• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN METODE GAMES (PERMAINAN) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 4-5 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN METODE GAMES (PERMAINAN) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 4-5 TAHUN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN METODE GAMES (PERMAINAN) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA

ANAK USIA 4-5 TAHUN

Agus Mulyanti, Aunurrahman, Sri Lestari Program Studi Pendidikan Guru PAUD FKIP Untan

Email : agus_mulyanti89@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif, berbentuk kualitatif. Subjek penelitian ini adalah guru dan anak usia 4-5 tahun di Kelompok A. Hasil analisis data untuk mengetahui penerapan metode games (permainan) yang meliputi media yang digunakan guru, tahapan-tahapan dalam penerapan metode games (permainan), respon anak pada saat penerapan, faktor yang mendukung dan menghambat dalam penerapan metode games (permainan), serta tingkat keberhasilan guru dalam penerapan metode games (permainan) yang dapat dilihat dari kemajuan berbahasa anak dalam berkomunikasi, menyimak, mengenal huruf, dan mengenal benda beserta sifat atau fungsinya.

Kata kunci : Metode Games (permainan), Meningkatkan Kemampuan Berbahasa

Abstract: This study aims to analyze the application of the method games in improving language skills in children aged 4-5 years in TK LKIA III Pontianak West Borneo Province. The method used to analyze the data is descriptive, qualitative form. The subjects were teachers and children aged 4-5 years in Group A. Results of data analysis to determine the application of the method games which includes media used by teachers, the stages in the application of methods of games, the response at the time of application of the child, factors that support and hinder the application of the method games, as well as the level of teacher success in the application of the method games which can be seen from a child's language progress in communicating, listening, recognize letters, and recognize objects and their properties or functions.

Keywords: Method of Games, Improve Language Skills

emampuan berbahasa merupakan faktor terpenting dalam kehidupan sehari- hari dan harus dikuasai dengan baik. Kemampuan berbahasa merupakan indikator terpenting dalam mencakup semua aspek perkembangan.

K

(2)

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia Taman Kanak- kanak adalah kemampuan berbahasa. Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir.

Perkembangan bahasa anak usia Taman Kanak-kanak memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa. Guru Taman Kanak-Kanak merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.

Guru taman kanak-kanak harus dapat mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat (14) yang menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga PAUD sesuai standar pendidik dan tenaga pendidikan yang terdapat dalam kurikulum Permen Diknas Nomor 58 tahun 2009, untuk membantu anak usia dini mencapai tingkat perkembangannya khususnya dalam pengembangan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun.

Bahasa didefinisikan sabagai sarana komunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, yang mana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, atau gerak dalam menggunakan kata-kata, simbol, lambang, gambar, atau lukisan. Menurut Miller (dalam Fadilah, M, 2013: 67),” bahasa merupakan urutan kata-kata. Bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda”.

Bagi seseorang, bahasa sangatlah penting maka harus ditanamkan sejak usia dini. Hal ini dilakukan supaya seorang anak memiliki kemampuan berbahasa yang baik ketika dewasa nanti. Menurut William Stern Clara Stern, bahasa itu paling tidak memiliki tiga fungsi, antar lain (1) aspek ekspresi, yaitu menyatakan kehendak dan pengalaman jiwa; (2) aspek sosial, yaitu untuk mengadakan komunikasi dengan orang lain; (3) aspek intensional, yaitu berfungsi untuk menunjukan atau membanggakan sesuatu (Fadilah, M, 2013:67). Sama halnya dengan yang dikemukakan Santrock (2007:303) bahwa “Language is a from of communication, whether spontaneous, written, or signed, that is based on a system of symbolik”.

Menurut Conny R Semiawan (2002:49) menyatakan bahwa “fungsi bahasa adalah selain sebagai alat untuk menyatakan diri (fungsi ekspresi), juga untuk menangkap

(3)

pikiran dan perasaan orang lain (fungi sosial). Selain itu bahasa manusia juga memiliki fungsi imajinasi (darstellung-funktion), untuk mampu membayangkan sesuatu jauh sebelum atau sesudah waktu kini, ditempat yang berbeda pula.

Imajinasi manusia ini adalah suatu aspek perkembangan bahasa yang sangat unik, yang menampilkan bentuk tertinggi dari perkembangan perilaku manusia”.

