• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAYATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HAYATI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

HAYATI

e-mail: hayati@student.unsil.ac.id

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah, untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah, untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh dan ( )( ) ternyata ( )( )

berarti terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah, dan ( )( ) ternyata ( )( ) berarti terdapat hubungan yang positif antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah, dan

( )( ) ternyata ( )( ) berarti terdapat hubungan yang positif antara motivasi dan kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

Kata kunci: motivasi belajar matematika, kemandirian belajar matematika, kemampuan berpikir kreatif matematik

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the relationship between motivation to learn mathematics with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning, in order to determine the relationship between independent

(2)

learning math with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning, in order to determine the relationship between motivation and independence to learn math with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning. The method used in this research is correlational. Based on testing hypotheses derived and ( )( ) turn out

( )( ) means that there is a positive relationship between motivation to learn mathematics with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning, and ( )( ) turn out ( )( )

means that there is a positive relationship between independent learning math with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning,

and ( )( ) turn out ( )( ) means that there is a positive relationship between motivation and independence to learn math with creative thinking skills learners learning mathematics using problem based learning.

Key word: motivation to learn mathematics, independent learning math, creative thinking skills

PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar matematika. Banyak peserta didik yang menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dimengerti, anggapan tersebut yang mendorong peserta didik tidak mau berusaha untuk belajar matematika karena mereka merasa tidak akan mampu memecahkan masalah matematika. Syamsu (Saefullah, U, 2012:290) mengatakan “Motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan”. Berdasarkan penjelasan tersebut maka kurangnya motivasi peserta didik karena dari dalam diri peserta didik sendiri tidak memiliki dorongan yang kuat untuk mau mencoba menyelesaikan masalah matematika.

Banyak peserta didik yang tidak memiliki kemandirian dalam belajar matematika. Belajar mandiri merupakan cara belajar seorang peserta didik yang tidak harus mendapat bimbingan dari guru, tetapi mereka berusaha terlebih dahulu untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuannya atas kesadaran sendiri. Tetapi pada kenyataannya ketika belajar matematika peserta didik harus ditemani oleh seorang guru, mereka kurang memiliki inisiatif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Yamin, Martinis (2011:107) mengemukakan “Belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran pembelajar atau kehadiran teman sekolah”. Berdasarkan uraian tersebut maka kurangnya kemandirian peserta didik dalam belajar matematika karena

(3)

tidak sedikit peserta didik yang terlalu bergantung kepada kehadiran guru padahal guru bukan satu-satunya sumber untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan.

Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk memunculkan berbagai macam gagasan dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik masih dianggap kurang, hal ini karena peserta didik terbiasa hanya mencari satu jawaban yang benar dari suatu masalah matematika tanpa berusaha untuk memikirkan kemungkinan ada cara lain untuk memperoleh jawaban yang benar tersebut. Kurangnya kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik diperkuat dengan hasil penelitian Hendra Yulia Nugraha (2012) terhadap 30 peserta didik di SMP Negeri, yang dilaksanakan pada 3 sekolah di wilayah Tasikmalaya berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik diperoleh bahwa 83% peserta didik belum dapat menyelesaikan soal-soal kemampuan berpikir kreatif, sedangkan peserta didik yang dapat menyelesaikan soal kemampuan berpikir kreatif hanya sebesar 17%.

Hasil penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian tentang

“Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu” oleh Mulyani (2006) terhadap peserta didik kelas Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kebiasaan belajar matematika dengan prestasi belajar matematika peserta didik semester I kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 18 Tasikmalaya. Sampel diperoleh dengan cara diundi, terpilih kelas VIII B sebagai sampel penelitian dengan jumlah peserta didik sebanyak 30 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan berpikir kreatif matematik dan menyebarkan angket motivasi dan kemandirian belajar matematika. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi tiga variabel yaitu motivasi belajar matematika, kemandirian belajar matematika dan kemampuan berpikir kreatif matematik.

(4)

1. Statistik deskriptif

a. Membuat distribusi frekuensi b. Menentukan ukuran data statistik 2. Uji persyaratan analisis

a. Uji normalitas masing-masing kelompok b. Uji linearitas regresi

1) Uji linearitas regresi sederhana 2) Uji linearitas regresi ganda 3. Uji hipotesis

a. Uji hipotesis satu variabel bebas b. Uji hipotesis dua variabel bebas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik yang dilaksanakan setelah materi menggunakan hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah selesai diberikan diperoleh rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik di kelas sampel sebesar 11,17 dengan skor maksimal ideal 20. Skor terbesarnya adalah 16 dan skor terkecilnya adalah 6.

