• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusun : Penanggungjawab: Sulaimansyah Ketua Tim : Yovi Candra I Editor : M Hatta H Desain Grafis : M Hatta H Anggota : Cliff R.P. Sangi Dorothy B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyusun : Penanggungjawab: Sulaimansyah Ketua Tim : Yovi Candra I Editor : M Hatta H Desain Grafis : M Hatta H Anggota : Cliff R.P. Sangi Dorothy B."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penyusun :

Penanggungjawab: Sulaimansyah | Ketua Tim : Yovi Candra I Editor : M Hatta H | Desain Grafis : M Hatta H | Anggota : Cliff R.P. Sangi | Dorothy B. Kolibonso. | Meity J S | Ricaldi Farshall

(3)

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ... 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ... 1

B. Inflasi ... 2

C. Indikator Kesejahteraan ... 3

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ... 4

A. Pendapatan Negara ... 5

B. Belanja Negara ... 7

C. Prognosis Realisasi APBN ... 9

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ... 11

A. Pendapatan Daerah ... 12

B. Belanja Daerah ... 16

C. Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV ... 17

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD) ... 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ... 18

B. Pendapatan Konsolidasian ... 19

C. Belanja Konsolidasian ... 20

D. Analisis Kontribusi Pemerintah Dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 22

V. ANALISIS TEMATIK : KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA PADA PAD SULUT ... 23

(4)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

1

Bab I

Perkembangan dan Analisis

Ekonomi Regional

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Sulut sampai dengan triwulan II tahun 2018 masih on track. Keberhasilan dalam menjaga inflasi sejak tahun 2017

sampai periode ini menjadi faktor utama menurunnya tingkat kemiskinan. Sementara kebijakan Pemda di bidang Pariwisata membawa dampak pada penyerapan tenaga kerja yang selanjutnya menggerakkan ekonomi masyarakat. Perekonomian Sulut yang tercatat melambat pada periode ini, berpotensi meningkat pada kuartal III, sehubungan dengan meningkatnya belanja infrastruktur pemerintah dan belanja pemerintah lainnya.

Pada Triwulan I 2018, kinerja perekonomian Sulut tumbuh melambat.

Perekonomian daerah ini tercatat tumbuh sebesar 5,83 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan capaian kuartal pertama yang mampu tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut sedikit meningkat dibandingkan

A.

Produk Domestik Regional Bruto

dengan pertumbuhan ekonomi Sulut pada periode yang sama pada tahun 2017, dan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5.27 persen (yoy).

Potret struktur ekonomi Sulut

dari sisi penawaran (PDRB ADHB), terdiri dari 5 sektor utama, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (21 persen), sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (12 persen), disusul sektor konstruksi (11 persen), sektor Transportasi Pergudangan (11 persen), dan sektor Industri Pengolahan (9 persen).

Ditinjau dari sisi penawaran, melambatnya perekonomian Sulut pada

triwulan ini terutama dipengaruhi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor Pertanian yang terkontraksi sebesar 4,15 persen, perlambatan sektor Konstruksi dan sektor Transportasi & Pergudangan. Berdasarkan

(5)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2

pada Konsumsi Rumah Tangga Sulut yang tumbuh melambat meskipun terdapat

momen long-holiday, pencairan THR dan pilkada. Pertumbuhan ekonomi Sulut pada sisi permintaan terdongkrak kinerja positif ekspor, seiring dengan peningkatan nilai ekspor non migas triwulan II 2018 sekitar 30,49 persen dibandingkan triwulan II 2017.

Perekonomian Sulut pada kuartal III berpotensi meningkat dengan topangan kegiatan infrastruktur Pemerintah. Potensi tersebut tercermin dari serapan belanja

modal APBD lingkup Sulut yang baru terealisasi sebesar 13,7 persen dan belanja modal APBN sebesar 21,4 persen pada semester I 2018. Peningkatan belanja modal pada kuartal III dan IV tersebut, selain meningkatkan pertumbuhan pada komponen PMTB, akan membawa multiplier effect pada perekonomian Sulut secara keseluruhan.

Sampai dengan akhir triwulan II 2018 tingkat inflasi Sulawesi Utara bergerak naik mendekati sasaran tahun 2018. Inflasi Sulut pada bulan Juni 2018 tercatat sebesar 3,5

persen (tahun kalender), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 1,90 persen. Meskipun masih dibawah sasaran KUA-PPAS tahun 2018 sebesar 5 persen, namun capaian tersebut telah menyamai target nasional/APBN 2018 sebesar 3,5 persen.Faktor harga barang bergejolak (volatile foods) yang telah dapat dikendalikan data BPS Sulut, kontraksi sektor

Pertanian dipengaruhi penurunan produksi padi dan jagung serta lesunya industri perikanan di Kota Bitung. Sedangkan, pertumbuhan sektor Perdagangan, Reparasi Mobil/Motor dan akselerasi Industri Pengolahan menjadi pengungkit.

Pada sisi Permintaan, kontraksi

sektor Pertanian cukup berpengaruh

(6)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

3

Berdasarkan kajian TPID, pasokan tomat sayur cenderung mengalami penurunan

disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu, sehingga membuat petani bersikap menunggu untuk menghindari risiko kerusakan. Selanjutnya, selisih harga positif di Sulut dengan daerah lain, mendorong petani menjual ke daerah lain. Komoditas lain pemicu inflasi adalah kenaikan harga tiket pesawat pada bulan Juni 2018. Momen libur panjang lebaran yang dibarengi dengan pencairan gaji ke-14 mendorong kenaikan permintaan tiket pesawat, yang selanjutnya diikuti kenaikan harga.

Salah satu langkah pengendalian inflasi di Sulut adalah menjaga pasokan komoditas volatile foods, terutama cabe dan tomat sayur. Oleh karena itu, Pemerintah melaksanakan berbagai program dan kegiatan dalam rangka peningkatan produksi pertanian, sebagaimana tercermin pada

dukungan anggaran Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN Kementerian Pertanian di Sulawesi Utara.

sejak tahun 2017, barang bergejolak (volatile foods) yang telah dapat dikendalikan sejak tahun 2017, tampak kembali bergeliat pada kuartal kedua tahun ini. Naiknya harga tomat sayur pada bulan April 2018 s.d Juni 2018 menjadi pemicu utama inflasi darah ini.

c.

Indikator Kesejahteraan

Grafik Perkembangan TPT Sulut dan Nasional (Persen)

Sumber BPS

Kondisi ketenagakerjaan Sulawesi pada periode laporan Februari 2018 menunjukkan kinerja positif.

Sebagaimana data BPS, Tingkat Pengangguran Terbuka Sulut pada periode ini menurun menjadi 6,06 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar 7,18 persen.

(7)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

4

dibawah 6,75 persen pada tahun 2018 telah tercapai (KUA-2018).

Berdasarkan kajian BPS Sulut, sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak adalah sektor tersier (perdagangan, rumah makan, dan akomodasi; transportasi, dan pergudangan, dan informasi; lembaga keuangan; real estate; usaha persewaan dan jasa keuangan; jasa-jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan). Kenaikan ini didorong oleh peningkatan persentase pekerja di sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor; penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Adanya kenaikan jumlah wisatawan mancanegara mendorong peningkatan aktivitas ekonomi di sektor tersebut. Selain itu, fenomena keberadaan kendaraan online turut mendorong kenaikan persentase pekerja di sektor transportasi.

Jumlah penduduk miskin di Sulut berkurang sebanyak 15.230 orang sejak tahun 2015. Penurunan tingkat

kemiskinan tersebut mencerminkan keberhasilan Pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa faktor penurunan kemiskinan, antara lain keberhasilan TPID menjaga

kestabilan inflasi periode September 2017-Maret 2018 pada angka 1,54 persen. Selain itu, kebijakan pemerintah daerah di bisnis pariwisata dengan membuka penerbangan langsung dari Cina berimbas pada bergeliatnya berbagai macam industri seperti makanan, perhotelan dan transportasi. Berkembangnya industri tersebut mampu memberikan multiplier effect pada peningkatan penghasilan masyarakat miskin di Sulawesi Utara.

