• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ASPEK GEOLOGI DI PERAIRAN DELTA BODRI, KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ASPEK GEOLOGI DI PERAIRAN DELTA BODRI, KABUPATEN KENDAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI ASPEK GEOLOGI DI PERAIRAN DELTA BODRI,

KABUPATEN KENDAL

Aries Dwi Siswanto

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo Abstract

The condition of Bodri waters of Kendal Regency has changed significantly as other areas of northern coastal areas of Central Java. The positive impact of the changes is the increase of land area while the negative impact is the degradation of coastal land. One of rivers in Kendal Regency is Bodri river that flows to Java Sea. This river brings sediment and waste that will be sedimented in its estuarin area as a result of inluence of high tide and water current.

The objective of this study was to examine the geologycal aspect especially the texture of sediment in Bodri waters, Kendal Regency. The research was carried out at Bodri waters from September to October in 2003. sediment sampels and hydro oceanography aspects were sampled at 12 sampling points for four weeks. The samples were then analysed at the laboratory of Marine science, Fishery Faculty, Diponegoro University at Teluk Awur Campus, Jepara. The method applied was case study with sample survey method.

The result showed that the sediment was dominated by sand and slightly varied by and clay. Sediment was originally from rock decomposition at the area of Bodri river. Hydro-oceanography parameter of the location significantly influenced sediment accumulation in the river.

Kata kunci : pantai, delta, sedimen, parameter hidro-oseanografi

PENDAHULUAN

Dinamika pantai di daerah Kabupaten Kendal mengalami perkembangan cukup signifikan sebagaimana daerah pesisir pantai utara pada umumnya. Dinamika ini menimbulkan perubahan, sehingga berdampak positif (penambahan luas daratan) dan berdampak negatif (tererosinya sebagian daratan yang mengakibatkan kemunduran garis pantai).

Sungai Bodri bermuara di laut Jawa. Aliran sungai Bodri membawa material sedimen, sampah maupun limbah yang terendapkan di sekitar muara akibat pengaruh pasang, arus dan gelombang. Sungai, selain mengalirkan air juga mengangkut sedimen (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) sehingga menjadi salah satu sumber sedimen di daerah muara sungai dan pantai. Penelitian mengenai karakteristik sedimen di sekitar delta Bodri, Kabupaten Kendal menjadi penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang aspek geologi.

TINJAUAN PUSTAKA Pantai

Menurut Priyono (1996) pantai didefinisikan sebagai wilayah yang terbentang dari tempat terjadinya perubahan fisiografi seperti tebing pantai dune (tempat dimana tumbuh tumbuhan permanen) sampai ke suatu tempat di perairan (laut) dimana sedimen dasar tidak dipengaruhi oleh gelombang permukaan.

Kennet (1982) menyebut pantai sebagai daerah paling dinamis dari semua lingkungan laut yang terpengaruh oleh proses gelombang yang secara konstan memungkinkan terjadinya perubahan. Bird (1984) menjelaskan bahwa pantai yang merupakan garis pertemuan antara daratan dan lautan mendapatkan pengaruh dari laut dan darat, dimana, pengaruh dari laut berupa gelombang, arus, pasang, angin, bathimetri dan keterdapatan karang pantai, pasokan dan jenis sedimen dari sungai dan vegetasi; sedangkan pengaruh darat terhadap pantai berupa morfologi (kemiringan atau topografi) dan litologi

(2)

(batuan penyusun). Triatmodjo (1999) menjelaskan bahwa pantai merupakan daerah yang berada di tepi perairan yang masih mendapatkan pengaruh laut berupa air pasang tertinggi dan air surut terendah. Garis pantai merupakan garis batas pertemuan antara daratan dan air laut dimana posisinya tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan kondisi pasang air laut dan erosi pantai yang terjadi.

Gambar 1. Definisi dan Batasan Pantai (Sumber: Triatmodjo, 1999)

Gambar 2. Profil Pantai (Sumber: Komar, 1998; Triatmodjo, 1999) Delta

Delta pada umumnya berkembang pada daerah yang mempunyai sistem drainase dimana alur sungai utama tiba di pantai dan menyuplai sedimen pada kawasan yang bersangkutan dan merupakan suatu penonjolan keluar garis pantai yang disebabkan karena aliran sungai masuk ke dalam laut atau danau, suplai sedimen lebih cepat daripada proses pendistribusian oleh tenaga marin (Priyono, 1996). Menurut Priyono (1996), deposisi muatan dasar terjadi dengan cepat tetapi lingkungan pengendapan sangat bergantung pada densitas air sungai dan

air laut, sehingga tiga (3) kondisi dapat terjadi, yaitu: homopiknal, hiperpiknal dan hipopiknal. Berdasarkan karakteristik geomorfologinya, menurut Priyono (1996), delta dibedakan menjadi dua, yaitu

delta front dan delta plain.

