• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN IKAN HIAS EKSOTIK DI DANAU BATUR DAN BERATAN, BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBERADAAN IKAN HIAS EKSOTIK DI DANAU BATUR DAN BERATAN, BALI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN IKAN HIAS EKSOTIK DI DANAU BATUR DAN

BERATAN, BALI

Purwakarta, Jawa Barat 41152 Email: agusarifinsentosa@gmail.com

Abstrak

Danau Batur dan Danau Beratan merupakan dua danau besar di Pulau Bali yang memiliki sumber daya ikan berpotensi sebagai ikan hias. Pengamatan lapangan dilakukan pada bulan Mei, Juni, dan Oktober 2011 bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis ikan yang hidup di kedua danau tersebut melalui percobaan penangkapan dengan jaring insang percobaan berukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inci serta hasil tangkapan nelayan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa komposisi ikan hasil tangkapan di Danau Batur dan Beratan seluruhnya terdiri atas ikan eksotik atau introduksi. Beberapa jenis ikan eksotik yang ditemukan di Danau Batur dan Beratan berpotensi sebagai ikan hias seperti dari genus Amphilophus spp., Amatitlania nigrofasciata, Cherax spp., Osteochilus vittatus, Poecilia reticulata, Puntius binotatus, Rasbora lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan Xiphophorus hellerii. Khusus ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) di Danau Beratan telah terindikasi menjadi ikan asing invasif. Monitoring terhadap keberadaan ikan hias eksotik di danau-danau di Indonesia diperlukan untuk memperkecil terjadinya peluang invasi spesies ikan dari kegiatan introduksi secara sengaja maupun tidak sengaja.

Pendahuluan

Danau Batur dengan luas 16.075 km2 dan Danau Beratan 3,7 km2 yang terletak di Provinsi Bali merupakan danau kaldera dengan sistem perairan tertutup (enclosed lake) dan telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan perikanan (Hehanussa & Haryani, 2009). Keberadaan sumber daya ikan di kedua danau tersebut relatif terbatas karena karakteristiknya berupa danau vulkanik sehingga miskin komunitas ikan dan pengkayaan jenis ikan umumnya terjadi melalui kegiatan introduksi ikan.

Introduksi ikan merupakan suatu kegiatan memasukkan ikan spesies baru ke dalam suatu perairan dimana spesies tersebut sebelumnya tidak terdapat (Rahardjo, 2008). Wargasasmita (2005); Helfman (2007) menyebutkan beberapa istilah untuk ikan introduksi, antara lain ikan eksotik, nonnative, nonindigenous, allochthonous, translocated, transplanted, dan allien spesies atau spesies asing. Ikan eksotik yang terintroduksi ke dalam suatu badan perairan dapat terjadi secara sengaja atau tidak disengaja. Introduksi ikan secara sengaja umumnya dilakukan berdasarkan alasan ekonomi, lingkungan atau ekologi dan pertimbangan sosial lainnya (Chenje & Katerere, 2006).

Ikan eksotik banyak ditemukan di Danau Batur dan Beratan. Salah satu jenis ikan introduksi yang terkenal di Danau Batur adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang 62 Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman, dan Danu Wijaya

Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Jl. Cilalawi No. 01, Jatiluhur,

(2)

mendominasi hasil tangkapan masyarakat dan umumnya berasal dari penebaran dan yang terlepas secara tidak sengaja dari usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung. Sementara itu, isu keberadaan ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) yang dominan di Danau Beratan diduga ada melalui introduksi secara tidak sengaja (Wijaya et al., 2011).

Komunitas ikan di Danau Batur dan Beratan memiliki potensi sebagai ikan hias terkait keindahan bentuk dan corak warnanya yang menawan dan memiliki daya tarik. Ikan hias yang bersifat endemik di Bali hanya satu, yaitu Rasbora baliensis (Hubbs & Brittan, 1954) di Danau Beratan (Kottelat et al., 1993) yang statusnya menurut IUCN Red List of Threatened Species adalah Vulnerable atau rentan mengalami kepunahan (World Conservation Monitoring Centre, 1996). Keberadaan sebagian besar ikan hias di Danau Batur dan Beratan umumnya berasal dari introduksi ke badan perairan danau, baik secara sengaja maupun tidak disengaja sehingga ikan hias tersebut merupakan ikan eksotik. Oleh karena itu, inventarisasi terkait keberadaan ikan hias di Danau Batur dan Beratan diperlukan sebagai dasar pengelolaan sumber daya perikanan di kedua danau tersebut, terutama terkait dampak keberadaannya yang berpotensi sebagai spesies invasif. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan hasil inventarisasi keberadaan ikan hias eksotik.

