• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS SITOHISTOTEKNOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS SITOHISTOTEKNOLOGI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i

MAKALAH

REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS

SITOHISTOTEKNOLOGI

Dosen Pengampu : dr. Raudatul Janah

Disusun oleh :

1. ILFA ALFIANI ILFISYAR (G0C215001) 2. LIA AYU NUR AINI (G0C215006) 3. AKRIM RAHMANI HASAN (G0C215011) 4.WIDIANTO RAMADHAN (G0C215019) 5. YULI SETIYANI (G0C215024)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

D3 ANALIS KESEHATAN – JALUR KHUSUS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

(2)

i

MAKALAH

REAKSI TUBUH TERHADAP JEJAS

SITOHISTOTEKNOLOGI

Dosen Pengampu : dr. Raudatul Janah

Disusun oleh :

1. ILFA ALFIANI ILFISYAR (G0C215001) 2. LIA AYU NUR AINI (G0C215006) 3. AKRIM RAHMANI HASAN (G0C215011) 4.WIDIANTO RAMADHAN (G0C215019) 5. YULI SETIYANI (G0C215024)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

D3 ANALIS KESEHATAN – JALUR KHUSUS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2017

(3)

ii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Reaksi Tubuh terhadap Jejas”. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sitohistoteknologi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Raudatul Janah selaku dosen pengampu mata kuliah sitohistoteknologi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut membantu penyusunan makalah ini sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika terdapat kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 27 Juli 2017

(4)

iii DAFTAR ISI

HALAMA JUDUL ... i PRAKATA ... ii DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1-2 B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penulisan ... 2 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Jejas Sel ... 3 B. Jenis-jenis Jejas Sel ... 3-5 C. Adaptasi sel terhadap pertumbuhan dan differensiasi ... 6-7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ... 8 B. Saran ... 8

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti biologis. Semua fungsi kehidupan berlangsung dan di atur oleh sel. Karena itu, sel dapat berfungsi secara otonom asalkan seluruh kebutuhan sel terpenuhi. Di dalam tubuh terdapat berbagai jenis-jenis sel dengan fungsinya masing-masing, semua sel sampai taraf tertentu, mempunyai gaya hidup dan unsur struktural serupa. Sel terdiri atas nukleus, sitoplasma, mitokondria, lisosom, membran sel, RE, dan badan golgi yang semuanya itu mempunyai fungsinya masing-masing. Sel memiliki umur yang berbeda-beda tergantung dari seberapa cepat sel itu berregenerasi.

Sel dapat mengalami kematian dan kerusakan oleh berbagai faktor, salah satunya ialah defisiensi oksigen atau bahan makanan kritis lain, karena tanpa oksigen berbagai aktifitas pemeliharaan dan sintesis dari sel berhenti dengan cepat. Ketika terpapar oleh sesuatu ( sebuah aksi) dari luar, maka sel tubuh akan mengalami jejas atau injury dan akan melakukan proses reaksi. Aksi dapat menimbulkan adanya kerusakan sel, sehingga tubuh melawan proses kerusakan sel tersebut dengan melakukan adaptasi sel.

Jika sebuah stimulus diberikan kepada sel yang dapat menimbulkan cedera, maka efek pertama yang paling penting adalah apa yang dinamakan dengan kerusakan biokimiawi. Perubahan – perubahan biokimiawi akan terlihat pada sel yang mengalami cedera. Kelainan yang paling sering terjadi merupakan efek kedua atau ketiga dari pada kerusakan biokimiawi primer. Apabila terjadi banyak cedera, sel memiliki cadangan yang cukup untuk bekerja tanpa gangguan fungsi yang berarti. Akibat adanya cedera sel, tidak selalu mengalami gangguan fungsi akan tetapi dapat pula terjadi gangguan mekanisme adaptasi sel terhadap suatu gangguan. Misalnya, suatu reaksi yang dapat di jumpai pada sebuah sel otot yang di tempatkan dibawah ketegangan abnormal adalah kekuatan dengan pembesaran, yang disebut dengan hipertrofi.

Keruskan sel merupakan kondisi dimana sel sudah tidak dapat melakukan fungsi – fungsinya dengan optimal dikarenakan adanya faktor-faktor seperti defisiensi oksigen atau bahan makanan yang dibutuhkan oleh sel untuk berregenerasi sel

(6)

2

kurang. Sehingga fungsi- fungsi dari sel itu sendiri akan mengalami penurunan atau bahkan dapat menyebabkan terjadinya kematian sel.