Aktivitas yang dilakukan anak-anak setiap harinya adalah bermain, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Dikatakan juga bahwa dunia anak adalah dunianya bermain. Jadi sudah selayaknya berbagai permainan yang dilakukan anak-anak sebenarnya bisa dirancang secara sengaja dengan maksud agar dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Manfaat permainan dalam pengembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun yang diharapkan adalah mampu menggunakan bahasa untuk dipahami baik secara pasif maupun secara aktif untuk berkomunikasi secara efektif.

Pada umumnya, anak usia dini memang masih mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pertanyaan dan sebagainya dalam bahasa dengan menggunakan ragam bahasa lisan dengan baik dan benar. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kreativitas guru dalam menentukan teknik pembelajaran keterampilan berbahasa kepada siswa. Para guru pada saat proses belajar- mengajar di kelas lebih cenderung berfokus pada keterampilan lain, seperti keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing) dan keterampilan mendengarkan (listening). Hal itu disebabkan oleh para guru yang lebih berfokus pada hasil daripada proses pembelajaran itu sendiri.

Fenomena seperti ini merupakan permasalahan yang perlu segera ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain dan seharusnya memang berbentuk sebuah permainan. Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan Kemampuan Berbahasa melalui ”metode Games”.

Penggunaan kata Games dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya

“manipulasi/modifikasi” terhadap sebuah metode penerapan kemampuan berbahasa sehingga siswa diajak belajar sambil bermain dengan games (permainan).

Pada dasarnya, aktivitas yang dilakukan anak-anak setiap harinya adalah bermain, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Dikatakan juga bahwa dunia anak adalah dunianya bermain. Jadi sudah selayaknya pembelajaran anak- anak dikelola dengan cara bermain.

Kelebihan metode games adalah metode ini bisa secara sengaja dirancang oleh guru sedemikian rupa dirancang dengan maksud agar dapat meningkatkan kemampuan anak. Bila seorang guru menginginkan kemampuan berbahasa anak dapat meningkat, maka guru dapat merancang metode games itu sesuai dengan yang diinginkan.

Manfaat metode games (permainan) dalam pengembangan bahasa pada anak usia 4-5 tahun yang diharapkan adalah mampu menggunakan bahasa untuk dipahami baik secara pasif maupun secara aktif untuk berkomunikasi secara efektif.

(4)

TK LKIA III adalah salah satu TK yang sudah menggunakan metode Games (permainan) yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak.

Konsep pembelajaran pada TK LKIA III adalah belajar melalui permainan.

Berbagai macam permainan memang dirancang, disiapkan TK LKIA III agar anak usia 4-5 tahun mempunyai kemampuan berbahasa sesuai dengan kodrat perkembangannya. Bertolak dari latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian di TK LKIA III dengan judul analisis penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. “Metode deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang terjadi saat penlitian berlangsung dan menyajikan apa adanya” (Subana, 2005: 89). Sedangkan menurut Nawawi, H.

(2007: 63), “Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, mesyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak”. Melalui metode ini peneliti bermaksud menggambarkan atau mendeskripsikan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun dengan menggunakan metode games.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dilakukan karena dalam mendeskripsikan objek penelitian dan menganalisis data tidak menggunakan analisis data melalui perhitungan angka-angka, tetapi lebih mengutamakan kejelasan kedalaman dan pengahayatan interaksi antar konsep yang diteliti. Menurut Moleong (2007: 3)

“pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu data yang tertulis atau lisan dan perilaku yang di amati dari orang- orang yang menjadi objek penelitian”.

Penelitian ini dilaksanakan di TK LKIA III yang beralamat di Jl. Ahmad Marzuki, Pontianak. Subjek penelitian ini meliputi kepala sekolah, guru dan anak usia 4-5 tahun di Kelompok A yang berjumlah 15 orang, terdiri dari lima anak laki-laki dan sepuluh anak perempuan. Guru Kelompok A sebagai informan utama dalam pemerolehan data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Komunikasi langsung dilakukan kepada guru kelas, kepala TK dan anak.

