• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Covid-19 2.1.1 Definisi Covid-19

Corona virus adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan. Jenis corona virus yang diketahui dapat menyebabkan penyakit ada dua yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum di identifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Covid-19 ini dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet, dan tidak melalui udara. Orang yang beresiko tertular penyakit ini adalah orang-orang yang kontak erat dengan pasien Covid- 19 tidak terkecuali tenaga medis yang merawat pasien Covid-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah mencuci tanggan secara teratur atau setelah melakukan aktivitas diluar rumah, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan hewan ternak dan hewan liar dan juga menghindari kontak langsung dengan orang yang memiliki gejala seperti batuk dan bersin, serta tidak lupa selalu menggunakan masker saat beraktivitas diluar rumah (Kemenkes, 2020a).

2.1.2 Penyebaran Covid-19

Penyebaran Covid-19 atau Corona virus disease bisa melalui dua cara yaitu melalui kontak dan droplet serta melalui transmisi formit atau permukaan benda yang terkontaminasi virus.

1) Melalui Kontak dan Droplet

Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung maupun kontak tidak langsung. Kontak langsung bisa terjadi jika kita melakukan kontak erat dengan orang yang terinfeksi, bisa melalui sekresi seperti air liur, sekresi saluran pernapasan seperti batuk, bersin, dan berbicara.

Sedangkan kontak tidak langsung dapat terjadi jika kita tidak sengaja

(2)

6

menyentuh benda disekitar yang telah terkontaminasi virus. Transmisi droplet dapat terjadi jika kita berada dalam jarak kurang dari 1meter dengan orang yang terinfeksi atau orang yang memiliki gejala batuk dan bersin, droplet ini dapat mencapai mulut, hidung, dan mata orang yang rentan dan terinfeksi (WHO, 2020b).

2) Transmisi Formit

Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS- CoV-2 yang hidup dan terdeteksi melalui RTPCR dapat ditemui di permukaan-permukaan tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan (WHO, 2020b).

2.1.3 Pecegahan Covid-19

Tindakan pencegahan dan mitigasi adalah kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat yaitu meliputi :

1) Selalu menjaga kebersihan tangan dengan menggunakan hand sanitizer jika tangan tampak kotor atau cuci tangan dengan sabun dan air.

2) Menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut setelah kontak dengan orang.

3) Menerapkan etika batuk dan bersin dengan menutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian dalam atau menggunakan tisu dan di lanjutkan cuci tangan.

4) Menggunakan masker medis atau masker kain jika berpergian keluar rumah dan segera mencuci tangan setelah menyentuh masker atau membuang masker bekas pakai.

5) Selalu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang atau tidak berkerumbun

dengan banyak orang (Kemenkes, 2020a).

(3)

7

2.1.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, terdapat 3 tingkat penggunaan alat pelindung diri untuk tenaga medis yaitu :

1) Tingkat 1

Untuk kelompok tenaga medis dan paramedis seperti dokter, perawat, dan supir ambulans yang bertugas di tempat praktik umum, tiase pra- pemeriksaan, dan di bagian rawat jalan umum harus menggunakan alat pelindung diri seperti masker bedah 3 lembar, sarung tangan karet sekali pakai, dan baju kerja (Taher, 2020).

2) Tingkat 2

Untuk kelompok tenaga medis dan paramedis tingkat 2 seperti dokter, perawat, radiologi, farmasi, laboran, dan supir ambulans harus menggunakan alat pelindung diri seperti pelindung mata, masker 3 lembar, penutup kepala, sarung tangan karet sekali pakai, dan gown.

Mereka hanya menangani pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan dan pemeriksaan yang melibatkan ODP, PDP, atau konfirmasi Covid-19 (Taher, 2020).

3) Tingkat 3

Untuk kelompok tenaga medis tingkat 3 seperti dokter, perawat, dokter gigi, perawat gigi, dan laboran harus menggunakan alat pelindung diri seperti pelindung mata dan face shield, masker N95, penutup kepala, coverall/ hazmat, sarung tangan bedah karet steril sekali pakai, sepatu boots saat bertugas di ruangan pasien ODP, PDP, dan konfirmasi Covid- 19 yang berpotensi menimbulkan aerosol dan kegiatan membutuhkan tindakan langsung ke pasien (Taher, 2020).

