33
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dilaksanakan di kelas IV SDN Regunung 01. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas dengan berkolaborasi dengan teman dan guru kelas IV SD Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dengan jenis mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran Probing-Prompting.
Penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 2015/2016, awal bulan April 2016, dan rencana berlangsung secara berkesinambungan, dengan agenda kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Waktu Penelitian
Uraian kegiatan Hari dan Tanggal Pelaksanaan
Siklus 1 Siklus 2
Uji Validitas Soal Selasa, 22 Maret
2016 Sabtu, 26 Maret 2016
Pertemuan 1 Rabu, 6 April 2016 Senin, 18 April 2016
Pertemuan 2 Senin, 11 April
2016 Sabtu, 23 April 2016
Refleksi Jum’at, 15 April
2016 Senin, 25 April 2016
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa 26 siswa. Siswa di kelas IV rata-rata berumur 10-11 tahun. Mayoritas siswa berasal dari desa setempat, siswa mempunyai tingkat kemampuan yang cukup dalam pembelajaran.
Dari jumlah 26 siswa terdiri dari 10 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Siswa berasal dari latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tuanya berkerja sebagai petani dan buruh.
Karena berasal dari latar belakang sosial yang berbeda-beda dan latar belakang pekerjaan orang tua yang berbeda-beda maka karakter siswapun berbeda-beda. Kondisi siswa-siswi kelas IV relatif kondusif dan dapat diajak kerja sama dalam proses pembelajaran.
3.1.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:64), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai karakteristik dan variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan disimpulkan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel dependen (variable terikat). Variabel independen disebut juga variabel bebas. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya perubahan atau munculnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai variabel independen yaitu penerapan model pembelajaran Probing-Prompting.
Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi dan terjadi perubahan karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD dengan metode pembelajaran probing-prompting
di SD Negeri Regunung 01, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif artinya penelitian berkolaborasi dengan guru kelas atau kerjasama dengan guru kelas IV SD Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Kusumah dan Dwitagama (2012:8) dalam buku berjudul Mengenal Penelitian Tindakan Kelas menyatakan bahwa, “Penelitian Tindakan Kelas” (PTK) adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara: (1) Merencanakan
(2) Melaksanakan.
(3) Merefleksikan tindakan secara kolaboratif.
(4) Partipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.
Jadi secara singkat PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan dengan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah didalam pengelolaan pembelajaran dengan menguji suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran guru, dan melihat pengaruh nyata dari upaya atau gagasan guru.
3.1.3 Rencana Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri dari beberapa siklus. Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus dimana setiap siklusnya terdiri dari 1 sampai 3 kali pertemuan. Penelitian ini berhenti apabila indikator keberhasilan telah tercapai. Adapun setiap siklusnya terdapat 4 tahapan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect). Kemmis dan Mc Taggart menyatukan komponen tindakan dan pengamatan sebagai satu kesatuan.
Hasil dari pengamatan dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi. Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya (Arikunto 2002:84). Skema metode Kemmis dan Mc Taggart ini dapat dilihat pada gambar seperti Gambar 2.
Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis S dan MC. Tanggart, R
Berdasarkan prosedur penelitian PTK model Mc. Taggart, maka pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
Probing-Prompting siswa kelas IV SDN Regunung 01 akan dilaksanakan dalam 2 siklus semester II Tahun ajaran 2015/2016, dimana pada akhir masing-masing siklus guru dan peneliti melakukan refleksi untuk menilai atau mengukur tingkat keberhasilan model pembelajaran Probing-Prompting dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan gambar diatas, dapat dipahami bahwa model spiral yang dirumuskan oleh Kemmis dan Taggart meliputi empat tahapan, yaitu tahapan perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), refleksi (reflect) Adapun
plan (perencanaan) dilakukan oleh peneliti yaitu dalam menyusun metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan tahap act (tindakan), yaitu tindakan yang dilakukan oleh peneliti yaitu melaksanakan metode pembelajaran di kelas sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya tahap observe
(observasi) yaitu tahap di mana peneliti atau guru melakukan pengamatan dan mencatat hal-hal penting selama kegiatan berlangsung ketika tindakan dilaksanakan. Tahap terakhir adalah tahap reflect (refleksi) di mana guru dan peneliti melakukan evaluasi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk merancang kegiatan selanjutnya.