Bab II

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan APBN

Upaya Pemerintah Pusat untuk mencapai target pembangunan nasional di Provinsi Sulawesi Utara melalui pelaksanaan APBN sampai dengan triwulan II Tahun 2018 menunjukkan kinerja positif, seiring dengan pelaksanaan strategi fiskal yang tepat dan terarah. Pada triwulan II tahun 2018, target pendapatan maupun anggaran belanja Pemerintah Pusat di wilayah Sulawesi Utara mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan target pada periode yang sama tahun 2017. Secara rinci, pelaksanaan APBN di daerah ini adalah sebagai berikut :

(8)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

5

Sampai dengan akhir triwulan II 2018, realisasi Pendapatan Negara di Sulut meningkat

sebesar 3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama berasal dari PNBP yang meningkat sebesar 5%, PNBP tertinggi berasal dari pendapatan jasa layanan Rumah Sakit dan pendidikan. Yang perlu menjadi perhatian adalah faktor kesiapan Pemda terhadap kebijakan perbaikan tata kelola Transfer Ke Daerah dan Dana Desa yang lebih terencana pada setiap tahapan.

A.

Pendapatan Negara

1. Penerimaan Perpajakan

Sampai dengan triwulan II realisasi pendapatan pajak mencapai Rp1,3 triliun atau 32% dari target 2018. Menurut Kanwil DJP Suluttenggomalut, minimnya capaian pada triwulan II belum menjadi patokan. Usaha ekstensifikasi melalui penurunan tarif pajak UMKM dari 1% menjadi 0,5%, diharapkan mampu menggerakkan sektor rill sehingga dalam jangka panjang mampu meningkatkan capaian penerimaan pajak. Target pertumbuhan penerimaan pajak di Tahun 2018 sebesar 25,33% merupakan tantangan yang cukup besar, tetapi dilihat dari data penerimaan pajak s.d Semester I tahun 2018, sektor swasta mengalami pertumbuhan sebesar 8,38% yang merupakan sektor dengan pertumbuhan yang tinggi pada pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulut. Pertumbuhan Sektor perdagangan dan jasa keuangan merupakan tantangan yang cukup menjanjikan, sebab di kedua sektor tersebut masih banyak potensi perpajakan

(9)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

6

a). Pajak Penghasilan (PPH)

Sebagian besar penerimaan PPh terkonsentrasi di wilayah Kota Manado. Hal ini disebabkan selain karena Kota Manado sebagai pusat bisnis di Sulut sehingga sebagian besar pengusaha terdaftar di Kota Manado.

yang dapat digali lagi sehubungan dengan banyaknya arus dagang dan pariwisata yang ada di Kota Manado dan daerah sekitarnya.

b). Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Realisasi PPN dipengaruhi antara lain: meningkatnya kegiatan proyek pemerintah, terjaganya konsumsi rumah tangga dan impor, serta dukungan kebijakan pembayaran pajak melalui MPN G2 yang online dengan administrasi perpajakan. Proporsi realisasi

c). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pendapatan PBB di Sulut tergolong kecil karena bukan daerah pertambangan. Dari 15 Kab/Kota, hanya 3 daerah yang memiliki realisasi penerimaan. Berdasarkan konfirmasi ke Pemda terkait, perlu perubahan NJOP di beberapa

berdasarkan wilayah tidak jauh berbeda dengan penerimaan PPh.

daerah, karena terdapat daerah yang cukup ramai dengan nilai transaksi penjualan tanah cukup tinggi, namun memiliki NJOP yang sangat rendah.

d). Pajak Perdagangan Internasional (Bea Masuk & Bea Keluar) dan Pendapatan Cukai Sampai dengan triwulan II tahun

2018, baik realisasi pendapatan bea masuk maupun bea keluar mengalami penurunan dibandingan dengan realisasi tahun 2017. Hal ini terjadi karena kendala penerimaan bea keluar saat ini, dimana

(10)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

7

Bea Keluar untuk CPO masih USD 0/MT. Sedangkan potensi penerimaan Bea Keluar

di Provinsi Sulut bersumber pada ekspor produk CPO. Potensi penerimaan Bea Masuk di provinsi Sulut sebagian besar dari impor barang modal yang masuk dari Bitung dan Manado.

Pada pendapatan cukai, realisasi penerimaan pada triwulan II tahun 2018 mengalami kenaikan 15% dari realisasi tahun 2017. Potensi penerimaan Cukai di Provinsi Sulut bersumber pada cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) di Manado. Penerbitan MMEA ilegal saat ini masih mempengaruhi penawaran MMEA di pasar.

e). Pendapatan Pajak Lainnya

Sampai triwulan II 2018, realisasi Pajak Lainnya mencapai 22,18 miliar. Sebesar 16% dari nilai tersebut, bersumber dari Kota Manado sebagai pusat aktivitas ekonomi di Sulut. Sumber pendapatan Pajak Lainnya berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak langsung lainnya dan pendapatan Bunga penagihan pajak. 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Sampai triwulan II 2018, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di Sulut khususnya di daerah sudah mencapai Rp521,1 miliar atau 65% dari target Rp799,2 miliar untuk tahun 2018. Realisasi PNBP Fungsional triwulan II 2018 mengalami pertumbuhan yang positif. PNBP tertinggi berasal dari Pendapatan Jasa Pelayanan Rumah Sakit sekitar Rp211 miliar, jasa pelayanan pendidikan Rp94 miliar, pendapatan biaya pendidikan Rp68,7 miliar. Rincian penerimaan PNBP di Sulut, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kedepannya, diharapkan terdapat penyesuaian penetapan target PNBP satker, karena target PNBP saat ini dinilai terlalu rendah.

B.

Belanja Negara

Belanja negara berperan sebagai stimulus fiskal dalam mendukung sektor riil dan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pagu belanja harus disertai dengan optimalisasi pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga. Efisiensi harus tetap dilakukan agar belanja negara lebih berkualitas melalui penghematan belanja barang dan belanja non prioritas, subsidi yang lebih tepat sasaran, serta mendorong pembangunan infrastruktur daerah melalui anggaran Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU).

(11)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

8

1. Belanja Pemerintah Pusat

Penyerapan belanja APBN di Provinsi Sulut menunjukkan tren kenaikan yang proporsional setiap bulannya, dengan capaian Rp755.01 miliar pada akhir triwulan II 2018. Belanja pegawai masih mendominasi realisasi

belanja pemerintah pusat hingga triwulan II sebesar Rp353.24 miliar. Realisasi belanja pegawai meningkat sebesar 29% dari realisasi belanja pegawai pada triwulan I 2018. 2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Sampai dengan akhir Triwulan II tahun 2018, realisasi Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mencapai 55,23 % dari pagu atau sebesar Rp 6,114 miliar. Tingginya realisasi DAU pada bulan Januari 2018

disebabkan adanya akumulasi DAU Kota Manado tahun sebelumnya yang tersalur pada tahun 2018. DAK Fisik dan Dana Desa baru terealisasi pada bulan April 2018. 3. Pengelolaan BLU

Satuan kerja yang telah ditetapkan statusnya menjadi instansi BLU di wilayah Sulut adalah RSU Prof. DR.R.D.Kandou (RSU Manado) dan Universitas Samratulangi (Unsrat). Kedua satker BLU belum menunjukkan tingkat efisiensi yang optimal yang tercermin dari Laporan Operasional yang defisit. Meskipun demikian terdapat peningkatan efisiensi pada RSU Manado jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2017, sedangkan Unsrat baru beroperasi penuh sebagai BLU pada bulan Juni 2017.

Meskipun diantaranya

terdapat beban depresiasi dan amortisasi yang cukup

besar, namun yang perlu menjadi perhatian pada RSU Manado adalah tinnginya peningkatan beban pegawai yang signifikan hingga 39%.

