• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman secara tidak langsung didukung oleh perkembangan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi dengan menggunakan media komunikasi, maka perkembangan yang ada akan semakin mudah untuk diteruskan hingga kebelahan dunia yang lain. Informasi-informasi maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah.

Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogenitas komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai berbagai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan serta pengaruh (Effendy, 1993:81-82).

Seorang komunikator tidak akan dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau terkadang pesan tersebut mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan. Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi

(2)

sering disebut penyandian-balik (decoding). Proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses informasi selanjutnya.

Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Namun proses tidak berhenti pada tahap ini. Pada umumnya, stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya (Walgito, 2007:25).

Kontes kecantikan yang bernama Puteri Indonesia merupakan ajang pemilihan puteri-puteri “terbaik” Indonesia yang kemudian akan menjadi duta pariwisata, budaya, dan sosial. Kontes ini diadakan sejak tahun 1992 oleh Yayasan Puteri Indonesia yang juga disponsori oleh perusahaan kecantikan Mustika Ratu. Parameter penilaian dalam kontes kecantikan Puteri Indonesia adalah 3 B, yaitu brain (kecerdasan), beauty (berpenampilan menarik), dan behaviour (berperilaku baik). Hal ini menjadi salah satu alasan ketertarikan masyarakat terhadap kontes Puteri Indonesia. Selain itu banyak alasan lainnya diantaranya seorang Puteri Indonesia akan aktif dalam kegiatan sosial dan mengikuti kontes Puteri Indonesia merupakan ajang untuk aktualisasi diri.

(http://belajarislam.com/materi-belajar/muslimah/648-catatan-untuk-kontes-kecantikan-puteri-indonesia

Ajang pemilihan Puteri Indonesia dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun 2009 ini ajang tersebut kembali diselenggarakan pada tanggal 9 Oktober 2009 di

(3)

Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pada malam grandfinal, Qory Sandioriva, kelahiran Jakarta, 18 tahun, mahasiswi semester satu Sastra Perancis Universitas Indonesia, utusan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dinobatkan sebagai Putri Indonesia 2009. Qory mampu menembus tahap 10 besar. Memberikan jawaban yang meyakinkan ketika diberikan pertanyaan oleh dewan juri, Qory pun mampu beranjak ke babak 5 besar. Penampilannya yang terjaga akhirnya mampu membawanya ke babak akhir. Mendampingi Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi, Qory melangkah ke menuju tahap 3 besar.

Di tahap akhir ini, Qory akhirnya mampu membuktikan kemampuan dirinya secara meyakinkan dengan menjawab pertanyaan dari dewan juri. Akhirnya, Qory pun diumumkan menjadi pemenang gelar Puteri Indonesia 2009. Yang tentunya akan mewakili Indonesia Ajang Miss Universe 2010. Sementara itu, Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia I dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia II. Untuk pertama kalinya, wakil dari Provinsi Aceh terpilih sebagai Putri Indonesia. Dan untuk wakil Puteri Indonesia I dan wakil Puteri Indonesia II akan mewakili Indonesia di kontes ajang kecantikan bertaraf internasional lainnya.

Berselang sehari setelah penobatan Puteri Indonesia 2009 pada tanggal 9 Oktober 2009, ditemukan beberapa tanggapan dari hasil kemenangan tersebut. Terutama menyangkut fakta bahwa pemenang kali ini merupakan delegasi dari provinsi "Serambi Mekah" yang secara otonomi telah menjalankan syariat Islam. Qory Sandioriva dalam ajang kali ini telah mematahkan tradisi utusan Nanggroe

(4)

Aceh Darussalam (NAD) untuk mengenakan jilbab selama berkompetisi. Hal ini pun sepertinya telah menimbulkan isu bahwa perempuan cantik tersebut rela melepaskan jilbabnya demi mengenakan selempang bertuliskan "Puteri Indonesia 2009". Namun ada pula yang mengatakan bahwa dari awal Qory memang tidak mengenakan penutup kepala tersebut dalam kesehariannya.

