• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada September 2016 Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,64 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 130,56 setelah sebelumnya Agustus 2016 mengalami inflasi yang lebih tinggi yakni sebesar 0,93 persen dengan IHK 129,73.

 Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di seluruh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,61 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,37 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,29 persen; kelompok sandang sebesar 0,37 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,15 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,73 persen.

 Tingkat inflasi tahun kalender September 2016 adalah inflasi sebesar 5,49 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 5,82 persen.

 Sumbangan masing-masing komponen terhadap inflasi pada bulan ini adalah komponen yang harganya diatur oleh pemerintah 0,15 persen dan komponen inti sebesar 0,52 persen. Sedangkan komponen bergejolak deflasi sebesar 0,03 persen.

 Tingkat inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung September 2016 adalah sebesar 0,17 persen dengan IHK 130,96.

 Berdasarkan pantauan harga selama September 2016, pada 82 kota IHK di Indonesia menunjukkan bahwa 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen dengan IHK 129,12 dan deflasi tertinggi di Kota Pontianak sebesar 1,06 persen dengan IHK 133,94.

No. 63/10/19/Th.XIV, 3 Oktober 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KOTA PANGKALPINANG

(2)

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari suatu paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di pasar tradisional maupun modern pada September 2016, di Kota Pangkalpinang terjadi inflasi sebesar 0,64 persen, atau terjadi peningkatan IHK dari 129,73 pada Agustus 2016 menjadi 130,56 pada September 2016. Tingkat inflasi tahun kalender bulan ini adalah sebesar 5,49 persen dan dengan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) adalah sebesar 5,82 persen.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di seluruh kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,61 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,37 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,29 persen; kelompok sandang sebesar 0,37 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,15 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,73 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada September 2016 diantaranya adalah tarif pulsa ponsel, rokok kretek filter, ikan tenggiri, udang basah, daging babi, apel, ikan hapau, rokok putih, kontrak rumah, tarif listrik, ikan kerisi, ikan kembung, ikan selar, ikan bakar, dan cabai merah. Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang merah, daging ayam ras, angkutan udara, sawi hijau, ikan dencis, jeruk, mobil, beras, sosis daging ayam, buah pir, ikan tongkol, kayu balokan, cabai rawit, wortel, dan pisang.

Tabel 1

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Pangkalpinang September 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran Agustus IHK 2016 IHK September 2016 Inflasi September 20161) Laju Inflasi Tahun Kalender 20162) Inflasi Tahun ke Tahun 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) U m u m (Headline) 129,73 130,56 0,64 5,49 5,82

(3)

Seluruh kelompok pengeluaran memberikan andil/sumbangan inflasi pada September 2016, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,16 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,26 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,07 persen; kelompok sandang sebesar 0,02 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,01 persen; serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,11 persen.

Tabel 2

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang (2012=100) September 2016

Kelompok Pengeluaran Sumbangan Inflasi (%)

(1) (2)

U M U M 0,64

1. Bahan Makanan 0,16

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok,dan Tembakau 0,26 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas,dan Bahan Bakar 0,07

4. Sandang 0,02

5. Kesehatan 0,01

6. Pendidikan, Rekreasi,dan Olahraga 0,01

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0,11

Gambar 1

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang September 2016 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 A n d il ( % ) Kelompok Pengeluaran Umum 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan 7. Transpor

(4)

Tabel 3

Sumbangan Komoditi Terbesar Terhadap Inflasi/Deflasi Kota Pangkalpinang September 2016

Komoditi Persentase Perubahan Harga Sumbangan Inflasi (%) Komoditi Persentase Perubahan Harga Sumbangan Deflasi (%) (1) (2) (3) (1) (2) (3)

1. Tarif Pulsa Ponsel 12,0497 0,2247 1. Bawang Merah -10,7075 -0,1299 2. Rokok Kretek Filter 3,7669 0,1317 2. Daging Ayam Ras -6,3835 -0,1108

