• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI SAWI (Brassica juncea L)

DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

Moh. Ramly (1); Mohammad Shoimus Sholeh (2)

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Islam Madura, Kompleks Ponpes Miftahul Ulum Bettet, Pamekasan, Madura, Kode Pos 69351,

moh.shoimus@gmail.com .

ABSTRAK

Kecamatan Bumiaji merupakan salah satu penghasil produksi sawi di Kota Batu. Petani dihadapkan suatu masalah yaitu tidak efisiennya dalam penggunaan segala faktor produksi pada proses pembudidayaan sawi mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai panen. Perlakuan dalam penggunaan segala faktor produksi antar petani berbeda sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing petani. Tujuan penelitian yaitu: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sawi, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani sawi, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani sawi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Hasil penelitian yaitu: (1) faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani sawi adalah benih, pestisida dan tenaga kerja, (2) rata-rata petani responden memiliki tingkat efisiensi teknis sebesar 0,8546, dan (3) faktor umur dan luas lahan yang dikuasai berpengaruh positif terhadap efek inefisiensi, sedangkan faktor pendidikan dan jumlah anggota keluarga di daerah penelitian tidak tampak pengaruhnya karena rata-rata pendidikan petani yaitu lulusan SD.

Kata Kunci: faktor produksi, stochastic frontier, efisiensi teknik

PENDAHULUAN

Pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pertanian mempunyai kontribusi dalam perekonomian yaitu sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan juga kontribusi pasar.

Sektor pertanian menjadi salah satu komponen pembangunan dalam menuju swasembada pangan guna mengentaskan kemiskinan. Selain sebagai bahan pangan, pertanian juga berkontribusi dalam penyedia lapangan pekerjaan, penyerap tenaga kerja, penghasil bahan mentah untuk industri dan sebagai sumber pendapatan petani.

Sawi merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi, biaya usahatani yang cukup rendah dan terjangkau dari kalangan ekonomi menengah kebawah dan ekonomi menengah ke atas serta memiliki potensi untuk terus dikembangkan karena merupakan jenis sayuran yang sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan makanan. Menurut Badan Pusat Statistika (2014), produksi tanaman sawi di Indonesia tiap tahunnya cendenrung meningkat.

Pada tahun 2012 produksi sawi sebanyak 594.934 ton dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 635.728 ton.

Kecamatan Bumiaji merupakan salah satu penghasil produksi sawi di Kota Batu. Produktivitas tanaman sawi di kecamatan Bumiaji Kota Batu dapat

(2)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 ditingkatkan karena daerah tersebut berada di dataran tinggi yaitu 1.000 – 1.700 m dpl yang mana sesuai dengan karakteristik tempat budidaya tanaman sawi yaitu 1.000 – 1.500 m dpl. Sawi merupakan salah satu tanaman sayuran yang diminati oleh petani karena tidak membutuhkan modal yang besar untuk memulainya, sehingga rata-rata petani pasti menanam sayuran sawi. Tanaman sawi tergolong tanaman yang perawatannya cukup mudah. Resiko kegagalan bertanam sawi umumnya sangat kecil bila dibandingkan dengan tanaman sayuran lainnya.

Petani dihadapkan suatu masalah yaitu tidak efisiennya dalam penggunaan segala faktor produksi pada proses pembudidayaan sawi mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai panen. Perlakuan dalam penggunaan segala faktor produksi antar petani berbeda. Petani yang memiliki modal akan berusaha mendapatkan produksi sawi yang banyak dengan penggunaan faktor produksi yang besar, sedangkan petani yang mempunyai keterbatasan modal cenderung meminimalkan penggunaan faktor produksi untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan. Efisiensi teknik merefleksikan kemampuan usahatani untuk menghasilkan output yang maksimum pada tingkat input yang digunakan (Soekartawi, 1994).

Akan tetapi dalam fenomena yang ada, petani sawi tidak efisien dalam penggunaan segala faktor produksi. Produksi sawi yang dihasilkan sangat rendah atau sedikit. Penggunaan faktor produksi ada yang terlalu banyak dan ada juga yang meminimalkan penggunaannya sesuai dengan kemampuan ekonomi masing- masing petani. Untuk mendapatkan produksi yang maksimal petani akan menggunakan faktor produksi yang banyak, padahal jika penggunaannya tidak sesuai dengan budidaya atau anjuran akan menurunkan produksi bahkan menambah biaya yang dikeluarkan. Hal ini dapat diduga bahwa penggunaan faktor-faktor produksi tidak efisien, sehingga pendapatan yang diterima petani rendah. Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan mengalokasikan penggunan faktor-faktor produksi secara optimal serta melakukan efisiensi dalam penggunaannya.