B. RumusanMasalah

1. Apa pengertian jejas sel ? 2. Apa saja jenis – jenis jejas sel ? 3. Bagaimana proses adaptasi pada sel ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian jejas sel. 2. Mengetahui jenis jejas jejas sel. 3. Menjelaskan proses adaptasi pada sel.

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Jejas sel

Jejas sel (cedera sel) merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjdinya jejas sel, diantaranya kekurangan oksigen, kekuranagn nutrisi / malnutrisi, infeksi sel, reaksi imun yang ambnormal / reaksi imunologi, faktor fisik ( suhu, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan), bahan kimia, defect genetik serta penuaan.

B. Jenis – jenis jejas sel

Akibat terjadinya jejas sel menimbulkan terjadinya perubahan dalam sel maupun jaringan yang ter jejas, berdasarkan tingkat kerusakanya jejas ini di golongkan ke dalam dua golongan utama , yaitu:

1). Jejas reversibel ( degenerasi sel ) yakni jejas yang dapat menimbulkan kelompok sel yang bersifat dapat kembali seperti semula. Misalnya, degenerasi dan infiltrasi.

Macam – macam degenerasi : a). Degenerasi Albuminosa

Pembengkakan sel merupakan manifestasi awal dari jejas sel, bila pembengkakan sudah mengenai seluruh sel dalam organ, jaringan akan tampak pucat, terjadi peningkatan turgor, dan berat organ. Bila penimbunan air dalam sel berlanjut karenajejas sel yang semakin berat akan tampak vakuola – vakuola kecil dan terlihat dalam sitoplasma, hal ini mengakibatkan sitoplasma tampak keruh. Contoh: post mortem, penyakit tertentu ( pyelonefritis)

b). Degenerasi Hidrofilik ( Degenerasi Vakuolar)

Merupakan cedera sel yang menyebabkan sel itu tampak bengkak, hal ini terjadi dikarenakan adanya penimbunan intraseluler yang lebih parah jika dibandingkan dengan degenerasi albumin. Sel akan tampak membesar atau bengkak karena akumulasi air di dalam sitoplasmanya, sitoplasmanya terlihat pucat, inti tetap ada di tengah, pada keadaan ekstrem sitoplasma sel akan tampak jernih dan ukuran sel akan semakin membesar ( Balloning Degeneration) sering di temukan pada sel epidermal yang terinfeksi ephiteliotropic virus, seperti pada pox virus. Contoh: penyakit ginjal dan molahidatidosa

(8)

4 c). Degenerasi Lemak

Degenerasi lemak dan perubahan perlemakan menggambarkan adanya penimbunan abnormal trigliseid dalam sel parenkim. Perubahan perlemakan sering terjadi di hepar karena hepar merupakan organ utama dalam metabolisme lemak selian jantung dan ginjal. Jika tidak terlalu banyak timbunan lemak tidak menyebabkan gangguan fungsi sel tetapi jika terjadi penimbunan lemak berlebih, terjadi perubahan perlemakan yang dapat menyebabkan nekrosis.

d). Degenerasi Hyalin

Istilah hyalin digunakan untuk istilah deskriptif histologik dan bukan merupakan tanda adanya jejas sel. Umumnya perubahan dalam hyalin merupakan perubahan dalam sel atau rongga ekstrseluler yang memberikan gambaran homogeni, cerah dan berwarna merah muda pada perwarnaan hematoksilin eosin. Contoh degenerasi hyalin pada myoma uteri. e). Degenerasi karbohidrat dan protein

Mukus adalah substansi komplek yang cerah, berlendir dan kental dengan komposisi yang bermacam – macam dan pada keadaan normal di sekresi oleh sel epitel serta dapat pula sebagi bagian dari matriks jaringan ikat longgar tertentu. Musin dapat di jumpai di dalam sel, musin dapat mendesak ini ketepi sehingga sel akan menyerupai cincin yang dimanakan signet ring cell.

