• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Ini merupakan kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Ini merupakan kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan sesamanya.

Interaksi merupakan alasan mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial. Interaksi dapat terjadi dengan saling berhadapan, bekerjasama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi dengan pertikaian dan persaingan. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua aspek, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi timbul setelah kontak sosial terjadi bahkan sering kali seseorang tersebut salah mengartikan dan mengerti makna tersebut sehingga tidak terjadi komunikasi antar individu (Koentjaraningrat, 1986:162). Dalam komunikasi, manusia saling tukar menukar informasi, juga tercakup saling pengaruh - mempengaruhi serta adanya ekspresi emosi tertentu yang sifatnya non – verbal.

Seiring dengan perkembangan waktu dan modernisasi1

1

Modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini (KBBI)

, kini komunikasi dapat dilakukan dengan jarak jauh kemudian

(2)

dengan menggunakan alat - alat teknologi2 seperti salah satunya komputer. Hanya dengan bermodal sebuah komputer dengan sambungan LAN3

Di Indonesia dapat ditemukan warung internet (warnet) yang bersebaran disepanjang pinggiran jalan. Selain itu, banyak tempat – tempat umum, lembaga pendidikan, kafe, mal dan tempat – tempat rekreasi yang menawarkan jasa hotspot atau wi-fi

, seseorang dapat mengakses internet dengan mudah dan bebas selama 24 jam setiap harinya (non-stop) di sebagian besar penjuru dunia. Internet menjadi sebuah kebutuhan dan aktivitas tetap manusia sebagai anggota masyarakat, selain menjadi cara alternatif seeorang untuk bergaul sebagai makhluk sosial. Kehadiran internet memudahkan mahasiswa untuk mendapatkan informasi yang belum tentu bisa ditemukan secara langsung dalam media cetak yang dijumpai sehari – hari terutama karena berhalangan cara dan biaya yang tak sedikit.

4

untuk mereka yang memiliki laptop5 dan telepon-genggam6. Disamping itu, banyak tipe telepon genggam yang telah dilengkapi dengan aplikasi web browser7

2

Teknologi secara umum dilihat sebagai proses kegiatan manusia untuk tujuan-tujuan praktis agar mempermudah kehidupan.

3

LAN (Local Area Network) adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil.

4

Wifi (Wireless Fidelity) merupakan koneksi internet tanpa kabel yang memudahkan dalam transfer data. Dimana wifi tersebut berada pada titik akses koneksi atau hotspot (www.google.co.id/pengertian-wifi.html/

5

Laptop adalah Komputer pribadi yang agak kecil yang dapat dibawa – bawa dan dapat ditempatkan dipangkuan pengguna, terdiri atas satu perangkat yang mencakupi papan tombol, layer tampilan, mikroprosesor, biasanya dilengkapi dengan baterai yang dapat diisi ulang (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

6

Telepon-genggam adalah telepon dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa kemana – mana (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

. Seiring dengan perkembangan pesat itu, banyak situs dan

7

(3)

aplikasi pertemanan, diantaranya adalah friendster, facebook dan lain - lain (Harliati, 2008).

Situs pertemanan yang paling banyak diminati oleh sebagian besar masyarakat adalah friendster dan facebook, tetapi pada saat sekarang ini facebook lah yang paling diminati oleh masyarakat. Awalnya, friendster merupakan situs jaringan sosial yang diminati sebelum facebook. Banyak pengguna friendster yang berpindah ke facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera masyarakat. facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, game, dan update status ”what are you doing now” yang dinilai lebih keren dari friendster ( http://grelovejogja.wordpress.com/2009/03/29/fenomena-facebook-di-indonesia/).

Facebook (buku muka) merupakan salah satu situs jaringan sosial8

www.facebook.com

dengan beberapa fasilitas yang awalnya dibuat seseorang untuk dapat menjalin pertemanan dan komunikasi secara aktif dengan orang atau badan organisasi, tanpa dibatasi dengan jarak, ruang dan waktu. Facebook merupakan situs jaringan sosial yang ditemukan oleh Mark Elliot Zuckerberg pada tanggal 4 Februari 2004. Kemudian facebook menyebar ke seluruh dunia pada akhir tahun 2007. Awalnya, facebook dengan situs yang sebelumnya bernama the facebook dengan situs www.thefacebook.com digunakan untuk komunikasi antara mahasiswa Universitas Harvard. Namun, setelah beberapa waktu, target pengguna

8

Jejaring sosial atau jaringan sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari individu dalam jaringan (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dll. (http://www.google.co.id/pengertian-jejaring-sosial.html.