Wawancara secara mendalam dengan guru Kelompok A untuk mengetahui media yang digunakan dalam penerapan metode games (permainan), tahapan-tahapan dalam penerapan, respon anak pada saat pembelajaran, faktor yang mendukung dan menghambat penerapan metode games, serta tingkat keberhasilan guru dalam penerapannya.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara kepala TK dan teman sejawat (guru kelompok B) sebagai data pendukung dalam menganalisis penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan bebahasa anak. Wawancara kepada anak berupa mendengarkan celoteh anak dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan anak tentang benda beserta manfaat atau fungsinya, dari penerapan metode games (permainan) ini.

(5)

Pertanyaan wawancara untuk guru dan kepala TK merupakan pertanyaan berstruktur yang telah disusun peneliti sebelum melakukan wawancara. Sementara pertanyaan untuk anak adalah pertanyaan terbuka seperti bertanya dan mendengarkan celoteh anak.

Observasi langsung yang dilakukan berbentuk observasi non partisipan dimana peneliti hanya mengamati dan tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru.

Yang diobservasi dalam penelitian ini adalah:

1) Space (tempat dalam aspek fisik yaitu ruang kelas, bangunan gedung TK, dan ruang bermain).

2) Aktor (pelaku) yaitu guru dan anak usia 4-5 tahun di kelompok A.

3) Aktivitas, yaitu kegiatan pembelajaran dalam bentuk permainan yang guru berikan pada anak kelompok A.

Teknik dokumen, Menurut Sugiyono (2010: 240), “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Beberapa dokumen yang ditelaah dalam penelitian ini meliputi profil TK LKIA III, kurikulum TK pada kelompok A dan dokumen-dokumen atau arsip-arsip TK LKIA III yang berhubungan dengan penelitian.

Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

Panduan wawancara, yaitu daftar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara mendalam (Indepth interview) sebagai komunikasi langsung tertulis dalam lembar ini dengan informan, berisikan beberapa responden penelitian yaitu, guru yang mengajar kelompok A dan wawancara pendukung yang ditujukan kepada Kepala TK, teman sejawat (guru kelompok B) di TK LKIA III Pontianak.

Lembar Observasi anak, yaitu lembar untuk mengobservasi anak dalam penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak.

Lembar penilaian kemampuan merencanakan pembelajaran (APKG 1) dan Lembar penilaian kemampuan melaksanakan pembelajaran (APKG 2).

Adapun dalam mendeskriptifkan kegiatan pada saat observasi, penulis akan menjabarkannya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan memuat segala yang diperoleh peneliti selama melakukan pengamatan dan wawancara dilapangan (Putra, N., 2012). Dalam hal ini peneliti membuat catatan lapangan yang erat kaitannya dalam menganalisis penerapan metode games (permainan).

Dokumen dalam peneitian ini merupakan dokumen yang berkaitan dengan aspek yang akan diteliti. Adapun yang akan dijadikan dokumen dalam penelitian ini adalah:

1) Kurikulum / program kegiatan belajar TK LKIA III Pontianak.

2) Data guru.

3) Data anak

4) Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dibuat oleh guru.

5) Photo-photo kegiatan pembelajaran dalam penerapan metode games (permainan).

(6)

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogda (dalam Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa “analisis data adalah proses mencari dan meyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan- bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), verification (kesimpulan).

1) Pengumpulan data diartikan sebagai pengumpulan segala informasi ataupun dokumentasi yang dilakukan dalam kegiatan survei yang muncul berdasarkan pertanyaan penelitian.

2) Data reduction (reduksi data) adalah proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu.

Dengan demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Aspek yang direduksi dalam penelitian ini adalah penerapan metode games (permainan) dalam kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak.

3) Data display (penyajian data) di dalam penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata-kata yang berhubungan dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik menjadi kesimpulan. Dengan kata lain, penyajian data ini merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis dalam rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai temuan dalam penelitian.

4) Verification (penarikan simpulan), Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi utuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan validitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 25 April sampai tanggal 11 Mei 2013, di TK LKIA III Pontianak yang mencakup hasil analisis penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak. Pembahasan ini menjadi satu pembahasan yang saling berkaitan baik

(7)

dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun dalam pembahasannya, penulis jabarkan sebagai berikut.

Media kain panel ini terbuat dari kain panel dengan bermacam warna dan ditempeli gambar sesuai tema dengan ukuran yang agak besar sehingga anak bisa dengan jelas melihat gambar dan katanya. Dalam tahapan anak mulai mengenal huruf, metode ini juga mengunakan media berupa kartu huruf yang dapat disusun menjadi kata-kata.