Karakter delta dipengaruhi oleh kekasaran sedimen (Elliot, 1979 dalam Kennet, 1982). Sedimen kasar cenderung terakumulasi dekat muara sungai, sedangkan sedimen yang lebih halus yang terdistribusi secara luas akan terdispersi. Sedimen

Pethick (1984) mendefinisikan sedimen sebagai sekumpulan rombakan material (batuan, mineral dan bahan organik) dengan ukuran butir tertentu.

Menurut Pipkin et. al. (1977) sedimen didefinisikan sebagai pecahan dari batuan, mineral, atau materi organik yang ditransportasikan dari berbagai tempat dan didepositkan oleh angin, air, dan es. Sedimen yang dimaksud diatas mengalami siklus dalam beberapa tingkatan yang dibedakan dalam fase pelapukan, erosi, transportasi, deposisi, lithifikasi, uplift (penaikan) dan pelapukan kembali (Selley, 1988). Sedimen pantai, berasal dari erosi sungai, erosi pantai, dan erosi dasar laut. Faktanya, sungai memberikan suplai relatif besar (kurang lebih 90%) terhadap transport sedimen pantai (Pethick, 1984)

Klasifikasi Sedimen

Umumnya sedimen diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir (Skala Wenwoth) (Tabel 1) (Selley, 1988).

Tabel 1. Klasifikasi Sedimen berdasarkan Ukuran Butir

No. Nama Diameter (mm)

1 Kerakal > 0.6400 2 Kerikil 4.0000 – 64.000 3 Gravel 2.0000 – 4.0000 4 Pasir sangat kasar 1.0000 – 2.0000 5 Pasir kasar 0.5000 – 1.0000 6 Pasir sedang 0.2500 – 0.5000 7 Pasir halus 0.1250 – 0.2500 8 Pasir sangat halus 0.0625 – 0.1250 9 Lanau 0.0039 – 0.0625 10 Lempung < 0.0039

(3)

Koesoemadinata (1980) mengklasifikasikan sedimen berdasarkan

kecepatan pengendapannya (Tabel 2). Tabel 2. Klasifikasi Ukuran Butir

Berdasarkan Kecepatan Pengendapan

No. Nama Kecepatan

Pengendapan (mikron/detik)

1 Pasir sangat halus > 3.840 2 Lanau kasar 960 – 3.840 3 Lanau sedang 240 – 960 4 Lanau halus 60 – 240 5 Lanau sangat halus 15 – 60 6 Lempung kasar 3.75 – 15 7 Lempung sedang 0.9375 – 3.75 8 Lempung halus < 0.9375

Sumber: Koesoemadinata (1980).

Distribusi Sedimen

Distribusi sedimen meliptui rata-rata (mean), pemilahan (sortasi), kepencengan (skewness), dan keruncingan (kurtosis) (Pethick, 1984).

Rata-rata (Mean)

Koesoemadinata (1979) dalam Sitorus (2001) mendefinisikan rata-rata (mean) sebagai nilai rata-rata dari ukuran butir. Nilai ini menunjukkan nilai energi yang disebabkan angin atau air yang menggerakkan sedimen tersebut (Pethick, 1984).

Pemilahan (Sortasi)

Koesoemadinata (1979) dalam Sitorus (2001) menyebutkan pemilahan atau disebut keseragaman ukuran butir dapat dijadikan dasar untuk mendeskripsikan tipe, karakter arus, dan kecepatan pengendapan. Hal tersebut menandakan kisaran energi yang menghasilkan sedimen (Pethick, 1984), sehingga makin besar harga pemilahan yang berarti terpilah jelek maka hanya sedikit seleksi dari butiran yang tinggal selama transportasi atau deposisi. Sebaliknya, pemilahan yang baik adalah yang memiliki nilai pemilahan yang rendah yang berarti dihasilkan oleh aksi yang selektif dari angin atau gelombang yang mentransport dan mendeposisikan ukuran butir dengan kisaran yang pendek. Klasifikasi pemilahan disajikan dalam Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Klasifikasi Pemilahan Sedimen

No. Harga Pemilahan Klasifikasi

Pemilahan

1 < 0.35 Terpilah sangat baik 2 0.35 – 0.50 Terpilah baik 3 0.50 – 0.80 Terpilah cukup baik 4 0.80 – 1.40 Terpilah sedang 5 1.40 – 2.00 Terpilah jelek 6 2.00 – 2.60 Terpilah sangat jelek 7 > 2.60 Terpilah sangat jelek

sekali

Sumber: Richard (1992) dalam Shobirin (1999).