2.1.5 Tatalaksana Covid-19 Pada Anak

Penentuan status anak dan tindak lanjutnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu berdasarkan riwayat tinggal atau transmisi lokal dan berdasarkan adanya kontak langsung dengan ODP,PDP, dan kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Berikut ini adalah beberapa tatalaksana Covid-19 pada anak :

1) Tatalaksana ODP (Orang Dalam Pemantauan)

(4)

8

ODP harus melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan wajib melapor ke dinas kesehatan setempat untuk surveilans, melakukan swab tes pada hari ke 1 dan 2, dan melakukan pemantauan jika mengalami pneumonia ikuti alur PDP dengan pneumonia (IDAI, 2020).

2) Tatalaksana PDP Tanpa Pneumonia

Pasien dalam pengawasan tanpa gejala pneumonia juga harus melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan wajib melapor ke dinas kesehatan setempat untuk dilakukan surveilans, melakukan swab tes pada hrai ke 1 dan 2, melakukan terapi sesuai dengan kondisi pasien, melakukan pemantauan dan jika mengalami pneumonia ikuti alur PDP dengan pneumonia (IDAI, 2020).

3) Tatalaksana PDP Dengan Pneumonia

Pasien PDP dengan pneumonia harus segera dirujuk ke RS rujukan agar segera ditangani oleh tenaga medis. Bila tidak bisa di rujuk lakukan rawat isolasi, dengan satu pasien dirawat di satu kamar tersendiri (jika tidak memungkinkan di lakukannya kohorting pasien pneumonia), petugas yang merawat wajib menggunakan APD standar sesuai petunjuk, melakukan swab nasofaring pada hari ke 1 dan 2, melakukan tatalaksana pneumonia sesuai dengan kondisi pasien, dan melaporkannya ke dinas kesehatan setempat (IDAI, 2020)

2.2 Konsep Keperawatan Anak

2.2.1 Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak adalah suatu landasan berpikir dalam menerapkan ilmu keperawatan anak. Paradigma keperawatan anak ini terdiri dari manusia (anak), sehat sakit, lingkungan, dan keperawatan, sebagai berikut :

1) Manusia (Anak)

Dalam keperawatan anak, anak dapat diartikan sebagai seseorang yang

usianya kurang dari delapan belas (18) tahun, masih dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan dengan kebutuhan khusus yaitu

kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Dalam memberikan

(5)

9

pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan, karena kemampuan anak dalam mengatasi masalah belum sempurna atau masih dalam proses kematangan yang berbeda jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda dalam aspek kematangan fisik (Yuliastati, 2017).

2) Sehat Sakit

Rentang sehat sakit dalam paradigma keperawatan anak ialah batasan yang dapat membantu pelayanan keperawatan pada anak dengan status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti apabila anak dalam rentang sehat maka upaya perawat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, demikian sebaliknya jika anak dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat juga memberikan bantuan dan dukungan kepada keluarga yang ditinggal. Jadi batasan sehat secara umum tidak hanya dapat diartikan bebas dari penyakit dan kelemahan, tetapi suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosialnya (Yuliastati, 2017).

3) Lingkungan

Dalam paradigma keperawatan anak lingkungan yang dimaksud ialah lingkungan eksternal dan internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak. Lingkungan eksternal diantaranya seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya, dan masyarakat akan mempengaruhi status kesehatan anak. Sedangkan lingkungan internal seperti saat anak lahir dengan kelainan bawaan maka di kemudian hari terdapat perubahan status kesehatan mental yang cenderung sakit (Yuliastati, 2017).

4) Keperawatan

Dalam komponen paradigma ini pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara

optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya keterlibatan langsung pada

(6)

10

keluarga mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan. Peran keluarga lainnya adalah mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dapat terwujud kesejahteraan anak (Yuliastati, 2017).