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu di perairan Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan perairan Danau Beratan, kawasan Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Mei, Juli, dan Oktober 2011.

Data sumber daya ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan sendiri dengan menggunakan alat tangkap jaring insang percobaan dengan ukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inci yang dipasang pada setiap stasiun pengamatan pada lokasi yang telah ditentukan. Ikan hasil tangkapan masyarakat setempat juga digunakan untuk mengetahui data komposisi ikan berdasarkan catatan enumerator setempat.

Sampel ikan diawetkan secara utuh dengan formalin 40% sebagai spesimen untuk keperluan identifikasi jenis ikan di Laboratorium Biologi Ikan BP2KSI. Identifikasi dan determinasi jenis ikan dilakukan berdasarkan Weber & De Beaufort (1916); Kottelat et al. (1993) kemudian dikonfirmasikan dengan data menurut Fishbase (Froese & Pauly, 2013).

Gambar 1. Lokasi penelitian di Danau Batur (A) dan Danau Beratan (B), Bali

(3)

Hasil dan Bahasan

Tabel 1. Komposisi jenus ikan yang terperangkap di Danau Batur dengan jaring insang percobaan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Σ (ekor) Panjang Kisaran Ukuran

Total (cm) Berat (gram)

1 Nila Oreochromis niloticus 291 7 - 31 6,2 - 588

2 Nyalian Poleng Rasbora lateristriata 54 4,6 - 13,3 1,3 - 31,77

3 Mujair Oreochromis mossambicus 62 10,8 - 17,6 26,2 - 98,67

4 Pedang Xiphophorus hellerii 19 4,6 - 6,5 1,0 - 5,02

5 Seribu/Gerang Poecilia reticulata 6 4,5 - 6,2 1,0 - 3,08

6 Rasbora Rasbora sp. 6 4,7 - 12,1 1,9 - 17,4

7 Nyalian Bali Puntius binotatus 4 6,7 - 13,2 6,5 - 31,52

8 Louhan Hitam Amphilophus sp. 1 8 9,3 - 16 19,53 - 98

9 Louhan Merah Amphilophus sp. 2 2 11,5 - 15 28 - 68

10 Nila Merah Oreochromis sp. 1 12,9 44,52

11 Bandeng Chanos chanos 1 51 950

12 Belut Monopterus albus 1 38 114

Tabel 2. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan dengan jaring insang percobaan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Σ (ekor)

Kisaran Ukuran Panjang

Total (cm) Berat (gram)

1 Zebra Amatitlania nigrofasciata 561 3,2 - 10,5 0,254 – 22,79

2 Nyalian Cendol Xiphophorus hellerii 437 4 - 7,1 1,01 - 4,65

3 Pudah Puntius binotatus 218 5 - 14 1,06 - 42,3

4 Nyalian Buluh Rasbora lateristriata 33 4,3 - 11,7 0,66 - 17,75

5 Nila Oreochromis niloticus 36 3,9 - 22,5 1,05 - 205

6 Nilem Osteochilus vittatus 12 9,5 - 19,1 9,6 - 89

7 Cendol Poecilia reticulata 4 4,5 - 5,0 1,44 - 1,59

8 Tawes Barbonymus gonionotus 4 4,9 - 52 1,35 - 1,65

9 Red Devil Amphilophus citrinellus 2 6,3 - 7,2 5,15 - 7,85

10 Rasbora Rasbora argyrotaenia 1 10,7 13,7

Tabel 3. Data enumerator komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur

No Nama Lokal Nama Ilmiah Total Tangkapan %

1 Nila Oreochromis niloticus 7764 98,35

2 Karper/Mas Cyprinus carpio 61 0,77

3 Bandeng Chanos chanos 26 0,33

4 Mujair Oreochromis mossambicus 24 0,3

5 Lohan Amphilophus spp. 13 0,16

6 Kuyuh Channa spp. 3 0,04

7 Lele Clarias spp. 3 0,04

64 Komposisi ikan hasil tangkapan dengan menggunakan jaring insang percobaan di Danau Batur terdiri atas 12 jenis (Tabel 1) dan di Danau Beratan terdiri atas 10 jenis (Tabel 2). Sementara itu, berdasarkan hasil tangkapan masyarakat setempat yang dicatat oleh enumerator selama bulan Mei – Oktober 2011, di Danau Batur terdiri atas 7 jenis ikan (Tabel 3), dan di Danau Beratan sebanyak 17 jenis ikan (Tabel 4).

