• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak— Tugas akhir dengan judul “Studi Perbandingan Perencanaan Struktur Menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen, Sistem Rangka Bresing Konsentrik dan Sistem Rangka Bresing Konsentrk Menggunakan Outrigger Belt Truss Pada Apartemen Season City Tower A” menganalisa serta membandingkan ketiga sistem tersebut. Perbandingan yang akan ditinjau ketiga sistem antara lain Displacement, Base Shear dan berat struktur setiap sistemnya. Dalam menganalisa ketiga sistem ini, untuk menampilkan perbandingan Displacement pada profil balok dan kolom direncanakan dan didesain sama. Sedangkan untuk Base Shear dan Berat Gedung profil balok dan kolom direncanakan dan didesain berbeda. Peraturan yang dipakai antara lain : PPIUG 1983, SNI 03–1726–2002, SNI 03-1729-2002. Analisa stuktur menggunakan alat bantu software ETABS v9.7.1 .Tujuan akhir dalam studi perbandingan ini diperoleh sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger merupakan sistem yang lebih ekonomis dari segi berat strukturnya dan lebih kaku dari pada sistem rangka pemikul momen menengah dan sistem rangka bresing konsentrik

Kata kunci : Base shear, Displacement, bresing, outrigger

.

BAB I PENDAHULUAN

akarta sebagai ibukota Negara Indonesia, sering kali banyak didatangi dari berbagai macam wilayah daerah kota lain yang bertujuan untuk mencari lapangan pekerjaan. Karena di wilayah kota Jakarta banyak sekali tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup banyak, sehingga kota jakarta menjadi sasaran masyarakat wilayah indonesia yang ingin mencari pekerjaan. Dengan semakin banyaknya pendatang di wilayah ibukota Jakarta sehingga menjadikan Jakarta kota yang sangat padat penduduk. Akibatnya adanya kecenderungan pembangunan kota yang tidak terkoordinasi dengan baik dan adanya bangunan yang menurut kepentingan, kemauan, dan selera masing-masing tanpa memperhatikan optimalisasi pemanfaatan lahan, penyediaan ruang luar dan keselarasan penataan bangunan maupun kesesuaian dengan bangunan disekitarnya. Maka dibutuhkannya suatu hunian yang baik dan nyaman untuk masyarakat setempat. Untuk mengantisipasi lahan pembangunan dan menghemat luasnya tanah yang tersedia ialah dengan langkah terbaik meninggikan struktur bangunan. Sehingga semakin tingginya bangunan tersebut maka semakin banyak pula ruang yang akan tersedia sebagai tempat hunian. Untuk merancang struktur bangunan yang tinggi dan ramping sudah banyak cara yang digunakan, salah satunya dengan cara sistem rangka bresing dan sistem rangka kaku. Oleh karena itu dalam tugas

akhir saya menganalisa Apartemen Season City dengan membandingkan tiga metode antara lain sistem rangka pemikul momen, sistem rangka bresing konsentrik, dan sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger dan belt truss.