(12)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

9

4. Manajemen Invetasi Pusat

a) Berdasarkan hasil rekonsiliasi outstanding pinjaman oleh Kanwil DJPb Provinsi Sulut dengan debitur Pemda dan PDAM diketahui bahwa secara umum permasalahan outstanding pinjaman di Provinsi Sulawesi Utara telah dapat diselesaikan sesuai kebijakan Pemerintah Pusat baik melalui restrukturisasi dan debt swap untuk pinjaman Pemda dan melalui skema Hibah-PMD Pemda untuk penyelesaian pinjaman PDAM. Sisa Pinjaman yang masih ada pada Pemda Kota Bitung dan Pemda Kota Manado, serta PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe telah diselesaikan melalui mekanisme ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176 tahun 2016.

b) Hasil monitoring laporan penyaluran KUR wilayah Kanwil Ditjen PBN Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jumlah realisasi kredit program kepada seluruh Kabupaten/Kota berjumlah 523,43 Miliar dengan Outstanding Pinjaman sebesar 300,16 Miliar dan Total Debitur sampai dengan triwulan II 2018 sebanyak 19.333 Debitur.

c) Hasil koordinasi pelaksanaan program pembiayaan ultra mikro (UMi) di wilayah kanwil DJPb Sulawesi Utara menjelaskan Program UMi telah dilakukan piloting di Tahun 2017 dengan total penyaluran sebesar Rp753 miliar dengan jumlah debitur sebanyak 307.032 debitur. Di Tahun 2018 ini, alokasi dana untuk program pembiayaan UMi sebesar Rp3,23 triliun dengan target 800 ribu debitur. Data dari Pusat Invertasi Pemerintah (PIP) menyebutkan bahwa Penyaluran UMi di Sulawesi Utara hinga 30 Juni 2018 mencapai Rp4,04 miliar yang diterima oleh 528 debitur disalurkan melalui Pegadaian. Terdapat pula penyaluran melalui PNM pada 2.387 nasabah dengan rata-rata penyaluran Rp2j juta – Rp5 juta yang belum tercatat pada database Sistem Informasi Kredit Program (SIKP). Sehingga total dana UMi yang disalurkan di Sulawesi Utara telah mencapai sekitar Rp8,75 miliar.

c.

Prognosis Realisasi APBN

Proyeksi realisasi APBN Semester II 2018 dilakukan secara empiris menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) atau disebut juga metode analisis runtun waktu Box-Jenkins yang cocok untuk forecasting/peramalan jangka pendek. Pengolahan data statistik menggunakan aplikasi Minitab Versi 16.2.4. Variabel yang digunakan adalah realisasi APBN bulanan tahun 2013-2017 yang bersumber dari

(13)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

10

Aplikasi Monev PA dan OMSPAN. Untuk pendapatan, yang digunakan adalah angka

realisasi 60 bulan (n=60), sedangkan Belanja Negara Belanja (Barang dan Modal) menggunakan data persentase realisasi bulanan April-Desember (n=45) mengingat pergerakan yang signifikan atas realisasi jenis belanja barang dan modal terjadi pada periode tersebut. Proyeksi Transfer Daerah menggunakan data persentase realisasi bulanan tahun 2015 s.d. Semester I 2018 dari SIMTRADA (n=48). Hasil ringkas dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan keseluruhan terdapat pada Lampiran I.

Penerimaan Perpajakan diperkirakan meningkat 4,55% menjadi Rp3.639,76 miliar, namun PNBP diproyeksikan mengalami penurunan tajam sebesar 22,28% dibanding tahun 2017. Dari sisi pengeluaran, terjadi proyeksi tren peningkatan nilai dengan proyeksi

(14)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBN

11

realisasi untuk Belanja Pegawai 96,37%, Belanja Barang 86,81% dan Belanja Modal

80,18%. Pun demikian dengan Transfer Daerah yang diprediksi mencapai realisasi sebesar Rp13.985 miliar.

Bab III

Perkembangan dan Analisis

Pelaksanaan APBD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Sulawesi Utara (Sulut) tahun 2018 mengambil tema “Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Yang Berkepribadian melalui

percepatan pembangunan ekonomi dan infrastruktur berwawasan lingkungan menuju Sulawesi Utara yang berdaya saing”. Dengan tema tersebut maka kebijakan

perekonomian daerah tahun 2018 ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan, revolusi mental dan reformasi birokrasi, infrastruktur dan pengembangan wilayah, kedaulatan pangan, trantibmas, peningkatan daya saing investasi, pembangunan pariwisata, dan pengelolaan bencana dan mitigasi iklim.

APBD berdasarkan klasifikasi ekonomi pemerintah daerah pada wilayah Provinsi Sulawesi Utara dapat dilihat pada tabel berikut.

(15)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

12

Kinerja APBD lingkup Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan II tahun 2018 menurun. Kondisi tersebut tercermin dari rendahnya realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Belanja Daerah pada periode ini dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, total SiLPA Tahun Berjalan yang menggambarkan dana menganggur di kas APBD pada periode laporan, tidak berbeda jauh dibandingkan total tahun sebelumnya.

Rendahnya realisasi PAD belum sejalan dengan kebijakan Pendapatan Daerah pemda sebagaimana tertuang pada KUA-PPAS Tahun 2018 yang menargetkan peningkatan kemandirian fiskal daerah, dimana target PAD lingkup Provinsi Suluttahun 2018 secara agregat dianggarkan meningkat sebesar 12,1 persen dari tahun 2017. Sementara itu, pada pos belanja daerah perlu mendapat perhatian serius mengingat komponen yang menurun drastis adalah belanja modal (-29,7 persen), padahal komponen belanja ini memiliki multiplier effect paling signifikan terhadap perekonomian daerah.

A.

Pendapatan Daerah

Sebagaimana KUA-PPAS Prov. Sulut, rencana Pendapatan Daerah pemda lingkup Prov. Sulut pada tahun anggaran 2018 adalah upaya peningkatan kemandirian fiskal daerah dengan menggenjot peningkatan pajak dan retribusi daerah. Dengan kebijakan tersebut, agregat target Pendapatan Daerah meningkat sebesar 12,1 persen dari Rp16.032 miliar

(16)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

13

pada TA 2017 menjadi Rp16.754 miliar pada TA 2018. Pada semester I 2018, meskipun

proporsi realisasi PAD meningkat, namun total Pendapatan Daerah baru terealisasi sebesar 47,2 persen dari target.

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sampai dengan triwulan II tahun 2018, realisasi PAD pemda lingkup Prov. Sulut sebesar Rp983,2 miliar, atau 45,5 persen dari target tahun 2018. Dari total realisasi tersebut, kontribusi terbesar disumbang oleh Prov. Sulut yang mencapai 61,2 persen. Sementara

pada tingkat kabupaten/kota, realisasi terbesar berturut-turut disumbang oleh Kota Manado, Kota Bitung, Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Utara. Sebagaimana telah dibahas pada KFR Tahun 2017, pembentuk pertumbuhan ekonomi Prov. Sulut didominasi oleh 4 kabupaten/kota tersebut yang berkontribusi rata-rata 66 persen tiap tahun dari total PDRB Sulut. Hasil Analisa Metode Klassen, LQ dan Shift Share menunjukkan sektor unggulan masing-masing daerah, yaitu Kota Manado: Penyediaan Akomodasi, Makan dan Minum, Kota Bitung: Transportasi dan Pergudangan, Kabupaten Minahasa: Konstruksi dan Sektor Unggulan dan Kab. Minahasa Utara: Pertambangan dan Penggalian.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Realisasi Pajak Daerah agregat sampai dengan triwulan II 2018 di Provinsi Sulut sebesar Rp676 miliar atau 46,5 persen dari target, dengan penyumbang terbesar berasal adalah

Pemprov Sulut (Rp232,61 miliar) dan Pemkot Manado (Rp52,59 miliar). Sumber penerimaan Pajak Daerah Pemkot Manado terutama berasal Pajak Restoran dan Rumah Makan sebagai dampak lanjutan lonjakan kunjungan wiasatawan asal Tiongkok di daerah ini. Seperti tahun sebelumnya, Pemerintah Kabupaten/Kota dengan jumlah penerimaan Pajak Daerah terbesar masih didominasi empat daerah (grafik diatas) yang memang menjadi pusat perekonomian di Sulawesi Utara.