Media yang biasa digunakan dalam mengajarkan kemampuan berbahasa pada anak pada umumnya menggunakan metode bercerita menggunakan buku atau majalah. Disini dengan cara yang berbeda yaitu dengan beragam jenis games (permainan) yang setiap permainannya disusun sedemikian rupa sesuai dengan tema dan pembahasan sehingga memudahkan anak memahami makna dan memudahkan anak mengingat kata, jadi anak diharapkan bukan hanya mengenal huruf dan kata tetapi juga mengenal benda beserta manfaatnya serta memperkaya kosa kata anak setiap kali anak berkomunikasi dengan teman melalui permainan.

Seperti bermain dengan menggunakan media kain panel, yaitu dengan mengaplikasikan media kain panel ini dengan games diantaranya yaitu games

“tebak gambar”, guru menyebutkan ciri benda misalnya seperti “apakah saya, saya berwarna putih seperti kapas, jika hari akan hujan, saya berubah warna menjadi kehitaman?”, dan “apakah aku, aku berwarna-warni, aku keluar pada malam hari?”. Dengan menyebutkan ciri-ciri benda atau gambar yang terdapat pada kain panel, anak akan mengingat benda apakah yang dimaksud oleh guru, dan membantu anak mengenal ciri-ciri benda, games ini bertujuan untuk mengenalkan anak dengan benda, ciri-ciri, bahkan dengan manfaatnya untuk memperkaya kosa kata anak, menyimak atau mendengarkan perkataan orang lain.

Dalam penerapan metode games (permainan) ini teori yang mendukung yaitu teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glasefeld (dalam Aunurrahman, 2012: 16) mengemukakan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan.

Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (anak).

Peran guru dalam hal ini adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara terbaik dengan membangun minat, kebutuhan, dan kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anak. Hal yang sangat penting adalah pandangan konstruksivisme yang memberikan tempat yang luas bagi perkembangannya pemikiran-pemikiran baru sebagai akibat perubahan lingkungan dan perkembangan seseorang (Aunurrahman, 2012: 17).

Dalam hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar (Aunurrahman, 2012: 17), yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada pengalaman yang lain.

(8)

Menurut pandangan konstruktivisme upaya membangun pengetahuan dilakukan oleh “siswa melalui kegiatan belajar yang ia lakukan”. Hurlock (1994) juga mengatakan, awal masa kanak-kanak umumnya merupakan saat berkembang pesatnya tugas pokok dalam belajar berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai pengucapan kata-kata dan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat.

Kosa kata anak-anak meningkat pesat ketika ia belajar kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama.Peran guru tetap menempati arti penting dalam proses pembelajaran yaitu seperti mangajar tidak hanya diartikan menyampaikan informasi, tetapi lebih menitikberatkan perannya sebagai mediator dan fasilitator (dalam Aunurrahman, 2012: 22).

Peran guru dalam hal ini adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara terbaik dengan membangun minat, kebutuhan, dan kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anak. Hal yang sangat penting adalah pandangan konstruksivisme yang memberikan tempat yang luas bagi perkembangannya pemikiran-pemikiran baru sebagai akibat perubahan lingkungan dan perkembangan seseorang (Aunurrahman, 2012: 17).

Dalam hal ini terkait dengan proses konstruksi yang menuntut beberapa kemampuan dasar (Aunurrahman, 2012: 17), yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada pengalaman yang lain.

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh manusia. Bahasa banyak memiliki peranan bagi manusia. Manusia akan melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain apabila terdapat satu kesamaan atau kemiripan berbahasa, baik isyarat maupun tertulis. Menurut John W Santrock (dalam Halida, 2010: 24) menerangkan bahwa komunikasi, entah itu lisan atau tanda, yang didasarkan pada sistem simbol.

Games (permainan) biasanya digunakan untuk memperagakan atau menirukan keadaan sebenarnya. Dengan permainan siswa dapat merumuskan pemahaman suatu konsep. Permainan akan menjadi lebih menarik jika dimasukkan unsur-unsur persaingan atau perlombaan didalamnya sekaligus sebagai unsur untuk menghibur (Suyatna, 2005: 12). Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai. Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak, dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira.

