiliki kesempatan lebih banyak untuk bertukar pikiran dalam menyelesaikan masalah/soal yang diberikan.

(12)

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME 3 NOMOR 2 JULI 2012

186

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Panduan Lengkap KTSP 2006. Jakarta:

Depdiknas.

FKIP Unhalu. 2012. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Kendari: FKIP Unhalu.

Lambertus. 2008. Mengontrol Proses Pembelajaran yang Diuji Secara Nasional di SMK PGRI Dawuan Kab. Majalengka. Disajikan pada Seminar Forum Komonikasi Mahasiswa Program Doktor Matematika Indonesia dan Program Pascasarjana Unesa, pada tanggal 8 Agustus 2009 di PPs UNESA Surabaya.

Kusumah, Wijaya. 2009. Metode Pemberian Tugas. Diakses tanggal 5 Januari 2011 dari umum.kompasiana.com /2009/

06/12/metode-pemberian- tugas/(online)

Lambertus. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD melalui Pendekatan Matematika Realistik. Hibah Disertasi Doktor. Bandung: Lembaga Penelitian UPI.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV.

Alfabeta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung:

Tarsito

.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa pendapatan dan fasilitas berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan Pantai

Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem dalam suatu perusahaan yang semula berbasis manual menjadi berbasis sistem informasi akuntansi yang berbasis

KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMAN KEBAKKRAMAT TAHUN AJARAN 2016/2017. Skripsi, Fakultas

(2014), Dwipalguna &amp; Mujati (2015), dan Dewi &amp; Netra (2015) yang mengatakan bahwa Motivasi Kerja dan Stres Kerja secara simultan berpengaruh

Untuk hasil analisa kontribusi aspek- aspek variabel kepemimpinan kenabian terhadap komitmen organisasi peneliti menemukan temuan yang menarik pada aspek tabligh sebesar

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Bila nilai variabel sama dengan nilai yang ada dalam daftar konstanta 1 maka pernyataan 1 dikerjakan, bila sama dengan nila yang ada dalam daftar konstanta 2 maka pernyataan

Dapat dilihat melalui data berikut ini, Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil SMD (Survey Mawas Diri) pada tahun 2014, Desa Cilayung memiliki jumlah akseptor