3. Ikan Tenggiri 26,6650 0,1087 3. Angkutan Udara -2,7916 -0,0723

4. Udang Basah 17,8455 0,0593 4. Sawi Hijau -12,1134 -0,0580

5. Daging Babi 14,6457 0,0574 5. Ikan Dencis -15,8320 -0,0492

6. Apel 10,1707 0,0529 6. Jeruk -3,5932 -0,0406

7. Ikan Hapau 18,5976 0,0486 7. Mobil -1,4500 -0,0383

8. Rokok Putih 3,8650 0,0456 8. Beras -0,8204 -0,0364

9. Kontrak Rumah 0,8900 0,0442 9. Sosis Daging Ayam -5,8345 -0,0250

10. Tarif Listrik 1,0467 0,0417 10. Pir -10,9144 -0,0224

11. Ikan Kerisi 4,1961 0,0410 11. Ikan Tongkol -7,0515 -0,0198

12. Ikan Kembung 5,6156 0,0394 12. Kayu Balokan -7,8905 -0,0140

13. Ikan Selar 4,4327 0,0394 13. Cabai Rawit -6,9692 -0,0139

14. Ikan Bakar 18,3355 0,0277 14. Wortel -9,9974 -0,0134

(5)

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada September 2016 mengalami inflasi 0,61 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 135,50 pada Agustus 2016 menjadi 136,32 pada September 2016.

Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan, 4 subkelompok mengalami inflasi dan 7 subkelompok mengalami deflasi. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah subkelompok ikan segar sebesar 7,17 persen dan terrendah di subkelompok ikan diawetkan sebesar 0,70 persen. Sedangkan subkelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 3,98 persen; dan terrendah di subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya 0,03 persen.

Kelompok ini pada September 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,16 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain bawang merah, daging ayam ras, sawi hijau, ikan dencis, ikan tongkol, jeruk, beras, sosis daging ayam, pir, cabai rawit, wortel, dan pisang.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok ini pada September 2016 mengalami inflasi 1,37 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 132,78 pada Agustus 2016 menjadi 134,60 pada September 2016.

Ketiga subkelompok pada kelompok ini mengalami inflasi yakni subkelompok makanan jadi sebesar 0,50 persen; subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,59 persen; dan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 3,52 persen.

Kelompok ini pada September 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,26 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah rokok kretek filter, rokok putih, rokok kretek, ikan bakar, kerupuk ikan, air kemasan, dan teh.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok ini pada September 2016 mengalami inflasi sebesar 0,42 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 125,24 pada Agustus 2016 menjadi 125,60 pada September 2016.

Subkelompok mengalami inflasi yakni; subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,29 persen; subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 1,00 persen; dan subkelompok perlengkapan rumah tangga 0,13 persen. Sementara subkelompok penyelenggaraan rumah tangga deflasi sebesar 0,10 persen.

Pada September 2016 kelompok ini secara umum memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,07 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah komoditas tarif listrik, kontrak rumah, kayu lapis, mesin cuci, dan sabun cair/cuci piring.

4. S a n d a n g

Kelompok sandang pada September 2016 mengalami inflasi 0,37 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 125,44 pada Agustus 2016 menjadi 125,91 pada September 2016.

Subkelompok yang mengalami inflasi hanyalah subkelompok sandang laki-laki sebesar 1,16 persen, sedangkan subkelompok lainnya stabil yakni subkelompok sandang wanita; subkelompok sandang anak-anak; dan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya.

Kelompok ini pada September 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah celana panjang jeans pria, celana panjang katun pria, dan kemeja pendek katun pria.

(6)

5. K e s e h a t a n

Kelompok kesehatan pada September 2016 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 123,47 Agustus 2016 menjadi 123,81 di September 2016.

Subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika inflasi sebesar 0,49 persen dan subkelompok obat-obatan inflasi sebesar 0,41 persen. Sementara subkelompok jasa kesehatan dan subkelompok perawatan jasmani stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada September 2016 memberikan sumbangan inflasi 0,01 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu obat sakit kepala, obat gosok, obat luka, dan deodorant. 6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,15 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 130,98 baik pada Agustus 2016 menjadi 131,18 pada September 2016.

Subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok pendidikan sebesar 0,36 persen serta subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,82 persen. Sementara subkelompok rekreasi deflasi sebesar 0,86 persen. Sedangkan subkelompok kursus-kursus/pelatihan dan subkelompok olahraga stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada September 2016 memberikan sumbangan inflasi 0,01 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu tarif sekolah SD, SMP, dan SMA serta buku tulis bergaris.

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada September 2016 mengalami inflasi 0,73 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 126,26 pada Agustus 2016 menjadi 127,18 pada September 2016.

Subkelompok yang mengalami inflasi adalah subkelompok komunikasi dan pengiriman inflasi sebesar 7,69 persen serta subkelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,31 persen. Sementara subkelompok transpor deflasi sebesar 1,06 persen sedangkan subkelompok jasa keuangan stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada September 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,11 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu komoditas tarif pulsa ponsel dan accu.

(7)

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

Tingkat inflasi tahun kalender September 2016 maupun tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) pada empat kota pantauan IHK menunjukkan arah yang sejalan. Inflasi tahun kalender Pangkalpinang adalah yang tertinggi sebesar 5,49 persen; diikuti Tanjung Pandan sebesar 2,94 persen; serta Palembang dan DKI Jakarta masing-masing sebesar 2,29 persen dan 1,60 persen. Sementara untuk inflasi tahun ke tahun Kota Pangkalpinang sebesar 5,82 persen; sementara Tanjung Pandan sebesar 1,53 persen; Palembang dengan 4,54 persen; dan DKI Jakarta 2,40 persen. (Lihat Tabel 4).

Tabel 4

Inflasi September 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Palembang, dan DKI Jakarta

Inflasi Pangkalpinang Tanjung Pandan Palembang DKI Jakarta

(1) (2) (3) (4) (5)

1. September 2016 0,64 -0,68 0,24 0,18

2. Tahun Kalender 2016 5,49 2,94 2,49 1,60

3. September 2016 terhadap September

2015 (year on year) 5,82 1,53 4,54 2,40

Gambar 2

Inflasi September 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Palembang, dan DKI Jakarta

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

INFLASI SEPTEMBER 2016 INFLASI TAHUN KALENDER SEPTEMBER 2016

INFLASI YEAR ON YEAR SEPTEMBER 2016 TERHADAP

SEPTEMBER 2015

(8)

PERBANDINGAN ANTARKOTA

Pada September 2016 di 82 kota pantauan IHK tercatat 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sibolga 1,85 persen dengan IHK 129,12 dan deflasi tertinggi di Pontianak dengan deflasi 1,06 persen dan IHK 133,94.

Inflasi/Deflasi sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan berbagai kebutuhan rumahtangga yang tentu saja berimbas langsung terhadap tingkat harga, serta kebijakan pemerintah akan sektor strategis, seperti bahan bakar minyak, tarif listrik dan bahan bakar rumahtangga. Tingkat permintaan dari konsumen yang dipengaruhi faktor musiman seperti hari keagamaan dan tahun ajaran baru serta kondisi cuaca memberikan dampak yang cukup signifikan pula.

Perbandingan Antarkota di Pulau Sumatera

Kota-kota IHK di wilayah Pulau Sumatera yang berjumlah 23 kota, pada September 2016 tercatat hanya 4 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Sibolga 1,85 persen dengan IHK 129,12. Deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 0,68 persen dengan IHK 131,70. (Lihat Tabel 5).