Games (permainan) digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran).

Games (permainan) dalam belajar jika dimanfaatkan secara bijaksana dapat memberikan manfaat antara lain : (1) menyingkirkan keseriusan yang menghambat proses belajar; (2) menghilangkan setres dalam lingkungan belajar;

(3) mengajak siswa terlibat penuh dalam kegiatan belajar; (4) meningkatkan

(9)

proses aktivitas belajar (Meier, 2005: 206). Permainan tidak selalu dapat mempercepat pembelajaran, namun permainan yang dilaksanakan dengan tepat dapat menambah variasi, semangat, dan minat pada sebagian program belajar (Suyatna, 2005: 15).

Dengan adanya penerapan metode games (permainan) ini peningkatan dalam kemampuan berbahasa disesuaikan dengan indikator kemampuan bahasa pada anak yaitu, terlihat pada proses pembelajaran penerapan metode games (permainan). Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia 4-5 tahun dalam perkembangan bahasanya yaitu pada saat guru menjelaskan atau menyampaikan pembelajaran anak menyimak dengan baik, walaupun terdapat beberapa anak masih terlihat tidak memperhatikan guru, anak sudah bisa melaksanakan dua sampai tiga perintah yang diberikan secara bersamaan dengan benar, anak mengerti dan memahami aturan permainan yang di sampaikan guru, pada saat permainan berlangsung anak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru dalam permainan, anak juga sudah bisa menceritakan kembali pengalaman yang ditemui anak, serta anak bisa memberikan alasan jika anak tidak setuju pada sesuatu seperti pada saat kegiatan pembelajaran jika anak tidak mau melakukan anak bisa memberikan alasan kenapa anak tidak mau melakukannya.

Adapun tahapan-tahapan dalam penerapan metode games (permainan) ini pada pelaksanaannya di Kelompok A yaitu terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahapan perencanaan, Majid (2007: 64) mengatakan bahwa “Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

Sedangkan menurut Degeng (dalam Uno, H., 2006 : 2) :

Perencanaan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan anak.

Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran.

Pada perencanaannya dalam menerapkan metode games (permainan) ini guru menyiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian) terlebih dahulu dan melakukan pijakan lingukungan yaitu menyiapkan ruangan yang kondusif bagi anak, serta media/alat/bahan main yang akan digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru selalu membuat suasana kelas dalam keadaan yang menyenangkan, biasanya guru mengajak anak untuk senam, bernyanyi atau bercakap-cakap terlebih dahulu.

Dengan tujuan agar meteri yang disampaikan akan mudah dicerna oleh anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal pelaksanaan suatu kegiatan yang terarah pada tujuan tertentu. Perencanaan yang tepat perlu memuat tentang rumusan yang akan

(10)

dilakukan guru dan anak dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, sebelum kegiatan sesungguhnya dilaksanakan.

Kemudian pada tahap pelaksanaan, Surachman (dalam Suryosubroto, 2009:

29) mengatakan bahwa “Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dengan anak dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran pada anak dan untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut Roy R. Lefrancois (dalam Suryosubroto, 2009: 30) “Pelaksanaan pengajaran adalah pelaksanaan strategi yang telah dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Pada tahap awal metode ini, guru mengajak anak bernyanyi, bercakap- cakap tentang lingkungan sekitar anak dan apa yang dilakukan anak serta bercakap-cakap terkait tema dan pemabahasan. Langkah selanjutnya adalah guru memperlihatkan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan menjelaskan tahap demi tahap kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga anak paham dan memberikan kesempatan anak untuk bertanya.

Jadi pelaksanaan proses pembelajaran dapat disimpulkan sebagai terjadinya interaksi antara guru dengan anak dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran sebaiknya berpedoman pada apa yang tertulis dalam perencanaan. Namun, keadaan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu, guru seharusnya paham tentang segala sesuatu yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi.

