• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N, P, K Mg BERDASARKAN TARGET PRODUKSI DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS JAGUNG MANIS TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N, P, K Mg BERDASARKAN TARGET PRODUKSI DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS JAGUNG MANIS TESIS"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N, P, K Mg BERDASARKAN TARGET PRODUKSI DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS JAGUNG MANIS

TESIS

OLEH:

REFLIANTA BR SINAGA 187001007

AGROTEKNOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N, P, K Mg BERDASARKAN TARGET PRODUKSI DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS JAGUNG MANIS

TESIS

OLEH:

REFLIANTA BR SINAGA 187001007

AGROTEKNOLOGI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Menyelesaikan Studi Magister di Program Pascasarjana Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM PASCASARJANA AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

Telah di uji pada

Tanggal : 11 Oktober 2021

Panitia Penguji Tesis

Penguji : 1. Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si 2. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP 3. Dr. Ir. Jonathan Ginting, MP 4. Dr. Mariani Br Sembiring, SP, MP

(5)

(6)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK N, P, K Mg BERDASARKAN TARGET PRODUKSI DAN WAKTU APLIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS JAGUNG MANIS

ABSTRAK

Produksi jagung manis di Indonesia hanya berkisar 4-5 ton/ha, sedangkan potensi hasil jagung manis bisa mencapai 14-18 ton/ha sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi jagung manis melalui upaya peningkatan produksi. Permasalahan yang terjadi pada budidaya jagung manis di Indonesia adalah kebutuhan nutrisi jagung yang tinggi belum terpenuhi secara optimal sehingga belum mencapai produktivitas yang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N, P, K Mg berdasarkan target produksi dan waktu aplikasi terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas jagung manis. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor. Faktor I Target produksi dengan dosis pemupukan Urea, SP-36, KCl, dan Dolomit adalah sebagai berikut: tanpa pemupukan; Urea : SP36 : KCl : Dolomit = 11,30 : 2,28 : 7,27 : 1,63 ; Urea : SP36 : KCl : Dolomit = 16,94 : 3,41 : 10,90 : 2,48 ; Urea : SP36 : KCl : Dolomit = 22,59 : 4,55 : 14,53 : 3,31. Faktor kedua adalah waktu pemberian pupuk sebagai berikut : 1 kali pemberian 0 HST ; 2 kali pemberian 0 HST dan 15 HST ; 3 kali pemberian 0 HST, 15 HST dan 30 HST.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan target produksi P3 dengan dosis pupuk Urea = 22,59 g; SP36 = 4,55 g; KCl = 14,53 g; Dolomit = 3,31 g memberikan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik jika dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan waktu aplikasi W3 memberikan produksi yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata Kunci : fosfor, jagung manis, kalium, magnesium, nitrogen, waktu aplikasi

(7)

THE EFFECT OF FERTILIZER N, P, K Mg BASED ON PRODUCTION TARGET AND TIME OF APPLICATION ON GROWTH, PRODUCTION

AND QUALITY OF SWEET CORN

ABSTRACT

Sweet corn production in Indonesia is only around 4-5 tons/ha, while the potential yield of sweet corn can reach 14-18 tons/ha so there is still an opportunity to increase sweet corn production through efforts to increase production. The problem that occurs in sweet corn cultivation in Indonesia is that the high nutritional needs of corn have not been optimally met so that it has not achieved maximum productivity. This study aims to determine the effect of N, P, K Mg fertilizer based on production targets and application time on the growth, production and quality of sweet corn. This research method uses a 2-factor Randomized Block Design (RDB). Factor I Production targets with fertilizer doses of Urea, SP-36, KCl, and Dolomite are as follows: without fertilization;

Urea : SP36 : KCl : Dolomite = 11.30 : 2.28 : 7.27 : 1.63 ; Urea : SP36 : KCl : Dolomite = 16.94 : 3.41 : 10.90 : 2.48 ; Urea : SP36 : KCl : Dolomite = 22.59 : 4.55 : 14.53 : 3.31. The second factor is the time of application of fertilizer as follows: 1 time application of 0 DAP; 2 times giving 0 DAP and 15 DAP; 3 times giving 0 DAP, 15 DAP and 30 DAP. The results showed that the target treatment of P3 production was with a dose of Urea fertilizer = 22.59 g; SP36 = 4.55 g;

KCl = 14.53 g; Dolomite = 3.31 g gave better growth and production compared to other treatments. W3 application time treatment gave better production than other treatments.

Keywords: application time, magnesium, nitrogen, phosphorus, potassium, sweet corn.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K Mg Berdasarkan Target Produksi dan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Jagung Manis”.

Dalam penulisan ini penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga, waktu dan bimbingan yang berharga, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya teristimewa kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Luthfi Aziz Mahmud Siregar, S.P, MSc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian USU

3. Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

4. Dr. Ir. Yaya Hasanah, MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta saran kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh Staff dan Pengajar pada Program Studi Magister Agrotekoteknologi.

(9)

6. Orang tua saya Ayahanda Ruddin Sinaga, Ibunda Tercinta Dorliana Br.

Panjaitan yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasinya kepada saya.

7. Segala pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna.

Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dan perbaikannya, sehingga akhirnya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapannya di lapangan serta dapat dikembangkan lebih lanjut.

Medan, Oktober 2021

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Hipotesis Penelitian ... 3

1.4 Kegunaan Penelitian... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Jagung Manis ... 4

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ... 5

2.3 Unsur Hara Tanaman Jagung Manis ... 6

2.4 Unsur Hara N, P, K, Mg ... 7

2.5 Waku dan Pemberian Pupuk ... 9

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2 Bahan dan Alat ... 11

3.3 Metode Penelitian ... 11

3.4 Metode Analisis Data ... 13

3.5 Pelaksanaan Penelitian ... 13

3.6 Parameter yang Diamati ... 16

3.6.1 Tinggi Tanaman (cm) ... 16

3.6.2 Diameter Batang (mm) ... 16

3.6.3 Total Luas Daun (cm2) ... 16

3.6.4 Umur Berbunga (hari) ... 16

3.6.5 Analisis Kandungan Klorofil ... 17

3.6.6 Panjang Tongkol ... 17

3.6.7 Bobot Tongkol dengan Kelobot ... 17

3.6.8 Bobot Tongkol Tanpa Kelobot... 17

3.6.9 Indeks Kemanisan Jagung Manis ... 17

3.6.10 Bobot Tongkol per Plot ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 18

4.1.1 Tinggi Tanaman (cm) ... 18

4.1.2 Diameter Batang (mm) ... 19

(11)

4.1.3 Total Luas Daun (cm2) ... 20

4.1.4 Umur Berbunga (hari) ... 21

4.1.5 Analisis Kandungan Klorofil ... 22

4.1.6 Panjang Tongkol ... 23

4.1.7 Bobot Tongkol dengan Kelobot ... 24

4.1.8 Bobot Tongkol Tanpa Kelobot... 25

4.1.9 Indeks Kemanisan Jagung Manis ... 26

4.1.10 Bobot Tongkol per Plot ... 27

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Perlakuan Target Produksi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung... 31