Apartemen Season City merupakan salah satu rancagan anak bangsa yang bisa di bilang sangat menjanjikan karena tempat tersebut tidak hanya sekedar tempat perbelanjaan namun tempat tersebut juga terdapat tempat hunian. Bangunan yang tinginya hampir 40 lantai memiliki fasilitas – fasilitas yang sangat baik ini dibangun oleh perusahaan BUMN yaitu PT. ADHI KARYA. Bangunan tersebut telah dibangun dengan cara konvensional beton bertulang. Namun banyak metode bangunan tingkat tinggi yang dapat digunakan seperti halnya yang akan dibahas yaitu sistem rangka pemikul momen khusus, sistem rangka bresing konsentrik, sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger dan belt truss. Sistem rangka pemikul momen khusus merupakan sistem struktur yang terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan beban dari gempa, di mana dinding pengisi tak diperhitungkan memikul beban gempa. Rangka terbuka atau sistem rangka pemikul momen mempunyai kemampuan menyerap energi yang baik, tetapi memerlukan terjadinya simpangan antar lantai yang cukup besar supaya timbul sendi-sendi plastis pada balok yang akan berfungsi untuk menyerap energi gempa. Simpangan yang terjadi begitu besar akan menyebabkan struktur tidak kaku sehingga mengakibatkan kerusakan non-struktural yang besar disamping akan menambah pengaruh efek P-∆ terutama pada bangunan tinggi. Sistem rangka bresing konsentrik merupakan pengembangan dari sistem portal tak berpengaku atau lebih dikenal dengan Moment Resisting Frames (MRF). Sistem Rangka Bresing Konsentrik dikembangkan sebagai sistem penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan sistem MRF yang hanya bisa digunakan sebagai penahan momen. Kekakuan sistem ini terjadi akibat adanya elemen pengaku yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur.

Sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger merupakan sistem yang paling baru bagi Negara kita karena aplikasinya masih relatif sedikit dibandingkan sistem konvensional. Outrigger and belt truss system merupakan struktur skema inovatif yng terus menerus dicari dalam desain struktur bertingkat tinggi dengan maksud membatasi tekanan angin untuk batas yang dapat diterima tanpa membayar premi yang tinggi dalam baja tonasi (Taranath, 1997). “Sistem

Studi Perbandingan Perencanaan Struktur Menggunakan

SPMM, SRBK, dan SRBK menggunakan Outrigger Belt

Truss Pada Apartemen Season City Tower A

Yodie Medianto, Data Iranata, Heppy Kristijanto.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: data@ce.its.ac.id

(2)

rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger” ini biasanya digunakan sebagai salah satu sistem struktural untuk secara efektif mengontrol drift berlebihan akibat beban lateral, sehingga selama beban lateral kecil atau menengah baik karena beban angin atau gempa, risiko struktural dan non-kerusakan struktural yang dapat diminimalkan.

BAB III METODOLOGI

Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir

Penjelasan lengkap tentang Metodologi dapat dilihat pada buku Tugas Akhir penulis [1].

BAB IV

PERENCANAANSTRUKTURSEKUNDER Pelat lantai direncanakan menggunakan dek baja gelombang (bondex) yang diproduksi oleh PT. Gunung Garuda dengan data – data sebagai berikut:

-

Tebal = 0.75 mm

-

Berat = 10.1 kg/m

2

Kebutuhan tulangan negatif didapat dengan menggunakan bantuan tabel praktis yang dikeluarkan oleh produsen bondex tersebut.

Gambar 4.1 Denah Pelat Lantai

4.1 Perencanaan pelat lantai atap

a. Perhitungan beban berguna (super imposed load)

Beban hidup

Lantai atap = 100 kg/m2

Beban finishing

Aspal (1cm) = 14 kg/m

2

Penggantung plafond = 7 kg/m

2

- Adukan semen (1 cm) = 21 kg/m

2

Plafond = 11 kg/m

2

Perpipaan = 25 kg/m

2

+

Total = 78 kg/m2

Beban berguna = beban hidup + beban

finishing

= 100 + 78

= 178 kg/m

2

≈ 200 kg/m

2

b. Perhitungan tulangan negatif

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan tulangan negatif, dimana :

Beban berguna = 200 kg/m

2

Bentang = 3.30 m (dengan satu baris

penyangga)

Maka diperoleh:

Tebal pelat = 9 cm

Tul. negatif = 2.51 cm

2

/m

Direncanakan pakai tulangan Ø 8 mm (As = 0.5024 cm2)

Jumlah tulangan per 1 m = 2.90/0.5024 = 5.77 ≈ 6 buah Jarak antar tulangan: S = 1000/6 = 166.67 ≈ 200 mm

Jarak antar tulangan max: SMax= 2.hf =2(10)=20 cm = 200 mm

Dipakai S = 200 mm

Jadi, dipasang tulangan negatif Ø8 – 200

kontrol dimensi

Perbandingan hasil antara ketiga sistem tersebut SELESAI MULAI Desain awal Sistem rangka pemikul momen khusus

Sistem rangka bresing konsentrik

Sistem rangka konsentrik menggunakan outrigger

Analisa pemodelan struktur : Study literatur

Pendahuluan dan tinjauan pustaka

Not Ok!