(17)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

14

b) Penerimaan Retribusi Daerah

/kota, penurunan terbesar justru dicatatkan Kota Manado dan Kota Bitung, masing-masing sebesar 50 persen dan 39 persen. Bahkan, persentase realisasi Retribusi Daerah kedua daerah ini berada dibawah rata-rata capaian kabupaten/kota di Sulut. Penurunan tersebut tentu perlu mendapat perhatian serius mengingat Kota Manado dan Kota Bitung merupakan pusat kegiatan bisnis di Sulawesi Utara. Selain itu, pada Permendagri Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2018 diatur bahwa Pemerintah Daerah harus melakukan upaya peningkatan pendapatan daerah yang bersumber dari retribusi daerah, mengingat tren peningkatan retribusi daerah selama 5 tahun mulai dari TA 2013 sampai dengan TA 2017 secara nasional untuk pemerintah kabupaten/kota rata-rata meningkat sebesar 15,73 persen.

Secara agregat,

Penerimaan Retribusi Daerah Sulut hingga Triwulan II 2018 turun sebesar 10,4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada tingkat kabupaten

c) Penerimaan Hasil Kekayaan yang dipisahkan

penerimaan ini didasarkan pada kinerja tahun sebelumnya, maka dengan membaiknya kinerja BUMD (terutama Bank Sulut) pada tahun 2017, berimbas pada naiknya penerimaan bagian Laba Penyertaan Modal Pemda pada BUMD di sebagian besar pemda di Sulut.

Rata-rata realisasi dari pos Penerimaan Hasil Kekayaan Yang Dipisahkan Pemerintah Kabupaten/ Kota di Sulut mencapai 129,4 persen dari target sampai dengan triwulan II 2018. Karena Penentuan besaran target pos

d) Lain-lain PAD Yang Sah

Sumber pos ini berasal dari penerimaan Jasa Giro Kas Daerah. Tingginya realisasi pos ini pada Kota Manado dan Kep. Sangihe

(18)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

15

sejalan dengan

rendahnya kinerja belanja daerah yang masing-masing tercatat sebesar 24,3 persen dan 28,2 persen, terendah diantara kabupaten/kota di Sulut, sehingga sebagian

besar dana daerah masih tersimpan di perbankan. 2. Pendapatan Transfer

Realisasi pendapatan transfer hingga kuartal dua tahun 2018 pada pemda lingkup Provinsi Sulut telah mencapai Rp6.566 miliar, atau 47,7 persen dari target. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, realisasi pada periode laporan ini tidak ada perbedaan yang signifikan.

dialokasikan untuk meningkatkan pemerataan kemampuan keuangan daerah sebagai wujud dari desentralisasi fiskal. Dengan keleluasaan Pemda dalam mengalokasikan desentralisasi fiskal tersebut, Pemda semestinya dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi belanja daerah untuk menggerakkan perekonomian di daerah.

Rendahnya realisasi DAK khususnya DAK Fisik di Sulut disebabkan adanya perbaikan penyaluran yang dilakukan melalui penyaluran per bidang dengan pembatasan waktu penyampaian laporan dan penyaluran berdasarkan kinerja pelaksanaan.

Realisasi Pendapatan Transfer pemda lingkup Prov. Sulut didominasi oleh DAU yang secara agregat mencapai 71 persen dan DAK sebesar 18 persen. DAU merupakan dana perimbangan yang

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Capaian realisasi pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah hingga kuartal II 2018 yang sebesar 37,3 persen dari target yang telah ditetapkan. Pendapatan Hibah mencapai Rp4,4 miliar dan realisasi pendapatan lain-lain sebesar Rp156,6 miliar Hanya beberapa pemda yang memasang target untuk pos ini.

(19)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

16

b.

Belanja Daerah

1. APBD Berdasarkan Jenis Belanja

Pencapaian realisasi belanja Pemda Sulut secara agregat s.d Triwulan II 2018 adalah sebesar 32,1 persen dari total pagu sebesar Rp17.927,3 miliar Dari enam belas pemerintah daerah yang ada pada wilayah ini, tidak ada Pemda yang realisasi belanjanya mampu mencapai 40 persen. Terdapat enam daerah yang mencatatkan realisasi belanja dibawah rata-rata belanja daerah, dengan realisasi terendah adalah Kota Manado yang baru mencapai 24,3 persen.

Sementara realisasi belanja modal yang paling berdampak bagi perekonomian baru terealisasi sebesar 13,7 persen. Rendahnya realisasi belanja modal antara lain disebabkan realisasi DAK Fisik yang hanya sebesar 18,9 persen dari total pagu sebesar Rp1.899,2 miliar. Kebijakan penyaluran berdasarkan kinerja pada setiap tahapan yang berlaku sejak TA 2017 belum sepenuhnya diantisipasi dengan perencanaan anggaran yang baik oleh sebagian besar Pemda. Masalah keterlambatan lelang pekerjaan masih menjadi faktor utama anjloknya realisasi belanja modal.

Ditinjau dari proporsi realisasi belanja daerah, belanja pegawai masih mendominasi belanja daerah di seluruh Pemda di Sulut. Kondisi tersebut ditunjang dengan pencairan gaji ke-14 bagi PNS pada bulan Juni 2018.

2. Rasio Belanja

Salah satu arah kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan kualitas belanja dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta untuk menjamin ketersediaan kuantitas dan kualitas pelayanan dasar bagi masyarakat adalah dengan meningkatkan rasio belanja modal dan mengurangi rasio belanja pegawai terhadap total belanja daerah. Untuk itu dalam sasaran sebagaimana RPJMN tahun 2015-2019

diharapkan rata-rata belanja modal seluruh pemda telah mencapai 30 persen dan rata-rata belanja pegawai mencapai 35 persen untuk kab/kota dan 13 persen untuk provinsi pada tahun 2019.

(20)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

17

Kep. Sitaro dan Kab. Bolsel. Sebaliknya, Kab. Minahasa merupakan salah satu dari

235 daerah di Indonesiayang menganggarkan belanja pegawai dengan rasio diatas 50 persen.

Sementara itu, Pemprov Sulawesi Utara adalah satu-satunya pemda yang proporsi anggaran belanja modalnya diatas 30 persen. Rendahnya rasio belanja modal di sebagian besar pemda di Sulawesi Utara tahun 2018 disebabkan rata-rata pemda yang sangat bergantung pada anggaran DAK Fisik untuk kegiatan belanja modal. Padahal pada tahun 2018 pagu anggaran DAK Fisik di Sulawesi Utara berkurang dari tahun sebelumnya sebesar Rp2.443,6 miliar (termasuk DAK Tambahan sebesar Rp563 miliar) menjadi sebesar Rp1.899,2 miliar.

C.

Prognosis Realisasi APBD sampai dengan Triwulan IV

Proyeksi realisasi APBD Semester II dilakukan secara empiris sama dengan proyeksi APBN, yakni dengan menggunakan metode ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan menggunakan aplikasi Minitab Versi 16.2.4. Variabel yang digunakan dalam melakukan proyeksi Pendapatan dan Belanja adalah realisasi triwulanan tahun 2013-2017 yang bersumber LRA Pemda. Untuk pendapatan, yang digunakan adalah angka realisasi untuk 20 periode (n=20), sedangkan untuk Belanja (Barang dan Modal ) menggunakan data persentase realisasi triwulan III dan IV (n=10). Hasil ringkas dapat dilihat di bawah, sedangkan hasil pengolahan data keseluruhan terdapat pada Lampiran I.

Pada TA 2018, terdapat lima kab/kota yang menganggarkan belanja pegawai dibawah target

RPJMN 2015-2019,

yaitu Kota Manado, Kota Kotamobagu, Kab. Bolmut, Kab.

(21)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB III

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan APBD

18

Bab IV

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan

Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

A.

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Kanwil DJPb Prov. Sulut merupakan laporan yang disusun berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Prov Sulut Konsolidasian dalam periode semester I tahun 2018.

Realisasi Pendapatan Daerah diperkirakan meningkat 3,14 persen menjadi Rp17.346 miliar, namun sebaliknya untuk realisasi belanja daerah di tiga pos belanja utama justru diprediksi mengalami penurunan. Penurunan belanja terbesar terdapat pada Belanja Modal yang diprediksi turun hingga 15,6 persen. Penyebab utama prediksi penurunan terdapat pada rendahnya realisasi belanja modal sampai dengan Semester I yang baru mencapai Rp575 milar atau 13,7 persen dari total pagu.

(22)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

19

B.

