LAGU DAN TARI CANGGET SEBAGAI BENTUK ADAT BUDAYA MASYARAKAT LAMPUNG
(SEBUAH KAJIAN FOLKLOR) Yuliana
Universitas Negeri Yogyakarta
Abstrak
Rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini ada tiga yaitu : (1) Bentuk lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung, (2) Makna lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung, dan (3) Fungsi lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung.
Penelitian ini secara umum untuk memperoleh deskripsi dari masyarakat Lampung.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa lagu dan tari cangget. Sumber data dalam penelitian ini adalah lagu daerah Lampung yang sudah direkam dalam kaset CD dan tari cangget yang sudah di dapat dalam bentuk foto serta informan terkait dengan tarian. Peneliti menggunakan dua cara untuk mengumpulkan data, yaitu: (1) wawancara (interview), dan (2) dokumentasi (documenter).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa bentuk lagu dan tari berupa teks lagu sedangkan bentuk-bentuk tarian berupa dokumen foto, kemudian makna yang terkandung dalam lagu cangget tersebut meliputi: makana estetika, makna sosiologis, dan makna religi. Makna tarian tersebut dapat dicirikan melalui bentuk gerakana-gerakan penari. Kemudian fungsi lagu dan tari tersebut dapat diambil melalui fungsi sosial, fungsi edukasi, fungsi religi dan fungsi estetik. Penelitian ini menunjukan bahwa bentuk, makna, dan fungsi yang terdapat dalam lagu dan tari cangget merupakan paparan tentang folklor.
Kata Kunci: Folklor, Budaya, Lagu dan Tari.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang didukung oleh masyarakat adat
yang bersangkutan. Budaya daerah merupakan suatu ciri khas di setiap daerah termasuk di dalamnya terdapat lagu dan tari daerah. Lagu daerah merupakan identitas jati diri media ekspresi dari masyarakat setempat.
Hampir seluruh wilayah memiliki lagu dan tarian daerah yang merupakan ciri khas yang berbeda. Keunikan tersebut dapat dilihat dari teknik permainannya,
penyajiannya maupun bentuk atau ornologi instrumen musiknya.
Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soemardi (dalam Soekanto 2000: 189) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat.
Sementara Roucek (1984: 10) mengemukakan kebudayaan biasanya dikatakan sebagai benda-benda seperti lukisan, kesusasteraan, musik dan filsafat. Kesemuanya ini adalah sebagian kebudayaan dan bukan keseluruhanya. Kebudayaan menurut pemahaman teknis yang khusus bukan hanya saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terdapat di sekeliling manusia yang dibuat oleh manusia.
Musik daerah maupun musik nasional salah satu karya musik yang mengambarkan ungkapan perasaan situasi dan kondisi kejiwaan maupun semangat yang berbeda-beda. di dalamnya tercemin suatu ungkapan perasaan yang beraneka ragam.
Perasaan berupa kecintaan kepada tanah air, kebanggaan terhadap hasil budaya, ungkapan keberaniaan, kegelisahan dan bahkan mengung- kapkan cinta-cinta luhur. Dalam musik
memang dapat ditemukan berbagai konsep yang berhubungan dengan cinta-kasih, pengorbanan, ksayahduan (Mustopo, 1983: 51).
Lagu dan tari cangget yang terdapat di Provinsi Lampung sangat menarik bila diangkat dalam sebuah penelitian, karena lagu dan tari tersebut merupakan ciri khas
kebudayaan Lampung Pepadun yang sampai saat ini masih terus dilestarikan oleh masyarakat setempat dalam acara penyambutan tamu agung, adat
pernikahan, dan upacara begawi. Jika dicermati tidak hanya mengandung nilai estetika (keindahan) sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para penarinya/suaranya yang khas, akan tetapi juga nilai kerukunan dan kesyukuran. Nilai kerukunan tercermin dalam fungsi lagu dan tari tersebut di antaranya adalah sebagai ajang berkumpul dan berkenalan baik bagi orang tua, kaum muda, laki-laki maupun perempuan. Dengan
berkumpul dan saling berkenalan antar warga dalam suatu kampung atau desa untuk merayakan suatu upacara adat, maka akan terjalin silaturahim antar sesama dan akhirnya akan
menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa tersebut.