Namun belakangan kemenangan Qory dalam ajang pemilihan tersebut mendatangkan protes dari beberapa kalangan khususnya masyarakat Aceh. Hal ini karena Qory tampil tanpa memakai jilbab padahal seperti diketahui bahwa provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang diwakilinya justru identik dengan pelaksanaan syariat Islam.

Selama ini masyarakat selalu bergelut dengan pro dan kontra terhadap keikutsertaan Indonesia yang mengirimkan perwakilan dalam ajang kontes kecantikan tingkat internasional salah satunya yakni ajang Miss Universe. Dimana dalam ajang tersebut juga terdapat sesi pemakaian bikini baik dalam bentuk pemotretan maupun berjalan di atas panggung. Terutama sekali, yang sering menjadi sensasi adalah mengenai pengenaan bikini yang dianggap sangat melewati 'budaya ketimuran' dan juga banyak dikaitkan dengan nilai ke-Islaman yang cenderung tertutup dalam berbusana.

Miss Universe merupakan sebuah kontes kecantikan yang awalnya merupakan cara Pacific Mills untuk mempromosikan produk pakaian renang Catalina mereka pada 1952 (http://id.wikipedia.org/wiki/Miss_Universe, diakses November 2009). Pada tahun 1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang kemudian ditayangkan CBS dan pada 2003 beralih ke NBC. Miss Universe merupakan acara yang prestisius terutama bagi penduduk kawasan Amerika Latin.

(5)

Pada tahap awal, peserta Miss Universe mengikuti kontes di negaranya masing-masing dan kemudian memegang gelar Miss negara tersebut seperti Miss Canada atau Miss U.S.A. dan kemudian dikirim mengikuti kontes Miss Universe yang diadakan oleh Organisasi Miss Universe atau biasanya dikenal dengan Miss Universe Organizations.

Karena berbagai macam situasi, jumlah negara peserta selalu berubah; ada yang keluar dan ada yang baru ikut serta. Beberapa peserta baru antara lain: pada tahun 2004 yakni Ethiopia, Georgia, Vietnam. Tahun 2005 yaitu Latvia dan Kazakhstan, dan disusul keikuisertaan Montenegro, Serbia, Tanzania pada tahun 2007 dan Kosovo di tahun 2008.

Indonesia sendiri mulai mengikuti ajang ini tahun 1995. Meskipun tidak rutin setiap tahun, tetapi Indonesia termasuk cukup aktif berpartisipasi. Tampilnya wanita Indonesia berbikini dianggap tidak mewakili budaya Indonesia sendiri. Karena mendapat protes dan kritik keras, untuk beberapa lama, Indonesia absen dan hanya cukup puas menjadi penonton saja. Namun, semenjak satu dekade belakangan ini, seiring dengan perkembangan jaman dan dukungan sebagian masyarakat, kembali Indonesia aktif mengirimkan wakilnya ke ajang ini. Pengiriman wakil Indonesia bertujuan memperkenalkan Bangsa Indonesia yang ramah tamah dan kaya akan budaya daerah yang indah. Poinnya : dengan Miss Universe ini, wakil dari Indonesia juga berperan mempromosikan bangsa Indonesia supaya lebih dikenal luas sekaligus memperbaiki citra buruk bangsa apalagi dengan merosotnya angka pariwisata karena gencarnya promosi negatif yang selalu dikaitkan dengan terorisme.

(6)

Sedangkan negara yang selalu ikutserta pada ajang Miss Universe sejak 1952 adalah Perancis, Jerman, AS, dan Kanada. Menurut penyelenggara, para peserta baik di tingkat negara maupun dunia, dinilai bukan hanya dari kecantikannya namun termasuk juga kepandaiannya dan sopan santunnya yang dikenal juga dengan 3B yaitu Brain, Beauty, dan Behavior (kecerdasan, kecantikan, dan perilaku). Pada ajang ini, kontestan yang dipilih untuk masuk ke babak semifinal ialah sebanyak 15 besar. Namun pada tahun 2006, jumlah kontestan yang terpilih adalah 20 orang.