Pendapatan Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Grafik berikut menegaskan bahwa proporsi pembentuk pendapatan konsolidasian masih sama antara tahun 2017 dan 2018. Penerimaan dari sisi perpajakan masih menjadi sumber utama penerimaan konsolidasian, baik di Pusat maupun Daerah.

Dari sisi penerimaan pusat, perpajakan sangat mendominasi jika dibandingkan PNBP. Peningkatan produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang maupun Mikro dan Kecil serta peningkatan industri pariwisata, yang tercermin pada tingginya jumlah kunjungan wisman dibandingkan Triwulan yang sama tahun 2017, mampu menjaga kesinambungan penerimaan perpajakan. Sedangkan, porsi PNBP sebagian besar bersumber dari penerimaan BLU dengan berubah statusnya RS Kandou menjadi

Tipe A dan BLU di sektor pendidikan yakni Universitas Sam Ratulangi.

Sedangkan penerimaan daerah relatif berimbang antara penerimaan perpajakan dibandingkan PNBP. Pajak kendaraan bermotor dan sektor akomodasi dan tempat makan masih menjadi andalan penerimaan pajak daerah yang dipicu oleh sektor pariwisata. Sedangkan PNBP Daerah disokong dari retribusi daerah maupun hasil kekayaan daerah yang dipisahkan seperti deviden dan Jasa Giro Kas Daerah.

2. Analisis Perubahan

Kenaikan pendapatan pusat pada triwulan II 2018 lebih disebabkan oleh penerimaan PNBP yang meningkat cukup signifikan hingga 25% persen dibanding tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan kinerja BLU di Sulut.

Sedangkan pertumbuhan pendapatan daerah bersumber dari peningkatan penerimaan pajak yang

(23)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

20

sebesar 70,2%. Peran sektor pariwisata dan industri manufaktur memicu sektor

lainnya (perhotelan, hiburan, industri UKM dll) untuk tumbuh, berlanjut sebagai sumber penerimaan negara maupun daerah di Sulawesi Utara.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

C.

Belanja Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Proporsi realisasi belanja antara pusat dan daerah untuk triwulan II tahun 2018 relatif sama, yakni didominasi oleh Belanja Pegawai, Barang dan Modal. Belanja pegawai daerah tampak sangat dominan yang mencapai 54,57 persen, atau 70 persen dari total Belanja operasional daerah yang mencapai Rp3,91 triliun. Sedangkan belanja modal daerah porsi realisasi hanya 11,54 persen dengan nilai Rp575,6 miliar. Hal tersebut cukup normal mengingat pada triwulan I sebagian besar kegiatan yang melibatkan Belanja

Pertumbuhan ekonomi

regional y-to-y terlihat mampu meningkatkan penerimaan negara. Dengan kata lain, pada periode ini PDRB berkorelasi positif kepada penerimaan

negara di regional Prov. Sulut. Naiknya PDRB yang bersumber dari pesatnya pertumbuhan di sektor Perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan dan sektor konstruksi diindikasikan menjadi penyebab utama peningkatan penerimaan negara, meskipun sektor pertanian sebagai kontributor terbesar PDRB sedikit mengalami perlambatan. Kondisi tersebut diharapkan mampu dipertahankan pada triwulan selanjutnya dengan harapan terjadi peningkatan juga di sektor pertanian.

Modal masih dalam tahap lelang tender. Hal yang menarik adalah besarnya realisasi belanja bansos pemda dengan porsi 12,4 persen dengan nilai Rp223 miliar.

(24)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

21

pemerintah pusat yang mencapai 75% persen dari total realisasi belanja. Porsi

tersebut lebih besar dibanding belanja operasional daerah, namun secara nilai lebih kecil Rp1,2 miliar. Sedangkan porsi realisasi belanja modal pemerintah pusat jauh lebih besar jika dibandingkan daerah yang mencapai 24,51 persen dengan nilai Rp871 miliar. Hal tersebut menunjukkan, perencanaan kegiatan pembangunan fisik satuan kerja pusat jauh lebih baik dibandingkan satuan kerja daerah (SKPD).

2. Analisis Perubahan

Realisasi belanja konsolidasian Sulut kuartal II 2018 tercatat sebesar Rp9.086,83 miliar, dengan struktur belanja relatif sama dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dominannya belanja pegawai menunjukkan belanja yang dialokasikan lebih bersifat operasional rutin pemerintahan.

Perubahan yang menarik adalah turunnya proporsi realisasi belanja modal dan belanja barang yang mencapai masing-masing 1,8 persen dan 2,1 persen.

Sedangkan proporsi belanja pegawai mengalami peningkatan diatas 1,6 persen. Penambahan personel TNI dengan terbentuknya Kodam Merdeka di Sulawesi Utara serta penambahan personel Kepolisian seiring naiknya tipologi Polda Sulut menjadi Tipe A menjadi penyebab utama kenaikan jenis belanja ini.

3. Analisis Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional

Kebijakan fiskal pemerintah terutama dari sisi belanja, diharapkan mampu berkontribusi secara optimal, tidak hanya pertumbuhan ekonomi regional, namun juga terhadap pemerataan pendapatan maupun peningkatan daya beli masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan positif berbagai indikator ekonomi regional.

Data diatas menunjukkan bahwa peningkatan realisasi belanja pemerintah di Sulut sebesar 8,12 persen berkontribusi menekan angka inflasi Sulut sebesar 0,5 persen. Bahkan dalam hal ini, Prov. Sulut mendapatkan penghargaan sebagai salah satu

(25)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

22

Provinsi terbaik dalam pengendalian inflasi tahun 2018 dari Bank Indonesia

(kompas.com). Di sisi lain, belanja tersebut juga berdampak positif terhadap angka pengangguran yang menunjukkan korelasi negatif, turun sebesar 0.87 persen dibandingkan data pengangguran per Februai 2017. Namun ternyata berdasar indikator jumlah angkatan kerja yang bekerja per Februari 2018 juga mengalami penurunan sebesar 0,37 persen.

Hal tersebut mengindikasikan peran kebijakan fiskal di daerah kurang menyentuh usaha perbaikan indikator-indikator ekonomi regional terutama tingkat pengangguran. BPS Sulut menyebutkan bahwa TPT pada periode tersebut lebih disebabkan antara lain berakhirnya masa panen beberapa komoditas pertanian, yang berimbas pada penurunan serapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor Pertanian. Pemda perlu memetakan kembali sektor-sektor yang perlu perhatian yang berdampak langsung terhadap perubahan struktur angkatan kerja. Penyediaan lapangan kerja sementara atau informal perlu dipertimbangkan sebagai antisipasi penambahan pengangguran sementara, seperti yang terjadi pada sektor pertanian. Hal tersebut tentunya untuk menstabilkan tingkat pendapatan masyarakat maupun daya beli masyarakat.

D.

Analisis Kontribusi Pemerintah dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sulut mengalami pertumbuhan jika dibandingkan dengan Triwulan yang sama tahun 2017 dimana PDRB triwulan II y-o-y sebesar 5,83 persen. Pertumbuhan ekonomi Sulut tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata capaian ekonomi secara nasional sebesar 5,27 persen. Kontribusi Pengeluaran Konsolidasi terhadap PDRB

untuk Triwulan II 2018 sebesar 18,57 persen, naik signifikan sebesar 1,51 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi belanja pemerintah di Sulut secara umum berkorelasi positif terhadap pertumbuhan di hampir semua sektor lapangan usaha, kecuali sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan serta Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa belanja pemerintah juga turut berkontribusi terhadap pertumbuhan berbagai sektor pada PDRB. Pertumbuhan terbesar terdapat pada sektor Jasa lainnya, diantaranya meningkatnya kegiatan tempat rekreasi dan pariwisata di musim liburan yang terlihat

(26)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB IV

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)

23

dari cukup tingginya jumlah kunjungan

wisman pada Semester I 2018 yang mencapai 59.125 orang, naik 73,4% jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2017 yang hanya mencapai 34.099 orang. Sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor lainnya seperti Transportasi dan Pergudangan serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Namun demikian, yang perlu menjadi

perhatian khususnya pemerintah daerah, adalah untuk menyusun strategi kebijakan fiskal yang lebih berdampak langsung tidak hanya sekedar angka pertumbuhan ekonomi namun juga dapat menurunkan angka gini ratio atau kesenjangan ekonomi serta penyediaan lapangan kerja baru penduduk Sulut.