Pada penelitian ini, jumlah siklus yang dilaksanakan tergantung pada tingkat ketercapaian hasil penerapan metode tanya-jawab dengan menggunakan teknik
probing-prompting. Penelitian ini akan diakhiri, apabila sudah tidak ditemukan lagi permasalahan-permasalahan dalam melaksanakan penerapan metode tanya-jawab dengan menggunakan teknik probing-prompting di kelas IV SDN Regunung 01, atau hingga data berada pada titik stabil (jenuh) dan dimungkinkan tidak akan mengalami peningkatan kembali.
3.1.3 Pelaksanaan Siklus I
Pada pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan merupakan tindakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada kondisi awal (Pra Siklus). Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan rincian:
a) PerencanaanTindakan
Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil tes awal dan observasi awal. Dalam kegiatan perencanaan, guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Di samping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: penyusunan RPP, tentang Sumber Daya Alam, lembar observasi implementasi RPP, dan lembar penilaian.
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya. Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual, diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran.
Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai dua aktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu : 1) aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi.
c) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada Siklus I. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan sertahambatan yang dihadapinya.Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II. Siklus II akan dilaksanakan untuk memantapkan model pembelajaran yang digunakan.
3.1.5 Pelaksanaan Siklus II
Tahapan pelaksanaan tindakan dalam siklus II dirancang apabila siklus I belum berhasil mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.Kegiatan yang dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau kekurangan pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sama dengan siklus I yaitu sebanyak 2 kali pertemuan dengan rincian:
a) Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan hampir sama dengan siklus I, yaitu guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Di samping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: penyusunan RPP tentang Sumber Daya Alam, lembar observasi implementasi RPP, dan lembar penilaian, namun dalam siklus II ini perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I. Tindakan pada siklus II ini disertai dengan penambahan/penyesuaian kegiatan yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pada siklus I atau dapat meningkatkan keterampilan yang diinginkan
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya. Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi yang actual diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran.
Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai duaaktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu: 1) aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi.Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.
c) Refleksi
Kegiatan refleksi dalam siklus II ini dilakukan sama seperti tahap refleksi pada siklus I yaitu pada saat setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada Siklus II dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan serta hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode Probing-Propmpting terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam.
3.2 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini akan dibahas secara lebih terperinci sebagai berikut.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah:
a. TeknikTes
Tes dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes formatif. Tes formatif ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa kelas IV SDN Regunung 01, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Setelah diberi model pembelajaran
Probing-Prompting. Tes berbentuk pilihan ganda.
Non tes dalam penelitian berupa observasi aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran selama penerapan metode Probing-Prompting berlangsung.
Tabel 6
Kisi-Kisi Instrumen Soal Siklus I Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Item Jumlah Item Sumber Daya Alam (SDA) 11.Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan. - Menjelaskan SDA dengan lingkungan 1 3 - Menyebutkan SDA yang dimanfaatkan bagi manusia 2, 3, 4 5 - Menyebutkan contoh-contoh SDA 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15 10 - Mengidentifikasi berbagai SDA yang dapat langsung dimanfaatkan 11, 12, 14 5 - Menjelaskan contoh berbagai benda dri SDA yang diolah menggunakan teknologi
13 7
Tabel 7
Kisi-Kisi Instrumen Soal Siklus II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No Item Jumlah Item Sumber Daya Alam (SDA) 11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan - Menyebutkan dampak negatif pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana 1, 3, 7, 12, 13 10 - Menyebutkan kegiatan manusia yang dapat berdampak negatif dalam pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana 2, 4, 9, 10, 15 10 - Menjelaskan kegiatan manusia yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak negatif pengelolaan bahan alam yang tidak bijaksana 5, 6, 8, 11, 14, 10 Jumlah 30
Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran probing-prompting dinilai dengan rumus di bawah ini:
0 0 100 maksimal skor Jumlah diperoleh yang skor Jumlah Nilai
Rentang ditentukan berdasarkan nilai KKM pada mata pelajaran matematika yang diterapkan di SD Negeri Regunung 01 adalah 70 sehingga :
Nilai < 70 = Tidak Tuntas Nilai ≥ 70 = Tuntas
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, maka alat pengumpulan data yang digunakan berupa hasil tes formatif siswa. Dari hasil tes ini maka data disusun sesuai dengan prosedur yang baik dan benar dalam sebuah instrumen penilaian. Tes adalah alat yang digunakan oleh setiap guru untuk menilai atau mengevalusi hasil pembelajaran siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Di dalam pengembangan tes seorang guru harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang sudah ditatapkannya terlebih dahulu, sehingga tes yang dikembangkannya benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Erna Febru Aries, 2011:17).