Kepencengan (Skewness)

Folk (1980) mendefinisikan kepencengan (skewness) sebagai penyimpangan distribusi ukuran butir terhadap distribusi normal yang merupakan distribusi ukuran butir dimana bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butir paling banyak, butiran yang lebih kasar dan lebih halus tersebar disisi kanan dan kiri dalam jumlah yang sama. Kepencengan (skewness) bernilai positif menandakan lebih banyak butiran halus yang disebabkan oleh penambahan butiran halus pada deposit atau perpindahan selektif butiran kasar, dapat juga disebabkan oleh keduanya. Klasifikasi kepencengan (skewness) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Kepencengan (skewness)

No. Tingkat kepencengan (skewness)

Harga Kepencengan (skewness)

1 Menceng sangat kasar (-)1.00 – (-)0.30 2 Menceng kasar (-)0.30 – (-)0.10 3 Menceng simetris (-)0.10– (+)0.10 4 Menceng halus (+)0.10– (+)0.30 5 Menceng sangat halus (+)0.30– (+)1.00

Sumber: Folk, (1980).

Keruncingan (Kurtosis)

Menurut Folk (1980) keruncingan dapat dihitung melalui grafik keruncingan yang menggambarkan hubungan antara bagian tengah kurva dengan bagian bawah. Klasifikasi keruncingan sedimen dapat dilihat pada Tabel 5.

(4)

Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Keruncingan (Kurtosis)

No. Tingkat Keruncingan (Kurtosis)

Harga Keruncingan (Kurtosis)

1 Puncak sangat tumpul < 0.67 2 Puncak tumpul 0.67 – 0.90 3 Puncak cukup 0.90 – 1.11 4 Puncak runcing 1.11 – 1.50 5 Puncak sangat runcing 1.50 – 3.00 6 Puncak sangat runcing

sekali

> 3.00

Sumber: Folk, (1980). Kondisi Hidro-Oseanografi

Arus merupakan gerakan air yang mengakibatkan perpindahan massa air (Hutabarat dan Evans, 1984). Arus laut terbentuk oleh angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena gelombang yang membentur pantai secara miring. Arus laut mampu membawa sedimen yang melayang maupun sedimen yang terdapat di dasar laut (Dahuri et al., 1996).

Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999) gelombang laut yang timbul diakibatkan angin di atas permukaan laut dan bisa juga oleh tekanan tangensial pada partikel air. Menurut Dahuri et al., (1996) gelombang di permukaan laut umumnya terbentuk karena adanya proses aliran energi dari angin ke permukaan laut atau pada saat tertentu yang disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang dapat merambat ke segala arah membawa energi, kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Gelombang yang mendekati pantai mengalami refraction

dan convergence jika mendekati

semenanjung, atau divergence jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal mengalami

spilling, plunging, collapsing atau surging.

(Gambar 3) (Komar, 1976; 1998; Sorensen, 1978; Kennet, 1982; Triatmodjo, 1999).

Gambar 3. Karakteristik Gelombang (Sumber: Triatmodjo, 1999)

Pasang merupakan satu fenomena alam yang terjadi di wilayah lautan secara periodik. Open University (1989) mendefinisikan pasang sebagai gelombang di perairan dangkal yang digerakkan oleh gaya gravitasi akibat posisi bulan dan matahari yang bervariasi terhadap lautan. Respon yang diberikan oleh perairan dangkal terhadap gaya gravitasi menyebabkan massa air bergerak secara vertikal dan horisontal (Ingmanson et al., 1989) dengan periode tertentu (Gross, 1993).

Pasang merupakan komponen penting dalam dinamika pantai yang menghasilkan arus dan perpindahan sedimen. Proses pasang sangat berpengaruh pada daerah dengan energi gelombang yang relatif lemah, lagoon, teluk dan estuarin (Viles and Spencer, 1994).

MATERI DAN METODA PENELITIAN

Materi dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa sampel sedimen, gelombang (tinggi, sudut datang dan periode) dan arus (kecepatan dan arah). Sedangkan data sekunder berupa peta rupa bumi. Alat dan bahan yang digunakan disajikan pada Tabel 6.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2003 dengan lokasi di perairan delta Bodri, Kabupaten Kendal.