(3)

20

110 mm

Balok Profil Tul.Negatif Ø10-220

Pelat Bondeks

Gambar 4.2 Potongan Pelat Lantai Atap 4.2 Perencanaan pelat lantai 1 – 34

a. Perhitungan beban berguna (super imposed load)

Beban hidup

Lantai = 250 kg/m

2

Beban finishing

- Keramik (1 cm) = 24 kg/m

2

- Adukan semen (1 cm) = 21 kg/m

2

- Penggantung plafond = 7 kg/m

2

- Plafond = 11 kg/m

2

- Perpipaan = 25 kg/m

2

+

Total = 88 kg/m

2 Beban berguna = beban hidup + beban finishing = 250 + 88

= 338 kg/m2 400 kg/m2

b. Perhitungan tulangan negatif

Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang

menerus dengan tulangan negatif, dimana:

Beban berguna = 400 kg/m

2

Bentang = 3.00 m (dengan satu baris

penyangga)

Maka diperoleh :

Tebal plat = 10 cm

Tul. Negatif = 3.25 cm

2

/m

Direncanakan pakai tulangan Ø 8 mm (As = 0.5024 cm2)

Jumlah tulangan per 1 m = 3.25/0.5024 = 6.47≈ 7 buah Jarak antar tulangan: S = 1000/7 = 142.86 ≈ 150 mm

Jarak antar tulangan max: SMax= 2.hf = 2(10)= 20 cm = 200

mm

Dipakai S = 150 mm

Jadi dipasang tulangan negatif Ø 8 – 150

20

110 mm

Balok Profil Tul.Negatif Ø10-200

Pelat Bondeks

Gambar 4.3 Potongan Pelat Lantai 1 – 34

Tabel 4.1 perhitungan kontrol balok anak lantai

Table 4.2 perhitungan kontrol balok anak atap

Data gedung

BAB V

PERENCANAAN STRUKTUR PRIMER

5.1 Data Gedung

Data – data dari Apartemen season city tower A yang dibutuhkan dalam pembebanan adalah sebagai berikut:

Mutu baja : BJ 50

Mutu beton (fc’) : 45 MPa

Lebar gedung : 48.5 m

Panjang gedung : 56.5 m

Tinggi total gedung : 122.5 m

Tinggi antar lantai : 3.5 m

Tebal pelat atap : 11 cm

Tebal pelat lantai : 11 cm

Zona gempa : Zona 3 (Tanah Lunak)

Tabel 5.1 profil yang digunakan dari ketiga sistem

tersebut

5.2 Beban mati a. Pelat atap

- Aspal = 14 kg/m

2

- Penggantung plafond = 7 kg/m

2

- Plafond = 11 kg/m

2

- Perpipaan = 25 kg/m

2

+

Total = 57 kg/m

2 qU Vu Mu (kg/m) (kg) (kg-m) (kg-m) (kg) (cm) (cm) 1 Balok anak lantai 1 8 2082.575 8330.3 16660.6 24480 OK 37422 OK 2.222222 2.008417 OK 2 Balok anak lantai 2 8 2265.108 9060.432 18120.86 24480 OK 37422 OK 2.222222 2.183453 OK 3 Balok anak lantai 3 8 2024.164 8096.658 16193.32 24480 OK 37422 OK 2.222222 1.952405 OK 4 Balok anak lantai 4 6 2062.511 6187.533 9281.3 15502.5 OK 28026 OK 1.666667 1.132292 OK 5 Balok anak lantai 5 6 2245.044 6735.132 10102.7 15502.5 OK 28026 OK 1.666667 1.23208 OK 6 Balok anak lantai 6 6 2004.1 6012.301 9018.452 15503.5 OK 28027 OK 1.666667 1.100359 OK

