• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSUMSI DAN KECERNAAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA SAPI BALI AKHIR KEBUNTINGAN YANG DIBERI PAKAN PADAT GIZI MENGANDUNG MINYAK LEMURU DAN SENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSUMSI DAN KECERNAAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA SAPI BALI AKHIR KEBUNTINGAN YANG DIBERI PAKAN PADAT GIZI MENGANDUNG MINYAK LEMURU DAN SENG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMSI DAN KECERNAAN ZAT-ZAT MAKANAN PADA

SAPI BALI AKHIR KEBUNTINGAN YANG DIBERI PAKAN

PADAT GIZI MENGANDUNG MINYAK LEMURU DAN SENG

(Consumption and Digestiblity of Nutrient in Bali Cattle at the Last Period of

Pregnancy Fed Nutritive Rich Feed Containing Lemuru Oil and Zinc)

ERNA HARTATI, N.G.F.KATIPANA danA.SALEH

Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang 85001

ABSTRACT

An experiment was conducted to investigate the consumption and nutrient digestability in Bali cattle at the last period pregnancy fed on dried grass diet supplemented with nutritive rich feed (NRF) containing 1,5% “lemuru” oil and zinc. They animals were randomly assigned into three groups of treatment, i.e supplementation of 0, 75, 150 and 225 mg ZnSO4.kg-1 DM NRF containing 1,5% “lemuru” oil. The basal diet consisted of dried grass and NRF consisted of palm sugar, leucaena and glirisidia leaf meal, fermented rice bran, fish meal, lemuru oil and urea, containing 23% CP and 70% Total Digestible Nutrient (TDN). Dried grass and water were suplied ad libitum and NRF twice a day. The results indicated that the supplementation of NRF containing 1,5% “lemuru” oil and ZnSO4 did not significantly change dry matter, organic matter, crude fiber, and protein consumption, however, there was of tendency increase (P < 0.15). Dry matter, organic matter and crude fiber digestion were also not significantly changed, but tended to increase (P < 0.15), and protein digestion increased significantly (P < 0.05). It concluded that supplementation of NRF containing 1.5% “lemuru oil” and ZnSO4 up to 225 mg ZnSO4 mg.kg-1 did not indicated digestion disturbance, so that rumen was quickly emtied and then tend to increase consumption.

Key Words: Zinc, Lemuru Oil, Consumption, Digestible, Bali Cattle

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan untuk mempelajari pengaruh pemberian pakan padat gizi mengandung 1.5% minyak lemuru dan seng pada sapi Bali akhir kebuntingan terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering dan zat-zat makanan. Ternak sapi secara acak dibagi dalam tiga kelompok perlakuan yaitu suplementasi 0, 75, 150 dan 225 mg ZnSO4.kg-1 BK PPG mengandung 1,5% minyak lemuru. Ransum basal terdiri atas rumput kering dan PPG mengandung protein 23% dan TDN 70% yang terdiri atas gula lontar, tepung daun lamtoro dan daun gamal, dedak fermentasi, tepung ikan, minyak lemuru dan urea. Rumput kering dan air disediakan ad libitum dan PPG dua kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PPG mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap konsumsi bahan kering, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar, akan tetapi ada kecenderungan terjadi peningkatan (P < 0,15). Perlakuan juga tidak berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering, bahan organik dan serat kasar, namun cenderung meningkat (P < 0,15), tetapi terjadi peningkatan yang signifikan terhadap kecernaan protein (P < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian PPG mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 sampai 225 mg. Kg-1 BK belum mengganggu kecernaan, sehingga rumen cepat kosong dan konsumsi cenderung meningkat.

Kata Kunci: Seng, Minyak Lemuru, Konsumsi, Kecernaan, Sapi Bali

PENDAHULUAN

Permasalahan yang selalu dihadapi di Nusa

selama 8 – 9 bulan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada kondisi ini hijauan khususnya rumput alam yang menjadi pakan

(2)

kering tersebut memiliki kualitas yang rendah, ditandai dengan kandungan protein kasar 2 – 3%, dinding sel 85 – 89%, dan kecernaan 30 – 42% (BAMUALIM, 1998; JELANTIK, 2001; HARTATI dan KATIPANA, 2006). Menurut LITTLE (1986) melaporkan bahwa kandungan seng hijauan di Indonesia berkisar 20 – 38 mg.kg-1 bahan kering, sementara untuk pertumbuhan mikroba cukup tinggi karena ditemukan 130 – 220 mg.kg-1 BK mikroba rumen (HUNGATE, 1966).

Kualitas rumput kering yang rendah tersebut menyebabkan suplai zat-zat gizi pada induk bunting tidak mencukupi kebutuhan induk dan fetus. Akibatnya induk bunting menjadi kurus, berat lahir anak rendah, produksi susu sangat sedikit yang selanjutnya menyebabkan anak yang lahir memiliki bobot badan dan kekebalan tubuh rendah serta tingkat kematian pedet tinggi. Dilain pihak rendahnya kualitas rumput kering juga menyebabkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen menurun, sehingga suplai zat-zat gizi terhadap induk semang bunting berkurang (KATIPANA dan HARTATI, 2005). Padahal pertumbuhan dan aktivitas mikroba sangat penting dalam menyediakan zat-zat gizi bagi ternak ruminansia, khususnya induk bunting (SUTARDI, 1979).

Untuk mengatasi kondisi diatas, selain protein dan energi, perlu dipadukan dengan asam lemak tidak jenuh dan mineral khususnya seng, karena seng berpotensi sebagai faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme rumen terutama bakteri selulolitik (DURAND dan KAWASHIMA, 1980). Pemberian pakan yang defisien seng menyebabkan jumlah populasi mikroorganisme tidak dapat mendukung kecernaan BK dan zat-zat lainnya secara optimal (HARTATI, 2000). Oleh karena ada hubungan suplementasi minyak lemuru dengan absorpsi seng (HARTATI, 2008), maka dalam pemberian makanan tambahan selain harus cukup mengandung zat gizi utama (protein dan energi), juga asam lemak jenuh dan mineral khususnya seng, diantaranya dapat digunakan minyak lemuru dan ZnSO4. Kombinasi 1,5% minyak lemuru dan 75 mg ZnSO4.kg-1 BK ransum silase pod kakao memberikan respon yang masih linier terhadap kenaikan kecernaan

bahan kering, protein dan energi pada sapi muda FH yang sedang bertumbuh).

Berdasarkan kondisi tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan padat gizi (PPG) mengandung 1,5% minyak lemuru dengan suplementasi berbagai level seng untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen, sehingga dapat meningkatkan kecernaan dan konsumsi zat-zat makanan sapi Bali bunting

MATERI DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan selama dua bulan menggunakan sapi Bali periode akhir kebuntingan yang sudah pernah beranak sejumlah 12 ekor dengan rata-rata berat bobot badan 204,38 kg (KK = 15,05%). Ransum basal yang digunakan terdiri dari rumput kering dan pakan padat gizi dengan perbandingan 70 : 30%. Pakan padat gizi disusun dari pakan lokal yang tersedia terdiri atas gula lontar, tepung daun lamtoro dan daun gamal, dedak fermentasi, tepung ikan, minyak lemuru, urea dan garam dengan kandungan protein sebesar 23,63 dan 70% TDN (Tabel 1).

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yang diuji yaitu penambahan ZnSO4 sebanyak 0, 75, 150, dan 225 mg.kg-1 BK PPG. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Rumput kering diberikan ad libitum, PPG mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 diberikan 2 kali sehari dan air minum disediakan ad libitum.

Sampel pakan dan sisanya serta sampel feses dikumpulkan selama 5 hari koleksi total dan setiap hari diambil 5% dari jumlah yang terkumpul. Pada akhir koleksi total semua sample dikompositkan dan diambil 5% untuk analisis kandungan nutrien.

Parameter yang diukur adalah konsumsi dan kecernaan bahan kering, bahan organik, protein, serat kasar, lemak dan BETN pada sapi Bali akhir kebuntingan.

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan, berdasarkan petunjuk STEEL and TORRIE (1981).

(3)

Tabel 1. Komposisi formula pakan padat gizi (PPG)

Jenis bahan pakan Komposisi PPG (%) Kandungan potein (%) (*) Kandungan TDN (%) (*) Kandungan Protein (%) (**) Kandungan TDN (%) (**) Gula lontar 30 2,69 72,70 0,81 21,28 Daun lamtoro 24 25,00 77,00 6,24 18,48 Daun gamal 17 27,50 76,00 4,68 12,92 Dedak fermentasi 15 19,79 67,90 2,97 10,19 Tepung ikan 10 61,2 69,00 6,12 6,90 Urea 1 281,25 - 2,81 - Minyak lemuru 1,5 - - - - Garam 1,5 - - - - Total 100 23,63 70,30

(*) hasil analisis Lab Kimia Pakan dan (**) hasil perhitungan TDN: Total Digestibel Nutrien

HASIL DN PEMBAHASAN Konsumsi dan kecernaan zat-zat makanan

Pertambahan berat badan merupakan suatu manifestasi akumulasi konsumsi, kecernaan, fermentasi, metabolisme dan penyerapan zat-zat makanan dalam tubuh ternak. Nilai rataan konsumsi zat-zat makanan pada sapi yang mendapat perlakuan pemberian PPG yang mengandung 1,5% minyak lemuru dan berbagai level ZnSO4 disajikan pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 terlihat pemberian PPG yang mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 menunjukkan pengaruh tidak signifikan terhadap kenaikan konsumsi bahan kering, bahan organik, protein, serat kasar, dan TDN, namun ada kecenderungan meningkat (P < 0,15). Akan tetapi perlakuan berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan konsumsi seng (P < 0,01). Peningkatan konsumsi seng sampai 225 mg ZnSO4. kg-1 BK PPG mengandung 1,5% minyak lemuru atau mengandung 497,87 mg seng dalam ransum belum memperlihatkan gejala gangguan kecernaan atau fermentasi dalam rumen, bahkan terjadi kenaikan kecernaan serat kasar yang cukup berarti (P < 0,15) (Tabel 2). Artinya kecernaan serat belum terganggu, sehingga rumen relatif cepat kosong dan terjadi peningkatan konsumsi bahan kering cukup

pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam rumen cukup tinggi yaitu antara 130 – 220 mg.kg-1. Dengan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi bahan kering, maka konsumsi zat-zat makanan lainnyapun cenderung meningkat, dimana pola konsumsinya seirama dengan konsumsi bahan kering. Artinya penambahan seng tidak mengganggu tingkat palatabilitas ransum.

Secara teoritis tingkat konsumsi bahan kering sangat dipengaruhi oleh kebutuhan energi bagi ternak dan kapasitas rumen disamping juga ditentukan oleh kandungan zat-zat makanan dari pakan yang diberikan. Ternak akan terus mengkonsumsi bahan kering sampai kebutuhan energinya terpenuhi, dan akan berhenti makan bila kebutuhan energi sudah tercukupi, sekalipun kapasitas rumen belum penuh. Sebaliknya apabila kapasitas rumen sudah penuh maka ternak akan berhenti makan walaupun kebutuhan energi belum terpenuhi (SENTANA, 2005). Pada penelitian ini ternak yang mendapat perlakuan pemberian PPG mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 terbukti telah melakukan aktivitas fisiologis berupaya untuk memenuhi kebutuhan energi dan kebutuhan zat-zat makanan lainnya untuk hidup pokok dan produktivitasnya. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi TDN cenderung meningkat (P < 0,15) dengan rataan antara 58 – 59% atau 2,8 – 3,12 kg. Rataan

(4)

Tabel 2. Rataan konsumsi dan kecernaan zat-zat makanan pada berbagai perlakuan Perlakuan Item R0 R1 R2 R3 Konsumsi Bahan kering (kg) 5,14 ± 0,21a 4,83 ± 0,38a 5,24 ± 0,44a 5,25 ± 0,13a Bahan organik (kg) 4,30 ± 0,18a 4,03 ± 0,33a 4,39 ± 0,38 a 4,39 ± 0,11a Protein (g) 608,55±6,52a 599,19±11,60a 611,70±13,44a 611,98±4,03a Serat kasar (kg) 1,30 ± 0,06a 1,21 ± 0,11a 1,33 ± 0,13a 1,33 ± 0,04a TDN (%) 57,20±1,44 a 58,43±0,38 a 59,47±1,20 a 58,36±0,52 a TDN (kg) 2,94±0,13a 2,83±0,24a 3.12±0,31a 3,07±0,10a BETN (kg) 2,12±0,11a 1,96±0,20a 2,18±0,23a 2,18±0,07a Zn (mg) 52,71±0,95a 198,24±1,68b 348,94±1,95c 497,87±0,59d Kecernaan Bahan kering (%) 61,68±1,30a 63,21±0,36a 64,40±1,33a 63,55±0,50a Bahan organik (%) 63,96±1,59a 65,41±0,46a 66,50±1,26a 65,26±0,50a Protein (%) 66,79±2,05a 70,09±0,80b 71,09±1,01b 70,68±0,73b Serat kasar (%) 59,93±3,2a 64,49±7,39a 63,25±5,88a 62,96±4,17a BETN (%) 66,20±3,45a 65,06±3,67a 67,63±1,33a 65,55±2,07a Superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pengaruh yang sangat signifikan (P < 0,01)

R0 – R3: pemberian rumput kering dan pakan padat gizi dengan empat perlakuan level seng masing-masing sebesar: 0, 75, 150, dan 225 mg ZnSO4.kg-1

PPG = Pakan Padat Gizi

BETN = Bahan ekstrak tanpa N, TDN = Total Digestibel Nutrient

50%. Selanjutnya BANERJEE (1978) juga menyatakan bahwa TDN juga menggambarkan kebutuhan energi bagi ternak, sehingga jika konsumsi TDN berada pada level cukup, maka kebutuhan energipun cukup bagi ternak.

Seperti diketahui PPG mengandung protein tinggi dan kandungan BETN yang cukup tinggi yang masing-masing berperan sebagai sumber NH3 dan kerangka karbon serta energi untuk mendukung sintesis protein mikroorganisme rumen. Disamping itu, penambahan seng selain dapat memacu meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen yang dapat mengoptimalkan proses fermentasi dalam rumen, diduga dapat meningkatkan aktivitas enzim karboksi peptidase yang berperan pada peningkatan kecernaan protein di pascarumen. Pada Tabel 2 terlihat bahwa penambahan seng berpengaruh signifikan terhadap kecernaan protein (P < 0,01). Pada tabel tersebut juga terlihat pemberian ZnSO4 sampai level pemberian 225 mg. kg-1 bahan kering PPG mengandung 1,5%

minyak lemuru atau 497,87 mg seng dalam ransum masih belum memperlihatkan gangguan kecernaan protein. Namun angka yang diperoleh lebih rendah dari sapi yang mendapatkan 150 mg ZnSO4.kg-1 BK PPG mengandung 1,5% minyak lemuru atau sebesar 398,84 mg seng dalam ransum. Peningkatan kecernaan protein mengakibatkan konsumsi protein meningkat pada ternak yang mendapat tambahan seng yaitu berkisar antara 599 – 612 g.ekor-1.hari-1 dan jumlah ini lebih besar dari yang direkomendasikan NRC (1970) sebesar 342 g, untuk kebutuhan hidup pokok sapi bunting dengan berat badan 350 kg. Berarti pada penelitian ini jumlah konsumsi protein sudah jauh melebihi kebutuhan protein untuk hidup pokok, sehingga selebihnya dapat digunakan untuk perbaikan mutu fetus.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sangat diperlukan kecukupan seng bagi sapi pada akhir kebuntingan karena selain dapat mempengaruhi aktivitas karboksi peptidase di

(5)

pascarumen. DURAND dan KAWASHIMA (1980) menyatakan bahwa seng berpotensi sebagai faktor pembatas pertumbuhan mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering dan kecernaan zat-zat makanan lainnya pada level penambahan 225 mg ZnSO4.kg-1 PPG mengandung 1,5% minyak lemuru atau sebesar 497,87 mg seng dalam ransum mulai menurun, tapi penurunannya tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa kecukupan seng sangat diperlukan bagi sapi terutama pada sapi bunting dan kandungan seng dalam ransum sebesar 497,87 mg.kg-1 belum mengganggu kecernaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian PPG mengandung 1,5% minyak lemuru dan ZnSO4 dari bahan kering PPG dapat meningkatkan konsumsi dan kecernaan zat-zat makanan yang cukup berarti pada sapi Bali akhir kebuntingan. Pemberian sampai level 225 mg ZnSO4.kg-1 BK PPG mengandung 1,5% minyak lemuru cenderung meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, sehingga rumen cepat kosong dan konsumsipun cenderung meningkat.

Oleh sebab itu, disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap efisiensi penggunaan pakan, agar diketahui dari kedua perlakuan mana yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan produksi yang optimal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada proyek Pengkajian dan Penelitian Terapan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah menyediakan dana. Terima kasih kepada Ketua Lembaga Penelitian UNDANA, Kapala Balai Diklat Agribisnis Peternakan Kupang, Dekan Fapet UNDANA, Kepala Laboratorium Kimia Makanan Fapet, UNDANA atas fasilitas yang diberikan serta semua pihak yang membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

ARORA, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ternak Ruminansia. Gadjah Mada, University Press, Yogyakarta.

BAMUALIM, A. 1998. Prinsip-Prinsip Pemberian Makanan Ternak Sapi dalam Prinsip dan Metode Penelitian. Kumpulan Materi Kursus Sub balai Penelitian Ternak Lili, Kupang. BANERJEE, C.C. 1978. A Texbook of Animal

Nutrition. Oxford and OBH Publishing Co., New Delhi.

DURAND,M. and R.KAWASHIMA 1980. Influence of Mineral in the Rumen Microbial Digestion, In: Digestive Physiology and Metabolism in Ruminants, AVI. RUCKEBUSCH, Y. and P. THIVEND (Eds.). Publishing Company, Inc. Connecticut.

HARTATI,E. 2000. Efek Suplementasi Ikan Minyak Lemuru dan Seng terhadap Populasi Mikroba Rumen dan Alantoin Urin pada Sapi yang Diberi Ransum Silase Pod Kakao dan Urea. J. Nusa Cendana, Edisi Ilmu Pengetahuan. HARTATI, E. dan N.G.F. KATIPANA. 2006. Sifat

Fisik, Nilai Gizi dan Kecernaan In Vitro Standinghaylage Rumput Kume Hasil Fermentasi Menggunakan Gula Lontar dan Feses Ayam. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 – 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 885 – 890.

HARTATI, E. 2008. Efek Suplementasi Minyak Lemuru dan ZnSO4 pada Ransum yang Mengandung Silase Pod Kakao dan Urea terhadap Absorpsi Zn dan Pertumbuhan Sapi Jantan.

HUNGATE,R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes, 2nd. Ed. Academic Press, New York.

JELANTIK, I.G.N. 2001. Improving Bali Cattle

Production Through Protein Suplementation. Ph.D. Thesis. Departement of Animal Science and Animal Health. The Royal Veterinary Universities, Copenhagen.

KATIPANA,N.G.F. dan E.HARTATI. 2005. Budidaya Sapi bali di Daerah Tropis Iklim Semi Kering. Fapet Undana.

LITTLE, D.A. 1986. the Mineral Content of Ruminant Feed and the Potensial for Mineral Supplementation in South-East Asia with Particular Reference to Indonesi. In R.M.

(6)

NATIONAL RESEARCH CAOUNCIL (NRC). 1970. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. Fourth Revised Ed. National Academy Press, Washington.

SENTANA, P. 2005. Perbaikan Status Nutrisi pada Sapi Bali Bunting dalam Upaya Meningkatkan Bobot Lahir dan Pertumbuhan Pedet Prasapih sebagai Penghasil Daging Bermutu. Pros. Semiloka Peternakan, Kupang.

SUTARDI, T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan terhadap Degradasi oleh Mikroba Rumen dan Manfaatnya bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Pros. Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan, LPP, Bogor. STEEL,R.G.D. and J.H.TORRIE. 1980. Principles and

Procedures of Statistic. McGraw-Hill, Inc., New York.

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Aplikasi Beauveria bassiana Sebagai Upaya Pengendalian Wereng Batang Coklat Dan Walang Sangit Pada Tanaman Padi Di Desa Campursari Kecamatan Bulu

sama seperti kepentinganya sendiri. Keefektifan dalam perencanaan pembagian keuntungan terletak pada kerja sama antara buruh dan majikan serta peningkatan mutu

Perbedaan dengan penelitian “ Perancangan Program Sistem Audio Mobil Berbasiskan Sistem Pakar Dan Web” dengan penelitian ini adalah membuat sistem pakar untuk merancang

Tiket Masuk direncanakan bisa menjadi kenang-kenangan dari berkunjung ke tempat wisata tersebut. Konsep desain : Headline pada tiket masuk adalah ”Obyek Wisata

Kedua serat ini memiliki komposisi bahan kimia yang berbeda, akan tetapi kedua serat ini dapat digunakan sebagai bahan penguat dan memiliki kemampuan tinggi, serta serat ini

Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa terdapat lima jenis cacat dominan yaitu dobel mesin poin 10, cacat

Pelaksanaan kegiatan PKM berjalan lancar, manfaat yang diperoleh oleh Ibu- Ibu PKK RT 026 RW 03, Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur setelah mengikuti