• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH BERWAWASAN GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKOLAH BERWAWASAN GENDER"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH BERWAWASAN

GENDER

Wagiran

Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY

Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Sekolah

Berwawasan Gender bagi Kepala Sekolah di Wisma LPP Tanggal 15Oktober 2010

(2)

Suatu sekolah yang baik aspek

akademik, sosial, lingkungan fisik

maupun lingkungan

masyarakat

nya memperhatikan

secara seimbang baik kebutuhan

spesifik untuk anak laki-laki

(3)

3 SEKOLAH RESPONSIF GENDER ASPEK AKADEMIK ASPEK SOSIAL ASPEK LINGKUNGAN FISIK ASPEK LINGKUNGAN MASYARAKAT MEMPERHATIKAN SECARA SEIMBANG KEBUTUHAN SPESIFIK ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

(4)

SEKOLAH BERWAWASAN GENDER Sistim Pengelolaan MANAJEMEN SEKOLAH PROSES PEMBELAJARAN PERAN SERTA MASYARAKAT Penataan Ruang Pengelolaan Sarpras Pembelajaran Perencanaan Pembelajaran Materi Pembelajaran Penggunaan Bahasa Interaksi Kelas Komite Sekolah

Hubungan Guru dng Ortusis

Pengelolan Pubertas

(5)
(6)

MANAJEMEN SEKOLAH BERWAWASAN

GENDER

Pengelola sekolah berperan dalam

menyediakan materi ajar yang responsif

gender dan memberi pelatihan bagi guru agar

memahami kesetaraan dan keadilan gender

Pengelola sekolah perlu menyusun,

melaksanakan, dan memonitor

peraturan-peraturan sekolah yang diperlukan untuk

mengembangkan lingkungan sekolah yang

nyaman bagi laki-laki dan perempuan

(7)

 Pengelola sekolah menyediakan SDM yang

diperlukan untuk melaksanakan pengelolaan sekolah berwawasan gender

 Pengelola sekolah perlu meyakinkan orangtua

untuk memberikan perhatian pada pendidikan anaknya

 Pengelola sekolah perlu memberikan peran dan

tanggungjawab penugasan (misalnya

kepanitiaan) yang lebih seimbang antara laki-laki dan perempuan

 Pembagian peran yang seimbang antara laki-laki

(8)

Integrasi Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS):

Kesetaraan dan keadilan gender dapat

diintegrasikan melalui tugas dan fungsi (tupoksi)

sekolah dalam menerapkan MBS yang meliputi

komponen-komponen sebagai berikut:

◦ pengelolaan proses belajar mengajar

◦ perencanaan, evaluasi, dan supervisi

◦ pengelolaan kurikulum dan pembelajaran

◦ pengelolaan ketenagaan

◦ pengelolaan fasilitas

◦ pengelolaan keuangan

◦ pelayanan siswa

◦ peran serta masyarakat

(9)

Langkah Integrasi Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS):

 Merumuskan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah

dengan memasukkan kesetaraan gender sebagai bagian integral dan eksplisit

 Mengidentifikasi fungsi-fungsi sekolah yang

menggunakan prinsip MBS dengan mengintegrasikan masalah gender yang diperlukan untuk mencapai

sasaran

 Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui potensi

pengembangan kesetaraan gender dalam

perencanaan program dan pengembangan strategis untuk mencapai sasaran

(10)

 Mengidentifikasi langkah-langkah pemecahan

masalah terkait dengan hambatan kesetaraan gender di sekolah akibat konstruksi sosial budaya

 Menyusun rencana dan program peningkatan mutu

yang responsif terhadap perbedaan gender sebagai konstruksi sosial dengan memperhatikan kebutuhan gender praktis dan gender strategis

 Melakukan monitoring dan evaluasi dengan

menggunakan indikator kesetaraan gender dan indikator kebijakan responsif gender

 Merumuskan sasaran mutu baru melalui reformulasi

manajemen sekolah yang bias atau netral gender menuju manajemen responsif gender

(11)

Karakteristik MBS Responsif

Gender:

 Memiliki visi dan misi yang berperspektif gender  Kepala sekolah memiliki karakteristik yang

profesional dan sensitif gender

 Karakteristik guru yang profesional dan sensitif

gender

 Kurikulum yang seimbang dan responsif gender  Lingkungan sekolah yang sensitif gender

 Lingkungan fisik dan pembelajaran yang ramah

terhadap perbedaan gender

 Manajemen sekolah yang responsif gender

 Ada upaya mewujudkan komite sekolah responsif

(12)

PENATAAN RUANG KELAS

RESPONSIF GENDER

 Mencampur anak laki-laki dan perempuan (kecuali

untuk sekolah-sekolah khusus)

 Mendorong partisipasi baik anak laki-laki maupun

perempuan

 Tata letak tempat duduk mendorong anak laki-laki dan

perempuan menyampaikan pendapat dan menghilangkan rasa malu

 Gambar dan ilustrasi di dinding yang seimbang antara

laki-laki dan perempuan (misalnya: gambar pahlawan)

(13)

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA RESPONSIF GENDER

 Tersedianya sarana-prasarana yang

mempertimbangkan kebutuhan berbeda antara laki-laki dan perempuan.