Dalam perjalanannya, kontes Miss Universe tersebut ternyata lebih populer daripada kontes Miss America sehingga TV nasional AS pada saat itu memutuskan untuk menggabungkan Miss Universe dengan Miss America. Jadilah pemenang Miss America tingkat nasional ‘dikirim’ untuk mengikuti kontes Miss Universe yang lebih tinggi tingkatannya. Maka, dilihat dari latar belakang penyelenggaraannya, adalah tidak mungkin seorang peserta menghindari keberadaan benda bernama bikini untuk menempel di tubuhnya, apapun itu alasannya.

Menarik sekali bila melihat bagaimana persepsi para mahasiswa dalam menanggapi keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang Miss Universe. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar para kontestan pada ajang-ajang seperti itu masih berstatus mahasiswa dan merupakan kaum intelektual bangsa. Setiap individu akan mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa tergantung pada pengetahuan, kepentingan, latar belakang budaya dan lain sebagainya.

(7)

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005:51).

Dalam hal menanggapi keterlibatan Indonesia dalam ajang seperti Miss Universe tersebut perlu untuk dipilah dan dicermati standar apa yang patut untuk diterapkan. Akan sangat ruwet bila mencampuradukkan berbagai pandangan dengan pijakan yang berbeda-beda pula. Dan bisa dipastikan, hal ini tidak akan menemukan titik akhir namun hanya digiring oleh perubahan budaya yang bergulir.

Bila dilihat dari segi moralitas semata dan efektivitas, maka acara demikian bisa dianggap tidak penting karena lebih bersifat hiburan sesaat. Karena, hampir sangat sedikit sekali orang yang masih ingat siapa Puteri Indonesia tahun 2000 atau Miss Universe tahun 1995. Kalaupun namanya masih diingat orang, mantan puteri kecantikan tersebut sudah pasti tidak punya kekuasaan/wewenang berharga lagi dibanding dulu saat ia berstatus juara. Secara moralitas juga banyak yang menganggap bahwa acara itu hanyalah ajang komersialisasi/industrialisasi perempuan, mengkritik penggunaan bikini.

Namun segi positifnya dari ajang Puteri Kecantikan tersebut. Puteri “terbaik” Indonesia dapat mengembangkan potensi dirinya, merupakan kesempatan untuk mempromosikan pariwisata negara Indonesia, dan membina hubungan baik dengan negara-negara asing. Kriteria pemilihan yang didasarkan 3B (Brain, Beauty, Behavior) juga memungkinkan perempuan-perempuan untuk bersaing secara sehat meraih impiannya sendiri. Pemakaian busana khas daerah yang

(8)

digunakan masing-masing peserta di Miss Universe juga dapat mengenalkan pada khalayak dunia akan indahnya kebudayaan kita. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya keikutsertaan wakil Indonesia dalam Miss Universe selalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat yang pro mendukung karena ajang ini membawa nama Indonesia untuk dapat tampil ke ajang tingkat dunia. Namun kalangan yang kontra mempermasalahkan acara Miss Universe hanya ajang pamer aurat yang jauh dari adat budaya ketimuran.

Polemik ini akan terus berlanjut setiap kali Indonesia mengirim wakilnya pada kontes Miss Universe. Perdebatan ini juga tidak pernah selesai karena setiap orang selalu mempunyai alasan dan ukuran-ukuran norma yang berbeda. Pemerintah yang dalam hal ini berfungsi mengatur ukuran norma juga tidak mengambil sikap tegas. Tidak melarang tetapi juga tidak secara resmi mendukung. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, apapun yang kita lakukan dan sikap apapun yang kita tunjukkan sudah selayaknya juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang miss universe.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah Persepsi Mahasiswa USU mengenai Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe?’’