4.2.2 Pengaruh Perlakuan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung... 36

4.2.3 Pengaruh Interaksi Perlakuan Target Produksi dengan Waktu Aplikasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Tinggi Tanaman Jagung Manis (cm) akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi pada Umur 2 - 6 MST ... 18 2. Diameter Batang Jagung Manis (mm) akibat Perlakuan Target Produksi

dan Waktu Aplikasi pada Umur 2 - 6 MST ... 20 3. Total Luas Daun Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 21 4. Umur Berbunga Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 22 5. Analisis Kandungan Klorofil Jagung akibat Perlakuan Target Produksi

dan Waktu Aplikasi ... 23 6. Panjang Tongkol Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 24 7. Bobot Tongkol dengan Kelobot akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 25 8. Bobot Tongkol tanpa Kelobot akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 26 9. Indeks Kemanisan Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan

Waktu Aplikasi... 27 10. Bobot Tongkol dengan Kelobot per Plot akibat Perlakuan Target Produksi

dan Waktu Aplikasi ... 27 11. Hasil Analisis N, P, K, Mg akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu

Aplikasi ... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Deskripsi Jagung Manis Varietas Bonanza ... 40

2. Perhitungan Dosis Pupuk ... 41

3. Denah Penelitian ... 45

4. Bagan Plot Percobaan ... 46

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 47

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam ... 47

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 3 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 48

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 3 Minggu Setelah Tanam ... 48

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 49

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam ... 49

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 5 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 50

12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 5 Minggu Setelah Tanam ... 50

13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 51

14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 51

15. Data Pengamatan Diameter Batang Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 52

16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Jagung pada Umur 2 Minggu Setelah Tanam ... 52

(14)

17. Data Pengamatan Diameter Batang Jagung pada Umur 3 Minggu Setelah

Tanam (cm) ... 53

18. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Jagung pada Umur 3 Minggu Setelah Tanam ... 53

19. Data Pengamatan Diameter Batang Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 54

20. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Jagung pada Umur 4 Minggu Setelah Tanam ... 54

21. Data Pengamatan Diameter Batang Jagung pada Umur 5 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 55

22. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Jagung pada Umur 5 Minggu Setelah Tanam ... 55

23. Data Pengamatan Diameter Batang Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam (cm) ... 56

24. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang Jagung pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 56

25. Data Pengamatan Total Luas Daun Jagung ... 57

26. Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun... ... 57

27. Data Pengamatan Umur Berbunga Jagung ... 58

28. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga Jagung... 58

29. Data Analisis Klorofil a ... 59

30. Daftar Sidik Ragam Analisis Klorofil a ... 59

31. Data Analisis Klorofil b ... 60

32. Daftar Sidik Ragam Analisis Klorofil b ... 60

33. Data Analisis Klorofil Total ... 61

34. Daftar Sidik Ragam Analisis Klorofil Total ... 61

35. Data Pengamatan Panjang Tongkol Jagung ... 62

36. Daftar Sidik Ragam Panjang Tongkol Jagung ... 62

37. Data Pengamatan Bobot Tongkol dengan Kelobot Jagung... 63

38. Daftar Sidik Ragam Bobot Tongkol dengan Kelobot Jagung ... 63

39. Data Pengamatan Bobot Tongkol tanpa Kelobot Jagung ... 64

40. Daftar Sidik Ragam Bobot Tongkol tanpa Kelobot Jagung... 64

(15)

41. Data Pengamatan Indeks Kemanisan Jagung ... 65

42. Daftar Sidik Ragam Indeks Kemanisan Jagung ... 65

43. Data Pengamatan Bobot Tongkol per Plot ... 66

44. Daftar Sidik Ragam Bobot Tongkol per Plot ... 66

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays Var saccharata Sturt) banyak dimanfaatkan karena memiliki kandungan gizi dan kadar gula yang relatif tinggi sehingga rasanya lebih manis dari jagung biasa. Setiap 100 g biji mengandung 96 kalori, 3,5 g protein, 1,0 g lemak, 22,8 g karbohidrat, 3 mg kalsium, 111 mg fosfor, 0,7 mg besi, 400 Si vitamin A, 0,15 mg Vitamin B, 12 mg vitamin C dan 72,7 g air.

(Dailami, et al., 2015).

Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2015 produksi jagung sebanyak 19.612.435 ton dengan luas panen 3.750.350 ha serta produktivitas 5,23 ton/ha (BPS, 2015). Produksi jagung nasional saat ini hanya sekitar 4 – 5 ton/ha, sedangkan potensi hasil jagung manis dapat mencapai 14 -18 ton/ha sehingga masih terbuka peluang untuk meningkatkan produksi jagung nasional melalui upaya peningkatan produksi (Sirappa, 2010)

Permasalahan yang terjadi dalam budidaya jagung jagung manis adalah kebutuhan unsur hara jagung yang tinggi belum tercukupi dengan optimal sehingga masih belum mencapai produktivitas yang maksimal. Agar pertumbuhan dan produksi jagung maksimum semua unsur esensial harus berada dalam jumlah yang optimum karena jagung termasuk jenis tanaman yang cukup konsumtif terhadap unsur hara, sehingga selain potensi genetik dari varietas yang ditanam,

(17)

maka tingkat kecukupan hara dan kesuburan tanah merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil tanaman (Sulton, 2017).

Selama pertumbuhannya jagung manis memerlukan unsur hara yang diserap dari dalam tanah, jika tanah tidak menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan optimal, maka harus dilakukan pemupukan.

Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi. Suatu tanaman dapat tumbuh dengan optimal bila dosis pupuk yang diberikan tepat. Melalui pemupukan diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain mengganti unsur hara yang hilang karena pencucian dan yang terangkut saat panen.

Pemberian pupuk urea, TSP dan KCl sebagai sumber N, P dan K merupakan usaha untuk meningkatkan produksi tanaman (Jumini, et al., 2011).

Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan pemberian tambahan hara tanaman agar pertumbuhan optimal, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif melalui pemupukan. Pemupukan dilakukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman jagung agar produksi mencapai potensi hasil. Keadaan status hara N, P, K, Mg disetiap tempat beragam, sehingga pemupukan N, P, K, Mg pada jagung yang bersifat umum tidak efisien karena dosis pupuk yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan hara yang dibutuhkan tanaman, oleh karena itu dibutuhkan optimasi pemupukan N, P, K, Mg yang diaplikasikan harus sesuai dengan kebutuhan hara tanaman berdasarkan status hara tanaman pada target hasil yang ingin dicapai.

Selain dosis pupuk, waktu pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Waktu pemberian pupuk berkaitan

(18)

erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan fiksasi (Gozali dan Yakup, 2011).

Berdasarkan Uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang dosis dan waktu pemberian pupuk N, P, K, Mg pada tanaman jagung manis varietas bonanza.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk N, P, K, Mg berdasarkan target produksi dan waktu aplikasi terhadap pertumbuhan, produksi dan kualitas jagung manis.