Pada saat proses pembelajaran berlangsung terlihat respon yang positif dari anak-anak dalam penerapan metode games (permainan) ini. Hampir semua anak di Kelompok A nampak antusias ketika mendengarkan penjelasan guru tentang aturan-aturan permainan, mereka tampak aktif bertanya, sesekali terdengar celetukan anak menjawab ketika guru sedang memperlihatkan gambar yang terdapat di media. Tetapi juga masih terlihat satu atau dua orang anak yang asik main, mengobrol dengan temannya, dan tidak memperhatikan guru. Melihat hal tersebut guru tampak selalu bertindak untuk kemabali mengingatkan dan berusaha mengalihkan perhatian anak agar anak-anak tersebut ikut memperhatikan guru menjelaskan.

Banyak faktor yang mendukung penerapan metode games ini antara lain, penilaian terhadap guru saat mengajar, guru dinilai sudah berpengalaman serta baik dalam mengajar, sehingga akan lebih mudah dan menunjang keberhasilan guru dalam menerapkan metode games ini. Ruang kelas sudah lumayan besar sesuai dengan jumlah anak, dan media sudah cukup beragam hal ini akan mendukung proses belajar mengajar. Tingkat intelegensi dan daya tangkap anak cukup baik.

Metode games (permainan) ini juga dinilai sebagai metode pembelajaran yang sistematis, mudah dan menyenangkan apabila diterapkan pada anak, karena sesuai dengan prinsip anak, mengutip pernyataan Mayesty bahwa “bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan” (dalam Sujiono, 2009:

134). Kemudian terdapat juga komunikasi yang aktif antara guru dan anak, serta

(11)

interaksi yang aktif antara anak dengan temannya. Guru dan orang tua yang sangat mendukung metode ini, sehingga proses pembelajaran diharapkan hasilnya nanti akan lebih maksimal dan memuaskan.

Walaupun demikian pastinya pada proses penerapannya, terdapat hambatan-hambatan pada saat penerapan metode games (permainan) ini. Seperti media penunjang yang belum begitu banyak, jika disesuaikan jumlah anak di kelas, yaitu seharusnya tiga kali jumlah anak. Jadi, jika jumlah anak 15 orang berarti jika dikalikan tiga, seharusnya ada 45 kali kesempatan main agar anak lebih bisa berekplorasi lagi kewat permainan tersebut. Dalam hal ini, guru dan Kepala Sekolah sedang dalam tahap melengkapi/menciptakan media/permainan baru agar anak tidak bosan dengan media dan permainan yang itu-itu saja.

Terkadang tidak semua anak bersamangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, masih ada satu atau dua orang anak yang masih sulit kalau diajak melukukan kegiatan permainan/pembelajaran atau megerjakan tugas, tugasnya biasa tidak selesai, di sinilah peran guru sangat penting dalam mengatasi hal ini, guru juga tidak bisa memaksakan anak, jadi memang harus banyak alternatif lain dari guru untuk membangkitkan semangat anak agar anak bergairah dan semangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dari pihak orang tua juga masih ada yang terkesan memaksakan anaknya untuk segera pandai menulis bahkan membaca tanpa memperhatikan tingkat perkembangan anak yang harusnya diajarkan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan anak tanpa membuat anak merasa tertekan dalam belajar.

Karena dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan psikologis anak.

Meskipun terdapat hambatan-hambatan yang terjadi pada proses penerapannya, hal itu tidak menjadi masalah yang berarti sehingga tidak menjadi sesuatu yang terus menerus menghambat proses pembelajaran. Guru selalu berusaha semaksimal mungkin dalam mengatasi hal tersebut seperti dengan memperbanyak lagi bahan main yang menunjang penerapan metode ini.

Kemudian guru juga tetap harus bersabar dan berusaha, karena memang tugas guru mengajar, membimbing anak-anak dengan perbedaan kemampuan masing- masing anak. Kemudian guru juga harus berkomunikasi lagi dengan orang tua anak, untuk memberikan pemahaman bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan orang tua seharusnya mengerti dan tahu hal itu. Tidak bisa memaksakan anak harus segera bisa menulis dan membaca, jika tidak ingin perkembangan anak terganggu nantinya.

Setiap akhir pembelajaran, guru juga selalu melakukan evaluasi. Menurut Arikunto dan Jabar (2004: 1-2), “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Gronlund (dalam Harsiati, 2003: 2) yang mengemukakan bahwa “Evaluasi merupakan suatu proses sistematik dalam pengumpulan, penganalisisan, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan.