(9)

1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, selanjutnya peneliti merumuskan penelitian. Adapun maksudnya agar permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah, dan tidak terlalu luas sehingga dapat dihindari salah pengertian tentang masalah penelitian. Maka pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.

2. Persepsi yang akan diteliti adalah mengenai keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe.

3. Objek penelitiannya ialah seluruh mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) yang masih aktif kuliah dan berasal dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

4. Penelitian dimulai pada bulan Desember 2009, dengan lama penelitian yang akan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 ke ajang Miss Universe

2. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa mengenai keikutsertaan puteri Indonesia 2009 ke ajang Miss Universe.

(10)

1.4.2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

khususnya yang berkaitan dengan kajian Ilmu Sosial/Komunikasi mengenai Persepsi.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

1.5 Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori menurut Kerlinger (dalam Singarimbun, 1989:37) yakni serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Adapun teori – teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah: Komunikasi, Komunikasi Massa, Media Massa, Teori Perbedaan Individual (Individual Deferences Theory), Persepsi.

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi semula hanya merupakan suatu fenomena sosial. Tetapi kemudian berubah menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, yang dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemaslahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi.

(11)

Menurut Effendy (2005:3) istilah komunikasi dalam bahasa Latinnya disebut dengan communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan komunikator.

Menurut Effendy (2005:5) komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

Menurut Harold Laswell (dalam Effendy, 2005:10), komunikasi adalah who says what in which channel to whom and with what effect. Jadi unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi menurut paradigma Laswell ada lima yaitu:

1. Komunikator (source, sender) 2. Pesan (Message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (receiver, recipient) 5. Efek (effect)

Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Sedangkan menurut Shannon dan Weaver (dalam Changara, 2006:19) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

(12)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, pendapat dan sebagainya. Perasaan dapat berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kemarahan, keberanian, dan sebagainya.

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan beberapa pengertian komunikasi yaitu:

1. Bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan

2. Pesan disampaikan dengan menggunakan lambang, gerak, isyarat, gesture dan bahasa

3. Dilakukan oleh dua orang atau lebih

4. Ada proses penyesuaian diantara komunikator dengan komunikan 5. Komunikasi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Arifin, 1984:64)

1.5.2 Komunikasi Massa

Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim (tidak dikenal) melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima serentak dan sesaat.

Menurut Joseph A. Devito (dalam Effendy, 2005:21) komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa

(13)

banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi.

Sedangkan menurut Maletzke (dalam Rakhmat, 2000:188) memberikan definisinya bahwa komunikasi massa diartikan sebagai bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik.

Rakhmat (2000:189) mengatakan komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonim melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

1.5.3 Media Massa

Media massa mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Mc.Quail, 1991:3):

1. Media merupakan produksi yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya.

2. Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lain.

(14)

3. Media merupakan lokasi (forum) yang semakin berkembang, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.

4. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian perkembangan untuk seni atau simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma.

5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Media massa sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia karena media massa yang merupakan hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih bisa meningkatkan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi dengan pengaruh sosial yang cukup besar. Dengan adanya alat-alat komunikasi massa yang canggih, maka alat-alat tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sekarang ini.

Menurut Changara (2002:134-135), karakteristik media massa yaitu: 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari

banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara komunikator dan komunikan.

(15)

Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dan tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan sebagainya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

1.5.4 Teori Perbedaan Individual (Individual Differences Theory)

Teori ini diperkenalkan oleh Melvin D.Defleur yang secara lengkapnya adalah “Individual Differences Theory of Mass Communication Effect”. Teori ini menelaah tentang perbedaan-perbedaan diantara individu-individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan efek tertentu.

Menurut teori ini, individu-individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif menaruh perhatian terhadap pesan-pesan terutama jika berkaitan dengan kepentingannya, konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaan yang didukung oleh nilai-nilainya. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.

(16)

Anggapan dasar teori ini adalah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda.