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Pemupukan N, P, K, Mg berdasarkan target produksi dapat meningkatkan produksi tanaman jagung

2. Waktu aplikasi dapat meningkatkan produksi tanaman jagung

3. Interaksi antara target produksi dan waktu aplikasi dapat meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan hara pada tanaman jagung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Memberikan informasi kepada petani dan pihak terkait mengenai pemupukan berdasarkan kemampuan tanaman, hara yang terbawa panen, dan pupuk yang digunakan.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Jagung Manis

Jagung manis termasuk dalam keluarga rumput–rumputan, tanaman jagung manis dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan dan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Graminae

Famili : Graminaeae Genus : Zea

Spesies : Zea mays Saccharata Sturt L. (Rukmana, 2010)

Tanaman jagung manis umumnya ditanam untuk dipanen muda yaitu 69 – 82 hari setelah tanam atau pada saat masak susu (milking stage). Proses pematangan merupakan proses perubahan gula menjadi pati sehingga biji jagung manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dan kadar pati lebih rendah. Sifat ini ditentukan oleh gen sugari (su) resesif yang berfungsi untuk menghambat pembentukan gula menjadi pati. Dengan adanya gen resesif tersebut menyebabkan tanaman jagung menjadi 4 – 8 kali lebih manis dibandingkan dengan tanaman jagung biasa, kadar gula yang tinggi menyebabkan biji menjadi berkeriput (Syukur dan Rifianto, 2013).

(20)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak. Sementara pada tanah yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung bulat silindris, tidak berlubang, dan beruas – ruas (berbuku – buku). Jumlah ruas tersebut bergantung pada varietas yang ditanam dan umur tanaman. Tanaman jagung tingginya sangat bervariasi, tergantung pada jenis varietas yang ditanam dan kesuburan tanah. Struktur daun tanaman jangung terdiri atas tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Daun jagung berbentuk pita atau garis dengan letak tulang daun di tengah-tengah daun sejajar dengan daun, berbulu halus, serta warnanya bervariasi (Rukmana, 2010).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis

Syukur dan Rifianto (2013) mengatakan bahwa untuk memperoleh produksi yang tinggi, jagung manis sebaiknya dibudidayakan di dataran rendah hingga dataran tinggi (0 - 1.500 m dpl) pada lahan kering yang berpengairan cukup maupun tadah hujan dengan pH tanah antara 5,5 - 7. Selain itu, pemberian pupuk N, P dan K merupakan salah satu penunjang keberhasilan dalam budidaya jagung manis. Hal ini karena sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi jagung manis

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis untuk tumbuh dengan baik adalah 21 ºC - 30 ºC. Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500 mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu

(21)

perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning, air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis membutuhkan curah hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Budiman, 2012).

2.3 Unsur Hara Tanaman Jagung

Tanaman jagung membutuhkan ± 13 jenis unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan O diperoleh dari air dan udara (Gozali dan Yakub, 2011).

Menurut Utomo, et al., (2016) untuk menghasilkan 4000 kg/ha biji tanaman jagung menyerap 5,4% N, 0,97% P, dan 1,29% K, sehingga kadar hara yang terangkut pada biji tanaman jagung yaitu, 216 kg N, 39 kg P , 51 Kg K per hektarnya, sedangkan untuk menghasilkan 8000 kg/ha barangkasan jagung menyerap 0,98% N, 0,19% P, 2,22% K, sehingga kadar hara yang terangkut pada brangkasan tanaman jagung yaitu 78 kg N, 15 kg P, dan 178 kg K per hektarnya.

Sedangkan menurut Hanafiah (2014) untuk menghasilkan 5,34 t/ha biji jagung jagung menyerap 2,83% N, 0,48% P, 0,69% K, dan 0,14% Mg, sehingga hara yang dibutuhkan 62 kg N, 8 kg P , 157 Kg K dan 33 kg Mg per hektarnya, sedangkan untuk menghasilkan 5 ton/ha barangkasan jagung 2,24% N, 0,35% P,

(22)

2,69% K, dan 0,38% Mg membutuhkan 112,1 kg N, 17,9 kg P, dan 134,5 kg K dan 19,1 kg Mg per hektarnya.

Pemupukan berimbang sangat diperlukan untuk memenuhi hara tanaman jagung agar dapat dicapai produksi yang tinggi. Pemupukan berimbang adalah pengelolaan hara spesifik lokasi bergantung pada lingkungan setempat, terutama tanah. Konsep pengelolaan hara spesifik lokasi mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami dan pemulihan hara yang sebelumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi. Konsep serupa juga digunakan untuk rekomendasi pemupukan yang baru pada tanaman jagung di Nebraska (Amerika Serikat), dengan penekanan khusus pada pemahaman potensi hasil dan senjang hasil sebagai dasar perbaikan rekomendasi pengelolaan hara yang bersifat spesifik lokasi Pengelolaan hara spesifik lokasi berupaya menyediakan hara bagi tanaman secara tepat, baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman (Makarim, et al., 2003 dalam Yusmi 2019).

2.4 Unsur Hara N, P, K, Mg

Menurut Demari, et al., (2016), pengelolaan nitrogen (N) yang tidak memadai merupakan faktor pembatas yang menyebabkan rendahnya hasil gabah jagung. Nitrogen berperan panting dalam metebolisme tanaman terutama dalam pembentukan protein dan biosintesis klorofil yang diperlukan sejak awal fenologi perkembangan tanaman. Pemupukan nitrogen mampu meningkatan kualitas biji- bijian, meningkatkan protein dan nutrisi mineral tanaman, meningkatkan jumlah tongkol jagung per tanaman,meningkatkan berat tongkol jagung, hal ini dapat

(23)

terealisasi apabila nitrogen diberikan pada tanaman jagung apabila sesuai dengan dosis nitrogen.

Tanaman tumbuh lambat bila kekurangan N, nampak kurus, kerdil dan berwarna pucat dibandingkan dengan tanaman sehat. Kekurangan N membatasi produksi protein dan bahan-bahan penting lainnya dalam pembentukan sel-sel baru. Kecepatan pertumbuhan tanaman berjalan proporsional dengan suplai N.

Warna pucat pada tanaman yang kekurangan N berasal dari terhambatnya pembentukan klorofil, selanjutnya pertumbuhan akan berjalan dengan lambat karena khlorofil dibutuhkan pada pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis. Warna pucat yang disebabkan kekurangan N biasanya terjadi lebih dulu pada daun-daun tua, terutama sepanjang tulang-tulang daun. Klorofil menjadi rusak dan habis di sekitar tulang-tulang daun karena tidak ada penggantinya. Warna coklat kekuningan nampak sepanjang tulang daun pada bagian-bagian ujung daun tua dan terus meluas. Sebagian N yang tersedia ditranslokasikan dan digunakan oleh bagian-bagian lainnya yang sedang tumbuh (Budi dan Sari, 2015).

Fosfor sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perkembangan tanaman.

Hal ini disebabkan P banyak terdapat didalam nukleotida yang merupakan suatu ikatan yang mengadung P sebagai penyusun RNA dan DNA yang berperan dalam sel tanaman. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi P dalam metabolisme sel dan sebagai aktivator beberapa enzim. Unsur tersebut juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji.

Tanaman menyerap unsur ini dalam bentuk ion monofosfat atau fosfat primer (H2PO4- dan skunder (HPO4-) (Aprilianda, 2012).

(24)

Secara umum, kalium sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan akar tanaman. Perakaran yang optimal akan mendukung suplai unsur hara ke dalam jaringan tanaman sehingga akan mendukung pertumbuhan tanaman jagung.

Selain itu unsur K sangat mempengaruhi laju pemanjangan batang terutama pada jaringan yang aktif membelah pada bagian ujung tanaman (jaringan meristem).

