• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan.

Kepatuhan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut mengisyaratkan terdapat kepatuhan setiap individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Seperti yang dikemukakan Tyler (Susilowati, 1998, 2003, 2004 dalam Saleh, 2004) terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku.

Perspektif normatif berhubungan dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi.

10

(2)

Seseorang lebih cenderung patuh pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti patuh pada hukum karena hukum dianggap suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti patuh pada peraturan karena otoritas penyusun

hukum yang memiliki hak untuk mendikte perilaku (Sudaryanti, 2008 dalam Sulistyo, 2010).

Teori kepatuhan dapat membuat seseorang lebih patuh pada peraturan yang berlaku, sama seperti perusahaan yang berusaha tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya karena selain sebagai kewajiban, juga bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan (Sulistyo, 2010).

2. Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (2004), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat manajemen untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang diberikan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan juga dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Standar Akuntansi Keuangan atau SAK (2009), menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi perubahan modal, catatan dan laporan lain, serta materi penjelas yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu, juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan

(3)

laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.

3. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan yang tercantum dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009) yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.

Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

4. Pemakai Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan mengidentifikasikan para pemakai laporan keuangan berdasarkan kepentingan mereka. Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Para pemakai laporan keuangan meliputi:

(4)

a. Investor, berkepentingan dengan risiko dan hasil dari investasi yang dilakukan.

Informasi dibutuhkan untuk menentukan apakah akan membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Informasi yang biasa dilihat oleh investor adalah informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b. Kreditor, menggunakan informasi akuntansi untuk membantu memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada waktu jatuh tempo.

c. Pemasok, membutuhkan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo.

d. Karyawan, membutuhkan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, serta kemampuan memberi pensiun dan kesempatan kerja.

e. Pelanggan, berkepentingan dengan informasi tentang kelangsungan hidup perusahaan terutama bagi yang memiliki perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.

f. Pemerintah, berkepentingan dengan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan untuk menyusun statistik pendapatan nasional.

g. Masyarakat, berkepentingan dengan informasi tentang kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta berbagai aktivitas yang menyertainya.

5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

IAI menekankan pentingnya karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang dihasilkan agar informasi tersebut benar-benar bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

Karakteristik yang digunakan IAI adalah:

a. Dapat Dipahami (Understandability)

(5)

Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.

b. Relevan

Relevan dipengaruhi oleh kualitas nilai prediksi (predictive value), nilai umpan balik ( feedback value), dan tepat waktu (timeliness).

c. Keandalan (Reliability)

Keandalan ditentukan oleh faktor penyajian yang jujur dan wajar (faitful representation), substansi mengungguli bentuk (substance over form), netralitas,

pertimbangan sehat, dan kelengkapan.

d. Daya Banding (Comparability)

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

Pengguna juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

6. Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK terdiri dari komponen-komponen:

a. Neraca

Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal pada suatu saat tertentu yang bertujuan untuk menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender sehingga disebut balance sheet.

(6)

b. Laporan Laba-Rugi

Laporan ini merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya, laba-rugi, yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba-rugi juga diartikan sebagai laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu. Laporan ini meringkas hasil-hasil dari kegiatan perusahaan selama periode tertentu yang mencakup aktivitas rutin atau operasional, maupun aktivitas yang tidak rutin dan jarang muncul. Laporan ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi yang paling penting dalam laporan tahunan perusahaan karena bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat keuntungan, risiko perusahaan, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan operasional perusahaan.

c. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan ini akan mencerminkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.

d. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas akan memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas juga memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu.

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

(7)

Catatan atas laporan keuangan merupakan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta informasi tambahan, seperti kewajiban kontijensi, dan komitmen catatan laporan keuangan yang mencakup informasi yang dihasilkan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk menyajikan laporan keuangan secara wajar.

f. Laporan lain serta materi penjelasannya yang merupakan bagian integrasi dari laporan keuangan, seperti laporan komitmen dan kontijensi perubahan untuk emiten dan perusahaan publik yang bergerak di bidang perbankan.