(4)

Tabel 4. Data enumerator komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan

No Nama Lokal Nama Ilmiah Total Tangkapan %

1 Nila Oreochromis niloticus 5442 54,03

2 Zebra Amatitlania nigrofasciata 1668 16,56

3 Nilem Osteochilus vittatus 1005 9,98

4 Pudah Puntius binotatus 663 6,58

5 Tawes Barbonymus gonionotus 306 3,04

6 Mas Cyprinus carpio 284 2,82

7 Betok Anabas testudineus 200 1,99

8 Lele Clarias spp. 162 1,61

9 Nyalian Cendol Xiphophorus hellerii 114 1,13

10 Gurami Osphronemus gouramy 108 1,07

11 Karper Cyprinus carpio 60 0,60

12 Sapu-sapu Hypostomus spp. 31 0,31

14 Nyalian Buluh Rasbora lateristriata 24 0,24

15 Mujair Oreochromis mossambicus 1 0,01

16 Bawal Colossoma macropomum 1 0,01

Berdasarkan data hasil percobaan penangkapan sendiri dan catatan hasil tangkapan oleh enumerator, maka secara keseluruhan komunitas ikan di kedua danau tersebut relatif hampir seragam dimana jumlah spesies ikan di Danau Batur sebanyak 17 spesies dan di Danau Beratan sebanyak 18 spesies. Komposisi hasil tangkapan ikan berdasarkan pencatatan oleh enumerator terdapat perbedaan dengan hasil tangkapan saat survei lapang dilakukan diduga terkait dengan perbedaan waktu tangkap dan jenis alat tangkap yang digunakan. Kedua danau tersebut juga diduga relatif masih banyak jenis spesies ikan lainnya yang belum tercatat selama penelitian karena keterbatasan metode yang digunakan.

Kottelat et al. (1993) menyebutkan bahwa ikan endemik di Pulau Bali yang tercatat hanya satu jenis, yaitu Rasbora baliensis yang endemik di Danau Beratan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ondara (1981) bahwa jenis-jenis ikan asli di Bali sangat jarang karena karakteristik perairannya yang khas. Mengingat Danau Batur dan Danau Beratan merupakan bagian dari perairan umum daratan di Pulau Bali yang memiliki karakteristik sebagai danau kaldera yang bersifat tertutup (Hehanussa & Haryani, 2009), maka jenis ikan yang berada di dalamnya hampir seluruhnya merupakan ikan eksotik atau introduksi (Suryono et al., 2006; Sentosa et al., 2013).

Awal keberadaan ikan introduksi di Danau Batur dan Beratan tidak diketahui secara pasti namun diduga awalnya terjadi secara tidak sengaja, hingga akhirnya dilakukan penebaran secara sengaja dengan tujuan peningkatan aktivitas perikanan oleh masyarakat di kedua danau tersebut dengan komoditas yang umum ditebar adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang sebenarnya merupakan komoditas budidaya yang bukan merupakan ikan asli Indonesia (Sarnita & Kartamihardja, 1992; Wijaya et al., 2011). Whitten et al. (1999) menyebutkan bahwa peluang introduksi ikan secara tidak sengaja di danau-danau di Bali dapat terjadi melalui ikan-ikan budidaya di keramba jaring apung yang terlepas, sengaja ditebarkan untuk pengendalian vektor penyakit seperti jentik nyamuk dan ikan-ikan hias yang tidak sengaja terlepas seperti ikan seribu (Poecilia reticulata) dan ikan pedang (Xiphophorus helleri). Ikan hias merupakan salah satu alasan keberadaan introduksi ikan di Danau Batur dan Beratan yang umumnya terjadi karena tidak sengaja terlepas ke perairan atau memang sengaja dilepaskan karena tren hobiis atau minat untuk memelihara ikan tersebut sudah berkurang. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 21/PERMEN-KP/2014, ikan hias