Sedangkan nilai kesyukuran juga tercermin dalam tujuan
diselenggarakannya lagu/tarian tersebut, yang merupakan salah satu unsur dalam penyelenggaraan suatu upacara adat sebagai perwujudan rasa
syukur kepada Sang Pencipta (Allah SWT).
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimanakah bentuk lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat
Lampung?
2) Bagaimanakah makna lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat
Lampung?
3) Bagaimanakah fungsi lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat
Lampung?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan
masalah, maka tujuan penelitian dibagi kedalam tujuan umum dan khusus yaitu :
1.3.1 TUJUAN UMUM
Untuk memberikan penjelasan tentang folklor lagu dan tari cangget khususnya dalam adat budaya masyarakat Lampung.
1.3.2 TUJUAN KHUSUS Secara operasional penelitian ini bertujuan:
1.3.2.1 Untuk mendeskripsikan bentuk lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung
1.3.2.2 Untuk mendeskripsikan makna lagu dan tari Cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung
1.3.2.3 Untuk mendeskripsikan fungsi lagu dan tari cangget dalam adat budaya masyarakat Lampung.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BENTUK KEBUDAYAAM Budaya berkenaan dengan manusia hidup. Manusia belajar berfikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayannya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan- kegiatan ekonomi dan politik, dan teknologi, sernuanya itu berdasarkan pola-pola budaya. (Deddi Mulyono dan Jalludin Rakhmat, 2003: 18) menjelaskan secara formal budaya sebagai tatanan pengetahuan
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu,
peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha, individu dan kelompok.
Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa, dan dalam bentuk- bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal
dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Hipotesis bahwa semiotika menjadi teori umum tentang kebudayaan dan semiotika mungkin akan
menggantikan antropologi budaya.
Komunikasi dan signifikasi ternyata lebih gamblang jika dilihat dari sudut pandang semiotik. Dalam hal ini, hipotesis yang moderat pun perlu dikemukakan, yakni bahwa setiap aspek kebudayaan menjadi sebuah unit semantik, (Sudjiman dan Van Zoest, 1992: 51).
2.2 MAKNA KEBUDAYAAN Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol. Pegetahuan
kebudayaan lebih dari suatu kumpulan simbol, baik istilah-istilah rakyat maupun jenis simbol-simbol yang lain.
Semua simbol, baik kata-kata yang terucapkan, sebuah objek seperti sebuah bendera, seperti gerak tubuh melambaikan tangan, sebuah tempat semacam masjid, peristiwa
perkawinan, merupakan bagian-bagian suatu sistem simbol (Spradley dalam Sobur, 2003: 177)
2.3. TEORI FOLKLOR Dundes (dalam Danandjaja 1994: 1-4) kata folklor adalah pengindonesian dari kata inggris “Folklor” kata ini adalah kata majemuk yang berasal dari dua kata dasar folk dan lore. Folk berarti kelompok orang-orang yang memiliki
ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakan dari kelompok lain.
Tetapi yang tergantung dalam hal ini ialah bahwa merekalah yang
mempunyai tradisi, yaitu kebudayaan yang telah diwariskan secara turun- temurun yang mereka akui sebagai kelompok mereka sendiri. Adapun yang dimaksud dengan lore tradisi folk yang diwariskan turun-temurun secara lisan atau tutur kata, ataupun melalui contoh yang disertai dengan perbuatan dan alat-alat pembantu pengingat.
Sedangkan Koentjaraningrat (1984: 50)
mendefinisikan folklor adalah bagian kebudayaan kolektif apa saja yang diciptakan, disebarkan atau diwariskan melalui media lisan, yang disertai dengan perbuatan atau alat pengingat.
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa definisi folklor sebagian dari kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara turun-temurun dan tradisional, di antara anggota-anggota kelompok apa saja dalam versi yang berbeda.
2.4 PENGERTIAN TARI Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Karena taria adalah ekspresi jiwa, pasti di dalamnya mengandung maksud- maksud tertentu. Dari maksud yang jelas bisa mudah dirasakan oleh manusia lain sampek kepada maksud yang simbolis atau abstrak yang agak sukar/sering sukar sekali dimengerti,
tetapi tetap bisa dirasakan keindahanya (Sudarsono, 1977 : 34-35).