Evaluasi dilakukan dengan tanya jawab tentang materi dan kegiatan yang telah disampaikan baik itu dalam bentuk permainan-permainan maupun tugas

(12)

12 belajar seperti menulis di buku majalah, buku tulis, maupun buku gambar. Tidak lupa guru juga memberikan penilaian, penilaian bukan berupa angka-angka melainkan berupa bintang. Bintang satu bagi anak yang belum bisa tapi masih mau berusaha mencoba, bintang dua untuk anak yang sudah agak bisa, bintang tiga untuk anak yang sudah bisa, dan bintang empat untuk anak yang sangat bisa melaksanakan tahap-tahap serta tugas-tugas yang diberikan guru. Guru juga memiliki buku khusus untuk mencatat perkembangan anak, yang menjadi dokumen pribadi milik guru.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini (usia empat lima tahun) dari hasil penerapan metode games (permainan), pada tahap awal penelitian ini, diharapkan anak sudah bisa berbicara dengan kalimat lengkap, kaya akan kosa kata, menyimak perkataan guru, mengenal huruf serta mengenal benda dan sifatnya.

Adapun setelah diujikan, rata-rata anak di Kelompok A sudah bisa berkomunikasi dan mengerti apa yang di katakan guru. Walaupun masih ada dua atau tiga orang anak yang belum bisa berkomunikasi dengan lancar, tetapi ketika ditanya anak masih menjawab terbata-bata malah ada yang tidak menjawab/diam saja.

Pernyataan pengembangan berbahasa pada anak usia dini sesuai dengan pendapat Hurlock (1978: 176) yang memaparkan bahwa bahasa adalah bentuk komunikasi pikiran dan perasaan disimbolkan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Hal mencakup bentuk bahasa menurut Hurlock yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi tentang penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak tahun 2013, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan metode games (permainan) dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak, telah dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya dirumuskan kesimpulan secara khusus sebagai berikut.

1) Media yang digunakan guru dalam penerapan metode games (permainan) sangat beragam diantaranya adalah boneka tangan, kotak raba, kartu huruf, kain panel bergambar dan lain-lain yang medianya ada yang dibuat sendiri oleh oleh guru dan ada juga yang dibeli dipasaran. Semua media yang digunakan sangat menarik minat anak, aman, bervariasi, disesuaikan dengan kurikulum dan Permen 58 tahun 2009.

2) Tahapan-tahapan dalam penerapan metode games (permainan) adalah pertama menyiapkan RKH (Rencana Kegiatan Harian), dan pijakan lingkungan seperti guru menyiapkan ruang kelas yang kondusif, bersih dan media/bahan main yang akan digunakan. Pada tahap awal, guru melakukan demonstrasi, bercakap- cakap. Kemudian guru mulai kegiatan pembelajaran dengan metode games (permaianan).

3) Respon anak, pada saat proses kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode games (permainan) pada anak usia 4-5 tahun di TK LKIA III Pontianak

(13)

adalah anak-anak terlihat antusias dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan, itu tergantung dari bagaimana guru dalam mengajar, jika menarik bagi anak, pastinya anak-anak akan memperhatikan , walaupun terkadang ada satu atau dua anak yang masih asik main sendiri atau malah mengobrol dengan temannya.

4) Faktor yang mendukung penerapan metode games (permainan) adalah metode ini mudah dari segi media yang sangat sederhana, sistematis, dalam mengajari anak mengenal huruf, mengenal benda dan fungsinya. Kemudian tingkat psikologis, daya ingat anak, sdan konsentrasi anak dalam melaksanakan kegiatan, serta faktor orang tua dan lingkungan yang mendukung.

5) Faktor yang menghambat penerapan metode games (permainan) adalah media/bahan main yang belum begitu banyak, dari anak itu sendiri kadang ada anak yang tidak bersemangat melakukan kegiatan permainan dan masih ada orang tua yang terkesan memaksakan anaknya harus cepat pandai menulis dan membaca tanpa memperhatikan perkembangan anak tersebut.