Bab V

Analisis Tematik : Kontribusi Sektor Pariwisata

pada PAD Sulut

Salah satu misi Gubernur Olly Dondokambey dan Wakil Gubernur Steven Kandouw di era pemerintahannya adalah upaya pengembangan industri sektor pariwisata dan perannya sebagai pengungkit laju pertumbuhan ekonomi Sulut dan sekaligus peningkatan PAD. Pernyataan tersebut seringakli diungkapkan dalam berbagai kesempatan. Namun, dalam kenyataannya, peningkatan PAD belum nyata dirasa dari sektor pariwisata yang terproksikan dalam penerimaan dari sektor Akomodasi, Rumah Makan dan Hiburan. Hal tersebut bahkan sempat membuat Wakil Gubernur Sulawesi Utara menyindir dalam Rapat Evaluasi Pengelolaan Keuangan dan Penyerapan Realisasi Anggaran Semester I (manadopostonline.com) agar Kepala Dinas Pariwisata yang tidak mampu meningkatkan PAD direkomendasikan untuk ditangkap pihak berwajib, terutama di empat daerah: Manado, Minahasa, Tomohon, dan Minahasa Utara.

Berdasarkan Kajian Eonomi dan Keuangan Regional 2017 - Bank Indonesia Perwakilan Sulut, sumber utama pertumbuhan ekonomi Sulut di tahun 2017 adalah sektor pertanian,

(27)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB V

Analisis Tematik

24

industri pengolahan dan konstruksi. Sedangkan pariwisata diniliai kurang memberikan

kontribusi, meski berdasar data BPS Sulut, peningkatan wisman tahun 2017 tumbuh 95.36% dibandingkan tahun 2016 dan mencapai angka 79.377 orang.

Usaha pemerintah provinsi melalui pembukaan rute baru International Direct Flight Manado ke delapan kota di China yang diantaranya, Hongkong, Guangzhou dan Macau, pada maskapai Lion Air, Sriwijaya Air dan Citilink (www.tribunnews.com), cukup berhasil dengan tercatatnya dominasi wisman Cina yang mencapai 83,94% di tahun 2017 (sulut. bps.go.id). PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Bandara Sam Ratulangi juga sukses di-lobi untuk pengoperasian Bandara 1 x 24 Jam demi peningkatan layanan yang ada.

tidak selaju pertumbuhan wisman. Bahkan data tingkat hunian rata-rata tahunan hanya mencapai 63,7% di tahun 2017 turun 1,2% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 64,9%, namun mampu rebound di semester I 2018 ke 66,23% . Hal tersebut cukup menarik jika melihat tingginya peningkatan pertumbuhan wisman. Apabila dianalisa berdasarkan kelas akomodasi terlihat bahwa tren penurunan terbesar justru pada Hotel Bintang 5, sedangkan kelas bintang lainnya sedikit mengalami tren kenaikan. Rendahnya kontribusi sektor pariwisata

yang tercermin dari penerimaan pajak akomodasi, rumah makan dan hiburan ternyata sejalan dengan data laju pertumbuhan tingkat hunian yang

Kontribusi Penerimaan Pajak Akomodasi Rumah Makan dan Hiburan terhadap PAD

Upaya pencapaian target 150.000 wisman di sektor infrastruktur

Di tahun 2018 ini, pemprov Sulut cukup agresif dengan menetapkan target 150.000 wisman. Untuk mencapai target tersebut telah dibangun kerja sama dengan Korea serta pengembangan KEK sektor pariwisata di Likupang seluas 2000 hektar (sumirat, 2018). KEK Pariwisata Likupang adalah terobosan Pemprov Sulut yang terintegrasi dengan proyek KEK Bitung yang telah berjalan sejak 2014 di area seluas 534 hektar. Cina pun berniat untuk turut berinvestasi di bisnis pariwisata di Likupang yang diinisiasi pada akhir Januari 2018, antara Delegasi Pemerintah China dengan Olly di Minahasa Utara. Demi suksesnya program tersebut, Pemprov Sulut membangun jalur baru akses menuju Likupang sepanjang 28 km, untuk memangkas waktu tempuh dari 90 menit menjadi

(28)

ajian Fiskal Regional Triwulan II Tahun 2018

K

antor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

BAB V

Analisis Tematik

25

30 menit. Hingga akhir 2017, Pemprov Sulut telah merehabilitasi jalan dan jembatan

sepanjang 998,61 km di 15 kabupaten/kota. Sementara, pembangunan jalan tol Manado - Minahasa Utara - Bitung sepanjang 39km, hingga akhir 2017 telah mencapai 26,29%. Selain akses darat, Pemprov Sulut juga telah menambah jalur transportasi laut dan merehabilitasi berbagai pelabuhan perintis di daerah kepulauan terluar untuk mempermudah akses logistik maupun jalur pariwisata di daerah tersebut.

Upaya peningkatan PAD sektor pariwisata

Besarnya upaya yang dilakukan, menunjukkan keseriusan pimpinan demi memajukan sektor pariwisata sekaligus untuk menggenjot PAD di Sulut. Sehingga wajar Pimpinan Daerah kecewa atas performa sektor tersebut ditinjau dari sisi PAD yang diterima daerah. Dari sisi usaha pengembangan sektor pariwisata, upaya yang dilakukan Pemprov dapat dianggap sudah lebih dari cukup. Bahkan dampak makro pun juga terlihat, baik dari dampak belanja infrastruktur hingga perekonomian penduduk sekitar tempat pariwisata, meskipun dalam hal ini sangat sulit perhitungan keuangannya untuk dilakukan. Pekerjaan Rumah selanjutnya adalah bagaimana mengkonversi pengembangan pariwisata tersebut menjadi unsur penambah PAD yang lebih terukur dan optimal. Usaha yang dapat dilakukan antara lain, perbaikan data base obyek pajak serta penyusunan lagi kebijakan tarif pajak, khususnya dalam hal ini sektor akomodasi, rumah makan, dan hiburan. Selain itu pengembangan sistem komputerisasi perpajakan sebagai bagian pengawasan internal pemungutan pajak juga dapat dikembangkan. Pemda dapat bekerjasama dengan perbankan atau BPD SulutGo untuk mengambangkan sebuah sistem yang terintegrasi dengan sistem monitoring dan pelaporan, sehingga dapat terpantau obyek pajak yang belum memenuhi kewajiban, dan bahkan menyediakan sistem notifikasi atau warning ke obyek pajak tersebut. Sistem tersebut dapat berkaca pada keberhasilan Modul Penerimaan Negara Gen-2 (MPN G2) di Kementerian Keuangan yang berhasil menghilangkan potensi terjadinya korupsi, kolusi dan kerugian negara. Keseriusan pemerintah daerah dalam reformasi sistem perpajakan daerah menjadi modal utama untuk pengembangan sistem perpajakan yang terintegrasi di semua unit penerimaan daerah demi mengejar PAD yang optimal.

(29)

2018

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

Provinsi Sulawesi Utara

Gedung Keuangan Negara Manado Lt. III

Jl. Bethesda No. 8 Manado - 95114

Telepon (0431) 848444

Faksimile (0431) 848666

Website www.djpbn.kemenkeu.go.id/kanwil/sulut/id/

KEMENTERIAN KEUANGAN

(30)

Prognosis Perpajakan

Data yang dipakai adalah data realisasi perpajakan (41xxxx) bulanan periode 2013-2017 untuk memprediksi belanja 11 bulan ke depan dan untuk selanjutnya diambil total realisasi 5 periode akhir yang mencerminkan periode Juli-November. Untuk proyeksi Desember, berdasarkan tahun-tahun sebelumnya capaian realisasi 2x realisasi bulan sebelumnya. Berdasarkan hasil uji stasioner, data tidak perlu dilakukan

differencial smoothing (d=0) sehingga dapat langsung digunakan untuk menentukan model yang

digunakan pada ARIMA (p,d,q).

Dari gambar diatas dihasilkan nilai p : 2 dan q : 3, sehingga Model ARIMA yang akan diuji adalah ARIMA (2,0,3), ARIMA (2,0,2), ARIMA (2,0,1), ARIMA (2,0,0), ARIMA (1,0,3), ARIMA (1,0,2), ARIMA (1,0,1), ARIMA (1,0,0), ARIMA (0,0,3), ARIMA (0,0,2), dan ARIMA (0,0,1).