BALOK ANAK LANTAI

φ Vn φ Vn ≥ Vu

Kontrol Kuat Geser Kontrol Lendutan ymax f' = L/360 ymax < f' WF 350 x 175 x 6 x 9 φ Mn φ Mn ≥ Mu Kontrol Momen Balok Jenis Balok L Perhitungan Beban

(m) profil WF WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 qU Vu Mu (kg/m) (kg) (kg-m) (kg-m) (kg) (cm) (cm) 1 Balok atap lantai 1 8 1335.455 5341.82 10683.64 24480 OK 37422 OK 2.222222 1.361617 OK 2 Balok atap lantai 2 8 1450.068 5800.272 11600.54 28935 OK 43200 OK 2.222222 1.477853 OK 3 Balok atap lantai 3 8 1298.779 5195.115 10390.23 24480 OK 37422 OK 2.222222 1.324421 OK 4 Balok atap lantai 4 6 1315.391 3946.173 5919.26 15502.5 OK 28026 OK 1.666667 0.76355 OK 5 Balok atap lantai 5 6 1430.004 4290.012 6435.018 15502.5 OK 28026 OK 1.666667 0.829817 OK 6 Balok atap lantai 6 6 1278.715 3836.145 5754.217 15503.5 OK 28027 OK 1.666667 0.742345 OK

BALOK ANAK ATAP

Kontrol Momen Kontrol Kuat Geser Kontrol Lendutan ymax < f' WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 8 x 13 φ Mn φ Mn ≥ Mu φ Vn φ Vn ≥ Vu WF 350 x 175 x 6 x 9 Balok Jenis Balok

L Perhitungan Beban profil WF (m) ymax f' = L/360 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 BJ 50 K 800 x 300 K 700 x 300 K 588 x 300 f'c 45 B 1100 x 1100 B 1000 x 1000 B 900 x 900 BJ 50 K 700 x 300 K 588 x 300 K 600 x 200 f'c 45 B 1000 x 1000 B 900 x 900 B 800 x 800 BJ 50 K 588 x 300 K 600 x 200 K 500 x 200 f'c 45 B 900 x 900 B 800 x 800 B 700 x 700 BJ 50 K 600 x 200 K 500 x 200 K 450 x 200 f'c 45 B 800 x 800 B 700 x 700 B 600 x 600 BJ 50 K 500 x 200 K 450 x 200 K 400 x 200 f'c 45 B 700 x 700 B 600 x 600 B 600 x 600 BJ 50 K 450 x 200 K 400 x 200 K 396 x 199 f'c 45 B 600 x 600 B 600 x 600 B 600 x 600

7 Profil Balok Induk BJ 41 WF 600 x 300 x 12 x 17 WF 600 x 300 x 12 x 17 WF 600 x 300 x 12 x 17

8 Profil Balok Anak Lantai + Atap 1 (BL1) BJ 41 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 9 Profil Balok Anak Lantai + Atap 2 (BL2) BJ 41 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 10 Profil Balok Anak Lantai + Atap 3 (BL3) BJ 41 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 WF 400 x 200 x 7 x 11 11 Profil Balok Anak Lantai + Atap 4 (BL4) BJ 41 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 12 Profil Balok Anak Lantai + Atap 5 (BL5) BJ 41 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 13 Profil Balok Anak Lantai + Atap 6 (BL6) BJ 41 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9 WF 350 x 175 x 6 x 9