3.3.2 Tehnik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk-bentuk kata atau penjelasan yaitu data deskriptif kualitatif dan dalam bentuk angka yaitu data kuantitatif.
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting
yang dilakukan oleh guru, sedangkan untuk keperluan data kuantitatif, diperoleh dari hasil tes belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor minimal 65 dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumlahnya sekitar 75% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individual = jumlah nilai maksimal
jumlah nilai x 00
Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas belajar
jumlah seluruh siswa x 00
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 70
Ketuntasan klasikal : Jika > 80% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 70.
Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian, tabel, hubungan antar kategori, grafik, matrik, chart, dan sejenisnya. Tetapi hal yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3.3.3 Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2007:75), mengemukakan bahwa suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,2.
Untuk uji validitas soal evaluasi siswa siklus I dan siklus II disajikan pada Tebel 8 dan 9
Tabel 8
Hasil Uji Validitas Soal Siklus 1
No R hitung Keterangan No R hitung Keterangan
1 0,392 Valid 11 0,508 Valid 2 0,508 Valid 12 0,506 Valid 3 0,496 Valid 13 0,496 Valid 4 0,415 Valid 14 0,496 Valid 5 0,508 Valid 15 0,392 Valid 6 0,496 Valid 16 0,508 Valid 7 0,435 Valid 17 0,479 Valid 8 0,489 Valid 18 0,479 Valid 9 0,508 Valid 19 0,467 Valid 10 0,496 Valid 20 0,415 Valid
Tabel 9
Hasil Uji Validitas Soal Siklus 2
No R hitung Keterangan No R hitung Keterangan
1 0,502 Valid 11 0,508 Valid 2 0,496 Valid 12 0,502 Valid 3 0,502 Valid 13 0,489 Valid 4 0,489 Valid 14 0,467 Valid 5 0,502 Valid 15 0,435 Valid 6 0,452 Valid 16 0,508 Valid 7 0,506 Valid 17 0,467 Valid 8 0,506 Valid 18 0,508 Valid 9 0,502 Valid 19 0,508 Valid 10 0,508 Valid 20 0,506 Valid
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 terdapat 40 soal evaluasi siklus I dan siklus II. Masing-masing terdiri dari soal pilihan ganda. Siklus I terdiri dari 20 soal yang valid sedangkan siklus II terdapat 20 soal yang valid. Berikut adalah pendapat para pakar mengenai indeks kevalidan soal.
Sugiyono (2010:67) taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas (xy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00.
3.3.4 Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas soal pada siklus I yang disajikan dalam Tabel 3.6, dan uji reliabilitas soal siklus II yang disajikan dalam tabel 3.7 disajikan dalam bentuk Tabel 3.8 untuk siklus I dan 3.9 untuk siklus II sebagai berikut. Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur.
Kata reliabel sering disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya, terandalkan, ajeg, stabil, konsisten, dan lain sebagainya Sugiyono (2010:58). Wardani dkk. (2012:344), reliabelitas adalah keajegkan, yaitu kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
Kerlinger (Wardani dkk. 1986:344-345) mengemukakan bahwa realibiliti dapat diukur dengan tiga kriteria
Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegkan (konsiten) hasil yang ditunjukkan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang berbeda.