Tujuan penelitian yaitu: (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sawi, (2) menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani sawi, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis usahatani sawi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Dengan penggunaan faktor produksi yang efisien diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani sawi.

METODE PENELITIAN

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Kecamatan Bumiaji Batu Propinsi Jawa Timur. Teknik purposive dilakukan dengan dasar pertimbangan yakni Kecamatan Bumiaji merupakan Kecamatan di Kota Batu yang wilayahnya berada pada hulu DAS Brantas yang memiliki banyak sumbermata air dan berpotensi sebagai lahan pertanian khususnya tanaman sayuran sawi.

Penentuan sampel dengan metode sampel multiple stage. Metode sampel multiple stage merupakan metode dimana pengambilan sampel dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah-wilayah yang ada (Singarimbun, dkk., 2008). Tahap pertama menetapkan desa sampel yaitu Desa Sumber Brantas dan Tulungrejo dengan pertimbangan kedua desa tersebut memiliki banyak sumbermata air.

(3)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 Tahap Kedua, tiap desa dipilih satu dusun. Tahap ketiga adalah penentuan sampel dari masing-masing dusun dengan menggunakan metode simple random sampling. Ukuran sampel ditentukan dengan rumus yang dikemukakan oleh Parel, et al. (1973), sehingga diperoleh diperoleh sampel petani sawi sebanyak 15 orang di Dusun Jurangkwali, Desa Sumberbrantas dan 18 orang di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo.

Metode yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Metode analisis yang digunakan untuk untuk menjawab tujuan pertama tentang faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani sawi adalah fungsi produksi stochastik frontier. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani sawi yaitu benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Model persamaan penduga fungsi produksi frontier dari usahatani sawi dapat dituliskan sebagai berikut.

Ln Y= β0 + β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5 + vi - ui . Dimana :

Y = Total produksi sawi (kg) β0 = Konstanta

βi = Elastisitas produksi faktor produksi sawi ke-i X1 = Penggunaan benih (g)

X2 = Penggunaan pupuk Organik(kg) X3 = Penggunaan pupuk Non Organik(kg) X4 = Penggunaan pestisida (kg)

X5 = Penggunaan tenaga kerja (HOK)

vi = a symmetric, normally distributed random eror ui = one-side error term (ui ≥ 0)

2. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Sawi

Efisiensi atau inefisiensi teknis usahatani sawi di Kecamatan Bumiaji diduga dengan menggunakan persamaan matematis sebagai berikut:

TE

1

=

Dimana :

TEi = Efisiensi Teknis yang dicapai oleh observasi ke-i Yi = Output aktual usahatani sawi (kg/ha)

Yi* = Output potensial usahatani sawi (kg/ha)

TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, yaitu 0 < TEi < 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data).

3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis

Metode efisiensi teknis yang digunakan mengacu kepada model efisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese et al. (1993). Dalam penelitian ini, faktor- faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani sawi di lokasi penelitian digunakan persamaan sebagai berikut:

TE = δ0 + δ1Z1 + δ2Z2 + δ3Z3 + δ4 Z4 + δ5Z5+ δ6Z6

(4)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 Dimana:

TE = Efisiensi Teknis δ = Koefisien

Z1 = Jumlah anggota keluarga Z2 = Pendidikan formal Z3 = Umur petani

Z4 = Dummy kelompok tani

Z5 = Dummy status kepemilikan lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Sawi

Produksi sawi dipengaruhi oleh penggunaan benih (X1), pupuk organik (X2), pupuk non organik (X3), pestisida (X4) dan tenaga kerja (X5). Model fungsi produksi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ln Output = β0 +β1 lnbenih + β2 lnpupuk organik+ β3 lnpupuk non organik+ β4 lnPestisida+ β5 lnTenaga Kerja + vi – ui

Tabel 1. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Sawi dengan Pendekatan MLE (Maximum Likelihood Estimation).

Variabel MLE (Maximum Likelihood Estimation) Koefisien Std. Error T hitung

Intersep 0,725 2,102 3,449

Benih 0,738 0,287 2,572*

Pupuk Organik 0,059 0,063 0,914

Pupuk Non Organik -0,000 0,073 - 0,007

Pestisda 0,126 0,072 1,751**

Tenaga Kerja 0,974 0,536 1,817**

Sigma-square 0,058 0,029 1,985

Gamma 0,760 0,290 2,619

Log likelihood function 11,551 LR test of the one-sided error 0,734

Ttabel = 2,037 (* signifikan dengan tingkat kesalahan 5%) Ttabel = 1,694 (** signifikan dengan tingkat kesalahan 10%) Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Nilai koefisien pada benih mempunyai tanda positif dan faktor benih berpengaruh nyata terhadap produksi sawi di daerah penelitian dengan tingkat kesalahan 5%. Hal ini menunjukkan semakin banyak benih yang digunakan untuk

(5)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 usahatani sawi, maka produksi yang dihasilkan semakin besar. Peubah ini memiliki koefisien yang positif yang berarti bahwa peubah ini memiliki hubungan yang searah dengan produksi sehingga dapat dikatakan faktor benih memberikan pengaruh yang positif terhadap produksi sawi. Benih merupakan faktor penting untuk menghasilkan produk pertanian, sehingga banyaknya penggunaan benih akan berpengaruh terhadap hasil produksi sawi.

Pupuk organik dan kimia tidak berpengaruh nyata terhadap produksi sawi di daerah penelitian dengan tingkat kesalahan 10%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk dalam jumlah yang berbeda kemungkinan besar memiliki hasil produksi sawi dalam jumlah yang sama dan penggunaan alokasi pupuk yang besar belum tentu menghasilkan produksi yang tinggi. Hal tersebut terjadi di karenakan petani responden dalam pemberian pupuk melebihi dosis anjuran dan jenis penggunannya tidak sesuai, sehingga berdampak pada produksi sawi dan ada juga sebagian yang menekan biaya untuk pupuk, sehingga lebih irit dalam penggunaannya. Menurut Suwalan et al. (2004) dalam Sahara et al. (2010) respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat apabila pupuk yang digunakan tepat jenis, dosis, waktu dan cara pemberian. Sehingga penggunaan pupuk yang sesuai dengan budidaya akan menghasilkan produksi potensialnya.

Nilai koefisien pada pestisida dan tenaga kerja mempunyai tanda positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi sawi di daerah penelitian dengan tingkat kesalahan 10%. Penggunaan pestisida di daerah penelitian bertujuan untuk mencegah atau membasmi hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawi agar tanamannya bagus dan hasil produksinya besar. Jika petani tidak melalukan penyemprotan pestisida, maka produksi sawi akan rendah karena terserang oleh hama atau penyakit dan berdampak pada pendapatan petani, sehingga petani intensif melakukan penyemprotan agar tanamannya tidak rusak atau gagal panen.

Menurut Djojosumarto (2008), pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan salah satunya untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian. Oleh sebab itu, petani di daerah penelitian intensif menggunakan pestisida untuk mendapatkan hasil produksi sawi yang bagus, sehingga penggunaan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi sawi.

Didalam berusahatani sawi, tenaga kerja digunakan mulai dari proses pengolahan, penanaman, pemupukan, penjarangan dan penyiangan, penyemprotan sampai dengan panen, dimana hal itu akan berpengaruh terhadap produksi sawi.

Jika jumlah tenaga kerja yang diperlukan kurang, maka akan membuat proses produksi usahatani menjadi terhambat atau tidak maksimal, sehingga berdampak pada menurunnya produksi sawi. Maka dari itu penggunaan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi sawi.

Nilai sigma-square (σ) dan gamma (γ) yang diperoleh dari pendugaan dengan menggunakan metode MLE adalah sebesar 0,058 dan 0,760. Menurut Efani (2010), menjelaskan bahwa kriteria sigma squared (σ) mengukur ada tidaknya pengaruh technical efficiency dalam model, jika σ = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh technical efficiency. Pada penelitian, nilai (σ) yang lebih besar dari nol menunjukkan bahwa terdapat pengaruh technical inefficiency dalam model fungsi produksi. Sedangkan nilai (γ) menunjukkan bahwa variasi nilai komposit eror (kesalahan) disebabkan oleh komponen technical inefficiency

(6)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 (Coelli, 1998). Nilai gamma (γ) 0,760 menunjukkan bahwa kesalahan atau error yang disebabkan oleh komponen technical inefficiency yaitu sebesar 76%.

2. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Sawi

Tingkat efisensi teknis pada usahatani sawi digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi tertinggi dan efisiensi terendah serta efisiensi rata-rata yang dicapai oleh petani dalam berusahatani sawi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Tingkat efisiensi yang dicapai oleh responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Efisiensi Teknis Usahatani Sawi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2014.

Sumber : Data Primer yang diolah, 2014

Berdasarkan data Tabel 2, diketahui bahwa jumlah petani yang memiliki nilai efisiensi teknis terbanyak yaitu pada tingkat efisiensi teknis 0,8 ≤ TE < 0,9 sebesar 17 petani sawi atau 51,52% dari total responden petani sawi. Tingkat efisiensi paing sedikit yaitu pada 0,5 ≤ TE < 0,6 dan 0.6 ≤ TE < 0,7 sebanyak 1 petani. Perbedaan tingkat efisiensi ini menunjukkan adanya perbedaan penggunaan faktor-faktor produksi tiap petani. Perbedaan tingkat efisiensi bisa disebabkan oleh faktor tingkat pendidikan, umur petani, jumlah anggota keluarga, total luas lahan yang digunakan dalam bidang pertanian, keikutsertaan dalam anggota kelompok tani dan status luas lahan yang digunakan dalam berusahatani sawi. Tingkat efisiensi teknis petani di daerah penelitian rata-rata sudah mendekati 1. Petani akan dikatakan efisien secara teknik apabila nilainya satu. Hal ini menunjukkan bahwa petani sawi didaerah penelitian hampir mencapai efisiensi teknik atau produksi sawi aktual sudah mendekati produksi potensial. Rata-rata tingkat efisiensi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Statistik Efisiensi Teknis Usahatani Sawi di Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2014

No Tingkat Efisiensi Jumlah Petani (jiwa) Persentase (%)

1 0,5 ≤ TE < 0,6 1 3,03

2 0,6 ≤ TE < 0,7 1 3,03

3 0,7 ≤ TE < 0,8 3 9,09

4 0,8 ≤ TE < 0,9 17 51,52

5 0,9 ≤ TE < 1,0 11 33,33

Jumlah 33 100

No. Statistik Tingkat Efisiensi

1 Minimum 0,5681

2 Maksimum 0,9564

3 Rata-rata 0,8546

(7)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 Sumber : Data Primer yang diolah, 2014.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa tingkat efisiensi teknik usahatani sawi terendah yaitu sebesar 0,5681 yang berarti bahwa responden pada tingkat efisiensi ini mampu mencapai 56,81% potensial produksi sawi yang diperoleh dengan kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dalam berusahatani sawi. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang yang besar bagi petani untuk dapat meningkatkan produksi usahatani sawi dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien yaitu sebesar 43,19%. Tingkat efisiensi yang rendah bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan petani yang rendah, umur petani, jumlah anggota keluarga, luas lahan yang dimiliki petani, keikutsertaan dalam anggota kelimpok tani dan status penggunaan lahan.

Rata-rata petani responden memiliki tingkat efisiensi teknis yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,8546 yang berarti rata-rata petani sudah mencapai produksi 85,46% dari potensial produksi sawi dan masih terdapat 14,54% bagi rata-rata petani untuk meningkatkan produksinya. Dengan kombinasi penggunaan faktor- faktor produksi yang efisien dalam berusaha tani sawi, maka petani dapat mencapai tingkat produksi tertinggi yaitu tingkat produksi potensial, sehingga produksi sawi meningkat dan pendapatan petani juga meningkat. Tingkat efisiensi teknis yang tinggi menunjukkan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sehingga menghasilkan produksi yang tinggi. Tingkat efisiensi teknik yang tinggi berarti peluang petani untuk meningkatkan produksi sawi juga semakin kecil, sehingga untuk meningkatkan produksi sawi perlu sebuah adopsi inovasi baru yang lebih baik.

3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Usahatani Sawi Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dimasukkan dalam model yaitu umur petani, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, total luas lahan yang dimiliki, dummy keanggotaan kelompok tani dan dummy status kepemilikan lahan. Hasil analisis efek inefisiensi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Pendugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis Usahatani Sawi Kecamatan Bumiaji Kota Batu Tahun 2014.

Variabel MLE (Maximum Likelihood Estimation) Koefisien Std. Error T hitung

Intersep 0,097 0,127 0,763

Jumlah anggota keluarga 0,001 0,010 0,107

Pendidikan 0,009 0,007 1,346

Umur 0,002 0,001 1,707**

Dummy anggota kelompok tani -0,051 0,021 2,392*

Dummy status kepemilikan lahan -0,054 0,026 2,083*

(8)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 Ttabel = 2,037 (* signifikan dengan tingkat kesalahan 5%)

Ttabel = 1,694 (** signifikan dengan tingkat kesalahan 10%) Sumber : Data Primer yang diolah, 2014.

Dari hasil pendugaan dengan metode MLE, diketahui variabel yang berkorelasi negatif dan signifikan terhadap inefisiensi teknis usahatani sawi yaitu dummy status kepemlikan lahan, dan dummy anggota kelompok tani. Sementara itu, variabel umur positif dan signifikan terhadap inefisiensi teknis. Berikut merupakan interpretasi dari masing-masing sumber inefisiensi teknis.

Faktor jumlah anggota keluarga dan pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis dalam berusahatani sawi dengan tingkat kesalahan 10%. Harapan dari penelitian yaitu berpengaruh negatif, akan tetapi hasil analisis menunjukkan hubungan yang positif. Rata-rata. Faktor jumlah anggota keluarga tidak signifikan terhadap efek inefisiensi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat efek inefisiensi. Meskipun banyaknya anggota petani, akan tetapi jika mereka tidak mengetahui cara mengelola usahatani sawi, maka tidak akan membantu petani dalam melakukan budidaya sawi. Pendidikan formal diukur berdasarkan jumlah waktu (tahun) yang ditempuh petani sawi dalam menjalankan masa pendidikan formalnya. Harapan dari penelitian yaitu berpengaruh negatif, akan tetapi hasil analisis menunjukkan hubungan yang positif. Rata-rata. Petani di daerah penelitian tingkat pendidikannya yaitu lulusan SD tetapi ada juga petani dari lulusan diploma dan S1. Pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi karena didalam pendidikan formal hanya belajar tentang pengetahuan umum bukan memberi informasi tentang pertanian, sehingga tingginya tingkat pendidikan tidak menentukan semankin rendahnya tingkat inefisiensi atau tingginya tingkat efisiensi teknis. Pengalaman petani lebih membuat petani semakin mengerti dalam mengelola dan berusahatani sawi, akan tetapi peneliti kesulitan dalam mencari informasi pegalaman petani karena ketidakingatan petani dalam pengalaman usahataninya terutama dalam berusahatani sawi.

Pada faktor umur petani responden berpengaruh positif dan berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis dalam berusahatani sawi dengan tingkat kesalahan 10%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin bertambah umur petani akan terjadi peningkatan efek inefisiensi atau untuk mencapai efisiensi teknis semakin menjauh. Kemampuan fisik petani yang masih berada pada usia produktif akan lebih baik daripada petani yang sudah lebih berumur. Petani yang usia produktif masih aktif dalam bekerja karena usianya masih muda sedangkan petani yang sudah tua tenaganya semakin berkurang dan kemampuan dalam menerima informasi dan teknologi baru semakin kecil. Oleh karena itu, pada lokasi penelitian penambahan umur petani responden akan meningkatkan inefisiensi karena kurangnya kemampuan untuk menyerap teknologi maupun teknik budidaya baru, penurunan kinerja dan kemampuan fisik.

Nilai koefisien pada faktor dummy kelompok tani dan status kepemilikan lahan mempunyai tanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap efek inefisiensi teknis dalam berusahatani sawi dengan tingkat kesalahan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang ikut kelompok tani dalam penggunaan faktor produksinya lebih efisien secara teknik dibandingkan dengan petani yang tidak

(9)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 ikut kelompok tani. Dengan kata lain, keikut sertaan petani dalam kelompok tani akan memperkecil inefisiensi. Dalam kelompok tani ada kegiatan penyuluhan yang memberi informasi masalah pertanian, diskusi dalam mengatasi tanaman yang dibudidaya dan adanya bantuan modal untuk mengurangi beban petani dalam mengelola usahatani sawi. Sehingga petani lebih mengerti bagaimana untuk mengatasi jika terdapat masalah atau kendala dalam proses budidaya sawi.

Makadari itu dengan adanya kelompok tani dapat mengurangi efek inefisiensi dan semakin dekat petani dalam mencapai tingkat efisiensi teknis. Sedangkan untuk status kepemilikan lahan, petani yang memiliki lahan sendiri lebih efisien secara teknis dibandingkan dengan petani yang sewa. Petani akan menjaga kesuburan tanahnya agar untuk musim selanjutnya hasil tanamannya bagus dan tidak menurun, seperti dengan penggunaan pupuk kandang yang banyak untuk penyediaan unsur hara dan mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.