Menurut Saragih (1994: 2-4) seni tari adalah salah satu cabang kesenian yang mengandung faktor keindahan yang dapat membangkitkan rasa haru dalam diri orang yang menikmatinya maupun yang menarikannya.
Lebih lanjut Saragih
mengemukakan bahwa seni tari adalah ungkapan jiwa yang mengandung unsur-unsur keindahan yang terjelma dalam bentuk gerakan yang teratur sesuai dengan irama yang
mengiringnya.
2.5 SENI TARI FOLKLOR SETENGAH LISAN
Kehidupan manusia yang diceritakan atau diproyeksikan di atas pentas adalah sebagai suatu bentuk kualitas komunikasi, situasi, action, (dan segala apa yang dilihat dalam pentas baik secara objektif maupun subyektif), yang menimbulkan perhatian, keterharuan dan ketenagan perasaan pada pendengar atau
penontonya.
Fungsi kesenian
tradisional ditinjau dari unsur-unsur sastra yang berbentuk teater tradisional atau drama rakyat mempunyai ciri sebagai berikut:
1) Kegiatan teater atau seni pertunjukan yang
merefleksikan masyarakat pada kurun waktu tertentu
2) Teater sebagai media ekspresi, bagi para pelakunya
mempunyai fungsi lain yaitu sebagai kepentingan
pendidikan dan sekaligus hiburan segar,
3) Teater tradisional mampu menggambarkan
perkembangan masyarakat pada suatu tertentu (Suprianto dalam Hidayat, 1980: 18).
Kesenian budaya tarian cangget ditinjau dari bentuk
pementasanya termasuk dalam folklor setengah lisan, yaitu sebuah tari yang menampilkan tarian dengan diselingi lagu dan cerita rakyat. Folklor setengah lisan yaitu folklor yang diciptakan, disebarluaskan dan diwariskan dalam bentuk lisan dan gerak isyarat. Adapun drama rakyat atau teater tradisional, merupakan gambaran kehidupan atau watak manusia rakyat atau teater tradisional.
Drama rakyat yang dibina dan dikembangkan di kalagangan rakyat jelata mempunyai ciri-ciri sederhana, spontan, jujur, dan tidak dibuat-buat (Danandjaja, 1994: 5).
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 BENTUK LAGU DAN TARI CANGGET DALAM ADAT BUDAYA MASYARAKAT LAMPUNG
Berikut disajikan teks lagu cangget agung sebagai basis analisis dan kerangka argumentasi dalam pengkajian
4.2.1 BENTUK LAGU/TEKS Sesat agung sai wai wai (K 1) Talo butabuh tari cangget (K 2) Gawi adat tanno te-gow cakak pepadun (K 3)
Adat budaya lampung nayah tamon (K 4)
Ragom way way no (K 5)
Jepana garuda now rata sebatin (K 6) Cangget agung cangget agung muleibatangan (K 7)
Dilomku ta maro di lomku ta maro mejong busanding (K 8)
Gawi adat lampung gawi adat lampung jale jamaan ta now (K 9)
Lappah kham jamo-jamo ngeles tari kow adat lampung (K 10)
(Terjemahan lagu di atas) Tiba saatnya pesta adat Untuk penobatan sang putera raja
Adat budaya lampung banyak sekali ragam
keindahannya
Jepana, tanda burung garuda, kendaraan para tetua adat
Cangget agung, cangget agung.
Puteri-puteri ratu di dalam pelaminan duduk bersanding
Pesta adat lampung, adalah warisan leluhur sejak jaman dahulu.
Mari bersama-sama melestarikan adat lampung.
Istilah bentuk lagu (song form) digunakan untuk
mengidentifikasi baik pola-pola musik instrumental mapun vokal. Bentuk- bentuk dasar lagu meliputi bagian- bagian struktural pokok dari bentuk- bentuk bagian (parts). Bentuk lagu di atas merupakan simfoni yaitu karya musik untuk orkestra dan dipentaskan di panggung, bentuk umumnya yaitu:
- Bagian 1. Tempo lambat, pernyataan lagu lambat (adagio)
- Bagian 2. Tempo sedang, pernyataan lagu sedang (moderato)
- Bagian 3. Tempo cepat, pernyataan lagu kurang cepat (allegro)
- Bagian 4. Tempo cepat, pernyataan lagu cepat (presto) 4.2 MAKNA LAGU DAN TARI CANGGET DALAM ADAT BUDAYA MASYARAKAT LAMPUNG
a. Makna Estetika Lagu Cangget Agung Makna estetik lagu cangget agung berkenaan dengan nilai rasa seni yang tidak hanya mengandung nilai kenikmatan bentuk, tetapi juga mengundang nilai kenikmatan inderawi. Nilai rasa seni tersebut terajut dalam satu kesatuan dengan pemakaian fenomena puisitas guna menimbulkan efek musikal ketika lagu cangget agung didendangkan.