7. Pengungkapan Laporan Keuangan

Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, pengungkapan berarti laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Informasi yang diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan ekonomi. Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung pada keahlian pembaca, tetapi juga pada standar yang dibutuhkan.

Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah:

a. Cukup (adequate)

Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan.

(8)

b. Wajar (fair)

Pengungkapan secara wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan.

c. Lengkap (full)

Pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa pihak, pengungkapan yang lengkap ini diartikan sebagai penyajian informasi yang berlebihan, sehingga tidak bisa dikatakan layak (Hendriksen dan Breda, 1992 dalam Chariri dan Ghozali, 2007).

8. Peraturan Penyampaian Laporan Keuangan di Indonesia

Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996, disebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan independen, selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan. Namun kemudian Bapepam memperketat peraturan dengan mengeluarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam lampirannya, Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Namun peraturan tersebut kemudian tidak berlaku bagi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

(9)

Lembaga Keuangan Nomor 40/BL/2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan Bursa Efek di Negara Lain. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.7, disebutkan bahwa batas waktu penyampaian laporan keuangan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan mengikuti ketentuan di negara lain tersebut.

Perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan sanksi administrasi dan denda, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang.

Selain sanksi administrasi dan denda oleh Bapepam dan LK, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dapat memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan publik yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan oleh bursa. Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan direksi PT.

Bursa Efek Jakarta Nomor 306/BEJ/07-2004 menerbitkan peraturan pencatatan berkala Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi yang batas waktu penyampaiannya disesuaikan dengan peraturan Bapepam No. X.K.2. Bursa Efek Indonesia juga menerbitkan keputusan direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor 307/BEJ/07-2004 yaitu Peraturan Nomor I-H Tentang Sanksi. Bagi perusahaan yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut, disebutkan ada empat bentuk sanksi yang dikenakan terdiri atas: 1) Peringatan tertulis I, atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan sampai 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan; 2) Peringatan tertulis II dan denda Rp 50.000.000,- apabila mulai hari kalender ke-31 hingga kalender ke-60 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan, perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban

(10)

menyampaikan laporan keuangan; 3) Peringatan tertulis III dan denda Rp 150.000.000,- apabila mulai hari kalender ke-60 hingga kalender ke-90 sejak lampaunya batas waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan tercatat tetap tidak memenuhi kewajiban menyampaikan laporan keuangan atau menyampaikan laporan keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud pada ketentuan peraturan II di atas; 4) Penghentian sementara perdagangan dalam hal kewajiban laporan keuangan dan atau denda tersebut di atas belum dilakukan oleh perusahaan.

9. Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Ketepatan waktu adalah suatu pemanfaatan informasi oleh pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kemampuannya untuk mengambil keputusan.

Informasi tidak dikatakan relevan jika tidak tepat waktu. Informasi harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan (Chariri dan Ghozali, 2007).

Standar Akuntansi Keuangan (2009), disebutkan bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu sering kali perlu melaporkan sebelum aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Sehingga perlu ada keseimbangan antara relevansi dan keandalan.

(11)

Ketepatan waktu menurut Chambers dan Penman (1984) dalam Hilmi dan Ali (2008) didefinisikan menjadi dua, yaitu (1) ketepatan waktu sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, dan (2) ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sedangkan menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Bandi dan Hananto (2002) ketepatan waktu pelaporan dilihat dari:

1. Keterlambatan audit, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor.

2. Keterlambatan pelaporan, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan auditor sampai tanggal pelaporan oleh BEI.

3. Keterlambatan total, yaitu rentang waktu antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.

Berdasarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. 80/PM/1996 menyebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan independen, selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan, kemudian diperketat dengan dikeluarkannya Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, disebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan, yaitu terhitung tanggal 31 Maret. Oleh karena itu, sesuai dengan Peraturan

(12)

Bapepam Nomor X.K.2 dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 tertanggal 7 Desember 2006, maka penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah di audit dikatakan tepat waktu apabila diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut.