Manusia yang dibesarkan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain.

Teori perbedaan individual ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan anggota khalayak. Oleh karena terdapat perbedaan individual setiap pribadi anggota khalayak, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu (Effendi, 1993: 275-276).

1.5.5 Persepsi

Persepsi pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dalam pengamatan seseorang terhadap sesuatu informasi yang disampaikan oleh orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan, atau bekerjasama, jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi. Persepsi dianggap lebih mendalam jika dibandingkan dengan opini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Le Boueuf (1992:48) yang mengatakan bahwa, “Persepsi adalah pemahaman kita terhadap apa yang kita alami. Penafsiran kita terhadap apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar yang dipengaruhi oleh kombinasi antara pengalaman masa

(17)

lalu, keadaan, serta psikologi yang benar-benar sama. Bagi setiap orang, apa yang dipersepsikannya itulah kenyataannya.”

Menurut Mc Mahon (Isbandi, 1994:55), persepsi diartikan sebagai proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat penerima informasi (sensory information).

Mergen, King & Robinson (Isbandi, 1994:55), persepsi menunjuk pada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap, dan mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain, persepsi dapat pula didefinisikan sebagai sesuatu yang dialami oleh manusia.

William James (Isbandi, 1994:55), menambahkan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh atau pengolahan ingatan (memory) kita diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Menurut Hindle & Thomas (dikutip dari Isbandi, 1994:58) memberikan definisi bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang menerima, memilih atau menafsirkan informasi.

Kimbal Young mengatakan, “Persepsi adalah sesuatu yang menunjukkan aktivitas merasakan, menginterpretasikan dan memahami objek baik fisik maupun sosial ” (Wagito, 1986:89). Definisi ini menekankan bahwa persepsi akan timbul setelah seseorang atau sekelompok orang terlebih dahulu merasakan kehadiran suatu objek dan setelah dirasakan akan menginterpretasikan objek yang dirasakan tersebut.

Pendapat Young ini sejalan dengan William James (dalam Adi, 1994:55) yang mengatakan bahwa persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita proses

(18)

dari lingkungan yang diserap oleh indera kita serta sebagian lainnya diperoleh kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki.

Dari uraian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya. Segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah dan selanjutnya diproses.

Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang yang mempengaruhi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan mengapa dua orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya itu. Secara umum, dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut mempengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat pengalaman dan harapannya.

2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain, gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan cara pandang orang melihatnya.

3. Faktor situasi. Persepsi harus dapat dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat

(19)

perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang (Siagian, 1989:101).

Sejalan dengan ini, Kasali (1994:23) mengemukakan faktor-faktor yang juga menentukan persepsi, yaitu:

a) Latar belakang budaya b) Pengalaman masa lalu c) Nilai-nilai yang dianut

d) Berita-berita yang berkembang

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Psikologi Komunikasi (2005), mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor struktural yang berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu dan faktor fungsional yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk faktor personal.

Dalam Sobur (2003:446), dijelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama yaitu:

1. Seleksi, adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Sejalan dengan pendapat Renan Khasali, menurut Sobur interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

(20)

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

1.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1991:40). Kerangka konsep memuat komponen-komponen yang akan diteliti beserta indikatornya untuk memperjelas penelitian yang akan dicapai.

Berdasarkan kerangka teori yang telah ada, dapat ditentukan pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual. Kerangka konsep merupakan defenisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena atau pun fenomena alam.

Komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Komponen Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe.