Sesat agung sai wai-wai “Tiba saatnya pesta adat” (K 1)
Dalam kutipan di atas ditandai nilai kenikmatan dan mengundang inderawi ditandai dengan pemakaian beberapa fenomena bahasa berikut: (a) asonasi berstruktur asimetris berupa permainan fonem vocal a-i dalam kata sai wai-wai, (b) kedua kata tersebut terdiri atas dua pola suku kata
sehingga terjadi keseimbangan dalam pengucapan, dan (c) kata pertama terbuka dengan pola /k-v-v-k/, sedang kata kedua bersuku dengan pola /k-v-k- v/.
b. Makna Sosiologis Lagu Cangget Agung
Guratan makna sosiologis yang tersurat dan tersirat lagu cangget agung dapat dilihat dan disimak dalam satuan bahasa yang dipakai dalam kalimat berikut ini:
lappah kham jamo-jamo ngeles tari kow adat Lampung “mari bersama-sama melestarikan adat Lampung” (K 10) Kutipan tersebut merupakan salah satu sipul utama untuk
menunjang dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka sebagai manusia dan masyarakat, dikatakan demikian karena selain mengajak melestarikan adat budaya Lampung, dengan seringnya bersamaan maka makna sosial akan tecermin
seseringnya mereka bersamaan atau berkumpul dalam kegiatan sehari-hari
hal ini ditandai dengan adanya
pemakaian kain tapis yang menjadi ciri khas Provinsi Lampung, kemudian cara penggunaaan bahasa sehari-hari.
c. Makna Religi Lagu Cangget Agung
Makna religius lagu cangget agung berkaitan dengan persepsi masyarakat Lampung tentang eksitensi Tuhan (jale jamaan) kekuatan
supranatural atau adimanusiawi.
Manusia dan masyarakat diyakini dalam ziarah kehidupan di dunia menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi. Suratan dan siratan makna religius lagu cangget agung dapat disimak dalam satuan bahasa yang dipakai dalam kalimat berikut:
Gawi adat Lampung gawi adat Lampung jale jamaan ta now “pesta adat Lampung, adalah warisan leluhur sejak jaman dahulu” (K 8)
4.3.2 Makna Tari Cangget
Tari cangget sangat unik dan menarik, keunikan tersebut yaitu sering dijadikan ajang pencarian jodoh oleh masyarakat, banyak orang tua berkumpul untuk memperhatikan gerak tari para pemuda-pemudi saat membawakan tari cangget. Mereka percaya cara mereka menari
merepresentasikan nilai estetika dan budi pekerti. Banyak dari mereka yang datang ke pertunjukan tari cangget akhirnya berkenalan dan menikah.
Selain menjadi ajang pencarian jodoh
tari cangget juga menjadi pengikat tali kerukunan antar warga.
4.4 Fungsi Lagu dan Tari Cangget dalam Adat Budaya Masyarakat Lampung
Pertunjukan lagu dan tari cangget sebagai bagian dari salah satu unsur-unsur kebudayaan, terjadi karena masyarakat penduduknya ingin memenuhi kebutuhan akan nalurinya mengenai hiburan atau keindahan.
Bahwa kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang terkandung di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-
kemampuan yang lain serta kebiasaan- kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.
Tari cangget yang dipertunjukan dengan gerak dan ekspresif salah satunya gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat) hal ini identik dengan masyarakat Lampung ketika akan menyambut tamu agung selayaknya para penari memberi hormat terlebih dahulu kepada tamu.
Semua itu tercermin dalam gerakan- gerakan dan alat musik yang disajikan.