(5)

Tahap pertama berupa survey lapangan (Juli-Agustus 2003). Tahap kedua yaitu penelitian lapangan (September-Oktober 2003). Tahap ketiga berupa analisa sampel di laboratorium jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Teluk Awur, Jepara (Oktober-November 2003). Tabel 6. Alat dan Bahan yang digunakan

dalam penelitian di perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal.

No

Alat

Kegunaan Ketelitian

1 Bola duga Mengukur arus 0,05 m/dt 2 Tongkat berskala Mengukur kedalaman 1 cm 3 Kalkulator Menghitung - 4 Kantong plastik Tempat sampel - 5 Secchi disk Mengukur

kecerahan 1 cm 6 Core sampler Sampel sedimen - 7 Masker dan snorkel Alat bantu renang - 8 Timbangan elektrik Menimbang sampel 0,0001 gr 9 Petridisk Wadah mengeringkan sampel - 10 Gelas ukur 1000 ml Tempat pemipetan - 11 Oven Mengeringkan sampel Max 250oC 12 Pipet volume 50 ml Melakukan pemipetan 1 ml

13 Stop watch Menentukan waktu pemipetan 0,1 dt 14 Sieve shaker Mengayak sedimen - 15 Vacuum pump Mempercepat penyaringan air - 16 Kertas Whatman Menyaring air - 17 Alat tulis Mencatat data - 18 Alumunium foil Tempat sampel sedimen - 19 Kompas Menentukan arah arus 0,1o 20 GPS Menentukan posisi sampling - 21 Piknometer Mengukur - berat jenis

Sumber: hasil penelitian, 2003

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.Menurut Hadi (1993), studi kasus adalah penelitian terhadap suatu kasus secara mendalam yang hanya berlaku pada waktu, tempat, dan populasi yang terbatas, sehingga memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi secara lokal dan hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk tempat dan waktu yang berbeda.

Pengukuran parameter hidro-oseanografi sesuai dengan lokasi pengambilan sampel sedimen. Sampel sedimen permukaan diambil menggunakan grap sampler, kemudian sample dimasukkan dalam kantong plastik untuk analisa ukuran butir. Sedimen yang telah dikeringkan kemudian dipisahkan antara yang mudah terurai dengan yang menggumpal. Sampel yang mudah terurai diayak dengan sieve shaker, sedangkan sampel yang menggumpal direndam dengan air kemudian dilakukan pemipetan.

Sampel sedimen dianalisis menggunakan metode Buchanan (1984)

dalam Holme and Mc Intyre (1984). Hasil

analisa diplot pada kertas semilog untuk dilakukan analisa statistik, antara lain: rata-rata, pemilahan, kepencengan, dan keruncingan. Rumus yang digunakan menurut Richard (1992) dalam Winarto (2002) sebagai berikut: Rata-rata: 3 84 50 25 Q Q Q M = + + Pemilahan: 2 16 84 Q Q S = − Kepencengan: 16 84 50 84 16 2 Q Q Q Q Q Sk − − + = Keruncingan: ) ( 44 . 2 75 25 5 95 Q Q Q Q K − − =

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(6)

Sungai Bodri mempunyai panjang 87 km dan luas DAS 549.90 km2 sehingga menjadikannya sebagai sungai terpanjang di Kabupaten Kendal (Dinas Pengairan, 2002) dengan alur sungai berkelok-kelok dan rawan longsor pada bagian hulunya. Sebagian besar sungai di daerah Kabupaten Kendal bermuara di pantai utara pulau Jawa, termasuk sungai Bodri. Kabupaten Kendal terletak pada 1090 40’ – 1100 18” BT dan 60 32’ – 70 24” LS. Hasil

Sedimen

Hasil analisa sedimen berdasarkan skala ASTM disajikan dalam Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Jenis Sedimen Dasar Perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal

Lokasi

Jenis Sedimen

Pasir Lanau Lempung

Berat (gr) % Berat (gr) % Berat (gr) % 1 24,558 98,232 0,370 1,480 0,060 0,240 2 24,396 97,584 0,375 1,500 0,080 0,320 3 24,008 96,032 0,805 3,220 0,185 0,740 4 24,437 97,748 0,460 1,840 0,100 0,400 5 24,230 96,920 0,645 2,580 0,120 0,480 6 24,659 98,636 0,280 1,120 0,060 0,240 7 24,676 98,704 0,270 1,080 0,050 0,200 8 24,465 97,860 0,440 1,760 0,090 0,360 9 24,200 96,800 0,665 2,660 0,130 0,520 10 24,401 97,604 0,505 2,020 0,090 0,360 11 24,360 97,440 0,540 2,160 0,095 0,380 12 24,570 98,280 0,375 1,500 0,050 0,200