(4)

adalah seluruh mahasiswa dan masyarakat umum, siapapun boleh mendaftar di facebook dan berinteraksi dengan orang – orang yang mereka kenal atau belum dikenal (Harliati, 2008).

Jaringan sosial di internet terfokus untuk membangun komunitas9 (manusia) secara online untuk berbagai kesukaan, hobi, dan aktifitas. Facebook merupakan situs jaringan sosial yang diminati oleh semua golongan masyarakat yaitu salah satunya pelajar (mahasiswa). Facebook di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara bukanlah hal yang asing lagi. Bagi mereka facebook merupakan tren10

Mahasiswa merupakan seseorang yang belajar di tingkat perguruan tinggi, dimana mereka bukan hanya dituntut untuk lulus dengan mendapat predikat IPK (Indeks Predikat Komulatif) yang baik tetapi juga dituntut untuk bisa berkomunikatif, disiplin, mandiri, dan lain – lain. Sifat dari mahasiswa yang

. Facebook dijadikan sebagai tren sehingga menimbulkan suatu gaya hidup bagi pemakai facebook khususnya di kalangan mahasiswa. Dimana, mereka yang memiliki facebook tidak ingin ketinggalan dari teman – temannya yang sudah menggunakan facebook, serta gengsi bila mereka dinilai ketinggalan zaman dan “tidak up to date” atau “gaptek (gagap teknologi)” oleh teman – teman di lingkungan sekitarnya.

9

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya ketertarikan yang sama (http://airachma.wordpress.com/2009/10/11/pengertian-komunitas/)

10

Tren adalah suatu objek yang dijadikan sebagai suatu perhatian dan kemudia digunakan oleh sebagian besar masyarakat pada masa – masa tertentu

(5)

menjadi kebiasaan adalah sering berkumpul bersama teman – temannya disekitar lingkungan kampus yaitu dengan bercerita – cerita hingga berjam - jam.

Di kampus FISIP sendiri memiliki fasilitas wi-fi yang dapat memberikan kemudahan untuk mengakses situs facebook dan informasi yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa. Dengan membawa Laptop serta Telepon - Genggam ke kampus yang didukung LAN, mahasiswa dapat menggunakan fasilitas wi-fi secara gratis dan non – stop. Mahasiswa juga dapat menikmati situs facebook dengan aplikasi web browser dari telepon genggam yang membutuhkan biaya untuk dapat mengaksesnya.

Facebook dijadikan sebagai suatu tren bagi mahasiswa yang menimbulkan suatu gaya hidup bagi setiap penggunanya. Menurut Pulmer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia

sekitarnya (Lihat

http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1280&bih=602&q=gaya+hidup+pulmer+&aq=f&aqi=&aql=&oq=& gs_rfai=&fp=4ba4fd3435162061)

Berdasarkan uraian diatas, dengan facebook yang maraknya dipergunakan oleh banyak orang terkhusus mahasiswa, maka pentinglah kiranya mengkaji Kehadiran facebook di kalangan mahasiswa yang dijadikan sebagai tren karena hampir sebagian besar mahasiswa telah menggunakan facebook.

(6)

1.2.

Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian 1.2.1. Ruang Lingkup Permasalahan

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP USU sehingga menjadikannya sebagai suatu gaya hidup? Penelitian ini berusaha mengungkapkan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apa alasan mahasiswa FISIP menggunakan facebook ? 2. Apakah kegunaan facebook bagi mahasiswa FISIP?

3. Bagaimana gaya hidup yang ditimbulkan dengan adanya suatu tren Facebook di kalangan mahasiswa FISIP ?

4. Bagaimana perubahan nilai yang ditimbulkan dengan adanya tren facebook terhadap mahasiswa FISIP ?

5. Aktivitas apa yang dilakukan mahasiswa FISIP saat membuka facebook? 6. Bagaimanan pandangan mahasiswa FISIP terhadap kehadiran facebook

sebagai suatu tren?