Gambar 1 Histogram

Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik

Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa data yang paling banyak terdapat pada kelas ke-4 pada interval 12–13 sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 33,33%, dan diperoleh modusnya adalah 12,17 yang berarti bahwa sebagian besar peserta didik

0

3

5

7

10

4

1 0

2 4 6 8 10 12

4 – 5 6 – 7 8 – 9 10 – 11 12 – 13 14 – 15 16 – 17

FREKUENSI

SKOR

(5)

memperoleh skor antara 12-13. Untuk median atau data paling tengah terdapat pada kelas ke-3 pada interval 10–11 dan diperoleh skornya adalah 11,5. Frekuensi terendah terdapat pada kelas ke-6 pada interval 16–17 sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 3,33%.

Hasil analisis angket motivasi belajar matematika disajikan pada histogram berikut

Gambar 2 Histogram

Persentase Indikator Motivasi Belajar Matematik

Berdasarkan histogram tersebut diperoleh rata-rata skor untuk indikator 1 yaitu durasi kegiatan sebesar 67,83% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang, rata-rata skor indikator 2 yaitu frekuensi kegiatan sebesar 68,83% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang, rata-rata skor untuk indikator 3 yaitu ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi tantangan sebesar 74,89% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang, rata-rata skor untuk indikator 4 yaitu saingan dan kompetensi sebesar 73,50% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang, rata-rata skor untuk indikator 5 yaitu bentuk penguatan sebesar 73,62% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang. Berdasarkan penjelasan tersebut diperoleh rata-rata skor untuk seluruh indikator adalah 71,73% yang berada pada klasifikasi motivasi sedang, hal ini berarti motivasi peserta didik untuk belajar matematika termasuk dalam kategori sedang artinya peserta didik memiliki kemauan untuk berhasil dalam pelajaran matematika hanya sampai pada tahap tuntas saja. Motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik terdiri dari indikator 1, 2, 3 sedangkan motivasi ekstrinsik terdiri dari indikator 4 dan 5. Berdasarkan histogram

67,83

68,83

74,89

73,5 73,62

64 66 68 70 72 74 76

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5

PERSENTASE

INDIKATOR

(6)

diperoleh bahwa persentase tertinggi terdapat pada indikator ketiga yang termasuk pada motivasi intrinsik, artinya dorongan dari dalam diri peserta didik lebih memberikan pengaruh yang besar untuk belajar matematika daripada dorongan dari luar atau motivasi ekstrinsik.

Hasil analisis angket kemandirian belajar matematika disajikan pada histogram berikut

Gambar 3 Histogram

Persentase Indikator Kemandirian Belajar Matematika

Berdasarkan histogram tersebut diperoleh bahwa rata-rata skor untuk indikator 1 yaitu tanggung jawab dalam belajar sebesar 78,56% yang berada pada klasifikasi kemandirian sedang, rata-rata skor untuk indikator 2 yaitu inisiatif dalam belajar sebesar 73,89% yang berada pada klasifikasi kemandirian sedang, rata-rata skor untuk indikator 3 yaitu memiliki keberanian sebesar 69,33% yang berada pada klasifikasi kemandirian sedang, rata-rata skor untuk indikator 4 yaitu sanggup menerima resiko sebesar 71,47%

yang berada pada klasifikasi kemandirian sedang. Berdasarkan penjelasan tersebut diperoleh rata-rata skor untuk seluruh indikator adalah 73,31% yang berada pada klasifikasi kemandirian sedang, hal ini berarti kemandirian belajar matematika peserta didik termasuk dalam kategori sedang, artinya peserta didik masih membutuhkan bimbingan guru untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuan dalam pelajaran matematika. Berdasarkan histogram tersebut dapat dilihat bahwa persentase tertinggi terdapat pada indikator tanggung jawab dalam belajar. Sikap tanggung jawab