14 Profil Bracing BJ 41 - WF 350 x 350 x 16 x 16 WF 350 x 350 x 16 x 16

15 Profil Outrigger BJ 41 - - WF 200 x 200 x 12 x 12

No. Struktur profiltipe Sistem Rangka pemikul

momen Khusus (mm)

Sistem Rangka Bresing konsentrik Khusus (mm) Profil yg dipakai

5 6

Profil Kolom lantai 7-12 Profil Kolom lantai 13-18 Profil Kolom lantai 19-24 Profil Kolom lantai 25-30 Profil Kolom lantai 31-35 Profil Kolom lantai 1-6 1

2 3 4

Sistem Rangka Bresing Konsentrik Menggunakan

(4)

b. Pelat lantai

- Keramik = 24 kg/m

2

- Spesi = 21 kg/m

2

- Penggantung plafond = 7 kg/m

2

- Ducting AC = 20 kg/m

2

- Plafond = 11 kg/m

2

- Perpipaan = 25 kg/m

2

+

Total = 108 kg/m

2 c. Beban dinding

Tinggi antar lantai = 3.5 m Tinggi balok tepi = 0.6 m Beban dinding = 35 kg/m2

Beban merata = 350 x (3.5 – 0.6) = 1015 kg/m’

d. Berat sendiri

Berat sendiri yang meliputi berat pelat lantai/atap, balok dan kolom sudah secara otomatis dihitung oleh Etabs.

e. Beban lift

Beban lift merupakan beban terpusat pada balok penggantung lift pada atap. Besarnya sama dengan perhitungan pada halaman 70.

Tabel 5.4 Nilai Waktu Getar Alami

St or y SRPM SRBK SRBK outrigger Perio d UX UY Perio d UX UY Perio d UX UY 1 6.43 24 12. 2 48 5.44 89 2.8 7 56. 9 5.22 47 3.4 2 55. 1 2 6.23 69 43. 8 22. 1 5.01 05 48. 1 8.2 5 4.74 81 46. 4 10. 4 3 5.44 87 17 2.8 7 4.20 39 16. 8 3.1 6 3.94 24 18. 8 3.7 5 4 2.24 21 2.3 4 6.9 1.75 46 0.3 2 13. 2 1.72 63 0.3 4 12. 7 5 2.18 01 6.1 5 4.3 1.59 94 11. 6 0.9 5 1.56 16 10. 9 1.0 9 6 1.93 93 3.0 4 0.3 6 1.35 2 3.2 0.4 4 1.31 37 3.5 2 0.4 4 7 1.27 91 0.7 2 2.9 4 0.93 21 0.0 6 5.6 7 0.89 14 0.0 8 5.1 4 8 1.25 77 2.3 4 1.2 8 0.84 06 5.0 9 0.1 9 0.79 93 4.4 7 0.2 8 9 1.13 59 1.2 2 0.0 6 0.71 45 1.1 3 0.1 3 0.67 7 1.3 0.1 7 10 0.88 47 0.3 5 1.6 8 0.60 97 0.0 2 2.9 3 0.59 85 0.0 2 3.0 1 11 0.87 34 1.2 7 0.6 1 0.54 54 2.6 5 0.0 7 0.53 29 2.6 1 0.1 1 12 0.79 32 0.6 9 0.0 2 0.46 27 0.5 1 0.0 6 0.45 22 0.6 6 0.1 2 13 0.66 69 0.1 8 1.1 1 0.44 35 0.0 1 1.6 8 0.43 07 0 1.3 9 14 0.66 08 0.8 0.3 2 0.39 51 1.5 1 0.0 3 0.38 26 1.2 6 0.0 4 15 0.60 32 0.4 4 0.0 1 0.34 5 0.0 1 1.1 0.33 7 0.0 1 1.2 2 16 0.52 67 0.0 9 0.9 0.33 49 0.2 7 0.0 2 0.32 41 0.3 1 0.0 2 17 0.52 36 0.6 3 0.1 6 0.30 7 0.9 6 0.0 2 0.29 93 1 0.0 4 18 0.48 03 0.3 4 0 0.28 08 0 0.7 7 0.27 52 0.0 1 0.6 5 19 81 1 0.8 05 7 2 46 5 1 20 0.42 65 0.5 4 0.0 1 0.25 0.6 4 0.0 1 0.24 41 0.5 0.0 2 21 0.39 24 0.2 5 0 0.23 62 0 0.5 8 0.22 96 0 0.6 1 22 0.35 86 0.0 2 0.6 6 0.21 21 0.2 0.0 1 0.20 73 0.1 8 0 23 0.35 7 0.4 5 0.0 3 0.21 05 0.4 0.0 1 0.20 45 0.4 4 0.0 3 24 0.32 96 0.2 0 0.20 31 0 0.4 6 0.19 98 0.0 1 0.4 6 25 0.30 49 0.0 5 0.4 9 0.18 15 0.4 2 0.0 1 0.17 82 0.4 0.0 1 26 0.30 31 0.3 5 0.0 9 0.17 89 0.0 5 0.0 5 0.17 42 0.0 7 0.0 6 27 0.28 09 0.1 6 0 0.17 76 0 0.3 2 0.17 27 0 0.2 6 28 0.26 32 0.0 7 0.3 6 0.15 92 0.3 2 0.0 1 0.15 46 0.2 8 0.0 3 29 0.26 11 0.2 7 0.1 1 0.15 76 0.0 1 0.3 0.15 41 0.0 2 0.3 1 30 0.24 29 0.1 3 0 0.15 44 0.0 4 0 0.15 19 0.0 4 0.0 1 31 0.22 96 0.0 7 0.2 9 0.14 16 0.2 4 0.0 1 0.13 87 0.1 9 0.0 9 32 0.22 73 0.2 3 0.1 2 0.14 1 0.0 1 0.2 3 0.13 81 0.1 0.1 2 33 0.21 22 0.1 0 0.13 57 0.0 4 0 0.13 2 0.0 4 0.0 1 34 0.20 21 0.0 6 0.2 4 0.12 73 0.0 2 0.1 9 0.12 43 0.1 6 0.0 2 35 0.19 98 0.2 0.1 0.12 7 0.1 8 0.0 2 0.12 36 0.0 1 0.1 9 5.3 Perencanaan balok induk melintang