1.2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang berada di Jl. Dr. Sofyan No. 1, Padang Bulan, Medan karena sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas. Adapun alasan lain pemilihan lokasi ini, adalah :

a. Ingin terfokus kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(7)

b. Lokasi menurut si peneliti dinilai sangat strategis karena merupakan lokasi kampus si peneliti, sehingga peneliti dapat lebih mudah untuk mengatur dan juga dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan selama penelitian dilakukan.

c. Hampir sebagian besar mahasiswa FISIP menggunakan facebook

d. Tersedia jaringan wi-fi gratis di kampus FISIP, sehingga memudahkan mahasiswa untuk mengakses situs facebook

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tren facebook di kalangan mahasiswa FISIP dan melihat gaya hidup yang ditimbulkan oleh facebook yang dijadikan sebagai tren.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini secara akademis yaitu dapat menambah wawasan keilmuan dalam kaitannya dengan kehadiran facebook di kalangan mahasiswa, khususnya di FISIP – USU. Kemudian secara praktis, dapat memberikan masukan kepada pihak – pihak yang berkepentingan dalam hal membuat berbagai kebijakan tentang masalah tersebut.

1.4.

Tinjauan Pustaka

Manusia merupakan makhluk hidup yang didasarkan oleh dorongan naluri untuk dapat mempertahankan hidup, yaitu dorongan karena adanya suatu kekuatan biologi yang ada pada semua makhluk di dunia dan yang menyebabkan

(8)

semua jenis makhluk mampu mempertahankan hidupnya di muka bumi ini (Koentjaraningrat, 1986:109). Di dalam kehidupannya, untuk dapat bertahan hidup, manusia juga perlu melakukan interaksi dengan sesamanya, karena adanya keinginan manusia untuk mencari makan demi keberlangsungan hidup yaitu dengan cara berkomunikasi.

Sejak permulaan, tujuan utama teknologi masyarakat adalah untuk menggunakan prasarana, aplikasi, dan layanan informasi dan komunikasi untuk memberdayakan dan melestarikan modal sosial masyarakat lokal (jaringan, organisasi, kelompok, aktivitas, dan nilai yang mendasari kehidupan masyarakat).

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi, jarak yang jauh bukanlah suatu hambatan bagi seseorang untuk berkomunikasi, dan juga menjalin komunikasi dengan orang – orang dari berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi yang canggih semakin mempermudah dalam memperoleh berbagai informasi. Dengan adanya media, baik cetak maupun elektronik mempengaruhi kehidupan kita seperti internet dapat memberikan sebuah gaya hidup masa kini khususnya mahasiswa.

Facebook merupakan suatu situs jaringan sosial yang sedang diminati mahasiswa pada saat ini. Seseorang yang tidak memiliki facebook dianggap ketinggalan zaman karena tidak mampu mengikuti tren. Facebook yang dimiliki oleh hampir semua mahasiswa di FISIP – USU dijadikan sebagai suatu gaya hidup. Abdullah (2006) mengatakan bahwa perkembangan televisi dan media menjadi penting jika kita menyadari fakta bahwa melalui media memainkan

(9)

peranan penting dalam menarik minat massa untuk mengkonsumsi produk global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup.

Menurut Pulmer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan individu.

(10)

Adapun bentuk – bentuk gaya hidup, menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, antara lain :

a. Industri Gaya Hidup

Pada bentuk gaya hidup seperti ini tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada!” adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan.

b. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat.

c. Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup

Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran “aksesori fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak generasi selanjutnya, menjadi seperti

(11)

sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity), cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gonta-ganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

(12)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 (dua) faktor yaitu

1. Faktor internal (faktor dari dalam) yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut:

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

(13)

c. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.

2. Adapun faktor eksternal (faktor dari luar) Nugraheni (2003) sebagai berikut:

(14)

a. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.

b. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

(15)

d. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri – ciri unik tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya (http://frommarketting.blogspot.com/2009/08/definisi-gayahidup.html). Berdasarkan pernyataan

tersebut dapat dilihat bahwa uang serta waktu merupakan faktor penentu timbulnya suatu gaya hidup. Selain itu, Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) mengatakan bahwa gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses

(16)

pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan. Sedangkan dalam pernyataan Amstrong dapat dilihat bahwa gaya hidup dapat dilihat dari kegiatan individu.

Menurut Suparlan (1996), setiap makhluk sosial memiliki kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya. Dan itu dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan dan mendorong suatu perilaku. Pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat perilaku tiap – tiap individu ketika melakukan interaksi yang efektif. Semua itu ditujukan untuk mewujudkan sikap, pikiran, dan perasaan sehingga dapat tergambarkan perilaku yang khas pada masyarakat tersebut.