78,56

73,89

69,33

71,47

64 66 68 70 72 74 76 78 80

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4

PERSENTASE

INDIKATOR

(7)

ada dalam diri peserta didik, hal ini berarti ada kemauan dari dalam diri peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari tugas tersebut sehingga untuk mencapai tujuan tersebut peserta didik harus belajar mandiri.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kemampuan berpikir kreatif matematik dengan taraf signifikan diperoleh dan ternyata , artinya sampel berasal dari populasi berdistibusi normal. Untuk uji normalitas motivasi belajar matematika dengan taraf signifikan diperoleh dan ternyata , artinya sampel berasal dari populasi berdistibusi normal. Dari hasil perhitungan uji normalitas kemandirian belajar matematika dengan taraf signifikan diperoleh

dan ternyata , artinya sampel berasal dari populasi berdistibusi normal. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa ketiga variabel penelitian berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah diperoleh persamaan regresi . Untuk uji signifikan diperoleh nilai dan ternyata

maka terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik, sedangkan untuk uji linearitas diperoleh nilai

dan ternyata maka motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik berpola linear.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah diperoleh persamaan regresi . Untuk uji signifikan diperoleh nilai dan ternyata

maka terdapat hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik, sedangkan untuk uji linearitas diperoleh nilai dan ternyata maka kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik berpola linear. Berdasarkan analisis regresi ganda motivasi dan kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang

(8)

pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah diperoleh persamaan regresi , regresi tersebut juga berpola linear.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dengan memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh peserta didik kemudian peserta didik menyimpulkan apa yang diperoleh dari permasalahan tersebut. Tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah yaitu apersepsi, pengelompokkan peserta didik, eksplorasi dan pemecahan masalah, mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi serta refleksi proses pemecahan. Pada tahap apersepsi guru mengingatkan kembali materi yang telah diberikan dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Pada tahap eksplorasi dan pemecahan masalah guru membagikan bahan ajar dan LKPD yang harus dikerjakan secara berkelompok. Pada tahap ini guru juga menjelaskan petunjuk yang harus dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan bahan ajar dan LKPD serta memotivasi peserta didik untuk ikut aktif memecahkannya. Hambatan pada tahap ini adalah ketergantungan peserta didik terhadap peserta didik yang lain dalam satu kelompok, maksudnya untuk menyelesaikan bahan ajar dan LKPD lebih diserahkan kepada peserta didik yang pandai sehingga peserta didik yang lain menjadi pasif. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan memberikan pengarahan kepada peserta didik bahwa ketika nanti menyajikan hasil diskusi, setiap anggota kelompok harus mempresentasikannya artinya setiap peserta didik harus memahami dan mampu menyelesaikan masalah tersebut. Jadi semua peserta didik bertanggung jawab terhadap masalah tersebut tidak mengandalkan peserta didik yang pandai. Setelah tahap eksplorasi selesai, dilanjutkan dengan menyajikan hasil diskusi atau kesimpulan yang mereka peroleh, dan tahap terakhir yaitu refleksi proses pemecahan masalah, pada tahap ini peserta didik mengerjakan tes individu untuk menilai sejauhmana peserta didik memahami materi yang baru saja mereka pelajari.

Melalui pembelajaran berbasis masalah peserta didik diarahkan untuk belajar mengetahui dan memahami masalah sehingga dapat menemukan gagasan baru untuk menyelesaikan masalah tersebut yang akan mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik. Dengan pembelajaran berbasis masalah juga peserta didik diarahkan untuk belajar berbuat atau melakukan sesuatu sehingga peserta didik akan memiliki pengalaman sendiri dalam menyelesaikan masalah matematika. Cara berpikir peserta didik terhadap masalah matematika dapat mempengaruhi peserta didik dalam

(9)

memecahkan masalah yang lain, artinya peserta didik yang menemukan jawaban benar belum tentu dapat memecahkan masalah yang baru karena mungkin peserta didik tidak memahami proses dalam menemukan jawaban yang benar itu. Melalui pembelajaran berbasis masalah peserta didik juga diarahkan untuk belajar menjadi dirinya sendiri atau percaya pada kemampuan yang dimiliki, karena peserta didik yang mampu memecahkan masalah akan timbul sikap percaya diri yang tinggi serta rasa bangga terhadap kemampuan sendiri. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dengan pembelajaran berbasis masalah peserta didik diarahkan untuk belajar mengetahui dan memahami masalah, belajar melakukan sesuatu dan memiliki sikap percaya diri.

Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan selama penelitian juga memiliki kelemahan yaitu peserta didik kurang antusias untuk berjuang menyelesaikan masalah matematika karena peserta didik sulit untuk memahami masalah yang disajikan serta kesulitan dalam membangun pengetahuan awal. Sanjaya, Wina (2012:220) mengatakan

“Ketika peserta didik memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba”. Upaya yang dilakukan peneliti untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah memastikan bahwa sebelum memberikan materi peserta didik harus menguasai terlebih dahulu materi prasyaratnya dengan melakukan tanya jawab di setiap akhir pertemuan, jika peserta didik sudah mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru maka peserta didik sudah memahami materi yang baru saja dipelajarinya tetapi jika belum mampu menjawab maka pada materi mana peserta didik belum mampu memahaminya hal ini dapat dilihat dari tes individu yang diberikan pada setiap pertemuan.

Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang peserta didik untuk memiliki motivasi dalam belajar matematika karena dalam pembelajaran berbasis masalah untuk sampai pada tahap kesimpulan peserta didik harus melalui langkah-langkah dan langkah-langkah tersebut akan memberikan pengalaman dalam diri peserta didik. Kesimpulan yang diperoleh peserta didik akan menimbulkan rasa bangga bahwa mereka mampu menyelesaikan masalah tersebut. Rasa bangga yang dimiliki peserta didik akan menimbulkan semangat dalam belajar sehingga motivasi peserta didik untuk belajar matematika pun akan meningkat. Gunawan, Heri

(10)

(2012:145) mengatakan “Motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan siswa kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar”. Setiap peserta didik dalam memandang suatu permasalahan memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga diharapkan peserta didik tidak hanya memiliki satu cara untuk menyelesaikannya. Hal ini akan mendorong peserta didik untuk berpikir kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika.

Terdapat hubungan yang positif antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Melalui pembelajaran berbasis masalah yang materinya disajikan dalam bentuk permasalahan, kemandirian belajar sangat diperlukan karena dengan peserta didik aktif belajar secara mandiri peserta didik akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mampu memecahkan masalah tersebut dengan baik. Selain itu kemauan untuk belajar secara mandiri yang kuat dapat menambah pengetahuannya sehingga banyak hal yang akan ia ketahui. Saosa, David. A (2012:69) mengatakan “Aktivitas belajar mandiri yang terpilih seharusnya membantu mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan kritis”. Dengan banyaknya pengetahuan yang peserta didik miliki maka ketika mereka diberi sebuah masalah mereka akan mampu menjawabnya dengan cara mereka sendiri tidak harus dengan cara baku atau cara yang sudah biasa hal ini akan mendorong peserta didik berpikir kreatif dalam menyelesaikan soal matematika.

Terdapat hubungan yang positif antara motivasi dan kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Motivasi dan kemandirian merupakan dua hal yang dapat saling melengkapi. Peserta didik yang memiliki motivasi tinggi untuk berhasil dalam pelajaran matematika, mereka belajar tidak hanya di sekolah tetapi di rumah juga mereka belajar secara mandiri. Melalui pembelajaran berbasis masalah diharapkan peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan masalah secara mandiri tidak tergantung kepada orang lain, karena motivasi yang tinggi merupakan syarat untuk belajar mandiri atau belajar aktif.

Mujiman, Haris (2011:7) mengemukakan “Tanpa motivasi belajar yang cukup kuat untuk menguasai suatu kompetensi, strategi belajar aktif tak mungkin dijalankan”.

(11)

Untuk mengetahui hubungan variabel X dan variabel Y dimana salah satu variabel X dibuat tetap (konstan) digunakan uji korelasi parsial. Berdasarkan analisis uji korelasi diperoleh koefisien korelasi parsial disajikan pada Tabel 4.6

Tabel 4.6

Koefisien Korelasi Parsial

No Koefisien Korelasi

Koefisien Determinasi

Koefisien Korelasi

Parsial

( )( ) Kesimpulan

1 Signifikan

2

Tidak signifikan

Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa koefisien determinasi hal ini berarti bahwa motivasi belajar matematika memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik daripada kemandirian belajar matematika. Motivasi belajar matematika memberikan kontribusi sebesar 24,01% sedangkan kemandirian belajar matematika memberikan kontribusi sebesar 22,09% terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik. Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa dengan mengontrol kemandirian belajar matematika, hubungan antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik signifikan sedangkan dengan mengontrol motivasi belajar matematika hubungan antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik tidak signifikan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa kreativitas peserta didik mengalami perkembangan selama dilakukan pembelajaran berbasis masalah karena dalam pembelajaran berbasis masalah peserta didik dilatih untuk memahami suatu masalah dan menyampaikan kesimpulan dari masalah yang mereka temukan. Munandar S. C. Utami (2002:39) mengatakan “Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya”.