4.4.1 Fungsi Sosial Tari Cangget Secara sosiologis kebudayaan dipandang sebagai keanekaragaman keinginan/kehendak dan perilaku masyarakat dalam rangka mencari kepuasaan dan keseimbangan sosial-kulturnya, bersamaan
masyarakat yaitu interaksi dan relasi sosial yang dikembangkan. Cangget
sebagai tarian khas orang Lampung Pepadun. Pepadun sendiri dalam bahasa Lampung berasal dari kata
“padu” yang berarti “berunding”. Jadi Pepadun dapat diartikan sebagai suatu perundingan atau musyawarah dalam suasana kekeluargaan untuk mencapai suatu kesatuan yang utuh. Tari cangget jika dicermati tidak hanya
mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para penarinya. Akan tetapi juga nilai kerukunan dan kesyukuran.
4.4.2 Fungsi Edukasi Tari Cangget Tari cangget yang memiliki ciri khas masyarakat Lampung beradat Pepadun merupakan suatu potensi untuk mengembangkan budaya Lampung melalui dunia pendidikan.
Salah satunya adalah dengan
melestarikan kegiatan yang dilakukan oleh para siswa SD, SMP, SMA dan SMK baik di kota maupun di
Kabupaten.
4.4.3 Fungsi Religi Tari Cangget Tari cangget selain mempunyai nilai estetik (keindahan) juga
mempunyai fungsi nilai religi, salah satunya melalui gerakan knui
melayang (lambang keagungan).
Dikatakan demikian karena melalui gerakan tersebut para penari jika sedang menyelengarakan suatu
upacara adat maka penari memberikan ungkapan rasa bersyukur kepada Allah SWT. Bagi masyarakat muslim
Lampung tari cangget dipercaya
sebagai lambang prinsip Pi’il
Pesenggiri dilandasi nilai dan hukum Islam dalam surat Ali ‘Imron Ayat 104.
4.4.4 Fungsi Estetik Tari Cangget Tari cangget pada hakikatnya adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Rasa estetis ini yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan aneka ragam kesenian guna memenuhi kebutuhan akan nilai- nilai keindahan pada suatu
pertunjukan.
4.4.5 Aspek-aspek Folklorik Setengah Lisan pada Tari Cangget
Folklor lisan adalah ungkapan tradisional yang diucapkan secara tradisional lisan, dan diperoleh secara turun-temurun. Di antaranya dapat berupa cerita rakyat, nyanyian rakyat, dan ungkapan rakyat. Salah satunya tari cangget, karena jika dicermati tarian ini selain mengandung nilai estetika juga mengenalkan pada masyarakat bahwa pentingnya dalam menjalin silatuhrami antar warga kampung dan desa. Adapun gerak- gerak tarian yang dituangkan melalui ungkapan yaitu: (a) gerak sembah, sebagai pengungkapan rasa hormat, (b) gerakan knui melayang, lambang keagungan, (c) gerak igel, lambang keperkasaan, (d) gerak ngetir, lambang keteguhan dan kesucian hati, (f) gerak rebah pohon, (lambang kelembutan hati, (g) gerak jajak/pincak, lambang kesiagaan dalam menghadapi
marabahaya dan (h) gerak knui tabang,
lambang rasa percaya diri. Sehingga bila dilihat dari unsur gerak kesenian tidak terlepas dari suatu cerita rakyat atau legenda yang terdapat di Provinsi Lampung.
a. Cerita Rakyat Asal-usul
Terbentuknya Nama Lampung Asal-usul Provinsi Lampung dari Sekala Brak yaitu sebuah kerajaan yang letaknya di dataran Belalu, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administrasi kini di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah Provinsi Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai- sungai yaitu Way Komering, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan seluruh hasil penelitian terhadap lagu dan tari cangget yang terdapat di Provinsi Lampung, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Bentuk lagu cangget agung berupa teks yang merupakan simfoni karya musik untuk orkesta, lagu cangget agung agung dapat dilihat melalui tempo lambat, pernyataan lagu lambat (adagio), tempo sedang, pernyataan lagu sedang
(moderato), tempo cepat,
pernyataan lagu kurang cepat (allegro) dan tempo cepat, pernyataan lagu cepat (presto).
2) Makna lagu dan tari cangget merupakan cerminan budaya masyarakat Lampung yang bersifat multidimensional.