(5)

didefinisikan sebagai ikan yang dipelihara untuk hiasan atau pajangan, untuk dilihat dan dinikmati keindahan warna, corak, dan bentuknya yang memiliki daya tarik tersendiri dan diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Berdasarkan definisi tersebut, maka 47,06% jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur dan 50% di Danau Beratan dapat diklasifikasikan sebagai ikan berpotensi sebagai ikan hias, selebihnya cenderung sebagai ikan konsumsi atau tidak dimanfaatkan. Jenis ikan hias di Danau Batur dan Beratan antara lain dari genus Amphilophus spp., Amatitlania nigrofasciata, Osteochilus vittatus, Poecilia reticulata, Puntius binotatus, Rasbora lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan Xiphophorus hellerii.

Gambar 2. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur

Gambar 3. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan

Ikan hias di kedua danau tersebut umumnya banyak Sebagai contoh, Amatitlania nigrofasciata, Poecilia reticulate, dan Xiphophorus hellerii berasal dari kawasan benua Amerika Tengah dan Selatan (Conkel, 1993; Knight, 2010).

(6)

Keberadaan ikan-ikan hias eksotik di Danau Batur tidak banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sebagai contoh keberadaan ikan louhan dari genera Amphilophus spp. di Danau Batur diduga kuat berasal dari ikan louhan yang sengaja dilepaskan karena berkurangnya minat untuk memeliharanya dan tidak sengaja terlepas bersama benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang masih kerabatnya dari famili Cichlidae mengingat saat berukuran benih bentuk ikan louhan sepintas relatif mirip dengan nila. Keberadaan ikan hias eksotik di Danau Batur relatif tidak terlalu dominan mengingat di danau tersebut umumnya lebih cenderung dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya dan tangkap, terutama bagi komoditas ikan nila (Samuel & Suryati, 2013). Sentosa & Wijaya (2012) bahkan telah melaporkan bahwa ikan nila di Danau Batur mendominasi perairan dan hasil tangkapan mengingat ikan tersebut memiliki relung makanan dan habitat yang relatif lebih luas dibandingkan ikan-ikan lainnya di danau tersebut.

Kondisi yang berbeda terkait dampak keberadaan ikan hias terjadi di Danau Beratan dimana ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) telah mendominasi perairan danau tersebut. Sentosa & Wijaya (2013) melaporkan bahwa berdasarkan karakteristik biologinya, ikan zebra tersebut memiliki potensi invasif yang tinggi. Sama seperti ikan hias eksotik lainnya, keberadaan ikan zebra di Danau Beratan tidak diketahui secara pasti, namun diduga ikan tersebut berasal dari introduksi tidak sengaja yang terlepas ke perairan Danau Beratan. Ikan zebra (Amatitlania nigrofasciata) berukuran kecil, sangat agresif, bersifat teritorial dan berasal dari Amerika Tengah dan Selatan serta memiliki habitat di sungai berbatu hingga danau (Arnott & Elwood, 2009). Ikan nila walaupun invasif di Danau Batur namun populasinya masih dapat dikendalikan dengan adanya pemanfaatan oleh masyarakat setempat sebagai ikan konsumsi (Sentosa & Wijaya, 2012), sementara itu ikan zebra di Danau Beratan relatif tidak dimanfaatkan, bahkan cenderung menjadi hama karena morfologi ikan yang berduri keras dan dagingnya sedikit serta juga telah merugikan kegiatan perikanan tangkap di danau tersebut (Rahman et al., 2012) karena bersaing dengan ikan nila yang menjadi target tangkapan utama bagi masyarakat setempat.

Keberadaan ikan-ikan hias eksotik lainnya di Danau Beratan relatif jarang dilaporkan, hanya Whitten et al. (1993) yang menyebutkan beberapa ikan-ikan introduksi di Danau Beratan yang saat itu komposisinya belum terdapat ikan zebra yang sudah mulai invasif saat penelitian dilakukan. Sentosa et al. (2013) menyatakan bahwa keberadaan ikan-ikan introduksi di Danau Beratan memiliki dampak ekologi yang tinggi karena terkait karakteristik Danau Beratan yang relatif tidak luas dan rentan pencemaran serta ancaman terhadap endemisitas ikan di danau tersebut dengan adanya Rasbora baliensis yang dilaporkan endemik di Danau Beratan (Kottelat et al., 1993). Karena dampaknya yang merugikan, Amatitlania nigrofasciata bahkan telah dimasukkan dalam lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam wilayah Negara Republik Indonesia disamping beberapa jenis ikan lainnya.