Sumber: hasil penelitian, 2003

Berdasarkan Tabel 7 diketahui sampel sedimen permukaan yang ada di lokasi penelitian semuanya dari jenis pasir dengan persentase lebih dari 95 %, kandungan lanau dan lempung cukup bervariasi dengan kisaran 0.060 % sampai dengan 3.220 %. Selanjutnya, sampel sedimenpermukaan dianalisa statistik dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan Tabel 8, diketahui nilai sortasi, skewness maupun kurtosis dari sampel sedimen permukaan relatif bervariasi. Masing-masing dengan kisaran 0.104 sampai dengan 0.211 untuk nilai mean, 0.055 sampai dengan 0.242 untuk nilai sortasi, (-)0.286 sampai dengan 1.194 untuk nilai skewness dan 1.332 sampai dengan 22.755 untuk nilai kurtosis. Adanya perbedaan untuk nilai kurtosis yang demikian besar kemungkinan erat kaitannya dengan parameter hirdo-oseanografi pada lokasi penelitian.

Tabel 8. Hasil Analisa Statistik Sedimen Perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal

Lokasi Statistik sedimen

Mean Sortasi Skewness Kurtosis

1 0,125 0,147 -0,219 1,905 2 0,152 0,143 -0,153 1,332 3 0,177 0,242 -0,006 1,868 4 0,126 0,177 -0,254 1,910 5 0,115 0,218 -0,214 2,336 6 0,126 0,177 -0,254 1,979 7 0,211 0,055 1,194 22,755 8 0,104 0,184 -0,431 1,919 9 0,117 0,205 -0,286 1,863 10 0,150 0,207 -0,123 1,624 11 0,152 0,143 -0,153 1,407 12 0,140 0,191 -0,214 1,760

Sumber: hasil penelitian, 2003 Parameter Hidro-Oseanografi

Pengukuran arus (Tabel 9) menunjukka minggu pertama kecepatan arus terendah di lokasi 4 dan lokasi 9 sebesar 0.11 m/detik yang berbeda pada arahnya (360 dilokasi 4 dan 380 dilokasi 9) dan tertinggi sebesar 0.27 m/detik arah 300 di lokasi 5. Minggu ke dua, kecepatan arus terendah sebesar 0.15 m/detik arah 440 dilokasi 3 dan tertinggi sebesar 0.25 m/detik arah 280 di lokasi 5.

(7)

Tabel 9. Kecepatan dan Arah Arus Perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal. Lokasi Kecepatan arus (V) (m/dtk) Arah (derajat) Minggu Ke I II III IV I II III IV 1 0.16 0.16 0.13 0.18 36 40 36 35 2 0.14 0.15 0.14 0.18 34 42 28 36 3 0.12 0.11 0.14 0.10 30 44 35 38 4 0.11 0.14 0.13 0.11 36 40 37 43 5 0.27 0.25 0.28 0.20 30 28 39 37 6 0.13 0.21 0.13 0.21 33 25 38 23 7 0.14 0.15 0.14 0.15 33 33 38 32 8 0.23 0.23 0.19 0.34 29 32 40 27 9 0.11 0.15 0.14 0.12 38 35 35 34 10 0.12 0.15 0.14 0.16 37 43 41 41 11 0.14 0.16 0.13 0.16 42 41 37 34 12 0.15 0.15 0.15 0.18 31 32 40 40

Sumber: hasil penelitian, 2003

Parameter gelombang disajikan pada Gambar 4-5. 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 Ti n gg i G e lo m ban g ( m ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Lokasi Penelitian

Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4 Gambar 4. Grafik tinggi gelombang di

perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal (Sumber: hasil penelitian, 2003).

Sedangkan untuk tinggi gelombang pecah (Hb) secara umum mempunyai kecenderungan yang sama dengan tinggi gelombang (H).

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 Ti n gg i G e lo m b a n g P e c ah (m ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Lokasi Penelitian

Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4

Gambar 5. Grafik tinggi gelombang pecah (Hb) di perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal (Sumber: hasil penelitian, 2003).