Secara alamiah K berdifusi lewat tanah ke akar tanaman yang tumbuh pada daerah perakaran dan K memberikan efek yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

(Maruapey dan Faesal, 2010) .

Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg 2+, terutama berperan sebagai penyusun klorofil (satu-satunya mineral), tanpa klorofil fotosintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai aktivator enzim. Secara umum Mg menyusun 0,2 % bagian tanaman, sebagian besar terdapat di daun tetapi sering kali dijumpai dalam proporsi cukup banyak pada biji-bijian padi, jagung, sorgum, kedelai dan kacang tanah (Hanafiah, 2014).

Magnesium diperlukan dalam proses Fisiologi lain. Salah satu peran utama Magnesium (Mg2+) adalah sebagai kofaktor hampir seluruh enzim yang mengaktifkan proses fosforilasi. Magnesium membentuk jembatan antara struktur pirofosfat dari ATP maupun ADP dengan molekul Enzim. Mg terlibat dalam proses transfer energi pada fotosintesis, glikolisis, daun asam trikarboksilat, dan respirasi. Mg mempunyai peranan penting pada seluruh proses metabolisma (Budi dan Sari, 2015).

2.5 Waktu Pemberian Pupuk

Gozali dan Yakub (2011) menyatakan bahwa selain takaran dan bentuk pupuk, waktu pemupukan juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi

(25)

penggunaan pupuk. Waktu pemberian pupuk berkaitan erat dengan laju pertumbuhan tanaman di mana hara dibutuhkan oleh tanaman dan kehilangan pupuk (dapat terjadi melalui proses pencucian, penguapan, dan fikssasi). Hara N banyak menguap dan tercuci, hara K banyak tercuci, sedangkan hara P terfiksasi di dalam tanah .

Pengelolaan pemupukan yang baik pada tanaman haruslah mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi pemupukan yaitu menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga dapat memberikan produksi yang diinginkan sesuai dengan produktivitas lahan yang digunakan (Sridanti dan Hot, 2018).

Menurut Saragih, et al., 2013 pemberian pupuk pada waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan salah satu faktor yang mendukung efesiensi dari pemupukan itu sendiri, dimana pemupukan yang efesien adalah pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut.

Suntoro dan Puji (2014) juga menjelaskan bahwa pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan waktu aplikasi yang tepat, karena aplikasi yang dilaksanakan dalam interval waktu pemberian yang tepat akan sangat membantu pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk yang dilakukan dalam sekali pemberian dalam satu dosis akan mengakibatkan konsumsi mewah atau pemborosan pupuk pada saat itu dimana tidak semua pupuk yang diberikan akan terserap oleh tanaman dan akibatnya pada saat selanjutnya akan terjadi ketidak cukupan dari kebutuhan hara dalam pertumbuhannya.

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksakan pada bulan juni sampai agustus di Jalan Sei Beras Sekat Kec. Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, titik koordinat 3°32'47.9"N 98°34'21.3"E dengan ketinggian tempat ± 30 meter diatas permukaan laut.

Pengambilan sampel tanaman dari Desa Purwobinagun Dusun 9 Penampangan Kecamatan Sei Binagon, Kabupaten Langkat. Analisis N, P, K, Mg brangkasan dan tongkol di laboratorium pusat penelitian kelapa sawit.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, pisau, meteran, timbangan analitik, alat-alat tulis lainnya sebagai pendukung penelitian ini.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman jagung sebagai sampel yang akan dianalisis kadar hara N, P, K dan Mg pada brangkasan dan tongkol, biji jagung, pupuk urea, SP-36, KCl, dan dolomit

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 2 faktorial, yaitu :

Faktor I Dosis pemupukan Urea, SP-36, KCl, Dolomit sebagai berikut : P0 = Tanpa pemberian pupuk (Kontrol)

P1 = Target produksi 8 ton/ha

Pupuk : Urea = 11,30 g; SP36 = 2,28 g; KCl = 7,27 g; Dolomit = 1,63 g P2 = Target produksi 12 ton/ha

Pupuk : Urea = 16,94 g; SP36 = 3,41 g; KCl = 10,90 g; Dolomit = 2,48 g

(27)

P3 = Target produksi 16 ton/ha

Pupuk : Urea = 22,59 g; SP36 = 4,55 g; KCl = 14,53 g; Dolomit = 3,31 g Faktor II waktu pemberian pupuk sebagai berikut :

Perlakuan Waktu Pemberian

Saat Tanam 15 HST 30 HST

W1 N 100 %

P 100%

K 100%

Mg 100%

W2 N 70%

P 100%

K 50%

Mg 100%

N 30%

K 50%

W3 N 34%

P 100%

K 50%

Mg 100%

N 33%

K 50%

N 33%

Jumlah kombinasi perlakuan : 12 kombinasi Jumlah blok : 3 ulangan

Jumlah plot : 36 plot

Luas plot : 2,65 m x 1,5 m

Jarak antar blok : 50 cm Jarak antar plot : 50 cm

Jarak tanam : 75 cm x 20 cm

Jumlah tanaman per plot : 28 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 1.008 tanaman Jumlah tanaman sampel : 5 tanaman/plot Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

(28)

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :

Yijk = μ + ki + λj + βk + (λ β) jk + ɛijk Dimana:

Yijk = Hasil pengamatan dari target produksi pada taraf ke-j dan waktu aplikasi pada taraf ke- k dalam ulangan ke- i.

μ = Nilai tengah

ki = Pengaruh ulangan ke-i

λj = Pengaruh target produksi pada taraf ke-j.

βk = Pengaruh waktu aplikasi pada taraf ke-k.

(λ β)jk = Pengaruh interaksi antara target produksi pada taraf ke-j dan waktu aplikasi pada taraf ke-k

ɛijk = Galat dari target produksi pada taraf ke-j dan waktu aplikasi pada taraf ke-k.

Jika perlakuan yang diperoleh menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 %.

3.5 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan kerja yaitu survei pendahuluan, pengambilan sampel tanaman, perhitungan rekomendasi pemupukan dan penelitian lapangan. Tahapan kegiatan-kegiatan diatas akan diuraiakan satu per satu sebagai berikut:

(29)

a. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui data dari lahan tanaman jagung yang akan diteliti. Adapun data yang dikumpulkan yaitu data luas lahan jagung yang ditanami petani, produksi satu kali tanam, pupuk yang digunakan, dan berapa kali penanaman per tahun.

b. Pengambilan Sampel Tanaman

Pengambilan sampel tanaman dilakukan dengan memilih tanaman yang sudah berproduksi (menghasilkan tongkol jagung) sebanyak 11 tanaman. 10 tanaman ditimbang bobot brangkasan dan tongkol jagung setelah dikeringkan, sedangkan 1 tanaman lagi untuk analisis N, P, K, Mg dalam brangkasan dan tongkol. Sampel tanaman diambil dengan menggunakan pisau atau parang untuk memotong tanaman jagung.

c. Perhitungan Rekomendasi Pemupukan

Untuk mengetahui target produksi maka diperlukan data berat brangkasan dan tongkol jagung yang dihitung dengan rumus :

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

𝑅𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑇𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑙 × 𝑅𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛

Sedangkan cara menghitung dosis pupuk dalam penelitian ini dipakai rumus:

1. Brangkasan =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑏𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛 × ℎ𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑏𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑠𝑎𝑛 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛(ℎ𝑎)× % 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑎

2. Tongkol =

ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑙 × ℎ𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝑡𝑜𝑛𝑔𝑘𝑜𝑙 × 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛(ℎ𝑎)× % 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑎

(30)

d. Penelitian Lapangan Persiapan Lahan

Persiapan lahan dimulai dengan pembersihan areal lahan dari sampah, gulma, sisa-sisa akar tanaman, setelah areal bersih dilakukan pencangkulan tanah kedalam 20 cm, menghancurkan bongkahan tanah dan meratakan tanah yang telah dicangkul, kemudian membuat petak-petak percobaan dengan ukuran plot 2,65 m x 1,5 m, jarak antar plot 50 cm dan tinggi plot 10 cm.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara ditugal sedalam 3 cm, dengan jarak tanam 70 cm x 25 cm. Pada setiap lubang ditanam 1 benih jagung manis kemudian ditutup dengan tanah.