Awal keberadaan ikan introduksi di Danau Batur dan Beratan, khususnya ikan hias tidak diketahui secara pasti namun diduga awalnya terjadi dengan sebab-sebab tertentu seperti ikan hias yang terlepas tidak sengaja bersama dengan benih ikan lain yang ditebar atau sengaja dilepaskan ke perairan danau karena tren atau popularitas suatu ikan hias sudah menurun sehingga keinginan masyarakat untuk memeliharanya menjadi berkurang. Beberapa jenis ikan hias eksotik di kedua danau tersebut yang berukuran kecil masih ada yang ditangkap dan dimanfaatkan sebagai ikan hias akuarium seperti Poecilia reticulata, Xiphophorus hellerii, dan Puntius binotatus. Ikan hias dari genus Rasbora juga kadang menjadi ikan hias akuarium karena beberapa spesies telah berhasil didomestikasi dan dibudidayakan, namun hal tersebut

(7)

perlu perlakuan khusus karena ikan tersebut sensitif dengan kandungan oksigen terlarut dan menyukai perairan yang berarus atau rheofilik (Djumanto et al., 2008; Sentosa & Djumanto, 2010; Nurhidayat & Zamroni, 2013).

Beberapa pakar menyebutkan bahwa keberadaan ikan-ikan eksotik dapat memiliki dampak positif dan negatif, namun umumnya dampaknya cenderung bersifat negatif (Wargasasmita, 2005) terutama terkait dengan keanekaragaman spesies ikan asli dengan adanya kawin silang dengan ikan endemik, perusakan habitat, kompetisi pakan dan habitat, pemangsaan serta parasit atau penyakit (Rachmatika & Wahyudewantoro, 2006). Sebagai contoh, ikan zebra diduga dapat menjadi predator bagi ikan-ikan kecil di Danau Beratan mengingat komposisi makanannya terdiri dari jenis ikan, cacing-cacingan, krustasea, serangga, dan tumbuhan air, termasuk plankton (Froese & Pauly, 2013).

Keberadaan ikan eksotik di Danau Batur dan Beratan yang sebagian besar telah mengalami naturalisasi atau telah beradaptasi di luar habitat alaminya perlu dikelola agar dampak ekologinya tidak semakin besar. Menurut Wargasasmita (2005), ikan eksotik banyak menimbulkan dampak negatif terhadap komunitas ikan danau yang terisolasi, seperti Danau Batur dan Beratan yang merupakan cekungan terkungkung. Salah satu dampak introduksi ikan antara lain adanya penurunan populasi ikan asli yang merupakan proses awal menuju kepunahan spesies tertentu yang mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan yang homogen didominasi oleh ikan eksotik. Kondisi tersebut telah nampak di Danau Batur yang didominasi oleh ikan nila dan di Danau Beratan yang didominasi oleh ikan zebra yang merupakan ikan eksotik.

Perhatian yang lebih terhadap keberadaan ikan-ikan hias eksotik di danau-danau di Indonesia diperlukan dengan adanya monitoring dan survei berkala terhadap status keanekaragaman sumber daya ikan di danau-danau prioritas untuk memperkecil terjadinya peluang invasi spesies ikan dari kegiatan introduksi secara sengaja maupun tidak sengaja. Ikan hias eksotik yang telah menjadi invasif dan menyebar di suatu perairan cenderung akan menurunkan nilai keunikan dan kepopulerannya, bahkan statusnya dapat menjadi ikan hama atau pengganggu jika dampak keberadaannya relatif merugikan. Penegakan hukum dan penguatan upaya karantina ikan diperlukan agar Indonesia dapat terjaga dari masuknya ikan eksotik yang berdampak negatif bagi keanekaragaman sumber daya ikan.

Simpulan

Keberadaan sumber daya ikan di Danau Batur dan Beratan di Bali umumnya berasal dari hasil introduksi baik sengaja maupun tidak sengaja. Sebanyak 47,06% ikan eksotik yang tertangkap di Danau Batur dan 50% di Danau Beratan dapat diklasifikasikan sebagai ikan berpotensi sebagai ikan hias, antara lain dari genus Amphilophus spp., Amatitlania nigrofasciata, Osteochilus vittatus, Poecilia reticulata, Puntius binotatus, Rasbora lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan Xiphophorus hellerii.

Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Kajian Risiko Introduksi Ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali”, Tahun Anggaran 2011 di di Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Terima kasih diucapkan kepada Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo, Sukamto, Dyah Ika

68 Ucapan Terima Kasih

(8)

Kusumaningtyas, A.Md., Waino, Sutoto, dan Rahmat serta masyarakat dan instansi terkait yang telah banyak membantu kegiatan survei lapangan.

Daftar Pustaka

Arnott, G. & R.W. Elwood. 2009. Gender differences in aggressive behaviour in convict cichlids. Animal Behaviour. 78: 1221–1227.

Chenje, M. & J.M. Katerere. 2006. Invasive alien species (Chapter 10). In Africa Environment Outlook 2 – Our Environment. Our Wealth (AEO-2). Section 3: Emerging Challenge. Division of Early Warning and Assessment (DEWA). United Nations Environment Programme. Kenya. 10 (3): 331 – 349.

Conkel, D. 1993. Cichlids of North and Central America. T.F.H. Publications, Inc., Neptune City. 191 pp.

Djumanto, E. Setyobudi, A. A. Sentosa, R. Budi & N. C. I. Nerwati. 2008. reproductive biology of the yellow rasbora (Rasbora lateristriata) inhabitat of the Ngrancah River, Kulom Progo regency. Journal of Fisheries Sciences. 10 (2): 261-275.

Froese, R. & D. Pauly (eds). 2013. FishBase. World Wide Web electronic publication. www.fishbase.org, version (04/2013).

Hartoto, D.I. & E Mulyana. 1996. Hubungan parameter kualitas air dengan struktur ikhtiofauna perairan darat Pulau Siberut. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 29: 41-55.

Hehanussa, P.E. & G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi morfogenesis danau di Indonesia untuk mitigasi dampak perubahan iklim. In Konferensi Nasional Danau Indonesia I, Bali. 13-15 Agustus 2009. (ed). Kementerian Lingkungan Hidup. Prosiding Konferensi Nasional Danau Indonesia I Jilid 2: Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan Iklim. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 298-310 pp.

Helfman, G.S. 2007. Fish conservation: a guide to understanding and restoring global aquatic biodiversity and fishery resources. Island Press. Washington. United States of America. 584 pp.

Knight, J.D.M. 2010. Invasive ornamental fish: a potential threat to aquatic biodiversity in peninsular India. Journal of Threatened Taxa. 2 (2): 700-704.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi (ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi). Periplus Editions Ltd. Indonesia. 293 pp.

Nurhidayat & M. Zamroni. 2013. Domestikasi dan pemijahan ikan hias rasbora (Rasbora argyrotaenia) sebagai upaya mendukung kegiatan konservasi secara eksitu. In Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 11: 8 pp.

Ondara. 1981. Beberapa catatan tentang perairan tawar dan fauna ikannya di Indonesia. Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum. Buku II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. 13 – 32 pp.

Rachmatika, I. & G. Wahyudewantoro. 2006. Jenis-jenis ikan introduksi di perairan tawar Jawa Barat dan Banten: Catatan tentang Taksonomi dan Distribusinya. Jurnal Iktiologi Indonesia. 6 (2): 93 – 98.

Rahardjo, M.F. 2008. Perkembangan iptek dalam pemacuan sumberdaya ikan. In Rahardjo et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat Riset

(9)

Perikanan Tangkap bekerjasama dengan Departemen MSP-IPB. Pusat Penelitian Biologi LIPI. dan Masyarakat Iktiologi Indonesia. 45 – 49 pp.

Rahman, A. A.A. Sentosa, D. Wijaya. 2012. Sebaran ukuran dan kondisi ikan zebra Amatitla nigrofasciata (Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali. Jurnal Iktiologi Indonesia. 12 (2): 75-88.

Samuel & N.K. Suryati. 2013. Performansi kondisi limnologis dan perikanan tangkap di Danau Batur, Propinsi Bali. In Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 22: 12 p. Sarnita, A.S. & E.S. Kartamihardja 1992. Hasil-hasil penelitian potensi dan tingkat

pemanfaatan sumber daya perikanan air tawar di Bali dan Nusa Tenggara. In Prosiding Temu Karya Ilmiah Dukungan Penelitian bagi Aplikasi Pola Pengembangan Usaha Perikanan. Nusa Tenggara, Mataram, 12 – 14 Agustus 1992. Prosiding Puslitbangkan. 27: 46 – 56.

Sentosa, A.A & Djumanto. 2010. Habitat pemijahan ikan wader pari (Rasbora lateristriata) di Sungai Ngrancah, Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Iktiologi Indonesia. 10 (1): 55-63. Sentosa, A.A. & D. Wijaya. 2013. Potensi invasif ikan zebra cichlid (Amatitlania

nigrofasciata Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali Ditinjau dari Aspek Biologinya. BAWAL. 5 (2): 113-121.

Sentosa, A.A. & D. Wijaya. 2012. Struktur komunitas ikan introduksi di Danau Batur, Bali. Berita Biologi. 11 (3): 329-337.

Sentosa, A.A., D. Wijaya & D.W.H. Tjahjo. 2013. Kajian risiko keberadaan ikan-ikan eksotik di Danau Beratan, Bali. In Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 38: 16 pp. Suryono, T., F. Sulawesty, S. Sunanisari, A.A. Meutia, Triyanto, G.S. Haryani, A.B. Santoso,

Y. Sudarso, Cynthia H., T. Tarigan, G.S. Aji, R.L. Toruan, S. Nomosatryo, E. Mulyana, I. Ridwansyah & Y. Mardiati. 2006. Kajian karakteristik limnologi untuk pengelolaan habitat perairan Danau Batur. Provinsi Bali. Laporan Teknis DIPA 2006. Program Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. 233 pp.

Wargasasmita, S. 2005. Ancaman invasi ikan asing terhadap keanekaragaman ikan asli. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5 (1): 5 – 10.

Weber, M. & L.F. De Beaufort. 1916. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. Volume III. E.J. Brill. Leiden. 455 pp.

Whitten, T., R.E. Soeriaatmatdja & S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Seri Ekologi Indonesia Jilid II. Prenhallindo, Jakarta. 972 pp.

Wijaya, D., D.W.H. Tjahjo, A.A. Sentosa, A. Rahman, D.I. Kusumaningtyas, Sukamto & Waino. 2011. Kajian risiko introduksi ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali. Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Purwakarta. 83 pp.

World Conservation Monitoring Centre 1996. Rasbora baliensis. In IUCN 2011. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2011.2. http://www.iucnredlist.org. Downloaded on 20 December 2011.

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian di Danau Batur (A) dan Danau Beratan (B), Bali
Tabel 1. Komposisi jenus ikan yang terperangkap di Danau Batur dengan jaring insang percobaan
Tabel 4. Data enumerator komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan
Gambar 2. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur

Referensi

Dokumen terkait

Ikan bilih Mystacoleucus padangensis (Bleeker, 1852) pada awalnya merupakan ikan endemik Danau Singkarak kemudian berhasil diintroduksi di Danau Toba sebagai salah

Tabel 1 memperlihatkan bahwa kawasan hutan sekunder di sekitar Gunung dan Danau Batur memiliki keragaman jenis pohon yang cukup rendah berdasarkan nilai indeks keanekaragaman (Tabel

Mengingat iktiofauna yang dijumpai di perairan Danau Tempe didominasi oleh ikan-ikan introduksi, maka diharapkan pemerintah tidak lagi melakukan introduksi ke dalam perairan ini,

Nilai DO tersebut sudah termasuk DO yang baik untuk pertumbuhan benih ikan Gurami dan menunjang kelangsungan hidup benih ikan Gurami di danau, dimana kadar

Sedangkan pola pertumbuhan panjang dan berat Ikan Red Devil (Amphilophus sp) yang terdapat di perairan Desa Batur memiliki pola pertumbuhan yang berbeda antara alat tangkap

Ikan asli dan endemik di Danau Matano cenderung memiliki luas relung yang bersifat spesialis, sedangkan jenis ikan introduksi memiliki luas relung yang lebih bervariasi dan

Hasil analisis tingkat kesuburan (eutropikasi) berdasar- kan indeks tingkat tropik dari parameter kecerahan, total nitrogen, total fosfat, dan klorofil-a menunjukkan bahwa Danau

Berdasarkan pemeriksaan 12 parameter fisikokimia pada air Danau Batur, diketahui bahwa terdapat 3 parameter yang tidak memenuhi kriteria baku mutu kelas 1 menurut