Tabel 5

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi September 2016 Kota-Kota di Pulau Sumatera, (2012=100)

K O T A September 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Meulaboh 124,85 0,83 2. Banda Aceh 118,94 0,78 3. Lhokseumawe 121,52 1,44 4. Sibolga 129,12 1,85 5. Pematang Siantar 129,51 0,29 6. Medan 130,29 1,32 7. Padang Sidempuan 123,75 0,83 8. Padang 131,16 0,58 9. Bukit Tinggi 125,20 1,11 10. Tembilahan 129,02 -0,22 11. Pekanbaru 125,12 0,94 12. Dumai 125,91 0,64 13. Bungo 123,02 -0,06

(9)

Perbandingan Antarkota di Pulau Jawa

Pada September 2016 dari kota-kota IHK di wilayah Pulau Jawa yang berjumlah 26 kota, tercatat hanya 3 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Serang sebesar 0,51 persen dengan IHK 132,21 dan terrendah terjadi di Banyuwangi sebesar 0,02 persen dengan IHK 121,84. Deflasi hanya terjadi di 3 kota dan tertinggi di kota Yogyakarta yakni sebesar 0,16 persen dengan IHK 122,33. (Lihat Tabel 6).

Tabel 6

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi September 2016 Kota-Kota di Pulau Jawa, (2012=100)

K O T A September 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. DKI Jakarta 125,32 0,18 2. Bogor 124,37 0,09 3. Sukabumi 123,99 0,10 4. Bandung 123,67 0,14 5. Cirebon 120,61 0,28 6. Bekasi 121,86 0,26 7. Depok 123,64 0,37 8. Tasikmalaya 123,44 0,12 9. Cilacap 126,96 0,05 10. Purwokerto 121,81 0,02 11. Kudus 129,70 0,04 12. Surakarta 121,43 0,06 13. Semarang 123,60 0,13 14. Tegal 121,91 0,07 15. Yogyakarta 122,33 -0,16 16. Jember 121,37 0,22 17. Banyuwangi 121,84 0,02 18. Sumenep 121,78 0,04 19. Kediri 121,58 0,21 20. Malang 125,31 0,17 21. Probolinggo 122,31 -0,14 22. Madiun 121,65 0,16 23. Surabaya 124,88 0,18 24. Tangerang 131,90 0,40 25. Cilegon 129,06 -0,12 26. Serang 132,21 0,51 BANGKA BELITUNG 130,96 0,17

(10)

Perbandingan Antarkota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

Pada September 2016 dari kota-kota IHK di wilayah luar Pulau Jawa dan Sumatera yang berjumlah 33 kota, tercatat 16 kota mengalami inflasi dan 17 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maumere sebesar 1,20 persen dengan IHK 118,61 dan terrendah di Palopo 0,05 persen dengan IHK 123,02. Deflasi tertinggi terjadi di Pontianak sebesar 1,06 persen dengan IHK 133,94 dan terendah di Kendari 0,01 persen dengan IHK 121,65.

Tabel 7

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi September 2016 Kota-Kota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

(2012=100) K O T A September 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Singaraja 133,64 0,07 2. Denpasar 122,15 0,26 3. Mataram 122,64 -0,66 4. Bima 129,12 -0,45 5. Maumere 118,41 1,20 6. Kupang 125,41 -0,37 7. Pontianak 133,94 -1,06 8. Singkawang 124,95 -0,75 9. Sampit 125,32 -0,46 10. Palangkaraya 121,98 0,11 11. Tanjung 125,24 -0,45 12. Banjarmasin 125,44 0,11 13. Balikpapan 129,88 0,21 14. Samarinda 127,49 -0,20 15. Tarakan 135,10 -0,44 16. Manado 124,02 -0,68 17. Palu 126,24 0,59 18. Bulukumba 129,02 0,60 19. Watampone 120,08 0,30 20. Makassar 125,50 0,41 21. Pare-Pare 120,52 -0,50 22. Palopo 123,02 0,05 23. Kendari 121,65 -0,01 24. Bau-Bau 129,58 0,27 25. Gorontalo 120,98 -0,40 26. Mamuju 123,94 0,32

(11)

INFLASI KOMPONEN INTI, HARGA DIATUR PEMERINTAH, DAN BERGEJOLAK

Komponen yang harganya diatur pemerintah pada bulan ini memberikan andil inflasi sebesar 0,15 persen dan sejalan dengan bulan sebelumnya yang memberikan andil inflasi juga sebesar 0,18 persen. Komoditas rokok kretek, rokok putih, rokok kretek filter, dan tarif listrik memberikan andil inflasi di komponen ini.