Berdasarkan hasil pengujian ditemukan hasil yang signifikan terdapat pada 8 model ARIMA.

Dari semua model tersebut, ARIMA (1,0,1) dengan konstanta menunjukkan MS Error terkecil, sehingga angka forecasting yang digunakan adalah pada model tersebut

Nilai Forecasting semester II untuk Perpajakan adalah Rp2.251 miliar

Model Signifikan MS

ARIMA (2,0,0) Tanpa Konstanta 13753 ARIMA (1,0,1) Tanpa Konstanta 10389 ARIMA (1,0,0) Dengan Konstanta 11348 Tanpa Konstanta 14817 ARIMA (0,0,3) Tanpa Konstanta 21084 ARIMA (0,0,2) Tanpa Konstanta 24006 ARIMA (0,0,1) Dengan Konstanta 11324 Tanpa Konstanta 28250

Bulan Periode Forecast

Juli 67 319,76 Agust 68 320,57 Sept 69 321,38 Okt 70 322,19 Nov 71 323,00 Des 644,00 Total 2.251

(31)

Hasil Pengujian

ARIMA (2,0,2) – Tidak Signifikan

Unable

ARIMA (2,0,2) – Tidak Signifikan Tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.4995 0.4407 1.13 0.262 AR 2 0.5035 0.4399 1.14 0.257 MA 1 0.1811 0.3875 0.47 0.642 MA 2 0.6086 0.3002 2.03 0.047 Number of observations: 60 Residuals: SS = 579004 (backforecasts excluded) MS = 10339 DF = 56

ARIMA (2,0,1) – Tidak Signifikan

Unable

ARIMA (2,0,1) – Tidak Signifikan Tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 1.1409 0.1721 6.63 0.000 AR 2 -0.1383 0.1711 -0.81 0.423 MA 1 0.8826 0.1026 8.60 0.000 Number of observations: 60 Residuals: SS = 597043 (backforecasts excluded) MS = 10474 DF = 57

ARIMA (2,0,0) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.3512 0.1459 2.41 0.019 AR 2 0.0248 0.1475 0.17 0.867 Constant 130.35 13.99 9.31 0.000 Mean 208.89 22.43 Number of observations: 60 Residuals: SS = 657767 (backforecasts excluded) MS = 11540 DF = 57

ARIMA (2,0,0) –Signifikan Tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.6373 0.1326 4.81 0.000 AR 2 0.3209 0.1345 2.39 0.020

Number of observations: 60

Residuals: SS = 797685 (backforecasts excluded) MS = 13753 DF = 58

ARIMA (2,0,1) – Tidak Signifikan

Unable

ARIMA (1,0,3) – Tidak Signifikan tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 1.0015 0.0125 80.21 0.000 MA 1 0.7199 0.1450 4.97 0.000 MA 2 0.3351 0.1646 2.04 0.047 MA 3 -0.2022 0.1443 -1.40 0.167 Number of observations: 60 Residuals: SS = 574496 (backforecasts excluded) MS = 10259 DF = 56

(32)

ARIMA (1,0,2) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.4837 1.4952 -0.32 0.748 MA 1 -0.8514 1.5144 -0.56 0.576 MA 2 -0.1350 0.6619 -0.20 0.839 Constant 307.75 27.78 11.08 0.000 Mean 207.42 18.72 Number of observations: 60 Residuals: SS = 654020 (backforecasts excluded) MS = 11679 DF = 56

ARIMA (1,0,2) – Tidak Signifikan Tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 1.0014 0.0121 82.45 0.000 MA 1 0.6648 0.1464 4.54 0.000 MA 2 0.1983 0.1456 1.36 0.179 Number of observations: 60 Residuals: SS = 597374 (backforecasts excluded) MS = 10480 DF = 57

ARIMA (1,0,1) – Tidak Signifikan

Unable

ARIMA (1,0,1) – Signifikan Tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 1.0025 0.0112 89.60 0.000 MA 1 0.8615 0.0921 9.36 0.000 Number of observations: 60

Residuals: SS = 602577 (backforecasts excluded) MS = 10389 DF = 58

Forecasts from period 60

95% Limits

Period Forecast Lower Upper Actual 61 314.970 115.151 514.788 62 315.763 113.969 517.558 63 316.559 112.798 520.321 64 317.357 111.638 523.077 65 318.157 110.489 525.826 66 318.959 109.350 528.568 67 319.763 108.221 531.305 68 320.569 107.103 534.036 69 321.377 105.993 536.761 70 322.187 104.894 539.480 71 322.999 103.803 542.195 72 323.813 102.722 544.905 ARIMA (1,0,0) – Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.3581 0.1385 2.59 0.012 Constant 133.94 13.81 9.70 0.000 Mean 208.67 21.52 Number of observations: 60 Residuals: SS = 658184 (backforecasts excluded) MS = 11348 DF = 58 ARIMA (1,0,0) – Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.9066 0.0708 12.80 0.000

Number of observations: 60

Residuals: SS = 874208 (backforecasts excluded) MS = 14817 DF = 59

ARIMA (0,0,3) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.3155 0.1438 -2.19 0.032 MA 2 -0.0321 0.1553 -0.21 0.837 MA 3 -0.1936 0.1454 -1.33 0.188 Constant 208.32 21.25 9.80 0.000 Mean 208.32 21.25 Number of observations: 60 Residuals: SS = 634050 (backforecasts excluded) MS = 11322 DF = 56

ARIMA (0,0,3) – Signifikan tanpa kontsanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.8331 0.1284 -6.49 0.000 MA 2 -0.5384 0.1597 -3.37 0.001 MA 3 -0.3438 0.1302 -2.64 0.011 Number of observations: 60 Residuals: SS = 1201814 (backforecasts excluded) MS = 21084 DF = 57

(33)

ARIMA (0,0,2) – Tidak Signifikan,

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.3832 0.1459 -2.63 0.011 MA 2 0.0181 0.1474 0.12 0.903 Constant 207.61 18.98 10.94 0.000 Mean 207.61 18.98 Number of observations: 60 Residuals: SS = 656581 (backforecasts excluded) MS = 11519 DF = 57

ARIMA (0,0,2) –Signifikan tanpa kontsanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.8829 0.1284 -6.88 0.000 MA 2 -0.3666 0.1290 -2.84 0.006 Number of observations: 60 Residuals: SS = 1392320 (backforecasts excluded) MS = 24006 DF = 58 ARIMA (0,0,1) –Signifikan,

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.3860 0.1297 -2.98 0.004 Constant 207.73 19.04 10.91 0.000 Mean 207.73 19.04 Number of observations: 60 Residuals: SS = 656797 (backforecasts excluded) MS = 11324 DF = 58

ARIMA (0,0,1) –Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 -0.7095 0.0924 -7.68 0.000 Number of observations: 60 Residuals: SS = 1666753 (backforecasts excluded) MS = 28250 DF = 59 Prognosis PNBP

Data yang dipakai adalah data realisasi perpajakan (41xxxx) bulanan periode 2013-2017 untuk memprediksi belanja 12 bulan ke depan. Berdasarkan hasil uji stasioner, data menunjukkan non-stasioneritas sehingga perlu dilakukan differencial smoothing (satu kali) untuk menentukan model yang digunakan pada ARIMA (p,d,q).

(34)

Dari gambar diatas dihasilkan nilai p : 2 , d : 1 dan q : 3, sehingga Model ARIMA yang akan diuji adalah ARIMA (2,1,3), ARIMA (2,1,2), ARIMA (2,1,1), ARIMA (2,1,0), ARIMA (1,1,3), ARIMA (1,1,2), ARIMA (1,1,1), ARIMA (1,1,0), ARIMA (0,1,3), ARIMA (0,1,2), dan ARIMA (0,1,1).

Berdasarkan hasil pengujian ditemukan hasil yang signifikan terdapat pada 6 model ARIMA. Dari semua model tersebut, ARIMA (2,1,3) tanpa konstanta menunjukkan MS Error terkecil, sehingga angka forecasting yang digunakan adalah pada model tersebut.