2). Jejas Ireversibel

Jejas Ireversibel ( kematian sel) merupakan reaksi sel akibat terjadinya jejas sel, jejas ireversibel ini tidak dapat kembali normal karena terjadinya kematian sel. Jejas ireversibel dibagi menjadi dua bagian yaitu nekrosis dan apotosis.

a). Nekrosis

Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau akibat adanya trauma, dimana kematian sel itu terjadi secara tidak terkontrol dan dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respin peradangan dan sangat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stimulus yang terjadi terlalu berat serta berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaftif sel akan menyebabkan kematian sel, dimana sel tidak mampu lagi mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan adanya enzim – enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya reaksi peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel – sel yang mati dan selanjutnya akan terjadi perubahan – perubahan secara morfologis,

(9)

5 Jenis – jenis Nekrosis :

 Nekrosis coagulativ : biasanya terjadi pada hipoksia lingkunagan seperti infark dan gumma

 Liquefactive nekrosis : biasanya berhubungan dengan keruskan seluler dan nanah, khas pada infeksi bakteri dan jamur.

 Nekrosis lemak : merupakan hasil dari tindakan lipase pada jarngan lemak misalnya pada pankreatitis akut dan payudara nekrosis jaringan.

 Nikrosis kaseosa : merupakan bentuk spesifik dari nekrosis koagulasi biasanya di sebabkanoleh mycrobacteri, jamur dan zat lain. Contoh : TBC

 Nekrosis fibrinoid : disebabkan oleh kekebalan yang di perantarai oleh vaskular kerusakan, seperti pyelonefritis

 Nekrosis Gangrenosa : biasnya di sertai oleh bacteri dan pembusukan jaringan. Dibagi menjadi gangren basah, gangren kering dan penyakit gas gangren.

Penyebab terjadinya nekrosis :

1. Iskhemi : terjadi karena perbekalan oksigen dan makanan untuk suatu alat tubuh terputus, yang mengaibatkan sumbatan aliran darah sehingga menimbulkan infark (kematian jaringan)

2. Agen biologik : toksin yang ada pada bakteri, virus maupun parasit dapat mengakibatkan kerusakan pada dinding pembuluh darah dan trombosis.

3. Agen kimia : konsentrasi zat kimia yang terlalu tinggi dapat menyebabkan nekrosis akibat gangguan keseimbangan osmotik sel.

4. Agen fisik : kerusakan sel dapat terjadi karena timbul kerusakan potoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingg timbul kekacauan tata kimia potoplasma dan inti.

5. Hipersensitivitas : hipersensitivitas jaringan dapat timbul secara sepontan dan menyebabkan reaksi imunologik.

b). Apoptosis

kematian sel dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram, dimana sel setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Sel akan menghancurkan dirinya sendiri, akan tetapi apoptosis dapat pula di picu oleh keadan iskemia.

(10)

6

C. Adaptasi sel terhadap pertumbuhan dan diferensiasi  Atrofi

Atrofi adalah perubahan ukuran sel dari ukuran normal menjadi lebih kecil akibat dari berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel menjadi lebih kecil. Sel yang mengalami atrofi akan mengalami penurunan fungsi sel tetapi tidak menyebabkan kematian sel. Atrofi disebabkan oleh berkurangnya beban kerja, hilangnay inervasi saraf, berkurangnya vaskularisasi, nutrisi yag tidak adekuat, hilangnya stimulus endrokrin dan penuaan. Atrofi dibagi menjadi atrofi fisiologik ( proses normal ) dan atrofi patologik ( di sebabkan adanya gangguan dalam tubuh)

 Hipertrofi

Hipertrofi merupakan pembesaran ukuran sel sehingga memperbesar jaringan atau organ yang tersusun dari sel tersebut. Bertambah besar nya sel bukan karena penambahan cairan intraseluler seperti degenerasi albumin, melainkan karena sintesis komponen atau struktur sel bertambah.

Hipertrofi dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu hipertrofi fisiologis dan patologik. Hipertrofi fisiologis contohnya pada hipertrofi otot rangka pada binaragawan. Hipertrofi patologik di sebabkan oleh adanya keadaan patologik seperti pada penderita hipertensi dan stenosis mitralis atau stenisis aorta sehingga otot jantung menjadi lebih besar.

 Metaplasia

Metaplasia adalah perubahan sementara dari sel dewasa menjadi sel dewasa yang lain. Metaplasia dapat dikelompokan menjasi metaplasia epitelial dan jaringan ikat.