Pengolahan data pasang dapat dilihat dalam Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Data pasang perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal. Minggu ke MSL (cm) Ketinggian Pasang (cm)

Jam Kejadian Pasang

Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah

I 58.65 100 37 05.00 13.00 II 99.44 130 79 09.00 13.00 III 77.75 108 58 09.00 13.00 IV 102.07 136 73 09.00 22.00

Sumber: hasil penelitian, 2003

Tabel 11. Pengolahan data pengamatan pasang daerah Semarang dan sekitarnya

Bulan MSL (cm)

Ketinggian Pasang (Cm)

Jam Kejadian Pasang

Tertinggi Terendah Tertinggi Terendah

September 142.97 201 118 07.00 00.00 Oktober 145.54 207 113 07.00 13.00

Sumber: PT. Pelindo III Tanjung Emas Semarang, 2003

Pembahasan

Berdasarkan pada Tabel 7, jenis sedimen di perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal pada umumnya berupa pasir dengan persentase lebih dari 90%, terutama yang berada di daerah pantai

(8)

pada sisi kiri dan sisi kanan muara. Sebaliknya, sedimen yang ada di daerah muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal berupa jenis pasir lanauan.

Sebaran sedimen berupa pasir di daerah pantai berkaitan erat dengan kondisi parameter fisika (Komar, 1998) di daerah tersebut. Gelombang di perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal selama penelitian berlangsung mempunyai kisaran tinggi gelombang yang relatif kecil. Hal ini mengakibatkan sedimen yang ada di perairan tidak memungkinkan untuk dipindahkan oleh tenaga gelombang dengan rentang jarak yang panjang. Sementara itu, dari parameter arus yang terukur selama penelitian berlangsung diketahui bahwa arus dilokasi penelitian juga tidak terlalu besar. Akan tetapi, sudut datang gelombang pecah yang terbentuk memberikan pengaruh terhadap pergerakan sedimen. Ini dapat di lihat dari sebaran, dimana pada daerah muara % makin menurun, kemudian bertambah dan cenderung stabil pada kedua sisi muara. Dengan demikian, (Komar, 1998; Komar, 1976 dalam Triatmodjo, 1999) pergerakan sedimen sangat dipengaruhi oleh tinggi gelombang pecah dan sudut datang gelombang pecah.

Berdasarkan (Tabel 8) analisa sedimen diperoleh harga rata-rata (mean) dan pemilahan (sortasi) mempunyai nilai yang hampir sama, sementara harga kepencengan (skewness) dan keruncingan (kurtosis) mempunyai nilai yang bervariasi. Shobirin (1999), dalam penelitiannya menyatakan bahwa harga rata-rata (mean) yang relatif besar pada lokasi-lokasi yang berada di dekat muara sungai menandakan pengendapan sedimen yang lebih besar terjadi lebih awal, sedangkan harga rata-rata (mean) yang relatif kecil menunjukkan bahwa sedimen yang memungkinkan terbawa sampai pada lokasi - yang umumnya jauh dari muara sungai – berukuran halus dan mengendap jika arus yang ada di lokasi yang bersangkutan lemah. Pemilahan (sortasi) yang cenderung dikategorikan sangat baik

menunjukkan bahwa penyebaran ukuran butir sedimen terhadap rentang nilai rata-rata mempunyai nilai yang pendek, sehingga (Friedman, 1979 dalam Kusumadinata, 1980) endapan pantai yang ada merupakan endapan yang secara kontinyu terombang-ambingkan oleh gelombang dan ini ditemukan pada hampir semua endapan pantai. Nilai kepencengan (skewness) sebagian besar bernilai negatif (-), hanya pada lokasi 7 yang bernilai positif (+). Dengan demikian, (Folk, 1974) kepencengan (skewness) bernilai negatif (-) berarti menceng simetris sampai menceng kasar yang menunjukkan bahwa jumlah sedimen yang berukuran kasar sampai dengan kerakal lebih banyak. Sebaliknya, jika kepencengan (skewness) bernilai positif (+) yang berarti menceng simetris sampai menceng halus menunjukkan bahwa jumlah sedimen yang berukuran halus lebih banyak. Sementara itu, nilai keruncingan (kurtosis) cukup bervariasi dengan rentang yang besar, yaitu ada pada kisaran 1.332 sampai dengan 22.755.

Parameter Hidro-Oseanografi

Pengukuran arus yang dilakukan di lokasi penelitian dengan mengambil bagian sisi kiri dan sisi kanan muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal menunjukkan perbedaan (Tabel 9), dimana, pada sisi kiri muara yaitu lokasi 1 sampai dengan lokasi 3 dan lokasi 10 sampai dengan lokasi 12 mempunyai kecepatan arus yang relatif kecil dibandingkan dengan kecepatan arus pada sisi kanan muara yang meliputi lokasi 4 sampai dengan lokasi 9. Perbedaan ini dipengaruhi oleh besar sudut yang dibentuk antara gelombang datang dengan garis pantai yang mengakibatkan arus akan mengalir sepanjang pantai dan menjauhi pantai maupun perpaduan keduanya (Komar, 1998). Kecepatan arus di sisi kiri muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal ini mempunyai kisaran antara 0.11 m/detik sampai dengan 0.16 m/detik. Lokasi penelitian di sisi kiri muara (lokasi 1,