Nilai Forecasting semester II untuk PNBP adalah Rp190,83 miliar

Hasil Pengujian

ARIMA (2,1,3) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.5657 0.1395 4.05 0.000 AR 2 -0.9248 0.1284 -7.21 0.000 MA 1 1.3586 0.1651 8.23 0.000 MA 2 -1.2531 0.2468 -5.08 0.000 MA 3 0.8576 0.1847 4.64 0.000 Constant 0.2166 0.1930 1.12 0.267

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 20737.6 (backforecasts excluded)

MS = 391.3 DF = 53

ARIMA (2,1,3) –Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.6169 0.2237 2.76 0.008 AR 2 -0.8098 0.1822 -4.45 0.000 MA 1 1.3464 0.2643 5.09 0.000 MA 2 -1.0469 0.3561 -2.94 0.005 MA 3 0.6610 0.2216 2.98 0.004

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 21477.7 (backforecasts excluded)

MS = 397.7 DF = 54

Forecasts from period 60

95% Limits Period Forecast Lower Upper Actual 61 38.8689 -0.2278 77.9656 62 31.0098 -9.4917 71.5113 63 25.7749 -14.7891 66.3389 64 28.9101 -12.0428 69.8629 65 35.0833 -6.0409 76.2075 66 36.3524 -4.9462 77.6510 67 32.1362 -9.7382 74.0106 68 28.5076 -13.4566 70.4718 69 29.6836 -12.3473 71.7145 70 33.3475 -8.7377 75.4327 71 34.6552 -7.4845 76.7950 72 32.4949 -9.8949 74.8847 Model Signifikan MS

ARIMA (2,1,3) Tanpa Konstanta 397.7

ARIMA (2,1,0) Tanpa Konstanta 584.7 ARIMA (1,1,3) Tanpa Konstanta 400.4 ARIMA (1,1,0) Tanpa Konstanta 622.9 ARIMA (0,1,2) Tanpa Konstanta 415.7 ARIMA (0,1,1) Tanpa Konstanta 437.1

Bulan Period Forecast Juli 67 32,1362 Agust 68 28,5076 Sept 69 29,6836 Okt 70 33,3475 Nov 71 34,6552 Des 72 32,4949 Total 190,83

(35)

ARIMA (2,1,2) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.0167 0.6124 -0.03 0.978 AR 2 -0.1481 0.2389 -0.62 0.538 MA 1 0.7115 0.5883 1.21 0.232 MA 2 0.2573 0.6483 0.40 0.693 Constant 0.2352 0.2413 0.98 0.334

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 22684.0 (backforecasts excluded)

MS = 420.1 DF = 54

ARIMA (2,1,2) – Tidak Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.0414 0.6347 0.07 0.948 AR 2 -0.1303 0.2283 -0.57 0.570 MA 1 0.7513 0.6486 1.16 0.252 MA 2 0.2223 0.6332 0.35 0.727

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23300.3 (backforecasts excluded)

MS = 423.6 DF = 55

ARIMA (2,1,1) – Tidak Signifikan Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -1.0993 0.1341 -8.20 0.000 AR 2 -0.0929 0.1372 -0.68 0.501 MA 1 -0.9959 0.0035 -284.49 0.000 Constant 0.739 6.425 0.11 0.909

Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 34846.0 (backforecasts excluded)

MS = 633.6 DF = 55

ARIMA (2,1,1) – Tidak Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -1.0999 0.1337 -8.23 0.000 AR 2 -0.0923 0.1433 -0.64 0.522 MA 1 -0.9987 0.0075 -133.20 0.000

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 35357.3 (backforecasts excluded)

MS = 631.4 DF = 56

ARIMA (2,1,0) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.3312 0.1288 -2.57 0.013 AR 2 -0.2791 0.1288 -2.17 0.034 Constant 0.008 3.176 0.00 0.998

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 33326.5 (backforecasts excluded)

MS = 595.1 DF = 56

ARIMA (2,1,0) – Signifikan tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.3312 0.1276 -2.60 0.012 AR 2 -0.2791 0.1276 -2.19 0.033

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 33326.6 (backforecasts excluded)

(36)

ARIMA (1,1,3) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -1.0011 0.0294 -34.05 0.000 MA 1 -0.4347 0.1321 -3.29 0.002 MA 2 0.9522 0.0882 10.79 0.000 MA 3 0.4033 0.1288 3.13 0.003 Constant 0.3724 0.2374 1.57 0.123 Differencing: 1 regular difference

Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 21591.6 (backforecasts excluded)

MS = 399.8 DF = 54

ARIMA (1,1,3) –Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -1.0006 0.0163 -61.52 0.000 MA 1 -0.4395 0.1291 -3.40 0.001 MA 2 0.9520 0.0845 11.26 0.000 MA 3 0.4103 0.1300 3.16 0.003

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 22023.6 (backforecasts excluded)

MS = 400.4 DF = 55

ARIMA (1,1,2) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.1932 0.4970 -0.39 0.699 MA 1 0.5267 0.4809 1.10 0.278 MA 2 0.4375 0.4211 1.04 0.303 Constant 0.2344 0.3056 0.77 0.447 Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23061.0 (backforecasts excluded)

MS = 419.3 DF = 55

ARIMA (1,1,2) – Tidak Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.1654 0.4627 -0.36 0.722 MA 1 0.5421 0.4276 1.27 0.210 MA 2 0.4269 0.4044 1.06 0.296 Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23598.5 (backforecasts excluded)

MS = 421.4 DF = 56

ARIMA (1,1,1) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.1927 0.1444 1.33 0.187 MA 1 0.9714 0.0999 9.73 0.000 Constant 0.1585 0.2415 0.66 0.514 Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23698.9 (backforecasts excluded)

MS = 423.2 DF = 56

ARIMA (1,1,1) – Tidak Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 0.2211 0.1382 1.60 0.115 MA 1 0.9738 0.0509 19.12 0.000 Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 24185.2 (backforecasts excluded)

MS = 424.3 DF = 57

ARIMA (1,1,0) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.2584 0.1284 -2.01 0.049 Constant -0.006 3.278 -0.00 0.998

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 36126.4 (backforecasts excluded)

MS = 633.8 DF = 57

ARIMA (1,1,0) – Signifikan tanpa Konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P AR 1 -0.2583 0.1273 -2.03 0.047

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 36126.4 (backforecasts excluded)

(37)

ARIMA (0,1,3) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.7135 0.1413 5.05 0.000 MA 2 0.3463 0.1583 2.19 0.033 MA 3 -0.0923 0.1442 -0.64 0.525 Constant 0.2060 0.2735 0.75 0.455

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 22944.2 (backforecasts excluded)

MS = 417.2 DF = 55

ARIMA (0,1,3) – Tidak Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.6873 0.1340 5.13 0.000 MA 2 0.3368 0.1537 2.19 0.033 MA 3 -0.0563 0.1380 -0.41 0.685

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23584.2 (backforecasts excluded)

MS = 421.1 DF = 56

ARIMA (0,1,2) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.6637 0.1429 4.65 0.000 MA 2 0.3046 0.1458 2.09 0.041 Constant 0.1930 0.2932 0.66 0.513

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23209.4 (backforecasts excluded)

MS = 414.5 DF = 56

ARIMA (0,1,2) –Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.6534 0.1262 5.18 0.000 MA 2 0.3184 0.1296 2.46 0.017

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 23697.7 (backforecasts excluded)

MS = 415.7 DF = 57

ARIMA (0,1,1) – Tidak Signifikan

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.9721 0.0820 11.86 0.000 Constant 0.2037 0.2342 0.87 0.388

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 24603.6 (backforecasts excluded)

MS = 431.6 DF = 57

ARIMA (0,1,1) – Signifikan tanpa konstanta

Final Estimates of Parameters

Type Coef SE Coef T P MA 1 0.9752 0.0476 20.51 0.000

Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 60, after differencing 59

Residuals: SS = 25350.9 (backforecasts excluded)

Gambar

Grafik Perkembangan TPT Sulut dan Nasional (Persen)
Grafik  berikut  menegaskan  bahwa  proporsi  pembentuk pendapatan konsolidasian masih sama  antara tahun 2017 dan 2018

Referensi

Dokumen terkait