10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Beberapa faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini yang sekiranya mempunyai pengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu:

a. Likuiditas Perusahaan

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2002).

Menurut Sartono (2010), likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat waktunya. Likuiditas dapat dihitung dengan rasio-rasio sebagai berikut:

1. Current Ratio = x 100%

2. Acid Test Ratio = x 100%

Berdasarkan rasio-rasio tersebut, Likuditas perusahaan sering ditunjukkan oleh rasio lancar yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

Aktiva Lancar Utang Lancar

Aktiva Lancar - Persediaan Utang Lancar

(13)

Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini merupakan berita baik (good news) sehingga perusahaan dengan kondisi seperti ini cenderung untuk tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan.

b. Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkan modalnya, umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive dan mampu bersaing serta dapat mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam perekonomian. Umur perusahaan bisa diukur baik dari tanggal pada saat berdirinya perusahaan yang bersangkutan maupun dari tanggal listed-nya perusahaan di pasar modal. Idealnya umur perusahaan diukur dari tanggal berdirinya (Owusu dan Ansah, 2000).

Owusu dan Ansah (2000), menyatakan ketika sebuah perusahaan berkembang maka para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan yang menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang mempunyai umur lebih tua, cenderung lebih terampil dalam pengumpulan, pemrosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan, karena pengalaman belajar.

c. Kompleksitas Operasi Perusahaan

Tingkat kompleksitas operasi sebuah perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya (cabang), serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya, lebih cenderung mempengaruhi waktu yang diperlukan auditor untuk menyelesaikan

(14)

pekerjaan auditnya. Sehingga, hal itu juga mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik (Sulistyo, 2010).

d. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi atas kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Kantor akuntan besar memiliki kualitas audit dan reputasi yang lebih baik dibandingkan dengan kantor akuntan kecil. Untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik, biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4).

Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4) adalah kelompok empat firma jasa

profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan swasta. Empat besar kantor akuntan tersebut adalah :

1. Price Waterhouse Coopers,

2. KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), 3. Ernst and Young,

4. Deloitte Touche Thomatsu.

Awalnya kelompok big 4 ini dikenal dengan nama Big 8, dimana delapan kantor akuntan tersebut yaitu:

1. Arthur Andersen,

2. Arthur Young & Company,

(15)

3. Coopers & Lybrand, 4. Ernst & Whinney,

5. Deloitte, Haskins and Sells,

6. KPMG (terbentuk karena bergabungnya Peat Marwick International dan KMG Group),

7. Price Waterhouse, 8. Touche Ross.

Kemudian Juni 1989 Ernst & Whinney memutuskan untuk bergabung dengan Arthur Young dan membentuk Ernst & Young. Setelah itu pada bulan Agustus ditahun yang

sama Deloitte, Haskins & Sells melakukan merger dengan Touche Ross yang kemudian menjadi kantor akuntan Deloitte & Touche,sehingga kelompok big 8 berubah menjadi big 6. Pada Juli 1998 Kantor Akuntan Price Waterhouse memutuskan untuk bergabung dengan Kantor Coopers & Lybrand yang kemudian membentuk Kantor akuntan Price Waterhouse Coopers, dengan begitu maka kelompok the big 6 berubah menjadi big 5, dengan anggota 5 Kantor Akuntan sebagai berikut :

1. Arthur Andersen,

2. Price Waterhouse Coopers, 3. Deloitte Touche Tohmatsu, 4. Ernst & Young,

5. KPMG.

Pada tahun 2001 terjadi Skandal Enron, dimana kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-dokumen yang berkaitan

(16)

dengan pengauditan Enron, dan dianggap menutup-nutupi kerugian jutaan dolar dalam skandal Enron. Kejadian ini menyebabkan kebangkrutan bisnis Arthur Andersen yang bersifat global. Kantor-kantor partner di seluruh dunia yang berada di

bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan bergabung menjadi kantor akuntan internasional lainnya. Dengan adanya kejadian ini, maka hanya tersisa empat kantor akuntan internasional yang dikenal dengan nama big 4 sampai saat ini. Adapun kategori KAP the big four di Indonesia, yaitu:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan,

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja,

3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja,

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan (Sulistyo, 2010).