(9)

lokasi 2, lokasi 3, lokasi 10, lokasi 11 dan lokasi 12) mempunyai sudut datang gelombang antara 3150 sampai dengan 3430. Kecepatan arus ini di lokasi 1, lokasi 12, lokasi 2 dan lokasi 10 memperoleh pengaruh dari aliran air yang masuk dari sungai kecil disekitarnya sehingga kecepatan arus relatif besar tetapi masih lebih kecil bila dibandingkan dengan kecepatan arus pada lokasi-lokasi di sisi kanan muara sungai Bodri. Berdasarkan peta rupa bumi tahun 1999 (Bakosurtanal, 2003) diketahui ada gosong yang terbentuk di bagian muara sungai kecil dan posisinya memanjang pantai memungkinkan pembelokan arus, sehingga ada arus yang berbelok ke kanan menuju muara sungai Bodri bertambah kecepatannya dan ada sebagian arus yang menuju laut lepas.

Kecepatan arus di sisi kanan muara sungai Bodri, Kabupaten Kendal (lokasi 4 sampai dengan lokasi 9) yang lebih besar dibandingkan kecepatan arus di sisi kiri muara dipengaruhi aliran air dari sungai Bodri, selain aliran arus dari sisi kiri muara, dengan arah menjauhi pantai. Kisaran kecepatan arus pada lokasi-lokasi di sisi kanan muara ini 0.11 m/detik sampai dengan 0.34 m/detik dengan sudut datang gelombang 380 sampai dengan 430.

Kecenderungan tinggi gelombang pada masing-masing lokasi selama empat minggu penelitian pada umumnya berfluktuasi naik turun dengan kisaran yang relatif kecil.

Gelombang yang terukur selama penelitian di perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal pada umumnya mempunyai sudut datang yang bervariasi, terutama jika membandingkannya antara sudut datang gelombang di lokasi-lokasi yang berada di sisi kiri dan sisi kanan muara sungai Bodri. Berdasarkan Gambar 28, lokasi-lokasi yang berada di sisi kiri muara sungai Bodri (lokasi 1, lokasi 2, lokasi 3, lokasi 10, lokasi 11 dan lokasi 12) mempunyai sudut datang gelombang pada kisaran 3150 sampai dengan 3400, sedangkan lokasi di sisi kanan muara

Sungai Bodri (lokasi 4, lokasi 5, lokasi 6, lokasi 7,lokasi 8 dan lokasi 9) mempunyai sudut datang gelombang pada kisaran 370 sampai dengan 450. Sudut datang gelombang ini akan berpengaruh terhadap tinggi gelombang pecah dan pola arus yang ada di lokasi yang bersangkutan (Komar, 1998; Triatmodjo, 1999).

Kisaran sudut datang gelombang tersebut mengakibatkan pola arus sepanjang pantai yang memungkinkan sedimen berpindah sepanjang pantai dan akan terendapkan pada daerah dimana kecepatan arusnya tidak memungkinkan lagi untuk memindahkan sedimen (Komar, 1998; Komar, 1976 dalam Triatmodjo, 1999).

Gelombang dengan sudut datang tersebut (Triatmodjo, 1999) dalam pergerakannya menuju pantai akan mengalami perubahan bentuk sebagai akibat adanya perubahan kedalaman (lihat Gambar 20) berupa refraksi. Sedangkan gelombang pecah yang terbentuk (Komar, 1998; Triatmodjo, 1999) dipengaruhi oleh perbandingan tinggi dan panjang gelombang.

Kondisi pasang surut pada lokasi penelitian (Gambar 6) menunjukkan bahwa kisaran pasang surut yang ada tidak signifikan untuk mempengaruhi jenis dan sebaran sedimen. 107 38 55 37 48 98 50 83 130 79 129 102 58 108 62 77 136 73 131 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Urutan Jam Pengamatan

T ingg i a ir laut (c m )

19 - 20 Sept 2003 26 - 27 Sept 2003 3 - 4 Okt 2003 10 - 11 Okt 2003

Gambar 6. Grafik pasang Perairan Delta Bodri, Kabupaten Kendal. (Sumber: hasil penelitian, 2003)

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Jenis sedimen pada lokasi penelitian adalah berpasir dengan variasi kandungan lempung dan lanau yang sangat kecil. Saran

Untuk memperoleh tingkat validitas data yang baik, dalam perlu didukung data sekunder yang memadai dan software yang relevan. Perlu juga dilakukan penelitian untuk memetakan sediment agar diketahui sebaran sehingga dapat diperkirakan asalnya dan pola sedimentasi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. P.T. Pemuda Cipta. Jakarta.