2. Komponen Persepsi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

1.7 Model Teoritis

Berdasarkan komponen yang telah ditetapkan, maka terbentuklah suatu skema model teoritis penelitian sebagai berikut:

(21)

Gambar 1 Model Teoritis

1.8 Konsep Operasional

Konsep operasional berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam penelitian. Maka berdasarkan kerangka konsep dibuatlah operasionalisasi konsep untuk membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian. Berdasarkan hal itu, maka operasionalisasi konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1 Operasional Konsep

Konsep Teoritis Konsep Operasional

Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe

• Ketertarikan terhadap Informasi • Kejelasan Informasi • Pemahaman Individu Komponen Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe

Komponen Persepsi Mahasiswa USU

(22)

• Kesesuaian terhadap nilai budaya

• Keuntungan yang diperoleh meliputi:

- Citra negara di dunia Internasional

- Memajukan sektor Pariwisata

Persepsi Mahasiswa • Perhatian

• Penafsiran • Penerimaan • Reaksi Meliputi: Dukungan Penolakan Karakteristik Responden • Jenis Kelamin

• Usia • Fakultas • Stambuk

1.9 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46), defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu

(23)

variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacan petunjuk pelaksana bagaimana cara mengatur suatu variabel.

Konsep-konsep dalam penelitian ini dapat didefenisikan sebagai berikut: 1. Komponen pertama, tentang keikutsertaan puteri Indonesia 2009 ke Ajang

Miss Universe:

a. Ketertarikan terhadap Informasi, yaitu kecenderungan dari diri individu terhadap sesuatu hal tertentu.

b. Kejelasan Informasi, yaitu pesan-pesan yang diberikan oleh media harus jelas dan dapat dipahami oleh khalayak.

c. Pemahaman Individu, merupakan usaha individu untuk mengartikan atau menginterpretasikan stimulus.

d. Kesesuaian terhadap nilai budaya, yaitu adanya pandangan terhadap batasan nilai-nilai yang melekat pada suatu budaya.

e. Keuntungan yang diperoleh, yaitu manfaat yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.

2. Komponen kedua, yakni persepsi mahasiswa:

a. Perhatian, yaitu suatu proses penyeleksian input yang akan diproses dalam kaitannya dengan pengalaman. Perhatian dipengaruhi oleh adanya motif dan kebutuhan, minat, intensitas dan ukuran, kontras dan hal-hal baru, pengulangan dan gerakan. Perhatian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perhatian terhadap keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang Miss Universe.

b. Penafsiran, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang.

(24)

c. Penerimaan, yaitu apakah pesan tersebut dapat dipercaya, atau apakah ia mengandung informasi dengan nilai-nilai penting.

d. Reaksi merupakan persepsi yang kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin yaitu, perbedaan yang disandarkan pada fisik atau gender yakni laki-laki dan perempuan.

b. Usia yaitu, hitungan dari awal tahun kelahiran responden.

c. Fakultas yaitu, tempat dimana responden melakukan aktivitas perkuliahan yang telah ditetapkan pihak universitas.

d. Stambuk yaitu tahun dimana responden dinyatakan diterima sah sebagai mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

Gambar

Tabel 1   Operasional Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Pendorong kinerja, yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi

“Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya, ini dikarenakan auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis

(perasaan). 2) Untuk memberikan informasi tentang makna yang ditimbulkan akibat proses gramatikal pada idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata “Ki” (perasaan). 3)

Konselor hendaknya menghindarkan diri dari pikiran-pikiran yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk melakukan diagnosis, interpretasi maupun memberi nasihat. Konselor

Grafik gambar juga menunjukkan pengaruh besarnya ujung permukaan elektroda yaitu untuk elektroda jarum dengan ukuran 0.2 ; 0.4; 0.6 mm dan 5 mm untuk elektroda rod

Maksud penyusunan Panduan Peningkatan Partisipasi Politik Perempuan di Lembaga Legislatif adalah sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah

31 BPP-S3/S3DN/1294/Diktis/2016 ZAINAL ARIFN STAI AL-QODIRI JEMBER - IV UNIVERSITAS NEGERI MALANG 32 BPP-S3/S3DN/13/Diktis/2016 MASTUR INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO

Berdasarkan beberapa penelitian di atas dimana sense, feel, think, act dan relate merupakan indikator-indikator terbentuknya experiential marketing, maka berdasar