Pada kondisi sebelum komposit, berdasarkan hasil ETABS v9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum sebagai berikut:

Mmax = 61356.90 kg.m (ditinjau dari keseluruhan

balok)

Vmax = 27746.44 kg (ditinjau dari keseluruhan

balok)

a. Kontrol kuat geser

tw

h

12

492

41

tw

h

fy

1100

plastis

fy

1100

250

1100

69.57

Vn = 0.6 x fy x Aw Aw = d x tw = 58.2x1.2=

69.84 cm

2

= 0.6 x 2500 x 69.84

= 104760 kg

Syarat: Vn Vu ( = 0.9)

0.9 x 104760 27746.44

94284 27746.44 ...Ok!!

(5)

b. Kontrol Kuat Momen Lentur

-

Tekuk Lokal (local buckling)

Sayap:

tf

bf

.

2

2

17

300

x

8.82

75

.

10

250

170

p

p

tf

bf

.

2

Penampang Kompak !

-

Tekuk Lateral (lateral buckling)

Dipasang pelat pengaku dengan tebal pelat = 12

mm setiap jarak lateral Lb = 150 cm

Dari tabel profil untuk WF 600x200x13x23

dengan BJ 41, diperoleh:

Lp = 330.044 cm

Lr = 946.320

cm

Dengan demikian: Lb < Lp ...Bentang Pendek!

Mn = Mp = Zx.fy = 3782 cm

3

x 2500 kg/cm

= 9455000 kg.cm

= 94550 kg.m

Syarat : ΦMn ≥ Mu (Φ = 0.9)

0.9 x 94550 61356.90

85095 61356.90 ...Ok!!

c. Kontrol Lendutan

Lendutan ijin:

360

25

.