Bird, E. F. 1984. Coast and Introduction to Coastal Geomorphology. Third Edition. Basil Blackwell, Inc. USA. 360 hlm.

Dahuri, R., Jacub Rais, Sapta Putra Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Paramitha. Jakarta. 305 hlm.

Folk, F.J. 1980. Sedimentology of Rock. Hemphill University. USA. 200 hlm. Hadi, S. 1993. Metodologi Riset. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta.

Holme, N.A. and A.D. McIntyre. 1984. Methods for the Study of Marine Benthos. Second Edition. Blackwell Scientific Publication. Oxford. 387 hlm.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. UI Press. Jakarta. 159 hlm.

Kennet, J.P. 1982. Marine Geology. Printice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. 752 hlm.

Koesoemadinata, R.P. 1980. Prinsip-Prinsip Sedimentasi. Institut Teknologi Bandung. 470 hlm.

Komar, P.D. 1976. Beach Processes and Sedimentation. Printice Hall. New Jersey. 450 hlm.

Komar, P.D. 1998. Beach Processes and Sedimentation. Second Edition. Printice Hall. New Jersey. 539 hlm. Pethick, J. 1984. An Introduction

Geomorphology. Chapman and Hall. USA. 245 hlm.

Pipkin, B.W., D.S. Gorsline, R.E. Casey and D.E. Hammond. 1987. Laboratory Exercises in Oceanography. Second Edition. W.H. Treeman and Company. New York. 257 hlm.

Priyono, K.D. 1996. Geomorfologi Pantai dan Pengelolaan Wilayah Pesisir. Fakultas Geografi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. 79 hlm.

Romimohtarto dan Sri Juwana. 1999. Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI. Jakarta. 517 hlm.

Selley, R.C. 1988. Applied Sedimentology. Academic Press. San Diego. 446 hlm.

Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. John Willey and Sons. Singapore. 227 hlm.

Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1999. Hidrologi untuk Pengairan. P.T. Pradnya Paramitha. Jakarta. 226 hlm.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta offshet. Yogyakarta. 397 hlm. Winarto, W.T. 2002. Laju Sedimentasi dan

Pengaruhnya Terhadap Perubahan Garis Pantai disekitar Muara Sungai Pekalongan, Kotamadia Pekalongan. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan Ilmu kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang. 101 hlm.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Sedimen berdasarkan  Ukuran Butir
Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Keruncingan  (Kurtosis)
Tabel 6. Alat dan Bahan yang digunakan  dalam penelitian di perairan  Delta Bodri, Kabupaten Kendal
Tabel 9. Kecepatan dan Arah Arus  Perairan Delta Bodri,  Kabupaten Kendal.  Lokasi  Kecepatan arus (V)  (m/dtk) Arah  (derajat)  Minggu Ke      I  II  III  IV  I  II  III  IV  1  0.16 0.16 0.13 0.18 36 40 36 35  2  0.14 0.15 0.14 0.18 34 42 28 36  3  0.12
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di Kecamatan Pakue tradisi tari Molulo merupakan salah satu tradisi yang masih tetap hidup dan dilestarikan di tengah-tengah desa Mikuasi Kecamatan Pakue. Hal ini

Dalam penelitian ini, seluruh biaya yang timbul dari proses produksi biodiesel minyak sawit dan minyak alga didasarkan pada komponen biaya pada sistem produksi biodiesel

Proses ini menimbulkan dampak biologis terhadap tubuh perempuan, salah satunya adalah berkurangnya hormon estrogen dan progesteron yang berakibat pada perubahan

Metoda peledakan yang banyak dipakai dalam tambang bawah tanah (underground blasting) adalah metoda smooth blasting, yaitu merupakan salah satu metoda dari contour

Diperlukan untuk penyakit-penyakit yang kurang menular atau infeksi yang kurang serius, untuk penyakit-penyakit yang terutama ditularkan secara langsung sebagai

Yang telah mengikuti pelatihan “Bantuan Hidup Dasar” Diselenggarakan di : RSU.. An, KAKV)D.

Berdasarkan hasil survei pada umumnya tahu tentang program olah raga tapi masih ada yang kurang tahu kendala masyarakat tidak datang olah raga.. Program P2M (pemberantasan

Berdasarkan dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Kelincahan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan menggiring bola