Aplikasi Pupuk N, P, K, Mg

Pemupukan dilakukan dengan mencampurkan pupuk urea, SP36, KCl dan dolomit sesuai dengan dosis perlakuan masing-masing kemudian pupuk diberikan secara tugal disamping benih dengan jarak 5 cm. Banyaknya pupuk yang diberikan adalah sebagai berikut :

- P0W1, P0W2, P0W3 tanpa pemberian pupuk

- P1W1 diberikan pupuk Urea = 11,30 g; SP36 = 2,28 g; KCl = 7,27 g; Dolomit

= 1,63 g per tanaman pada umur 0 HST

- P1W2 diberikan pupuk Urea = 7,91 g; SP36 = 2,28 g; KCl = 3,64 g; Dolomit = 1,63 g per tanaman pada umur 0 HST dan pada umur 15 HST diberikan pupuk Urea = 3,39 g; KCl = 3,64 per tanaman

- P1W3 diberikan pupuk Urea = 3,84 g; SP36 = 2,28 g; KCl = 3,64 g; Dolomit = 1,63 g per tanaman pada umur 0 HST, pada umur 15 HST diberikan pupuk

(31)

Urea = 3,73 g; KCl = 3,64 g per tanaman dan pada umur 30 HST diberikan pupuk Urea = 3,73 g per tanaman

- P2W1 diberikan pupuk Urea = 16,94 g; SP36 = 3,41 g; KCl = 10,90 g; Dolomit

= 2,48 g per tanaman pada umur 0 HST

- P2W2 diberikan pupuk Urea = 11,86 g; SP36 = 3,41 g; KCl = 5,45 g; Dolomit

= 2,48 g per tanaman pada umur 0 HST dan pada umur 15 HST diberikan pupuk Urea = 5,08 g; KCl = 5,45 per tanaman

- P2W3 diberikan pupuk Urea = 5,76 g; SP36 = 3,41 g; KCl = 5,45 g; Dolomit = 2,48 g per tanaman pada umur 0 HST, pada umur 15 HST diberikan pupuk Urea = 5,59 g; KCl = 5,45 per tanaman dan pada umur 30 HST diberikan Urea

= 5,59 g per tanaman.

- P3W1 diberikan pupuk Urea = 22,59 g; SP36 = 4,55 g; KCl = 14,53 g; Dolomit

= 3,31 g per tanaman pada umur 0 HST

- P3W2 diberikan pupuk Urea = 15,81 g; SP36 = 4,55 g; KCl = 7,26 g; Dolomit

= 3,31 g per tanaman pada umur 0 HST dan pada umur 15 HST diberikan pupuk Urea = 6,78 g; KCl = 7,26 per tanaman

- P3W3 diberikan pupuk Urea = 7,68 g; SP36 = 4,55 g; KCl = 7,26 g; Dolomit = 3,31 g per tanaman pada umur 0 HST, pada umur 15 HST diberikan pupuk Urea = 7,45 g; KCl = 7,26 per tanaman dan pada umur 30 HST diberikan pupuk Urea = 7,45 g per tanaman.

(32)

Pemeliharaan

 Penyisipan

Penyisipan dilakukan 1 minggu setelah tanam yaitu dengan mengganti tanaman yang mati, yang tumbuh abnormal dan tidak berkecambah. Penyisipan tanaman sebanyak 62 tanaman.

 Penyiangan

Penyiangan pertama dilakukan pada umur 4 minggu setelah masa tanam.

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pembumbunan dan dilakukan dua minggu sekali.

 Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan menutup akar tanaman yang timbul di atas permukaan tanah dengan cara menimbun dari tanah di sebelah kanan-kirinya.

Pembumbunan pertama dilakukan bersamaan dengan penyiangan kedua.

 Pengendalian hama dan penyakit

Pemberian insektisida pada benih untuk mengendalikan lalat bibit dan penyemprotan insektisida cair pada pucuk tanaman saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.

Panen

Panen jagung manis dilakukan pada saat memenuhi kriteria matang panen, yaitu pada saat umur 75 hari setelah tanam.

3.6 Parameter yang Diamati Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara diukur tanaman dari atas permukaan tanah ke bagian ujung daun yang paling muda dengan menggunakan

(33)

penggaris/meteran. Perhitungan tinggi tanaman mulai 2 MST hingga 5 MST dengan interval 1 minggu sekali.

Diameter Batang (mm)

Diameter batang tanaman jagung diukur dengan menggunakan jangka sorong pada pangkal batang. Pengukuran pertama mulai dilakukan pada umur 2 Minggu Setelah Tanam (MST) dengan interval satu minggu sekali hingga 5 MST.

Luas Daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus : (panjang x lebar) x 0,75. Daun yang diukur adalah daun ke-7 dengan cara mengukur panjang dari pangkal sampai ujung daun dan lebar bagian daun yang terlebar dengan alat meteran. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 5 MST.

Umur Berbunga

Pengamatan umur berbunga dihitung mulai dari muncul bunga jantan pertama dan dilakukan dengan menghitung jumlah hari, mulai dari saat tanam sampai tanaman mengeluarkan bunga pertama dari setiap sampel tanaman.

Analisis Kandungan Klorofil

Pengambilan sampel daun diambil pada umur 74 HST dari tiga daun dari atas yang merupakan jaringan tanaman yang masih muda kemudian sempel dikirim ke laboratorium balai penelitian sungei putih.

Panjang Tongkol

Panjang tongkol diukur setelah jagung dipanen dan dikupas kelobotnya mulai dari pangkal tongkol hingga ujung tongkol dengan menggunakan penggaris.

Bobot Tongkol Dengan Kelobot

(34)

Bobot tongkol berkelobot dihitung dengan menimbang satu buah tongkol jagung berkelobot dengan menggunakan timbangan analitik

Bobot Tongkol Tanpa Kelobot

Bobot tongkol tanpa kelobot dihitung dengan menimbang satu buah tongkol jagung tanpa kelobot dengan menggunakan timbangan analitik

Kadar Gula Jagung Manis

Untuk mengetahui Kadar gula Jagung diukur dengan menggunakan alat refraktometer dengan cara menghaluskan biji jagung kemudian cairan ekstrak biji jagung diletakkan di lensa refraktomer kemudian dilihat angka yang ada pada refraktometer.

Bobot Tongkol per Plot

Bobot tongkol per plot dihitung pada saat jagung manis dipanen dengan cara menghitung total bobot tongkol per petak lahan dengan menggunakan timbangan.