6) Tingkat keberhasilan guru dalam penerapan metode games (permainan), untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, guru mengadakan tanya jawab, kemudian dapat melihat dari tahap demi tahap yang anak lakukan baik individu maupun kelompok, jika anak sudah mampu menjawab dan melakukan tahap demi tahap sesuai perintah yang diberikan oleh guru berarti anak sudah paham dan perkembangan kemampuan berbahasa anak dapat menyimak perkataan guru, anak dapat mengerti dan melaksanakan dua perintah yang diberikan guru secara bersamaan, anak mengerti dan memahami cerita yang disampaikan guru, anak sudah dapat mengulang kalimat sederhana dan dapat menjawab pertanyaan sederhana, serta anak semakin kaya akan kosa kata dilihat dari anak sudah bisa menyebutkan kata-kata yang dikenal, anak sudah bisa menceritakan kembali pengalaman yang ditemuinya, serta anak dapat menyatakan pendapat atau ketidak setujuannya. Dalam penilaiannya tidak berbetuk angka tetapi guru memberikan bintang sebagai penghargaan bagi anak yang berusaha mengerjakan tugas serta tahap demi tahap kegiatan yang diberikan oleh guru dengan baik, penilaian diberikan mulai dari bintang satu sampai bintang empat sesuai tahap-tahap yang dilakukan anak.

Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : (1) Sebaiknya media pendukung dalam penerpan metode games (permainan) ini lebih beragam dan lebih menarik minat anak lagi. Seperti media atau bahan main buku “ci luk ba” yang terbuah dari kardus bekas yang sudah ditempeli gambar-gambar dari malajah bekas. (2) Jika memungkinkan dalam penerapan metode games (permainan) ini, guru mengaplikasikan kegiatan penerapan metode games (permainan) ini dengan benda-benda nyata yang terdapat disekitar anak. Sehingga anak tidak hanya melihat gambar tapi bisa merasakan bentuk sesungguhnya dan kegiatan pembelajaran lebih nyata. (3) Guru diharapkan dapat lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam mengajar dengan permainan-permainan yang baru sehingga membuat anak lebih tertarik lagi dalam kegiatan pembelajaran.

(14)

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dan Safrudin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Fadilah, Muhammad & Khorida, Lilif Mualifu. 2013. Pendidikan Kerakter Usia Dini. Depok: Ar Ruzz Media.

Halida. 2010. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran (Tesis). Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta.

Harsiati, Titik. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hurlock B Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2011. Metododologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Santrock, John W. 2007. Live Span Development. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.

Jakarta: PT. Pren Halindo.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT. Indeks.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Penyusun. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 58 tahun 2009.

Jakarta: Depdiknas.

Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

William, Labov. 1977. Principles of Linguistic Change. New York: Heinemann Education.

Online:

Anonim. Kumpulan Metode Pembelajaran/Pendamping. (online).

(http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/perpustakaan-pengarang/

kumpulan-metode-pembelajaran-atau-pendamping.pdf, 25 Mei 2013).

(15)

Anonim. 2011. Pembelajaran Efektif dengan Metode Permainan. (online).

(http://duniamengajar.blogspot.com/2011-05/pembelajaran-efektif-dengan -metode.html, 30 Mei 2013).

Hariyanto. 2010. Metode Permainan dalam Pembelajran. (online).

(http://belajarpsikologi.com/metode-permainan-dalam-pembelajaran/html, 15 Mei 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai pencegahan dilakukan kegiatan sosialisasi dari lembaga P2TP2A yang bertujuan memberikan pelayanan bagi perempuan dan anak yang menjadi korban tindak kekerasan

Beberapa ketaatan yang dituntut guru tenaga kependidikan antara lain kepada peraturan undang-undang atau kedinasan yang berlaku, taat pada perintah kedinasan yang

Agar permasalahan penelitian menjadi spesifik, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, penelitian ini memfokuskan dampak pertumbuhan ritel modern terhadap sosial

Kompetensi Keahlian : Desain dan Produksi Kria

Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek seperti kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, serta kelainan jalan lahir dan dapat

ditujukan untuk anak yatim dan kurang mampu di lingkungan Integrated Community Development (ICD). d) Pelatihan Bagi Guru ; merupakan program peningkatan kualitas skill

Otot berperan dalam menjaga suhu tubuh secara keseluruhan, karena sistem otot dapat merespon jika tubuh mengalami penurunan dan peningkatan suhu tubuh, misalnya

Unsur- unsur tersebut diolah secara struktural sehingga karya yang berjudul Sabai ini bisa memberikan sajian musikal yang merupakan implementasi dari pengalaman penata