8

360

'

L

f

0.023 m = 2.3 cm

Dari hasil perhitungan dengan Etabs V 9.7.1

diperoleh lendutannya sebesar: y

maks

= 0.179 cm

Syarat: ymax <

'f

0.179 < 0.8333 ...Ok!!

5.4 Perencanaan Kolom Komposit Sistem Rangka Pemikul Momen Lantai 1 -6

Dari hasil perhitungan dengan bantuan etabs v.9.7.1 diperoleh gaya – gaya dalam maksimum pada C89 story 1 : Pu = 2025051 kg

Mux = 224776.26 kg.m Muy = 196404.71 kg.m

Kolom komposit direncanakan menggunakan profil K800x300x14x26 dengan data-data sebagai berikut :

H = 800 mm Ix = 303700 cm4 B = 300 mm Iy = 315027 cm4 tw = 14 mm ix = 23.83 cm tf = 26 mm iy = 24.27 cm r = 28 mm Sx = 7592.5 cm3 As = 534.80 cm2 Sy = 7740.2 cm3 W = 419.8 kg/m Bahan : BJ 41 : fy = 2500 kg/cm2 fu = 4100 kg/cm2 Beton : fc’ = 35 Mpa = 350 kg/cm2 4D25 Ø12-150

Gambar 5.7 Penampang Kolom Komposit

Zx = 2x(300x26x387) + 2x(374x14x187) + 4x(374x7x3.5) + 4x(150x26x75) = 9202116 mm3 = 9202.116 cm3 Zy = 2x(300x26x394) + 2x(374x14x194) + 4x(367x7x3.5) + 4x(150x26x75) = 9383934 mm3 = 9383.934 cm3 Selubung beton : 1100 x 1100 mm2 Ac = 1100 x 1100 = 1210000 mm2 fc’ = 35 Mpa

Berat jenis beton : w = 2400 kg/m3

Tulangan sengkang terpasang : Ø12 – 150 Tulangan utama : 4 D 25

Ar = 4 x (¼ x π x 252) = 1963.5 mm2

Spasi = 1100 – 2x40 – 2x12 – 25 = 971 mm Cek luas penampang minimum profil baja :

12100

80

.

534

Ac

As

0.044 = 4.4% > 4% ...Ok!!

Cek Jarak sengkang:

= 200 mm < 2/3 x 1100 = 733.33 mm ...Ok!!

Cek luas tulangan longitudinal :

Ast = ¼ x π x 252= 490.87 mm2> 0.18 x 901 = 162.18 mm2

Cek mutu beton yang digunakan : (fc’ =35 MPa) 21 Mpa ≤ fc’ ≤ 55 Mpa ...Ok!!

Cek mutu baja tulangan : (fyr = 320 MPa)

fyr < 380 Mpa ...Ok!!

Badan:

41

12

492

tw

h

25

.

106

250

1680

p

p

tw

h

(6)

BAB VI

PERENCANAAN SAMBUNGAN

6.1 Sambungan Balok Anak Lantai (BL2) dengan Balok Induk

35 60 35

Pelat Lantai WF 600x200x13x23Balok Induk

Profil L 70x70x7

Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11 Baut Ø16 110 60 35 35 Balok Induk WF 600x200x13x23

Balok Anak Lantai WF 400x200x7x11 110

Baut Ø16 Profil L 70x70x7

Pelat Lantai

Gambar 6.1 Sambungan Balok Anak Lantai dengan Balok Induk

6.2 Sambungan Balok Induk dengan Kolom Lantai 1 – 6

80 80 40 40 94 94 107 Baut Ø22 Profil L 100x100x10 Balok Induk WF 600x200x13x23 Potongan Profil WF 400x400x30x50 Kolom K 588x300x12x20 Baut Ø33 600 400 Balok Induk WF 600x200x13x23 Baut Ø22 Profil L 100x100x10 Potongan Profil WF 400x400x30x50 Baut Ø30 Potongan Profil WF 400x400x30x50 Baut Ø30 80 107 94 94 107 Potongan Profil WF 400x400x30x50 Baut Ø33 107