Sementara komponen bergejolak memberikan andil deflasi sebesar 0,03 persen setelah Agustus 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,45 persen. Andil deflasi di bulan ini dipicu oleh turunnya harga beberapa komoditas diantaranya beras, daging ayam ras, ikan segar (ikan dencis, ikan lele, dan ikan tongkol); sayur-sayuran (bayam, buncis, kangkung, kentang, ketimun, kol, nangka muda, sawi hijau, tomat sayur, wortel, dan terong panjang); tahu mentah; serta bumbu-bumbuan (bawang merah dan cabe rawit).

Komponen inti pada September 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,52 persen dan sejalan dengan Agustus 2016 yang memberikan andil inflasi sebesar 0,30 persen. Andil inflasi ini dipicu oleh naiknya harga di beberapa komoditas diantaranya ikan segar (ikan mayung, ikan merah, ikan pari, dan ikan hapau) serta bumbu-bumbuan (asam, jahe, kunyit, dan lengkuas). (Lihat Tabel 8).

Tabel 8

Dekomposisi Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Agustus-September 2016 Menurut Kelompok Komponen, (2012=100)

Komponen

Agustus 2016 September 2016

IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Umum 129,73 0,93 0,93 130,56 0,64 0,64

Harga Diatur Pemerintah 147,58 0,95 0,18 148,75 0,79 0,15

Bergejolak 138,31 2,06 0,45 138,12 -0,14 -0,03

(12)

IHK DAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Berdasarkan angka inflasi dua Kota yakni Pangkalpinang dan Tanjung Pandan (Belitung) yang pada September ini Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,64 persen sedangkan Tanjung Pandan mengalami deflasi sebesar 0,68 persen, didapatkan angka inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,17 persen dengan IHK 130,96.

Inflasi pada bulan ini terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks di 5 kelompok pengeluaran yakni; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,96 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,17 persen; kelompok sandang sebesar 0,12 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,31 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,14 persen. Sementara kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan deflasi masing-masing sebesar 0,50 persen dan 0,11 persen

Tabel 9

IHK, Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Agustus-September 2016 Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Komponen

Agustus 2016 September 2016

IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

U m u m (Headline) 130,74 0,38 0,38 130,96 0,17 0,17

Bahan Makanan 136,87 0,89 0,24 136,72 -0,11 -0,03

Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

dan Tembakau 133,94 0,37 0,07 135,22 0,96 0,19

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar

125,62 0,33 0,08 125,83 0,17 0,04

Sandang 124,75 0,00 0,00 124,90 0,12 0,01

Kesehatan 124,87 -0,02 -0,001 125,26 0,31 0,02

Pendidikan, Rekreasi, dan

(13)

BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Informasi lebih lanjut hubungi:

Darwis Sitorus, S.Si., M.Si

Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425

Referensi

Dokumen terkait

Gillin dan Gillin (1982: 263) menjelaskan lebih lanjut mengenai perubah-an sosial yang dikutip oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar

Suhu pengeringan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap organoleptik warna dan indeks pencoklatan, serta memberikan pengaruh berbeda tidak nyata

Hasil pengujian hipotesis ketujuh (H7) menunjukkan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian ulang dengan menggunakan loyalitas merek

Menurut Hanafiyah, jilid sebagai sebagai ta’zi>r harus harus dicambukan lebih keras dari jilid dalam had agar dengan ta’zi>r orang yang terhukum akan menjadi jera,

Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan

a) Penelitian yang dilakukan oleh Elis Darnita (2013) terdapat persamaan penggunaan variabel independen (X) yaitu ROA dan EPS, serta variabel dependen (Y) yaitu Harga

Istilah management berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata manajemen sendiri

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ISLAMIC