Dari kelima indikator motivasi belajar matematika yaitu durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, ketabahan keuletan dan kemampuannya menghadapi tantangan,

(12)

saingan dan kompetensi, bentuk reinforcement motivasi yang besar pada indikator ketabahan keuletan dan kemampuannya menghadapi tantangan. Saefullah, U (2012:293) mengatakan “Ciri-ciri motivasi yang ada dalam diri seseorang adalah ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)”. Hal ini berarti sebagian besar peserta didik sangat ulet dalam mengerjakan soal matematika, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan kelima indikator kemandirian belajar matematika yaitu tanggung jawab dalam belajar, inisiatif dalam belajar, memiliki keberanian, sanggup menerima tantangan, kemandirian terbesar pada indikator tanggung jawab dalam belajar. Hal ini berarti sebagian besar peserta didik mengerjakan tugas matematika dengan baik. Belajar mandiri termasuk kegiatan belajar aktif yang memerlukan keaktifan dan pengalaman dari peserta didik untuk memiliki pengetahuan sebagai modal dasar untuk menciptakan pengetahuan baru. Sejalan dengan hal tersebut, Yamin, Martinis (2011:107) mengemukakan “Belajar mandiri membutuhkan motivasi, keuletan, keseriusan, kedisiplinan, tanggung jawab, kemauan dan keingintahuan”.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pengujian hipotesis maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu:

1. Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

2. Terdapat hubungan yang positif antara kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

3. Terdapat hubungan yang positif antara motivasi dan kemandirian belajar matematika dengan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis masalah.

(13)

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengungkapkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah disarankan untuk memberikan arahan kepada setiap guru mata pelajaran agar menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dapat mengembangkan kreativitas peserta didik.

2. Bagi guru dapat menjadikan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik.

3. Guru matematika disarankan untuk selalu memberikan motivasi kepada peserta didik pada setiap pertemuan agar peserta didik memiliki dorongan untuk memperdalam dan mengembangkan pengetahuan matematika sehingga kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik dapat meningkat serta memberikan arahan kepada peserta didik untuk tidak hanya belajar di sekolah saja.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melaksanakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah untuk melatih kemampuan seperti pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi matematik.

Daftar pustaka

Gunawan, Heri. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bandung: Alfabeta.

Mujiman, Haris. (2011). Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Mulyani, (2006). Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan, Motivasi Berprestasi, dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Semester 1 Kelas XI IPA A SMA Negeri 6 Kota Bengkulu, [online].

Tersedia:

http://arimath.weebly.com/uploads/1/0/4/2/10425109/korelasi_iq_kebiasaaan_

belajar_motivasi_prestasi [25 Januari 2013]

Munandar, S.C.Utami. (2002). Kreativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

(14)

Saefulloh, U. (2012). Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sanjaya, Wina. (2012). Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sousa, David A. (2012). Bagaimana Otak yang Berbakat Belajar. Jakarta: PT Indeks.

Yamin, Martinis. (2011). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pres.

Gambar

Gambar 1 Histogram
Gambar 2 Histogram
Gambar 3 Histogram

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan Bambang Sardjito dan Osmad Muthaher (2007) menyatakan bahwa kepuasan kerja sebagai variabel moderating mempunyai pengaruh terhadap

Pemberian ekstrak etanol daun Binahong dalam bentuk sediaan salep dapat berpengaruh terhadap jumlah fibroblas pada penyembuhan luka bakar kulit tikus. Pemberian ekstrak

Setelah selesai pada tahap perakitan instrumen langkah selanjutnya yakni tahap uji coba. Produk yang sudah selesai divalidasi oleh beberapa validator baik para

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental (Eksperimental research) yaitu untuk meneliti pengaruh atau hubungan antara variabel

Tindakan yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya (dalam hal ini ibu Tri Risma hari ini sebagai walikota) dalam mengambil kebijakan untuk menutup lokalisasi Dolly pada tanggal 18 Juni

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah bagaimana cara menghasilkan sebuah aplikasi di Apotek RSIA Anggrek Mas,

Analisis faktor yang paling dominan terhadap kejadian Tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo tahun 2012. Pada tahap ini,

Peningkatan motivasi belajar fisika siswa terbukti dengan analisis lembar observasi motivasi belajar siswa selama penelitian berlangsungmeningkat sebesar 43,14 % pada siklus