Gambar 6.2 Sambungan Balok Induk dengan Kolom Lantai 1 - 6

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa dan perhitungan pada tugas

akhir ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada hasil analisa displacement dengan profil tiap sitemnya sama didapat :

a. Perbandingan ∆s tiap lantai dari ketiga

sistem terhadap sumbu X.

∆maks SRPMM : 25.5432 cm

∆maks SRBK : 20.2809 cm

∆maks outrigger: 18.795 cm

b. Perbandingan ∆s tiap lantai dari ketiga

sistem terhadap sumbu Y.

∆maks SRPMM : 28.7507 cm

∆maks SRBK : 24.2377 cm

∆maks outrigger: 22.7848cm

Sehingga untuk displacement sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger lebih kaku dari pada sistem bresing konsentrik dan sistem rangka pemikul momen menengah sedangkan sistem rangka bresing

konsentri lebih kaku daripada sistem rangka pemikul momen.

2. Pada hasil gaya gempa dasar (Base Shear) diperoleh hasil sistem rangka resing konsentrik mampu menahan beban gempa lebih besar dari pada sistem rangka pemikul momen menengah dan sistem rangka bresing konsentrik mengunakan outrigger. untuk sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger lebih besar menahan beban gempa dari pada sistem rangka pemikul momen. Perbandingan berat struktur menunjukkan berat struktur yang dihasilkan sistem rangka bresing konsentrik menggunakan outrigger lebih ringan dibandingkan berat struktur sistem rangka pemikul momen dan sistem rangka bresing konsentrik. Namun berat struktur rangka brsing konsentrik lebih ekonomis dari sistem rangka pemikul momen, meskipun pada rangka bresing konsentrik ketambahan beban profil bresing.

7.2 Saran

Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bungale S. Taranath, 1997, Steel, Concrete, and

Composite Design Of Tall Building Second

Edition, Mc Graw Hill, New York

Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara

Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan

Gedung (SNI 03-1729-2002), Yayasan LPMB,

Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 2002, Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk

Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002),

Yayasan LPMB, Bandung

Departemen Pekerjaan Umum, 1987, Peraturan

Pembebanan Indonesia Untuk Gedung,

Yayasan LPMB, Bandung

Po Seng Kian, 2001, The Use Of Outrigger And

Belt Truss System For High Rise Concrete

Buildings, Universitas Kristen Petra, Surabaya

Salmon CG and John E. Johnson . 1992.Struktur

Baja Desain Dan Perilaku Edisi 1. Jakarta :

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja Melalui Pelatihan Keterampilan Desain Grafis Sebagai Upaya Pengurangan Pengangguran di

Munculnya penelitian ini ditujukan untuk menemukan desain tingku briket batu bara yang lebih efisien dan lebih bersih. Efisien dari sisi karakterisasi pembakaran berarti

2) Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai

Faktor-faktor yang akan digunakan untuk peramalan jumlah penumpang pesawat terbang dari Bandar Udara Abdulrachman Saleh adalah: pertumbuhan Jumlah Penduduk

Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain: pemerintah desa segera memetakan potensi ekowisata yang ada pada kawasan hutan Selelos dan merancang serta

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat-Nya, rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga terselesainya Skripsi ini dengan judul: Pengaruh

Konsentrasi aerosol tinggi dengan indeks aerosol adalah dalam kisaran 7-9 dan 5-7 terjadi di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Timur terus Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat

Pola hidup sehat berarti kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur menjadi kebiasaan dalam gaya hidup dengan memperhatikan hal-hal yang