2. /Dependability/
Dependability, adalah kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat ukut atau seberapa alat ukur diandalkan.
3. /Predictability/
Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan berkesinambungan maka kriteria ini mengidealkan alat ukur gejala selanjutnya. Adapun rentang indeks reliabilitas Wardani dkk. (2012:346) sebagai berikut:
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha ≥ 0,40. Reliabilitas suatu instrumen dihitung menggunakan Software SPSS 16.0 dengan langkah
Analyze – Scale – Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak. Apabila nilai alpha () kurang dari < 0.40 maka instrumen tersebut tidak reliabel. Dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
No Koefisien Kualifikasi 1 2 3 4 5 0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20 Sangat Reliabel Reliabel Cukup Reliabel AgakReliabel Kurang Reliabel Sumber: Wardani dkk (2012:344)
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen evaluasi siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam Tabel 11.
Tabel 11
Koefisien Reliabilitas Instrumen
Cronbach's Alpha N of Items
.833 20
Untuk hasil uji reliabilitas siklus I dalam Tabel 3.9 menunjukkan
Cronbach's Alpha sebesar .833. Berdasarkan data tersebut soal pada instrumen pada siklus I menunjukkan bahwa instrumen diinterpretasikan sangat reliabel, sehingga intrumen siklus I dapat digunakan sebagai soal evaluasi siklus I.
3.3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkat kesukaran soal adalah untuk mengetahui seberapa besar derajat kesukaran suatu soal, jika tingkat kesukaran soal seimbang maka dapat dikatakan soal tersebut baik (Arifin, 2014:266). Arikunto (2012) juga menambah bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu susah dan tidak terlalu sukar.
Pedoman dalam menentukan indeks kesukaran suatu soal dijelaskan oleh Arikunto dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2014:223)
Keterangan: P = indeks kesukaran.
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Kriteria tingkat kesukaran soal menurut Arikunto (2009: 210): P= 0,70 – 1,00 adalah soal mudah.
P= 0,30 – 0,70 adalah soal sedang. P= 0,00 – 0,30 adalah soal sukar.
Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrument soal siklus I dan II dapat dilihat dalam Tabel 12 dan 13
Tabel 12
Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus I No Indeks Kesukaran Kriteria No Soal Indeks Kesukaran No Soal 1 0,81 Mudah 11 0,60 Sedang 2 0,78 Mudah 12 0,51 Sedang 3 0,39 Sedang 13 0,45 Sedang 4 0,66 Sedang 14 0,60 Sedang 5 0,78 Mudah 15 0,60 Sedang 6 0,48 Sedang 16 0,81 Mudah 7 0,60 Sedang 17 0,51 Sedang 8 0,75 Mudah 18 0,66 Sedang 9 0,63 Sedang 19 0,30 Sukar 10 0,48 Sedang 20 0,78 Mudah
Tabel 13
Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus II No Indeks Kesukaran Kriteria No Soal Indeks Kesukaran No Soal 1 0,57 Sedang 11 0,51 Sedang 2 0,60 Sedang 12 0,57 Sedang 3 0,67 Sedang 13 0,63 Sedang 4 0,63 Sedang 14 0,69 Sedang 5 0,57 Sedang 15 0,75 Mudah 6 0,72 Mudah 16 0,51 Sedang 7 0,54 Sedang 17 0,69 Sedang 8 0,54 Sedang 18 0,48 Sedang 9 0,57 Sedang 19 0,48 Sedang 10 0,48 Sedang 20 0,45 Sedang 3.4 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan proses selama pembelajaran dan keberhasilan klasikal hasil belajar siswa. Keberhasilan proses selama pembelajaran adalah kesesuaian aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan sintaks dan RPP yang telah disusun, dimana ≥ 85 langkah yang ada disintak dan RPP harus dilakukan.
Keberhasilan klasikal hasil belajar siswa sendiri dapat dicapai jika siswa yang dikategorikan tuntas ≥80% dari jumlah siswa seluruhnya. Siswa dikategorikan tuntas apabila nilai yang diperoleh ≥ KKM yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 70.