2.2.2 Prinsip Keperawatan Anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Menurut Yuliastati perawat harus memperhatikan beberapa prinsip dalam menerapkan asuhan keperawatan anak yang terdiri dari (Yuliastati, 2017) :

1) Anak bukan miniatur orang dewasa, tidak boleh memandang anak hanya dari segi fisik melainkan sebagai individu unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

2) Sebagai individu yang unik , anak memiliki kebutuhan yang berbeda sesuai tumbuh kembangnya. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur, dan lain-lain. Sedangkan kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.

3) Mengingat anak adalah generasi selanjutnya maka pelayanan keperawatan anak fokus berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan anak.

4) Keperawatan anak berfokus pada kesejahteraan anak, sehingga dalam hal ini perawat bertanggung jawab secara utuh dalam memberikan asuhan keperawatan anak, serta selalu melibatkan keluarga.

5) Praktik keperawatan anak harus sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

6) Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk mendewasakan.

Upaya mendewasakan anak adalah dengan selalu memperhatikan

lingkungan anak baik itu lingkungan internal maupun eksternal.

(7)

11

7) Pada masa yang akan datang keperawatan anak akan cenderung berfokus pada ilmu tumbuh kembang, karena mempelajari banyak aspek kehidupan anak.

2.2.3 Peran Perawat Anak

Peran perawat anak dalm proses asuhan keperawatan yaitu dengan cara mendengarkan keluhan anak dan keluarga, perawat dapat bertukar pikiran dan pendapat tentang masalah anak dan keluarga, serta membantu mencari pemecah masalah alternatif. Perawat juga harus bisa melakukan koordinasi atau kolaborasi selain sesama perawat, perawat juga harus melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan dan keluarga yang berperan sebagai mitra perawat, oleh karena itu kerjasama harus terbina dengan baik tidak hanya pada saat membutuhkan informasi saja. Dan perawat juga harus mampu menjadi peneliti, pada peran ini diperlukan kemampuan perawat dalam berpikir kritis untuk melihat fenomena sehari-hari yang sedang terjadi dalam layanan asuhan keperawatan anak (Yuliastati, 2017).

Merawat pasien anak dan orang dewasa memiliki sedikit perbedaan, yang dimana anak mudah bosan, gampang sekali merasa cemas, rewel, takut dengan kehadiran tenaga medis, serta susah untuk diatur. Berdasarkan jurnal (Sari, 2017) menjelaskan bahwa anak yang cemas akan mengalami kelelahan karena menan,gis terus, tidak mau berinteraksi dengan perawat, rewel, merengek minta pulang, menolak makan sehingga memperlambat proses penyembuhan, menurunnya semangat untuk sembuh, dan tidak kooperatif dengan perawatan.

Kecemasa anak saat di rumah sakit di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

perpisahan, hilang kendali, cedera tubuh, dan nyeri. Anak mengalami perpisahan

dengan tempat tinggal dan teman bermain. Anak juga harus menyesuaikan diri

dengan lingkungan baru di rumah sakit dan berbagai tindakan dirumah sakit

(Sari, 2017).

(8)

12 2.3 Konsep Pengalaman

2.3.1 Definisi Pengalaman

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami, di jalani, di rasa, dan di tanggung oleh seseorang (KBBI, 2016). Pengalaman juga bisa diartikan suatu pengamatan yang merupakan kombinasi pengelihatan, penciuman, dan pendengaran. Pengalaman yang sudah terjadi dapat di bagikan kepada siapa saja untuk di gunakan sebagai pedoman serta pembelajaran bagi yang menerimanya (Intan, 2020). Jadi pengalaman juga bisa diartikan sebagai suatu peristiwa atau kejadian berkesan yang dialami seseorang dan selalu diingat.

2.3.2 Jenis Pengalaman

Terdapat dua jenis pengalaman yaitu pengalaman lahiriah dan batiniah.

Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menyangkut tentang hasil pemikiran seseorang yang rasional, sedangkan pengalaman batiniah adalah pengalaman yang merupakan hasil dari perenungan dan penghayatan (Dimas, 2013). Pengertian lainnya yaitu pengalaman lahiriah atau sensation adalah pengalaman yang mengajarkan kita tentang hal-hal yang di luar kita yang segala sesuatunya dapat menimbulkan gagasan pikiran atau ide (Anjani, 2018). Ada juga pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang berhubungan dengan intelegensi atau kecerdasan, akal pikiran, rasional, dan penalaran (Pamungkas, 2017). Sedangkan pengalaman batiniah adalah pengalaman yang tergolong lingkup pengamatan indrawi dan kehadirannya secara kejiwaan atau perasaan adalah konsekuensi dari pengamatan indrawi (Taaluru, 2012). Pengertian lain dari pengalaman batiniah adalah pengalaman yang subjektif atau berdasarkan perasaan pribadi (Kania, 2013). Jadi dapat disimpulkan pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang didapat dari gagasan yang rasional, hasil berpikir, penalaran yang masuk akal, sedangkan pengalaman batiniah adalah pengalaman yang melibatkan perasaan dari seseorang yang bersifat subjektif.

2.3.3 Dimensi Pengalaman

Dimensi ini berisikan tentang pengalaman-pengalaman yang dapat

dirasakan dan dialami sesorang, berikut penjelasannya :

(9)

13 1) Pengalaman Spiritual

Seseorang yang mengalami pengalaman spiritual akan menilai kesuksesan seseorang berdasarkan pencapaiannya tersebut. Spiritualitas tidak hanya memperhatikan apakah hidup itu berharga namun juga fokus pada mengapa hidup berharga. Pengalaman spiritual memiliki ikatan lebih kepada hal-hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal-hal yang bersifat fisik atau material (Pustakasari, 2014).

2) Pengalaman Psikologis

Pengalaman psikologis ini melibatkan keadaan mental seseorang seperti suasana hati dan emosi. Seseorang akan melakukan suatu aktivitas dengan baik bila dalam keadaan sehat secara mental. Kesejahteraan psikologis ini mencakup citra tubuh, penampilan, perasaan positif dan perasaan negatif harga diri, keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori dan konsentrasi. (Aprilia, 2015).

3) Pengalaman Fisik

Aktivitas yang dilakukan seseorang akan memberikan pengalaman- pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya. Pengalaman fisik ini juga melibatkan lima panca indra yang meliputi pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman, dan peraba atau sentuhan. Pengalaman fisik mencakup aktivitas sehari-hari, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan kelelahan, serta kapasitas kerja (Aprilia, 2015).

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pengalaman

Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda karena pengalaman memiliki sifat subyektif yang dipengaruhi oleh isi memorinya. Faktor yang mempengaruhi pengalaman adalah usia, tingkat pendidikan, latar belakang social ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian, dan pengalaman hidup sebelumnya (Intan, 2020). Setiap orang akan menginterpretasikan pengalaman berdasarkan apa yang dilihat dan dirasakannya.

Pengalaman juga merupakan ilmu yang dapat dibagikan dan digunakan untuk

bahan pelajaran bagi yang orang yang menerimanya.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 oleh Bendahara Sekretariat DPRD Provinsi Maluku seharusnya mengacu pada PP 80 Pasal 2 ayat (3) yakni Besarnya Pajak

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

“sekarang banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi untuk keluar dalam dakwah ini dan jama‟ah ini terus berkembang dari waktu ke waktu, bagi masyarakat yang

Menurut Kotler (2001 : 7) pemasaran adalah suatu bentuk untuk memuaskan pelanggan dengan memakai kebutuhan pelanggan dengan baik, baik dengan mengembangkan produk

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

Keberadaan sistem informasi puskesmas terkomputerisasi, akan sangat menunjang kinerja petugas dalam menyajikan informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya,

27 Sejarah Perkembangan Pancasila ( yang dimaksud adalah perubahannya secara tekstual) berakhir pada masa sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945, dengan disahkannya

Waktu tinggal (td) yang memiliki efisiensi removal terbesar pada uni t gravel bed flocculator a dalah 4 menit dengan efisiensi removal rata-rata untuk warna