Facebook dapat diakses melalui media elektronik seperti laptop dan telepon genggam. Apalagi dengan layanan wi-fi di kampus, mereka dapat lebih mudah membuka facebook secara gratis. Bagi mereka yang tidak memiliki perangkat LAN dalam telepon genggam dapat menggunakan layanan web browser pada telepon genggam, tetapi dalam hal ini memerlukan biaya untuk dapat mengaksesnya.

Seseorang yang mengikuti tren, tidak akan tanggung – tanggung mengeluarkan banyak uang hanya untuk sebuah pengakuan supaya tidak ketinggalan zaman. Dengan perilaku yang seperti tersebut, maka mereka akan melakukan apa saja hanya untuk memenuhi kepentingan tersebut, tanpa menyadari bahwa secara perlahan telah terjerat kepada budaya konsumtif apabila dibiarkan secara terus – menerus. Featherstone (1993) mengatakan bahwa tanpa terasa dan secara perlahan masyarakat menjadi terjerat pada suatu bentuk

(17)

masyarakat dengan budaya konsumen (consumer culture) yang mengarah pada perilaku konsumtif Baudrillard, yaitu bahwa konsumsi membutuhkan manipulasi simbol-simbol secara aktif. Bahkan menurut Baudrillard, yang dikonsumsi bukan lagi use atau exchange value, melainkan “symbolic value”, maksudnya orang tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan karena kegunaan atau nilai tukarnya, melainkan karena nilai simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. Konsumerisme juga terjadi seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan yang sangat cepat dari hal-hal yang lama atau pencarian terhadap hal yang baru: produk baru, pengalaman baru dan citra baru

(http://www.google.co.id/postmodernisme-budaya-konsumen.html).

Marshall McLuhan, mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku dalam masyarakat dan teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi lain. Sama halnya dengan yang diungkapkan Poespowardojo (1989) kedatangan teknologi yang membawa serta struktur tersendiri dan jaringan otomatisasi yang mampu memasuki seluruh bidang kehidupan yang cukup jauh dalam kehidupan tradisional, seperti tercermin dalam kecenderungan dan perubahan gaya ataupun cara hidup masyarakat.

Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck (dalam Koentjaraningrat, 1990:78) menyatakan bahwa soal – soal yang paling tinggi nilainya dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap manusia dan yang dalam tiap kebudayaan di dunia, menyangkut paling sedikit lima hal, yaitu (1) soal human nature atau makna

(18)

hidup manusia; (2) soal man nature, atau soal makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, (3) soal time, atau persepsi manusia mengenai waktu; (4) soal activity, atau soal makna dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; (5) soal relational, atau hubungan manusia dengan sesama manusia. Secara teknikal, kelima masalah tersebut sering disebut value orientations atau “orientasi nilai budaya”.

Menurut Soerjono Soekanto faktor pendorong terjadinya perubahan adalah adanya kontak dengan kebudayaan masyarakat lain, sistem pendidikan dan ilmu pengetahuan yang maju, sistem lapisan masyarakat yang berbeda, penduduk yang heterogen serta ketidakpuasan manusia, sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup

(http://www.google.co.id/search?q=perubahan-sosial.pdf.)

Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5) tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu :

1. kebutuhan individu sebagai organisme biologis

(19)

3. tuntutan institusi sosial untuk mencapai kesejahteraan kelompok dan kelangsungan hidup kelompok (Schwartz & Bilsky, 1987; Schwartz, 1992, 1994).

Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985) ( http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html)

Schwartz (1992, 1994) mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu : Power, Achievement, Hedonism, Stimulation, Self-directio,Universalism, Benevolence, Tradition, Conformit, dan Security (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/tipe-nilai.html).

(20)

Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah: a) Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social

issues tertentu (Feather, 1994).

b) Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu dibanding ideologi politik yang lain.

c) Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain. d) Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.

e) Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.

2. Sistem nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994). Situasi tertentu secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.