(35)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tinggi Tanaman

Data tinggi tanaman jagung manis pada umur 2 - 6 minggu setelah tanam (MST) akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 4 - 13. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa target produksi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur pengamatan 3 - 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 2 MST.

Perlakuan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan. Interaksi antara target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada semua umur pengamatan.

Tinggi tanaman jagung manis pada pengamatan umur 2 - 6 MST akibat pemberian target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tanaman Jagung Manis (cm) akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi pada Umur 2 - 6 MST.

Waktu

Pengamatan Perlakuan Waktu Aplikasi (W)

Rataan

MST Target Produksi (P) W1 W2 W3

2

P0 (Kontrol) 25,00 26,43 26,90 26,11 P1 (8 ton/ha) 26,97 26,47 25,53 26,32 P2 (12 ton/ha) 28,53 27,37 26,53 27,48 P3 (16 ton/ha) 29,47 28,73 27,07 28,42

Rataan 27,49 27,25 26,51

3

P0 (Kontrol) 46,87 49,63 50,27 48,92 c P1 (8 ton/ha) 50,93 51,90 54,47 52,43 b P2 (12 ton/ha) 52,37 54,37 56,13 54,29 ab P3 (16 ton/ha) 55,90 56,93 57,23 56,69 a

Rataan 51,52 53,21 54,53

4 P0 (Kontrol) 77,80 81,60 84,33 81,24 c

P1 (8 ton/ha) 90,47 92,33 94,20 92,33 b

(36)

P2 (12 ton/ha) 91,00 95,73 96,87 94,53 ab P3 (16 ton/ha) 97,07 98,73 99,53 98,44 a

Rataan 89,08 92,10 93,73

5

P0 (Kontrol) 111,73 115,73 119,00 115,49 c P1 (8 ton/ha) 133,87 136,47 142,07 137,47 b P2 (12 ton/ha) 134,67 142,53 145,47 140,89 ab P3 (16 ton/ha) 143,13 144,53 147,13 144,93 a

Rataan 130,85 134,82 138,42

6

P0 (Kontrol) 160,40 165,33 167,00 164,24 c P1 (8 ton/ha) 190,27 192,60 194,27 192,38 b P2 (12 ton/ha) 193,87 195,27 202,60 197,24 ab P3 (16 ton/ha) 198,33 205,27 206,73 203,44 a

Rataan 185,72 189,62 192,65

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung manis 2 - 6 MST paling tinggi terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berpengaruh tidak nyata, perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, tanaman jagung manis tertinggi pada 6 MST terdapat pada perlakuan P3W3 (206,73 cm).

4.1.2 Diameter Batang

Data diameter batang jagung manis pada umur 2 - 6 minggu setelah tanam (MST) akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 14 - 23. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa target produksi berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada umur pengamatan 3 - 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada umur 2 MST.

Perlakuan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan. Interaksi antara target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang pada semua umur pengamatan.

(37)

Diameter batang jagung manis pada pengamatan umur 2 - 6 MST akibat pemberian target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter Batang Jagung Manis (mm) akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi pada Umur 2 - 6 MST.

Waktu

Pengamatan Perlakuan Waktu Aplikasi (W)

Rataan

MST Target Produksi (P) W1 W2 W3

2

P0 (Kontrol) 4,13 4,20 4,33 4,22

P1 (8 ton/ha) 4,33 4,47 4,67 4,49

P2 (12 ton/ha) 4,40 4,60 4,67 4,56

P3 (16 ton/ha) 4,67 4,67 4,73 4,69

Rataan 4,38 4,48 4,60

3

P0 (Kontrol) 6,67 7,40 7,40 7,16 c

P1 (8 ton/ha) 7,67 7,67 8,40 7,91 b

P2 (12 ton/ha) 7,80 8,67 8,67 8,38 ab

P3 (16 ton/ha) 8,53 8,80 8,93 8,76 a

Rataan 7,67 8,13 8,35

4

P0 (Kontrol) 11,73 12,60 13,13 12,49 c

P1 (8 ton/ha) 14,47 14,60 15,80 14,96 b P2 (12 ton/ha) 15,27 16,07 16,20 15,84 ab P3 (16 ton/ha) 16,13 16,53 16,60 16,42 a

Rataan 14,40 14,95 15,43

5

P0 (Kontrol) 15,40 15,60 17,67 16,22 c

P1 (8 ton/ha) 19,73 20,07 20,53 20,11 b P2 (12 ton/ha) 20,73 20,87 21,07 20,89 ab P3 (16 ton/ha) 21,20 21,20 21,27 21,22 a

Rataan 19,27 19,43 20,13

6

P0 (Kontrol) 16,87 17,60 18,33 17,60 c

P1 (8 ton/ha) 21,20 21,40 21,67 21,42 b P2 (12 ton/ha) 22,27 22,40 22,80 22,49 a P3 (16 ton/ha) 22,67 22,93 23,53 23,04 a

Rataan 20,75 21,08 21,58

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter batang jagung manis 2 - 6 MST terbesar terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0

dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berpengaruh tidak nyata, perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan diameter batang yang terbesar dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh

(38)

tidak nyata, tanaman jagung manis terbesar pada 6 MST terdapat pada perlakuan P3W3 (23,53 mm).

4.1.3 Luas Daun

Data luas daun jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 24 dan 25. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa target produksi berpengaruh nyata terhadap luas daun, sedangkan perlakuan waktu aplikasi dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada luas daun. Luas daun jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Daun Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...cm2...

P0 (Kontrol) 471,13 474,87 500,73 482,24 c

P1 (8 ton/ha) 585,53 626,53 636,33 616,13 b

P2 (12 ton/ha) 636,47 637,47 646,20 640,04 ab

P3 (16 ton/ha) 641,60 648,13 669,93 653,22 a

Rataan 583,68 596,75 613,30

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 3 menunjukkan bahwa luas daun jagung manis paling luas terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berepngaruh tidak nyata, perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan luas daun yang terluas jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, tanaman jagung manis terluas terdapat pada perlakuan P3W3.

4.1.4 Umur Berbunga

Data umur berbunga jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 26 dan 27. Berdasarkan sidik

(39)

ragam dapat diketahui bahwa perlakuan target produksi berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, sedangkan perlakuan waktu aplikasi dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada umur berbunga. Umur berbunga jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur Berbunga Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...hari...

P0 (Kontrol) 50,00 48,80 48,67 49,16 a

P1 (8 ton/ha) 48,60 48,13 48,07 48,27 b

P2 (12 ton/ha) 47,47 47,40 47,13 47,33 c

P3 (16 ton/ha) 47,33 47,20 47,00 47,18 c

Rataan 48,35 47,88 47,72

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 4 menunjukkan bahwa umur berbunga jagung manis tercepat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berpengaruh tidak nyata, perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan umur berbunga tercepat jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, tanaman jagung manis umur berbunga tercepat terdapat pada perlakuan P3W3. 4.1.5 Kandungan Klorofil Total

Data kandungan klorofil total akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 28 - 33. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa target produksi berpengaruh nyata terhadap klorofil total. Perlakuan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap klorofil total. Interaksi antara target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap

(40)

klorofil total. Kandungan klorofil totsl daun jagung manis akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan Klorofil Total (mg/tanaman) Jagung akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...mg/tanaman...

P0 (Kontrol) 0,27 0,43 0,30 0,33 b

P1 (8 ton/ha) 0,40 0,48 0,37 0,42 b

P2 (12 ton/ha) 0,47 0,37 0,28 0,37 b

P3 (16 ton/ha) 0,49 0,63 0,44 0,52 a

Rataan 0,40 ab 0,48 a 0,35 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 5 Menunjukkan bahwa total paling banyak terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0, P1 dan P2. Perlakuan waktu aplikasi pada W2 menghasilkan klorofil total yang terbanyak jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, tanaman jagung manis yang mengandung klorofil total terbanyak terdapat pada perlakuan P3W2.

4.1.6 Panjang Tongkol

Data panjang tongkol jagung manis akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 34 dan 35.

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa target produksi berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol. Perlakuan waktu aplikasi dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada panjang tongkol. Panjang tongkol jagung manis akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 6.

(41)

Tabel 6. Panjang Tongkol Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...cm...

P0 (Kontrol) 17,82 18,30 18,89 18,34 c

P1 (8 ton/ha) 19,99 20,53 21,13 20,55 b

P2 (12 ton/ha) 21,03 21,17 21,47 21,22 ab

P3 (16 ton/ha) 21,33 21,73 23,07 22,04 a

Rataan 20,04 20,43 21,14

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang tongkol jagung manis paling panjang terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0

dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berpengaruh tidak nyata, perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan panjang tongkol terpanjang jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, panjang tongkol terpanjang terdapat pada perlakuan P3W3.

4.1.7 Bobot Tongkol dengan Kelobot

Data bobot tongkol dengan kelobot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 36 dan 37.

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dengan kelobot.

Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada bobot tongkol dengan kelobot. Bobot tongkol dengan kelobot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot tongkol dengan kelobot paling berat terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Perlakuan waktu aplikasi pada W3

menghasilkan bobot tongkol dengan kelobot terberat berbeda nyata dengan W1

(42)

dan W2. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, bobot tongkol dengan kelobot terberat terdapat pada perlakuan P3W3.

Tabel 7. Bobot Tongkol dengan Kelobot akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...g...

P0 (Kontrol) 226,87 238,13 293,80 252,93 c

P1 (8 ton/ha) 346,80 348,67 365,53 353,67 b

P2 (12 ton/ha) 365,07 376,60 379,80 373,82 ab

P3 (16 ton/ha) 378,40 386,87 399,13 388,13 a

Rataan 329,28 b 337,57 b 359,57 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan 4.1.8 Bobot Tongkol tanpa Kelobot

Data bobot tongkol tanpa kelobot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 38 dan 39.

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol tanpa kelobot. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada bobot tongkol tanpa kelobot. Bobot tongkol tanpa kelobot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot Tongkol tanpa Kelobot akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...g...

P0 (Kontrol) 174,80 185,20 239,60 199,87 c

P1 (8 ton/ha) 270,53 273,07 283,73 275,78 b

P2 (12 ton/ha) 284,20 292,13 302,53 292,96 ab

P3 (16 ton/ha) 293,87 304,47 313,60 303,98 a

Rataan 255,85 b 263,72 b 284,87 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan

(43)

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot tongkol tanpa kelobot terberat terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0 dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan bobot tongkol tanpa kelobot terberat berbeda nyata dengan W1 dan W2. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, bobot tongkol tanpa kelobot terberat terdapat pada perlakuan P3W3.

4.1.9 Kadar Gula Jagung Manis

Data kadar gula jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 40 dan 41. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan target produksi dan waktu aplikasi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar gula jagung. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada kadar gula jagung. Kadar gula jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Indeks Kemanisan Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...brix...

P0 (Kontrol) 13,33 13,60 13,80 13,58

P1 (8 ton/ha) 14,00 14,20 14,13 14,11

P2 (12 ton/ha) 14,00 14,33 14,33 14,22

P3 (16 ton/ha) 14,13 14,47 14,53 14,38

Rataan 13,87 14,15 14,20

Tabel 9 menunjukkan bahwa target produksi terhadap kadar gula jagung walaupun berpengaruh tidak nyata kadar gula jagung termanis terdapat pada P3

(14,38 brix). Pada Perlakuan waktu aplikasi walaupun berpengaruh tidak nyata, kadar gula termanis terdapat pada W3 (14,20 brix).

(44)

4.1.10 Bobot Tongkol dengan Kelobot per Plot

Data bobot tongkol dengan kelobot per plot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dan sidik ragamnya disajikan pada lampiran 42 - 43.

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan target produksi berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol dengan kelobot per plot. Perlakuan waktu aplikasi dan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada bobot tongkol dengan kelobot per plot. Bobot tongkol dengan kelobot per plot akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot Tongkol dengan Kelobot per Plot akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

Perlakuan Waktu Aplikasi

Rataan

Target Produksi W1 W2 W3

...kg...

P0 (Kontrol) 5,91 6,04 6,88 6,28 c

P1 (8 ton/ha) 8,73 8,92 9,18 8,94 b

P2 (12 ton/ha) 9,02 9,41 9,65 9,36 ab

P3 (16 ton/ha) 9,43 9,71 10,32 9,82 a

Rataan 8,27 8,52 9,01

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf α = 0.05 berdasarkan uji jarak Duncan Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot tongkol dengan kelobot per plot paling berat terdapat pada perlakuan target produksi P3 yang berbeda nyata dengan P0

dan P1, tetapi berbeda tidak nyata dengan P2. Walaupun berpengaruh tidak nyata, Perlakuan waktu aplikasi pada W3 menghasilkan bobot tongkol dengan kelobot per plot terberat jika dibandingkan perlakuan lainnya. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata, bobot tongkol dengan kelobot per plot terberat terdapat pada perlakuan P3W3.

4.1.11 Kandungan N, P, K, Mg pada daun Jagung

Hasil analisis kandungan N, P, K dan Mg pada daun jagung akibat perlakuan target produksi dan waktu aplikasi dapat dilihat pada Tabel 11.

(45)

Tabel 11. Hasil Analisis Kandungan N, P, K, Mg pada Daun Jagung Manis akibat Perlakuan Target Produksi dan Waktu Aplikasi

No Perlakuan N % P % K % Mg %

1 P0W1 2,54 0,23 1,49 0,22

2 P0W2 2,47 0,24 1,60 0,20

3 P0W3 2,47 0,24 1,57 0,15

4 P1W1 2,64 0,23 1,41 0,17

5 P1W2 2,67 0,24 1,47 0,19

6 P1W3 2,64 0,23 1,67 0,19

7 P2W1 2,63 0,22 1,52 0,19

8 P2W2 2,70 0,22 1,34 0,25

9 P2W3 2,62 0,22 1,27 0,29

10 P3W1 2,52 0,22 1,54 0,17

11 P3W2 2,70 0,22 1,52 0,16

12 P3W3 2,61 0,24 1,55 0,14

Sumber : Leaf Analysis Report PT Socfin Indonesia

Lampiran 47 menunjukkan analisis tanah sebelum pemupukan menunjukkan bahwa kandungan unsur hara tergolong rendah, yaitu N 0,12%, P 0,15%, K 0,11% dan Mg 0,08%. Tabel 11 menunjukkan bahwa kandungan hara pada tanaman setelah diberikan pemupukan, yaitu kandungan N terbanyak terdapat pada perlakuan P2W2 dan P3W2 yaitu sebesar 2,70%, kandungan P terbanyak terdapat pada perlakuan P0W2, P0W3, P1W2 dan P3W3 yaitu 0,23%, kandungan K terbanyak terdapat pada perlakuan P1W3 yaitu sebesar 1,67%

sedangkan kandungan Mg terbanyak terdapat pada perlakuan P2W3 yaitu sebesar 0,29%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk meningkatkan kandungan unsur hara dalam jaringan tanaman jagung manis. Peningkatan kandungan unsur hara dalam jaringan daun jagung ini diikuti oleh peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