 Pemanfaatan sarana-prasarana tidak terjadi

dominasi atas dasar perbedaan jenis kelamin.

 Penggunaan sarana-prasarana tidak menimbulkan

kesulitan pada jenis kelamin tertentu.

 Tersedia sarana-prasarana untuk menunjang fungsi

reproduksi dan kultural, misalnya: tempat penitipan anak, kamar mandi terpisah, dan transportasi

(14)
(15)

Pembelajaran Berwawasan

Gender

Perencanaan Pembelajaran

Berwawasan Gender

Materi Pembelajaran

Responsif Gender

Pe

nggunaan Bahasa

Responsif Gender

Interaksi Kelas

(16)

Proses pembelajaran yang senantiasa

memberikan perhatian seimbang bagi

kebutuhan khusus baik bagi anak laki-laki maupun anak perempuan.

Guru harus memperhatikan berbagai

pendekatan belajar yang memenuhi kaidah kesetaraan dan keadilan gender, baik

melalui proses perencanaan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, pengelolaan

(17)

Adalah rencana mengajar yang memperhitungkan kebutuhan khusus yang dimiliki oleh

peserta didik laki-laki dan perempuan dalam proses pembelajaran

(18)

 Materi atau konten pembelajaran :apakah materi yang disusun benar-benar

mengandung stereotipi gender?

 Metodologi dan Pendekatan Mengajar. Guru harus memilih metode belajar-mengajar yang dapat memastikan partisipasi yang setara dan seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan.

(19)

 Kegiatan Pembelajaran. Rencana

pembelajaran harus dapat menjamin agar semua siswa dapat berpartisipasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran

 Tata letak Ruang Kelas dan Interaksi. Guru harus merencanakan tata letak ruang kelas yang memungkinkan agar pola interaksi

antara guru dengan peserta didik

memungkinkan terjadinya partisipasi yang seimbang antara peserta didik laki-laki dan perempuan

(20)

 Perencanaan untuk mengelola kesetaraan dan keadilan gender dalam kelas. Guru perlu

menyediakan waktu untuk membicarakan

mengenai masalah gender yang lain, jika ada, seperti anak perempuan tidak tertinggal

pelajaran karena menstruasi atau karena harus membantu pekerjaan rumah tangga, karena ejekan dari teman-temannya, atau bahkan masalah-masalah lain yang masih dianggap tabu seperti pelecehan sexual, menstruasi dan sebagainya

(21)

 Umpan balik dan Penilaian. Guru harus

merencanakan bagaimana mereka menjamin adanya umpan balik dari siswa laki-laki dan perempuan dan mengetahui bagaimana

siswa-siswa memahami pelajaran yang diberikan

(22)

 Penyusunan materi pembelajaran perlu dibentuk

dalam kaitan dengan pola hubungan gender

(gender relation) yang seimbang antara laki-laki dan perempuan

 Guru perlu membuat contoh-contoh yang lebih

seimbang. Jika dalam buku IPA hanya tercantum ahli-ahli laki-laki, guru perlu menambahkan

ahli-ahli perempuan. Begitu juga aktivitas yang digambarkan untuk anak laki-laki dan

(23)

 Guru tetap menggunakan buku pelajaran

yang ada tetapi dengan melakukan beberapa penyesuaian sehingga materi pembelajaran yang disampaikan menjadi lebih

(24)

 Penggunaan bahasa yang salah dapat menyampaikan pesan yang negatif dan

mengganggu pembelajaran. Sebagai contoh, apabila guru yang secara terus menerus

mengatakan pada seorang siswa ”kamu memang bodoh”, siswa tersebut mungkin

menjadi percaya bahwa hal tersebut memang benar dan hal ini akan berdampak buruk

(25)

 Bahasa juga dapat mendorong terjadinya ketidaksetaraan. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan di kelas seringkali

merefleksikan dominasi siswa laki-laki di kelas dan melemahkan perempuan untuk memiliki posisi yang lebih rendah.

 Penggunaan bahasa yang responsif gender di ruang kelas berarti memperlakukan anak

laki-laki dan perempuan sebagai mitra sejajar dan mendorong tumbuhnya lingkungan yang lebih kondusif bagi siswa laki-laki dan

(26)

 Bentuk-bentuk bahasa lain termasuk juga bahasa tubuh dan tindak tanduk yang dapat ditauladani siswa perlu pula dijaga. Main

mata, mengelus, memegang, atau cara

memandang seringkali sangat mengganggu partisipasi di kelas khususnya bagi siswa

(27)

 Guru perlu menyadari bahwa siswa laki-laki dan

perempuan membutuhkan perhatian yang

berlainan. Oleh karena itu menjadi sangat

penting untuk menciptakan interaksi kelas yang benar-benar menggambarkan adanya kesetaraan dan keadilan gender.