Makna estetika lagu cangget aggung berkaitan dengan nilai rasa seni yang mengundang inderawi. Kemudian makna sosiologis lagu cangget agung tercermin dalam berkumpul atau bersilaturahmi antar warga setempat, dan makna religius lagu cangget agung berkaitan dengan persepsi masyarakat Lampung tentang eksitensi Tuhan (jale jamaan).
Sedangkan makna tari cangget sering digunakan dalam pencarian jodoh, diantaranya tari cangget nyambuk temui gerak knui maknanya melambangkan keagungan.
Tari agung gerak rebah pohon maknanya kelembutan hati.
Tari cangget nyambuk temui gerak ngetir maknanya keteguhan dan kesucian hati.
Dan tari cangget pilangan gerak sembah maknanya pengungkapan sebagai rasa hormat.
3) Fungsi lagu dan tari cangget itu sendiri meliputi: (a) Fungsi sosial kebersamaan masyarakat yaitu interaksi dan relasi sosial yang dikembagakan melalui
tari cangget sebagai tarian khas orang Lampung Pepadun, (b) Fungsi edukasi yang terus dikembangkan melalui kegiatan muatan lokal
disekolah SD, SMP, SMA dan SMK, (c) Fungsi religi yang terdapat pada gerakan para penari memberikan ungkapan rasa bersyukur kepada Allah SWT, dan (d) Fungsi estetik tari cangget pada hakikatnya adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek
perasaan, yaitu perasaan estetis. Rasa estetis ini yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan aneka ragam kesenian guna memenuhi kebutuhan akan nilai-nilai keindahan.
5.2 SARAN-SARAN
Selaras dengan simpulan di atas, berikut disajikan beberapa saran sebagai ancangan alternatif dalam rangka merevitalisasi bentuk, makna, dan fungsi yang terkandung dalam lagu dan tari cangget yakni:
1. Saran kepada pemerintah Lampung Lagu dan tari cangget yang terdapat di Provinsi Lampung
merupakan salah satu aset kebudayaan yang harus dilestarikan. Karena lagu dan tarian tersebut merupakan cerminan unsur-unsur budaya yang memuat seperangkat gambaran cara pandang tentang dunia. Disarankan
kepada pemerintah Provinsi Lampung untuk melakuakn upaya
pendokumentasian lagu dan tarian rakyat dalam sebuah mekanisme program yang lebih sistemis dan terstruktur dalam satu kesatuan.
Pemerintah diharapkan akan lebih peduli dengan kesenian dan ikut serta dalam mewujudkan visit kebudayaan, seperti mengadakan tarian pada Hari Pendidikan Nasional. Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, dan Hari Ulang Tahun sumpah Pemuda.
2. Saran kepada masyarakat Lampung Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat akan terus menjunjung tinggi makna dan fungsi nilai yang terkandung dalam lagu dan tari cangget. Selain itu lagu dan tari cangget mampu dikemas ke dalam tarian modern dan terus diajarkan kepada generasi muda selanjutnya.
Karena penerus bangsa tidak akan mengenal dan mengetahui
kebudayaanya sendiri jika masyarakat tidak ikut menjaga, melestarikan, dan mengembangkan budaya yang ada.
3. Saran kepada peneliti selanjutnya Peneliti sangat mengharapkan dan sekaligus menyarankan agar ada kelanjutan dari penelitian tentang lagu dan tari cangget yang merupakan kebudayaan Lampung yang sampai sekarang masih eksis dan digemari oleh masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama.
Hadikusuma, Hilman. 1990. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung: Maju Mundur.
Hidayat, Agus. 2007. Seni Tari Glipang Probolinggo sebuah Analisis Bentuk, Fungsi, dan Makna dengan Pendekatan Folklor. Skripsi tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Malang.
Ishomuddin, MS. 1987. Sosiologi Perspektif Islam. Malang: UMM Pres.
Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Mustopo, Habib. 1983. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya-Indonesia: Usaha Nasional.
Pusat Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Roucek, S. Joseph. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara.
Saragih, F. Nagkir 1994. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Erlangga
Sedywati, Edy. 1983. Aspek-aspek Komunikasi Budaya yang diekspresikan dalam Tari. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.
Sudarsono. 1977. Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Depdikbud
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta: Rineke Cipta Sumardjo, Jakob 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung:
PT. Citra Aditiya Bakti.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Wiliam. 1985. Antropologi. Jakarta: Unipres