(46)

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Perlakuan Target Produksi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan target produksi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, umur berbunga, panjang tongkol, bobot tongkol dengan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan berat buah per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap indeks kemanisan jagung.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur 6 MST akibat pengaruh perlakuan dosis pupuk terhadap tinggi tanaman diperoleh rataan tertinggi pada P3 (203,44 cm) berbeda nyata dengan P0 (164,24 cm) dan P1 (192,38 cm) tetapi berbeda tidak nyata dengan P2 (197,24 cm). Hal ini diduga karena pada awal masa pertumbuhan 2 MST belum terjadi persaingan antar tanaman, setelah tanaman berumur 3, 4, 5 dan 6 MST perakaran tanaman jagung sudah berkembang dan aktif dalam menyerap unsur hara yang tersedia didalam tanah dan mampu memenuhi kebutuhan akan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Penyerapan unsur hara selama periode pertumbuhan tidaklah sama banyaknya, sehingga perlu diberikan secara bertahap dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ada waktu tertentu di mana pertumbuhan sangat giat dan cepat sehingga banyak menyerap unsur hara. Noza et. al., (2014) menyatakan bahwa pertambahan tinggi tanaman disebabkan karena terjadinya pembelahan dan perpanjangan sel yang didominasi bagian pucuk. Meningkatnya pertumbuhan tanaman ini karena adanya pemberian perlakuan pupuk N, P, K, dan Mg pada media tanam. Pertumbuhan tanaman semakin meningkat dengan bertambahnya umur tanaman.

(47)

Menurut Saragih et. al., (2013), pemberian N yang semakin tinggi berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Semakin besar pemberian N , tinggi tanaman semakin besar. Hal ini berhubungan dengan kecukupan hara yang diberikan diserap oleh tanaman. Pada awal pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan unsur nitrogen dalam jumlah yang banyak untuk ditujukan ke pertumbuhan vegetatif awal.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada umur 6 MST akibat pengaruh perlakuan dosis pupuk terhadap diameter batang diperoleh rataan terbesar pada P3 (23,04 mm) berbeda nyata dengan P0 (17,60 mm) dan P1 (21,42 mm) tetapi berbeda tidak nyata dengan P2 (22,49 mm). Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pengaruh pupuk N, P, K sangat besar dalam mendukung pertumbuhan tinggi dan diameter batang. Perlakuan yang tidak mengandung pupuk N, P, K akan menunjukkan pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan lain yang mengandung pupuk N, P, K. Penyerapan unsur hara oleh tanaman tidak dapat diserap sekaligus untuk pertumbuhan tinggi dan diameter batang. Pada awal pertanaman unsur hara akan tertuju pada pertumbuhan tinggi tanaman dan saat mendekati masa akhir vegetatif unsur hara akan diserap untuk pertumbuhan diameter batang. Unsur hara N, P, K merupakan unsur hara makro yang banyak diserap tanaman terutama pada fase vegetatif. Pupuk N, P, K sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terutama dalam merangsang pembentukan tinggi tanaman dan pembesaran diameter batang (Puspadewi, et al, 2016).

Tabel 3 menunjukkan bahwa dosis pupuk terhadap total luas daun terluas terdapat pada P3 (653,22 cm2) berbeda nyata dengan P0 (482,24 cm2) dan P1 (616,13 cm2), tetapi berbeda tidak nyata dengan P2 (640,04 cm2). Luas

(48)

permukaan daun dipengaruhi oleh kompetisi tanaman. Kompetisi tanaman terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Kompetisi faktor pertumbuhan meliputi kompetisi unsur hara, air dan kompetisi cahaya. Dinariani et. al., (2014) mengemukakan bahwa permukaan luas daun yang luas dan datar memungkinkan tanaman untuk menangkap cahaya semaksimal mungkin per satuan volume.

menyatakan bahwa laju fotosintesis tanaman ditentukan oleh besarnya luas daun dari tanaman tersebut. Semakin besar luas daun maka cahaya matahari yang terserap semakin optimal, yang nantinya digunakan untuk meningkatkan laju fotosintesis. Pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein dan kadar selulosa. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan disimpan dalam jaringan tanaman.

Tabel 4 menunjukkan bahwa dosis pupuk terhadap umur berbunga tercepat terdapat pada P3 (47,18 hari) berbeda nyata dengan P0 (49,16 hari) dan P1 (48,27 hari), tetapi berbeda tidak nyata dengan P2(47,33 hari). Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara N dan P berperan dalam pertumbuhan generatif tanaman sehingga tanaman lebih cepat memasuki fase generatif yaitu fase dimana tanaman mulai membentuk pembungaan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Surbakti (2013) bahwa unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan N tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara P dalam pembentukan bunga. Peran unsur hara P dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran tongkol, karena tongkol merupakan perkembangan dari bunga betina.

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada dosis pupuk terhadap panjang tongkol terpanjang terdapat pada P3 (22,04 cm) berbeda nyata dengan P0 (18,34 cm) dan

Gambar

GAMBAR KEGIATAN PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah studi literature yang terkait dengan proses pencucian bijih timah menggunakan shaking table serta melakukan pengumpulan data

Penelitian ini mengungkapkan tentang Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Workshop Tata Busana SMK Negeri 1 Ampek Angkek Agam, ditinjau dari tiga indikator,

Beberapa atribut fasilitas yang bersifat universal dapat disisihkan dari pembahasan dengan asumsi tidak terlalu spesifik untuk Rumah Sakit Islam, tetapi tetap harus disediakan,

Jika anggota profesi seperti para akuntan publik, menjalankan kode etik sesuai dengan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam aturan etika

Walaupun mampu menurunkan populasi propagul/inokulum Foc dalam tanah dan memperpanjang masa inkubasi penyakit, pemberian potongan bahan tanaman penghasil minyak atsiri setelah

0HVNLSXQ GHPLNLDQ SHUVXWUDDQ GL GDHUDK WHUVHEXW EHOXP MXJD SXOLK VHSHQXKQ\D ODQWDUDQ NDXP SHUHPSXDQ \DQJ GDKXOX EDQ\DN PHQJJHOXWL SHNHUMDDQ LQL VXGDK EDQ\DN \DQJ EHUDOLK SURIHVL

secara sengaja mendorong seseorang ke jalur bus yang tengah lewat. Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar stasiun pompa bensin atau meledakkan gudang

Pendidikan Karakter dalam Tafsir Al-Huda mentransmisikan nilai-nilai budi pekerti Jawa yang merupakan akumulasi dari cipta-rasa- karsa yang dilandasi kegiatan berpikir atau olah