Sedangkan petani yang menyewa akan lebih intensif dalam mengelola lahan karena untuk musim selanjutnya petani tidak akan menyewa lahan yang sama jika kesuburan tanahnya menurun dan akan berdampak pada produksi tanaman sawi.

KESIMPULAN

Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani sawi adalah benih 5%, serta pestisida dan tenaga kerja dengan tingkat kesalahan 10%. Sedangkan faktor penggunaan pupuk organik dan non organik tidak berpengaruh nyata terhadap produksi sawi.

Petani yang memiliki nilai efisiensi teknis terbanyak di daerah penelitian yaitu pada tingkat efisiensi antara sama dengan 0,8 - 0,9 sebesar 51,52% dari total responden petani sawi. Tingkat efisiensi teknik usahatani sawi terendah sebesar 0,5681 dan tingkat efisiensi tertinggi yaitu sebesar 0,9564. Rata-rata petani responden memiliki tingkat efisiensi teknis sebesar 0,8546 yang berarti rata-rata petani sudah mencapai produksi 85,46% dari potensial produksi sawi, sehingga petani masih bisa meningkatkan produksinya sebesar 14,54% dengan penggunaan faktor produksi yang efisien.

Faktor umur dan luas lahan yang dikuasai berpengaruh positif terhadap efek inefisiensi karena semakin tua umur petani maka produktivitas kerjanya semakin menurun. Petani yang ikut kelompok tani lebih besar tingkat efisiensi teknisnya dibandingkan dengan petani yang tidak ikut kelompok tani karena petani yang ikut kelompok tani banyak memperoleh informasi tentang cara berusahatani dan cara mengatasi masalah pertaniannya. Petani yang mempunyai lahan sendiri lebih besar tingkat efisiensi teknisnya dibandingkan dengan petani yang menyewa lahan karena petani yang mempunyai lahan sendiri sendiri akan mengoptimalkan penggunaan lahannya. Sedangkan faktor pendidikan dan jumlah anggota keluarga di daerah penelitian tidak tampak pengaruhnya karena rata-rata pendidikan petani yaitu lulusan SD.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Sawi Indonesia. http://bps.go.id. Diunduh tanggal 12 Maret 2014.

(10)

AGROSAINS Volume 01, No 01, Desember 2014 Battese, G.E. and T.J. Coelli. 1993. A Stochastic Frontier Production Function Incorporating A Model For Technical Inefficiency Effects. Working Paper in Econometrics And Applied Statistics. Department of Econometric. University of New England. NSW: p 22.

Coelli. 1998. Centre for Efficiency and Productivity Analysis (CEPA) Working Papers. University of New England. Australia

Djojosumarto. P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Efani, Anthon. 2010. Fungsi Produksi Stochastic Frontier dan Efisiensi Teknis Usaha Penangkapan Tuna. Disertasi. Program Ilmu Pertanian Minat Lingkungan Pesisir dan Kelautan. Program Pascasarjana Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Farrel, M. J. 1957. The Measurement of Productive efficiency. Journal of the Royal Statistical Society. Series A, CXX, Part 3.

Sahara, D., Idris. 2010. Efisiensi Produksi Sistem Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis. Available at http://www.scribd.com/. Di unduh tanggal 23 Februari 2012.

Singarimbun, M dan Sofyan, E. 2008. Metode Penelitian Survai. LP3ES.

Yogyakarta.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tidak mengenal istilah anak yang dilahirkan akibat dari perkawinan siri, selain itu juga tidak ada yang

Data dikumpulkan dari 281 mahasiswa menggunakan Beck Anxiety Inventory (BAI). Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Kesimpulan: Sebagian besar mahasiswa PSPD FK

Dari pembahasan diatas tidaklah bertentangan dengan teori powerfull effect yang mana teori ini berpendapat media massa memiliki efek yang tak terbatas, yang mana terdapat hubungan

Pembentukan pohon keputusan diperoleh dengan melakukan perhitungan Entropy dan Information Gain pada data sampel uji laboratorium klinis.. Data sampel uji laboratorium

Pasal 33 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah disebutkan bahwa penilaian besarnya nilai ganti kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang tanah,

(2012) yaitu : Panjang kuku (PK) diukur dari batas antara kulit dengan koronarius kuku, ke ujung distal pada dinding dorsal kaki dan sejajar dengan sumbu

Berdasarkan uraian tersebut untuk model splin kubik dengan variasi 1 knot, 2 knot dan 3 knot, maka pemilihan estimasi kurva regresi nonparametrik yang sesuai untuk

&gt; Beban sendiri gording dan berat penutup atap.. Eternit tanpa penggantug