 Guru yang responsif gender adalah guru yang

memperlakukan anak laki-laki dan perempuan

dengan penghargaan yang sama agar mampu

mendorong setiap anak untuk berpartisipasi penuh dalam proses pembelajaran, seperti menyampaikan pendapatnya

(28)

 Perlakukan yang sama akan memberi kesan bahwa setiap peserta didik adalah berharga dan bernilai, terlepas dari apakah mereka laki-laki atau perempuan atau karena

perbedaan lainnya. 

 Jika guru memperlakukan setiap anak secara baik, akan memudahkan bagi anak untuk

mendengarkan dan akibatnya menghargai satu sama lain, atau bahkan berbagi dan bermain secara rukun dan damai

(29)

PERAN SERTA

MASYARAKAT DALAM

MEWUJUDKAN

SEKOLAH RESPONSIF

GENDER

(30)

Komite Sekolah yang Responsif Gender

AKSES

PARTISIPASI

KONTROL

MANFAAT

(31)

 Jika komite sekolah memberikan peluang yang sama kepada perempuan sebagaimana laki-laki dalam kepengurusan secara proporsional

 Tidak terdapat kelompok marjinal (terutama perempuan) untuk terlibat dalam mendukung pemikiran, finansial, dan tenaga dalam

penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan  Tersedianya akses informasi kepada anggota

masyarakat laki-laki dan perempuan secara seimbang mengenai hak dan tanggung jawab mereka sebagai bagian dari satuan pendidikan.

(32)

 Tidak terdapat peran-peran stereotipi

perempuan dalam kepengurusan dan kegiatan komite sekolah

 Pembagian peran tupoksi (tugas pokok dan fungsi) secara seimbang

 Berpartisipasi aktif dalam kegiatan secara setara  Terdapat peluang yang sama (laki-laki dan

perempuan) untuk mengemukakan ide-ide yang ramah terhadap perbedaan

(33)

 Fungsi kontrol yang seimbang (laki-laki dan perempuan)

dalam penyusunan RPS dan RAPBS

 Pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis

tanpa diskriminasi gender

 Fungsi kontrol dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan dengan melibatkan laki-laki dan

perempuan secara proporsional

(34)

 Mendapatkan informasi tentang kegiatan sekolah dan hal-hal yang penting untuk diketahui oleh orang tua

 Mendapatkan hak-hak yang seimbang dari hasil kegiatan di sekolah untuk fungsi

pembimbingan belajar anak di rumah dan mendukung kegiatan di sekolah

(35)

 Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi

belajar anak di sekolah secara signifikan dipengaruhi oleh perilaku orangtua untuk membantu belajar anaknya di

rumah. Oleh karena itu guru harus mampu melakukan hubungan yang efektif dengan orangtua untuk lebih menjamin keberhasilan belajar siswa

 Pelaksanaan kunjungan ke rumah perlu dilakukan agar

guru memahami kondisi anak didiknya di rumah dan mengupayakan untuk melakukan

penyesuaian-penyesuaian agar kebutuhan peserta didiknya terpenuhi dengan baik.

(36)

Isu mengenai pubertas perlu

ditangani dengan hati-hati dalam

konteks proses pembelajaran,

mengingat dampaknya akan sangat

besar terhadap hasil belajar.

(37)

Pelecehan seksual mencakup pula pelecehan melalui bahasa, gerak tubuh, memegang,

menyampaikan tulisan-tulisan atau pesan-pesan yang tidak diinginkan, atau melalui gambar, yang akibatnya akan menimbulkan ketidaknyamanan yang sangat merugikan kemajuan belajar

(38)

Guru perlu diberikan kemampuan untuk

mendeteksi dan menangani permasalahan yang ditimbulkan oleh terjadinya pelecehan seksual di sekolah. Dengan kemampuan ini maka guru akan dapat menciptakan lingkungan kelas yang kondusi yang bebas dari segala bentuk

pelecehan seksual. Hal tersebut dapat dimulai dari para guru sendiri untuk menjaga diri dan menghindari situasi yang dapat mengarah pada pelecehan seksual

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Aspek pertumbuhan dan biologi reproduksi yang akan dianalisis terkait dengan hubungan panjang berat, faktor kondisi, rasio kelamin, tingkat kematangan gonad

[r]

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas maka selain kemampuan menerapkan aturan-aturan baik undang-undang maupun peraturan pemerintah ataupun peraturan

banyak kuota untuk mengaksesnya. Tabel 1 menunjukkan bahwa siswa setuju jika media power point mendukung pembelajaran jarak jauh karena tidak membutuhkan banyak kuota

Tidak ada keperawatan: Sihir dan seksualitas perempuan dalam The Winter's Tale.. Penerjemah: WARTIYEM

Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam

Berdasarkan wawancara, analisis dokumen dan diskusi kelompok terarah yang dilakukan telah diperoleh kumpulan data mengenai investasi dan penciptaan lapangan kerja di berbagai

Considering those reasons, the writer chooses diary as the media to be used in the writing teaching learning process. In the diary, the students can write everything they feel