Metaplasia epitelial sering terjadi pada sel epitel kolumnar yang berubah menjadi sel epitel skuamosa. Bila iritasi yang menyebabkan proses metaplasia terus berlangsung, hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan menjadi suatu keganasan dari sel metaplastik. Bentuk sel keganasan dari sel epitel skuamosa di sebut dengan karsinoma.

Metaplasia jaringan ikat terjadi pada sel mesenkim. Contohnya pada sel fibroblas yang memiliki kapasitas pluripoten dan dapat berubah menjadi sel osteoblas atau kondroblas sehingga membentuk tulang atau kartilago di tempat yang tidak seharusnya.

(11)

7  Displasia

Displasia merupakan bentuk hiperplasia dengan perubahan proliferasi abnormal, menyimpang, tidak beraturan, kacau dan ireguler. Displasia terjadi sebenarnya bukan karena sebuah reaksi adaptasi terhadaap jejas tetapi merupakan deferensiasi abnormal yang menyimpangmeskipun proses terjadinya bisa merupakan reaksi terhadap iritasi kronik.

Displasi ini masih bersifat reversibel, yang terbagi menjadi displasi ringan, sedang dan berat. Adanya reaksi displasi ini merupakan salah satu penanda akan pre kanker.

(12)

8

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Degenerasi sel atau kemunduran sel merupakan kelainan sel yang terjadi akibat adanya cedera ringan. Kerusakan ini bersifat reversibel yang artinya dapat diperbaiki ke keadaan awal apabila penyebabnya segera di hilangkan. Apabila tidak dihilangkan maka kerusakan akan bertambah berat hingga meningkat menjadi kerusakan ireversibel serta dapat terjainya kematian sel.

Penyebab degenerasi sel sangatlah beragam mulai dari kekurangan oksigen, kekurangan utrisi, infeksi sel, respon imun yang abnormal, faktor fisik, kimia defect genetik serta akibat penuaan.

Sel melakukan adaptasi terhadap pertumbuhan dan diferensiasi diantaranya dengan melakukan reaksi atrofi, hipertrofi, metaplasia, dan displasia.

B. Saran

Degenerasi dan nekrosis merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut atau trauma, dimana kerusakan sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol. Oleh sebab itu kita sangat perlu memperhatikan makanan yang akan kita konsumsi , menjaga aktivitas fisik dan selalu mengutamakan perilaku hidup sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala –gejala degenerasi dan nekrosis yang dapat merusak sel dan dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.

(13)

9

DAFRAT PUSTAKA

https://www.slideshare.net/yaneryeverson/tugas-patologi-final-kel https://www.slideshare.net/andrynatanel96/patologi-ppt https://www.academia.edu/9466021/Patologi_anatomi https://ekosupriyathttps://www.academia.edu/9466021/ Patologi_anatomiiningsih.wordpress.com/2011/06/27/adaptasi-sel/

Referensi

Dokumen terkait

Tabel di atas menunjukkan bahwa kadar alkohol terendah didapatkan pada perlakuan waktu inkubasi 18 hari yaitu 3,99%, hal ini disebabkan alkohol yang ada digunakan

Menurut Ebert dan Griffin (2009: 185), internet adalah sebuah sistem raksasa pada komputer yang saling berhubungan, lebih dari 100 juta komputer di lebih dari 100 negara yang

Penelitian ini menawarkan cara pengelolaan penyakit VSD dengan pemanfaatan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman untuk meningkatkan ketahanan tanaman kakao terhadap

Terdapat beberapa sifat umum yang dimiliki karyawan yang memiliki keterikatan dengan pekerjaannya (Finney, 2010), diantaranya adalah : a.) Mempercayai misi organisasi, b.)

Jenis penelitian ini adalah Penelitian hukum Empiris yaitu penelitian yang berfokus kepada fakta sosial yang terjadi di dalam masyarakat yang berkaitan erat dengan penerapan

Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang

Nilai standar deviasi abnormal return yang lebih besar dari mean (rata-rata) menunjukkan bahwa abnormal return yang tersebar semakin jauh dari nilai rata-ratanya

Metode eksemsi didasarkan atas prinsip netralitas impor modal (netralitas pasar internasional) yang secara otomatis mendorong mobilitas sumber dana ke mancanegara. Hal ini