11. Penelitian Terdahulu

Catrinasari (2006), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan perbankan go public di BEJ periode 2001-2003. Dalam penelitian tersebut rasio gearing, profitabilitas, dan umur perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Sedangkan, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

(17)

Dalam penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyelesaian penyajian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ periode tahun 2002-2004 yang dilakukan oleh Almilia dan Setiady (2006), ditemukan bahwa ukuran perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Sementara variabel profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan item-item luar biasa dan/atau kontinjensi (Extra) tidak berpengaruh terhadap penyelesaian penyajian laporan keuangan.

Rachmawati (2008), melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005. Hasil penelitiannya menemukan solvabilitas dan ukuran perusahaan signifikan berpengaruh terhadap penyampaian laporan keuangan perusahaan. Sementara, variabel internal auditor, ukuran KAP, dan profitabilitas tidak signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

Hilmi dan Ali (2008), melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEJ peride 2004-2006. Dalam penelitian tersebut diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan adalah profitabilitas, likuiditas, kepemilikan publik, dan reputasi KAP. Sedangkan variabel leverage, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Dalam penelitian Suharli dan Rachpriliani (2006), mengenai studi empiris faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam BEJ periode 2002-2003, ditemukan bukti empiris bahwa likuiditas,

(18)

profitabilitas, dan kantor akuntan besar berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan, sedangkan kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.

B. Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan go public wajib untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit tepat waktu. Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam Nomor 36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, dalam lampirannya, yaitu Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, menyebutkan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, masih banyak perusahaan yang tidak tepat waktu atau terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaannya, hal ini karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu penelitian ini akan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan yaitu likuiditas, umur perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, dan reputasi kantor akuntan publik.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut:

(19)

Gambar 2.1.

Model Penelitian C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

H1: probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari likuiditas perusahaan.

H2: probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari umur perusahaan.

H3: probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari komplektisitas operasi perusahaan.

H4: probabilitas perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dapat diprediksi dari reputasi kantor akuntan publik (KAP).

 

H4

H3 H2

H1 Likuiditas 

Umur Perusahaan 

Kompleksitas Operasi Perusahaan 

Reputasi KAP 

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan

Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

RPJMD Kabupaten Sanggau Tahun 2014-2019 memuat informasi tentang sumber daya yang diperlukan, keluaran serta dampak dari perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun yang

--- Bahwa dia terdakwa DAPIT SEMBIRING pada tanggal 14 Nopember 2006 dan tanggal 19 Pebruari 2007 atau setidak-tidaknya antara tahun 2006 sampai tahun 2007,

Jika penerima hak pembayaran tunjangan tahunan karena cacat (penggantian) meninggal, dan jumlah total tunjangan tahunan) cacat (penggantian dan pembayaran dimuka uang tali

Penelitian ini akan melihat pengaruh dan hubungan kausal antara variabel bebas (independent variable) yaitu kualitas produk, merek, dan desain, dengan variabel

Namun dibalik tujuan menggambarkan sebuah kerjasama antar ras terdapat bias yang terjadi dalam film ini yang bukan terkait makna kerjasama antar ras melainkan

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh bahwa Sulawesi Selatan memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan kacang koro pedang karena mudah dibudidayakan dan

Tamansari yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian serta banyak memberi bantuan dan masukan bagi proses penyelesaian proyek akhir ini. • Bapak Ari

Dengan makin tingginya faktor persaingan maka dibutuhkan penawaran penjualan secara online dan barang yang dibeli dapat dikirim sehingga konsumen tidak perlu