3. Fungsi motivasional

Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan tertentu (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan

(21)

intensitas emosional tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk., 1994) (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/aspek-nilai.html)

1.5 Metodologi Penelitian

1.5.1. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini bertipekan deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif mencapai sasaran yang akan dituju, yakni melihat kehadiran facebook sebagai tren bagi kalangan mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikategorikan atas 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data utama yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi 11

11

Observasi partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan dengan melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai orang yang ikut dalam partisipasi yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakam kacamata atau referensi dengan standar tertentu. Seorang peneliti atau ahli ilmu sosial misalnya dengan menggunakan konsep – konsep dan teori – teori yang digunakan dalam penelitian (Lubis, 2007)

. Observasi partisipasi ini bertujuan, antara lain: (a) mengamati orang yang berkumpul di tempat yang tersedia jaringan wi-fi (b) mengamati situs apa yang dibuka mahasiswa FISIP dengan adanya jaringan wi-fi

(22)

(b) mengamati bagaimana gaya hidup mahasiswa pengguna facebook (c) mengamati serta melihat aplikasi apa yang sering digunakan mahasiswa saat membuka facebook. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatam pengamatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diberikan informan di lapangan. Partisipasi yang dilakukan peneliti adalah dengan ikut melakukan aktivitas yang sama seperti mahasiswa pengguna facebook lakukan seperti membawa laptop dan duduk di daerah sekitar wi-fi sehingga memungkinkan peneliti untuk dapat melakukan wawancara serta pengamatan secara langsung mengenai apa yang dilakukan oleh mahasiswa saat menggunakan facebook.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview)12

12

Wawancara Mendalam (depth interview) yaitu penelitian kualitatif biasanya lebih sering menggunakan wawancara mendalam daripada wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner) dalam proses pengumpulam data lapangan. Wawancara mendalam biasanya dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) sebagai panduan yaitu, berisi seperangkat pertanyaan terbuka sesuai dengan aspek – aspek yang ingin didapatkan informasinya (Lubis, 2007)

dan sambil lalu (indepth interview), dilakukan dengan bantuan pedoman wawancara (interview guide). Wawancara ditujukan kepada para informan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok / kunci serta informan biasa. Informan pokok merupakan informan yang mengetahui secara pasti mengenai suatu masalah yang ada dalam masyarakat tersebut dan yang menjadi perhatian seperti mahasiswa yang sering menggunakan facebook. Kemudian informan biasa merupakan informan yang dapat memberikan

(23)

informasi terkait dengan penelitian ini. Adapun yang menjadi informan biasa adalah mahasiswa yang memiliki facebook.

Wawancara ini juga dilengkapi dengan alat perekam (recorder) sebagai alat bantu peneliti untuk merekam segala informasi saat mewawancarai para informan. Penelitian ini juga dibantu dengan kamera foto sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan hal – hal yang ditemukan dilapangan yang juga berkaitan dengan masalah penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang dapat menyempurnakan hasil observasi dan wawancara yaitu yang diperoleh dari bagian administrasi kampus FISIP. Peneliti mengambil referensi dari buku – buku, surat kabar, jurnal, buletin dan artikel dan internet.

1.5.3. Teknik Analisis Data

Analisis Data yang telah dilakukan adalah secara kualitatif. Pertama, peneliti akan mengumpulkan dan mengkategorikan data – data yang telah peneliti peroleh dari lapangan. Kemudian data tersebut akan diperkuat dengan data kepustakaan serta media massa yang memberitakan tentang facebook di kalangan mahasiswa yang berasal dari kampus mana saja, yang dijadikan sebagai suatu perbandingan dengan facebook di kalangan mahasiswa FISIP. Kemudian peneliti akan melihat hubungan – hubungan terhadap data – data yang sudah dikategorikan. Selanjutnya, hasil dari observasi yang telah peneliti lakukan di lapangan juga dicantumkan dalam menganalisis data. Pada tahap akhir, peneliti akan melakukan pengevaluasian terhadap hasil dari analisis tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Habitat yang bervariasi akan mengubah perilaku makannya menjadi omnivora (Hadi et al. Menurut Alikodra perilaku adalah kebiasaan–kebiasaan satwa liar dalam

Jaring insang lingkar (koncong) menjadi alat tangkap dominan ke dua di PPI Pulolampes Brebes, keberadaanya semakin ditinggalkan karena kalah saing jumlah hasil

Tanpa bermaksud melakukan apologia, sebenarnya eksistensi PMII dalam punggung Tanpa bermaksud melakukan apologia, sebenarnya eksistensi PMII dalam punggung gerakan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan magang ini

• Pasifisme, yang berpendapat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berpartisipasi dalam perang sampai pada poin membunuh orang lain, karena Allah telah memerintahkan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan