• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

A. POINT PELANGGARAN SISWA (PPS)

Istilah punishment (hukuman) dalam tindakan disiplin pada anak didik bukanlah istilah baru, kata ini biasanya dihubungkan dan berasal dari pembahasan reinforcement (penguatan).1 Adanya hukuman berangkat dari teori reinforcement terhadap setiap perilaku yang dilakukan seseorang, bentuk dari penguatan sendiri dapat direalisasikan salah satunya dengan memberikan punishment.

Demikian juga, hukuman digunakan sebagai alat pendidikan dalam mendisiplinkan anak didik yang diwujudkan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pemberian hukuman.2 Penggunaan hukuman yang selama ini sering kali ditimpakan kepada anak-anak berupa hukuman fisik, tidak sedikit mendapat kritikan dari berbagai pihak. Selain itu hukuman secara fisik dinilai tidak memberikan nilai edukatif kepada anak. Sementara pemberian hukuman ditujukan untuk menyadarkan anak akan kesalahannya.

Hukuman sebagai sanksi ternyata tidak dapat dihinndarkan, hal ini terbukti adanya peraturan yang selama ini sebagai otoritas yang mengatur tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya sanksi. Hukuman tetap dibutuhkan atas pelanggaran yang terjadi. Namun sebagai sanksi yang diberikan tidak menggunakan hukumnan fisik namun masih tetap berfungsi sebagai hukuman. Muncullah PPS yang berfungsi sebagai hukuman mulai diterapkan.

ﻡﺎﺸﻫ ﻦﺑ ﻞﻣﺆﻣ ﺎﻨﺛﺪﺣ

-ﻱﺮﻜﺸﻟﺍ ﲎﻌﻳ

-ﻞﻴﻋﺎﲰﺇ ﺎﻨﺛ

,

ﺓﺰﲪ ﰉﺃ ﺭﺍﻮﺳ ﻦﻋ

,

ﻮﺑﺃ ﻝﺎﻗ

ﺩﻭﺍﺩ

:

ﰲﲑﺼﻟﺍ ﱐﺰﳌﺍﺓﺰﲪ ﻮﺑﺃ ﺩﻭﺍﺩ ﻦﺑ ﺭﺍﻮﺳ ﻮﻫﻭ

,

ﺐﻴﻌﺷ ﻦﺑ ﻭﺮﻤﻋ ﻦﻋ

,

ﻪﻴﺑﺃ ﻦﻋ

,

ﻩﺪﺟ ﻦﻋ

,

ﻝﺎﻗ

:

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

)

ﻢﻫﻭ ﺓﻼﺼﻟﺎﺑ ﻢﻛﺩﻻﻭﺃ ﺍﻭﺮﻣ

1

Abdurrahman Mas’ud, Op. Cit, hlm. 1

2

(2)

ﲔﻨﺳ ﻊﺒﺳ ﺀﺎﻨﺑﺃ

,

ﻨﺑﺃ ﻢﻫﻭ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻫﻮﺑﺮﺿﺍﻭ

ﺮﺸﻋ ﺀﺎ

,

ﻊﺟﺎﻀﳌﺍ ﰱ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﺍﻮﻗﺮﻓﻭ

.(

)

ﺩﻭﺍﺩ ﻮﺑﺃ ﻩﺍﻭﺭ

(

3

“Bercerita kepada kami: Muamil bin Hisyam-yakni Asy-Syakri - bercerita kepada kami Ismail, dari Suwar Abi Hamzah, berkata Abu Dawud: Yaitu Suwar bin Dawud Abu Hamzah al-Mazni as-Shoirofi, dari Umar bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata: Rasulullah telah bersabda: “perintahkanlah anak-anakmu sekalian, sholat pada waktu mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat, padahal mereka telah berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka”. (H.R. Abu Dawud)

Hadist di atas menunjukkan bahwa pendidikan Islam dalam mengenakan sanksi kepada anak-anak terdapat jelas rasa kasih sayang, hal tersebut terlihat beberapa sayarat bahwa pengenaan hukuman tidak boloeh jika belum berusia sepuluh tahun.4 Hal tersebutpun dilakukan apabila jalan dengan nasehat tidak diindahkan lagi.

1. Pengertian Point Pelanggaran Siswa (PPS)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia hukuman diartikan sebagai siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya; keputusan yang dijatuhkan oleh hakim.5

Dalam pendidikan Islam hukuman dapat di sebut juga dengan “iqab” adalah alat pendidikan yang preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan; ganjaran dari perbuatan yang tidak baik dari siswa.6

Menurut Langeveld hukuman merupakan perbuatan yang dengan sadar dan sengaja diberikan, serta mengakibatkan nestapa pada anak atau sesama manusia yang menjadi tanggungan kita, dan pada unmumnya ada

3

Al-Imam Hafidz Mushonif Mutqi Abi Dawud Sulaiman Ibn Ats’ats al-Sajastaani Az-Zadi, Sunan Abi Dawud, jilid I, (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah), hlm. 133.

4

Asma Hasan Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 140

5

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 315

6

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodaologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 130-131

(3)

dalam kondisi yang lebih lemah secara fisik maupun psikis dari pada kita, yang juga memerlukan perlindungan kita.7

Sementara M. Ngalim Purwanto mendefinisikan hukuman sebagai penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.8

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman merupakan ganjaran yang diberikan dengan sengaja kepada seseorang yang telah melakukan kesalahan atau pelanggaran terhadap suatu aturan yang berlaku di lingkungannya.

Bentuk dari hukuman sendiri terdiri dapat berupa hukuman fisik dan non fisik yang aplikasinya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Point Pelanggaran Siswa (PPS) merupakan salah satu bentuk aplikasi dari hukuman yang realisasikan dengan pemberian skor setiap terjadi pelanggaran yang dilakukan siswa yang pelaksanaannya diwujudkan dalam bentuk buku poin.9

Dari beberapa penegasan di atas dapat dikatakan, PPS merupakan suatu perwujudan dari hukuman bagi siswa yang melakukan kesalahan atau suatu pelanggaran yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. PPS ini diterapkan sebagai pelengkap adanya peraturan, karena peraturan yang diciptakan tanpa adanya sanksi maka akan membingungkan karena tidak ada bedanya antara perbuatan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Pemberlakuan dari pada PPS itu sendiri sebagai sanksi atas peraturan yang dilanggar diharapkan mampu memberikan pencerahan terhadap upaya membangun kepribadian dari siswa salah satunya adalah sikap kedisiplinan.

7

Langeveld, Hukuman Sebagai Alat Pendidikan, dalam Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 96

8

M. Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 186

9

Wawancara dengan Imam Murtasih, S.HI, WaKa. Bagian Kesiswaan MTs Fatahillah, Semarang, 8 Februari 2005

(4)

2. Pentingnya PPS

Penerapan PPS tidak jauh beda dengan pentingnya diberlakukannya hukuman, karena pada dasarnya PPS merupakan aplikasi dari hukuman:

a. Penegakan Aturan

Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan siswa di lingkungan sekolah, begitu juga peraturan dalam keluarga maupun masyarakat.

Peraturan perlu ditegakkan untuk membatasi tingkah laku seseorang sehinngga tidak berlebihan yang akan mengakibatkan dapat mengganggu lingkungannya terutama masayarakat disekitarnya. Namun penegakan peraturan harus dijalankan secara konsisitaen karena apabila tidak, akan menimbulkan banyak pelanggaran dan peraturan yang tidak diindahkan. Sebagai penopang diadakannya peraturan hukuman mempunyai peranana apabila terjadi suatu pelanggaran. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa apabila peraturan tidak dilengkapi dengan hukuman maka tidak akan ada bedanya antara yang mentaaati peratuan dan yang melanggar peraturan.

b. Pembentukan Moral

Membangun moral individu tidak hanya penting bagi kesuksesan individu tersebut, tetapi juga penting untuk membangun masyarakat dan peradaban manusia yang luhur.10 Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membangun moral yang baik.

Sebagai salah satu cara dalam membentuk moral adalah adanya hukuman yang di maksudkan untuk terjadinya pengulangan atas tindakan yang tidak diingainkan. Dengan demikian adanya

10

Miqdad Yaljan, Kecerdasan Moral (Aspek Pendidikan Yang Terlupakan), (Yogyakarta: Talenta, 2003), hlm. 33

(5)

hukuman akan memotivasi seseorang untuk bersikap sesuai dengan peraturan yang berlaku, dari hal tersebut akan tercipta moral yang baik (sesuai dengan peraturan) dan apabila hal ini dapat terus berlangsung akan membentuk moral yang sesuai dengan lingkungan sekitar.

Pembentukan moral juga dapat diarahkan pada pembentukan sikap disiplin pada diri seseorang karena disiplin merupakan salah satu perwujudan dari moral.

3. Kriteria Pelanggaran Dalam PPS

Berdasarkan kebaradaan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bernuansa Islam maka diharapkan perilaku siswa dapat mencerminkan akhlaqul karimah, sehingga diterapkan PPS sebagai salah satu langkah dalam membina moral siswa. Adapun kriteria pelanggaran yang diterapkan dalam PPS meliputi pelanggaran yang terdapat kecenderungan perilaku melanggar yang kerap dilakukan siswa terhadap peraturan yang ada, di samping itu berdasarkan pengalaman atas suatu perilaku negatif yang pernah dilakukan siswa dan belum termuat dalam peraturan yang berlaku.11

a. Kepribadian ( kelakuan) Tentang ketertiban Tentang rokok

Tentang buku/ majalah/ kaset terlarang Tentang senjata

Tentang obat/ minuman terlarang Tentang perkelahian b. Kerajinan Tentang keterlambatan Tentang kehadiran 11

(6)

c. Kerapian

Tentang pakaian12 4. Penerapan PPS

a. Tujuan PPS

Tujuan utama dilakukannya hukuman adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.13Adanya hukuman sebagai ganjaran atas kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan seseorang akan menjadikan motivasi bagi pelanggar sendiri atau orang di sekitarnya untuk tidak mengulangi kesalahan serupa atau pelanggaran lain dalam aturan yang berlaku.

Tujuan dari hukuman juga dapat di bedakan menjadi dua, yaitu; tujuan jangka pendek dan hukuman jangka panjang. Hukuman jangka pendek di maksudkan untuk menghetikan tingkah laku yang salah, sementara hukuman jangka panjang dilakukannya hukuman yaitu untuk mengajarkan dan mendorong anak-anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku yang salah, agar anak dapat mengarahkan dirinya sendiri.14

Hukuman dilaksanakan, menurut Kartini Kartono, karena terdapat beberapa tujuan di antaranya:

1. Untuk memperbaiki pribadi siswa yang melanggar sehingga mampu menyadari kesalahannya, dan tidak akan mengulanginya.

2. Melindungi pelanggar agar tidak melanjutkan perilakunya yang menyimpang, buruk, dan tercela.

12

MTs Fatahillah, Buku Disiplin Pribadi Siswa, (Semarang: t.p, 2004)

13

Armai Arief, Op. Cit, hlm. 131

14

Charles Schaefer, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak, (Jakarta : Mitra Utama, 1994), hlm. 34.

(7)

3. Melindungi masyarakat sekitar dari perbuatan salah yang telah dilakukan oleh seorang pelanggar.15

Membentuk kepribadian seseorang bukanlah suatu hal yang mudah. Oleh karenanya, membutuhkan suatu proses yang disertai dengan sarana pendukungnya. Demikian halnya yang terjadi pada diri para siswa. Pada umumnya usia remaja adalah usia dimana seseorang ingin bebas dalam bersikap dan bertingkah laku. Sehingga wajar adanya apabila akhir–akhir ini terdapat perilaku yang tidak layak yang dilakukan para siswa.

Penanggulangan perilaku yang tidak semestinya dilakukan para siswa, salah satunya adalah dengan pemberlakuan peraturan sekolah yang harus dipatuhi para siswanya namun hal tersebut ternyata dirasa kurang cukup adanya untuk mengatasi perilaku ilegal para siswa. Maka untuk menanggulangi hal tersebut PPS mulai diterapkan yang fungsinya memberikan sanksi atas tindakan ilegal dari siswa, sehingga PPS dapat memotivasi untuk tidak mengulangi tindakan ilegal mereka.

Jadi dengan demikian PPS bertujuan untuk membentuk kepribadian seorang siswa untuk mampu berprilaku legal atas otoritas yang ada di lingkungannya.16

2. Prosedur Penerapan PPS

Penerapan PPS ini melibat berbagai pihak yang terkait dengan siswa, diiantaranya; guru dan orang tua. Pendidikan siswa merupakan tanggung jawab bersama bagi oreng tua dan guru, serta masyarakat.

Pemberlakuan PPS di latar belakangi atas perilaku siswa yang cenderung melakukan pelanggaran (perilaku ilegal) atas peraturan yang ditetapkan sekolah. Adanya kondisi siswa yang kurang berkenan maka diterapkan suatu pelengkap peraturan yang didesain dalam bentuk hukuman. Hukuman yang diterapkan merupakan pemberian

15

Kartini Kartono, Op. Cit, hlm. 260-261.

16

(8)

poin yang dilakukan pada setiap pelanggaran yang terjadi. Penerapan PPS pertama kali dilakukan adalah dengan menerapkan beberapa poin yang menjadi poin pelanggaran. Penetapan poin pelanggaran apabila telah selesai disusun dalam suatu draf, maka langkah selanjtnya adalah ditawarkan kepada pihak orang tua atau wali murid. Adanya persetujuan dari pihak orang tua atau wali murid sangat penting adanya yaitu, untuk menghindari kesalahan pahaman dalam proses pelaksanaannya sekaligus sebagai penguat pelakasanaan serta kelancaran PPS tersebut.

Sedangkan pelaksanaan hariannya dilaksanakan oleh seluruh guru di sekolah yang terkait. PPS merupakan suatu sanksi dengan metode memberikan skor kepada siswa atas pelanggaran yang dilakukan siswa, dan apabila sampai pada skor tertentu akan mendapatkan tindakan tegas kepada siswa atas tindakannya di sekolah.

01 – 15 Sanksi berupa teguran langsung.

16 – 25 Sanksi berupa teguran tertulis kepada orang tua/wali. 26 – 40 Sanksi berupa panggilan orang tua/wali yang pertama. 41 – 50 Sanksi berupa panggilan orang tua/wali yang kedua. 51 – 59 Sanksi berupa ultimatum (pembinaan orang tua/wali). 60 Sanksi berupa dikeluarkan.17

Guna memperlancar pemberlakuan PPS maka pelaksanaannya didukung oleh seluruh guru di sekolah, apabila guru menyaksikan pelanggaran yang diperbuat siswa, maka diperkenankan memberikan skor atas pelanggaran dari siswa. Sementara tiap siswa itu sendiri diharuskan membawa buku disiplin pribadi siswa setiap ke sekolah, sehingga memberikan skor dapat ditulis dalam buku tersebut.

17

(9)

WaKa bagian kesiswaan sendiri berfungsi mengkoordinir pelaksanaan PPS, sehingga pada skor tertentu penanganan sanksi dilakukan oleh WaKa bagian kesiswaan. Sedangkan wali kelas akan memberikan penilaian atas perilaku siswa selama satu semester disekolah pada raport siswa, sehingga keberadaan PPS tidak hanya sebagai formalitas sekolah tetapi juga mempunyai pengaruh dalam menentukan kenaikan siswa. Item–item dalam PPS selalu diperbaharui tiap satu tahun (tahun ajaran) sesuai dengan otoritas dari sekolah yang bersangkutan dan skor siswa akan kembali nol pada tiap tahun ajaran. B. SIKAP KEDISIPLINAN SISWA

Kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan manusia. Penerapan sikap disiplin harus dilaksanakan sedini mungkin. Kedisiplinan bukanlah hal yang mudah dilaksanakan karena seseorang harus mampu mengendalikan diri sehingga dapat mematuhi hal-hal yang diterapkan di lingkungannya untuk mencapai suatu tujuan.

Penanaman sikap disiplin membutuhkan suatu proses yang tidak mudah, terlebih lagi supaya disiplin menjadi bagian dari diri seseorang, bahkan menjadi suatu kebutuhan. Penumbuhan disiplin membutuhkan suatu sarana yang mendukung diterapkannya disiplin, terutama bagi pribadi yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya disiplin bagi dirinya. Untuk mengantisipasi agar kedisiplinan menjadi bagian bagi diri seseorang maka penanaman sikap disiplin dilakukan sejak dini.

Ajaran Islam sangat menekankan kepada pemeluknya untuk selalu berdisiplin dalam aspek kehidupan, baik dalam berusaha menggunakan waktu dan sebagainya. Perintah bersikap disiplin secara implisit termaktub dalam firman Allah SWT surat An Nisa’ ayat 59:

ﻝﻭﺍﻭ ﻝﻮﺳﺮﻟ ﺍﺍ ﻮﻌﻴﻃﺍﻭ ﷲﺍﺍﻮﻌﻴﻃﺍﺍﻮﻨﻣﺍ ﻦﻳ ﺬﻟﺍﺎﻬﻳﺍﺎﻳ

ﻢﻜﻨﻣﺮﻣﻻﺍ

)

ﺀﺎﺴﻨﻟﺍ

:

(

(10)

“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (an Nisa’: 59)18

1. Pengertian Sikap Kedisiplinan Siswa

Sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan).19

Dalam ensiklopedi pendidikan disebutkan, disiplin adalah proses mengarahkan atau mengabdikan kehendak langsung, dorongan-dorongan, kehendak-kehendak kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk tercapai efek yang lebih besar; pengawasan langsung terhadap tingkah laku bawahan (pelajar pelajar) dengan menggunakan sistem hukuman atau hadiah.20

Dari kamus besar besar bahasa Indonesia disiplin adalah berarti (di sekolah, kemiliteran), ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan(tata tertib, dan sebagainya).21

Menurut Wardiman Djojonegoro dikemukakan, disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkain perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.22

Sementara menurut D. Soemarmo, disiplin adalah perilaku atau sikap seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan, sesuai dengan norma hukum atau peraturan yang berlaku.23

Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar, menengah).24

18 Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Thoha Putera, 1998), hlm.88. 19

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm. 838

20

Soegarda Poerbakawatja dan H.A.H Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 81

21

Departemen pendidikan Nasional, Op. Cit, hlm. 268.

22

D. Soemarmo, Pedoman Pelaksanaan Disiplin Nasional Dan Tata Tertib sekolah 1998, (tt. p: Sekala Jalmakarya, 1997), hlm. 20

23

(11)

Jadi sikap kedisiplinan siswa adalah sikap seorang murid yang patuh atau tunduk atau terhadap peraturan yang ada di lingkungan mereka.

2. Tujuan Kedisiplinan

Dalam dunia pendidikan, sangat diperlukan adanya disiplin sebagai alat yang mengikat dalam dunia pendidikan, dengan kedisiplinan, anak dapat diarahkan, dibimbing dan dididik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.

Kebutuhan akan kedisiplinan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan, berikut ini terdapat beberapa tujuan diadakannya kedisiplinan:

Menurut Charles Shaefer tujuan adanya disiplin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu; disiplin jangka panjang dan disiplin jangka pendek. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah membuat anak-anak terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan kepada mereka bentuk-bentuk tingkah laku yang pantas atau masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka panjangnya yaitu untuk perkembangan pengendalian diri sendiri dan pengarahan diri sendiri yaitu dalam anak anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh dan pengedalian dari luar.25

Eg. White menyatakan tujuan dari disiplin adalah mendidik seorang anak untuk memelihara diri, ia harus berstandar kepada diri sendiri dan mengendalikan diri.26

Sementara menurut Elizabeth B. Hurlock tujuan dari disiplin yaitu membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga akan tercipta seorang anak yang akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat itu diidentifikasi.27

24

Departemen Pendidikan, Op. Cit. hlm. 1077

25

Charles Schaefer, Op. Cit. hlm. 3

26

Eg White, Mendidik Dan Membimbing Anak, (Bandung: Publishing Huose., 1994), hlm. 213

27

(12)

Berpijak dari berbagai beberapa tujuan yang dikemukakan di atas pada dasarnya tujuan kedisiplinan siswa adalah agar siswa terlatih dalam mengendalikan dan mengarahkan dirinya dalam lingkungan keberadaannya, sehingga timbul rasa tanggung jawab dan kematangan dari dirinya sendiri demi kebahagiaannya masa depan hidupnya.

3. Pembinaan Sikap Kedisiplinan

Pembinaan sikap kedisiplinan dapat ditempuh dengan terlebih dahulu mengenal jenis kedisiplinan yang dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu disiplin otoritarian, disiplin permisif, dan disiplin demokratis. Deskripsi singkat tentang ketiga jenis disiplin tersebut, sebagai berikut:

1) Disiplin Otoritarian

Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal mentaati dan mematuhi peraturan yang yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, apabila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi tidak perlu mendapat penghargaan lagi.28

Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk tekanan, dorongan, ataupun hukuman (secara fisik) yang kerap kali dipakai untuk memaksa, menekan, mendorong seseorang mematuhi dan mentaati peraturan. Disini, tidak diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan apa tujuan disiplin. Anak hanya berfikir kalau harus mematuhi dan mentaati peraturan yang berlaku. Dengan demikian, anak tidak mandiri dalam mengambil keputusan-keputusan yang yang berhubungan dengan tindakan mereka. Jadi, anak-anak kehilangan

28

(13)

kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.

2) Disiplin Permisif

Disiplin permisif bagi banyak orang tua merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan keras masa kanak-kanak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu anak sering kali tidak diberi batas atau sesuatu yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan: mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri.29

Seorang anak yang melakukan suatu tindakan, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau hukuman. Dampak dari disiplin ini adalah kebingungan dan kebimbangan penyebabnya karena anak tidak tahu mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang, dan dapat juga menjadi menjadi agresif serta liar tanpa terkendali.

3) Disiplin Demokratis

Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi penjelasan, diskusi atau penalaran untuk membantu anak memahami mengapa diharapkan mematuhi dan mentaati peraturan tersebut. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang menolak dan melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.

Falsafah yang mendasari disiplin demokatis adalah falsafah bahwa disiplin bertujuan mengajar anak mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri sehingga mereka akan melakukan apa yang benar, meskipun tidak ada penjagaan yang mengancam mereka dengan hukuman bila mereka tidak melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan. Dalam disiplin demokratis, kemandirian dan tanggung

29

(14)

jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari atas kesadarannya sendiri.30

Namun bagi mereka yang belum mempunyai kesadaran disiplin yang tinggi perlu dilakukan kombinasi antara disiplin yang demokratis dan disiplin otoritarian. Sehingga dalam proses penanaman sikap disiplin tidak hanya mengajarkan anak pentingnya disiplin tetapi, pemberian hukuman (bukan lagi hukuman fisik) dilakukan apabila anak melakukan kesalahan.

Pengenalan terhadap jenis-jenis kedisiplinan diikuti dengan teknik pembinaaan sikap kedisiplinan yang dapat dirangkaikan dengan penerapan langkah-langkah pembinaan sikap disiplin pada diri siswa. Adapun teknik kedisiplinan dapat sebagai bagian dari pembinaan kedisiplinan yang dapat di sekolah adalah: teknik preventif, represif, dan kuratif. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Preventif

Teknik preventif lebih pada usaha untuk mendorong siswa melaksanakan tata tertib sekolah. Memberi persuasi pada tata tertib itu baik untuk perkembangan dan keberhasilan sekolah.31

Teknik preventif merupakan teknik-teknik yang diambil untuk siswa berbuat hal-hal yang dikatagorikan melanggar tata tertib sekolah. Secara positif, langkah ini untuk mendorong siswa mengembangkan ketaatan dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Tahap preventif meliputi:

• Penyebarluasan informasi mengenai butir-butir atau batasan batasan disiplin.

• Penyebarluasan dan penjelasan-penjelasan mengenai peraturan peraturan yang berkaitan dengan disiplin.

• Mengadakan penjelasan mengenai penerapan disiplin.

30

Ibid, hlm. 94

31

(15)

• Mengadakan forum diskusi tentang pemberlakuan budaya disiplin berdasarkan masalah-masalah nyata yang dihadapi siswa.

• Penerapkan peraturan yang diberlakukan di lingkungan siswa. 2) Represif

Teknik represif sudah berurusan dengan siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Siswa-siswa ini ditolong agar tidak melanggar lebih jauh lagi, dengan jalan nasihat peringatan atau sanksi disiplin.32

Teknik represif merupakan teknik yang diambil untuk menahan perilaku melanggar disiplin seringan mungkin, atau untuk menghalangi pelanggaran yang lebih berat lagi atau langkah menindak dan menghukum siswa yang melanggar disiplin sekolah.

Sanksi disiplin yang diberikan harus manusiawi dan memperhatikan martabat siswa. Sanksi tidak dapat dilakukan sesuai dengan standar dan aturan yang berlaku. Sanksi perlu adil, sesuai dengan kesalahan, bertujuan untuk mendidik. Jangan sampai siswa merasa diperlakukan secara tidak manusiawi oleh yang memberi hukuman.

Penerapan sanksi atas pelanggaran terhadap peraturan secara konsisten dan konsekuen. Artinya, tidak berubah-ubah sesuai keadaan dan selera. Bertindak semena-mena dan sewenang-wenang. Akan tetapi, tindakan yang diambil harus sesuai dengan apa yang dikatakan dan disusun dalam peratuaran yang berlaku. 3) Kurartif

Teknik kuratif merupakan upaya pembinaan dan pendampingan siswa yang melanggar tata tertib dan sudah diberi sanksi disiplin. Upaya tersebut merupakan pemulihan,

32

(16)

memperbaiki, meluruskan, menyembuhkan, perilaku yang salah dan tidak baik.

Pada teknik terdapat langkah yang berupaya untuk memulihkan, memperbaiki, meluruskan atau menyembuhkan kesalahan-kesalahan dan perilaku-perilaku salah yang bertentangan dengan disiplin sekolah. Siswa yang melanggar ketentuan sekolah dan telah diberi sanksi disiplin perlu dibina dan dibimbing oleh guru-guru. Kesalahan tidak hanya dijawab dengan hukuman, tetapi dilanjutkan dengan pembinaan dan pendampingan. Siswa ditolong memperbaiki diri, mengubah tingkah lakunya yang salah.33 4. Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Penerapan disiplin yang mantap dalam kehidupan sehari hari berawal dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk menerapkan disiplin. Sedangkan faktor dari luar adalah faktor lingkungan (merupakan tempat seseorang tumbuh dan berkembang).

1. Faktor Intern

Faktor dari dalam adanya kesadaran seseorang untuk berdisiplin tanpa ada suatu pakasaan dari luar. Kesadaran akan pentingnya disiplin telah tumbuh dalam diri seseorang, sehingga tidak perlu lagi adanya rangsangan dari yang dimunculkan untuk menumbuhkan sikap disiplin pada diri seseorang.

2. Faktor Ekstern

Faktor lingkungan yang mempengaruhi penanaman sikap disiplin seseorang yaitu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama diadakannya pendidikan, sebagai tahap awal terbentuknya tata krama dan disiplin, diharapkan mampu untuk membimbing anak-anak guna terbentuknya watak dan

33

(17)

perilaku yang baik. Untuk membentuk pribadi yang baik keluarga tersebut harus memiliki watak yang baik pula. Keluarga adalah bagian terdekat dari generasi muda dan dapat dikatakan sebagai tempat berlangsungya pendidikan pertama bagi generasi muda dan diharapkan mampu menanamkan nilai, sikap dan perilaku disiplin. Pembiasaan dan peneladanan kehidupan disiplin perlu dikembangkan.

Selain lingkungan keluarga lingkungan masyarakat juga mempunyai pengaruh terhadap terbentuknya kedisiplinan pada diri seseorang. Lingkungan masayarakat memiliki peran dalam membentuk kedisiplinan seorang anak atau siswa karena disana seseorang siswa mendapat teman atau tetangga yang dalam bergaul tentu tidak terlepas dari sikap dan prinsip seseorang dalam hidupnya. Dalam lingkungan masyarakat, disiplin dapat dikembangkan melalui proses interaksi sosial para warganya, sehingga dapat terjadi pembiasaan dan pembentukan norma disiplin dalam masyarakat.

Sekolah merupakan faktor yang juga memiliki peran yang cukup besar dalam proses membentuk sikap siswa. Waktu berinteraksi siswa dalam kehidupan sehari-hari juga dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus mempedulikan proses berlangsungnya pembentukan kepribadian seorang siswa. Pihak sekolah tidak cukup hanya memberikan pengetahuan teori seharusnya tidak lepas berperan membentuk pribadi dari siswanya.

Di samping lingkungan keluarga, wahana pendidikan sekolah juga sangat berperan dalam menumbuh kembangkan kesadaran berdisiplin dalam diri para siswa. Dalam lingkungan masyarakat, disiplin juga dapat dikembangkan melalui proses

(18)

interaksi sosial para warganya, sehingga dapat terjadi pembiasaan dan pembentukan norma disiplin dalam masyarakat.34

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa membentuk kedisiplinan pada siswa terdapat faktor dari dalam dan faktor dari luar. Membentukan kedisiplinan melalui lingkungan atau tempat seseorang tinggal membutuhkan sarana pendukung, sehingga dapat menciptakan kedisiplinan dengan hasil yang baik.

a). Pembiasaan

Salah satu cara dalam pendidikan dalam membentuk moral termasuk kedisiplinan adalah adanya pembiasaan. Pembiasaan merupakan wahana untuk melakukan latihan-latihan terhadap perilaku yang terus-menerus sehingga apabila apabila terbiasa berbut baik, maka anak akan cenderung berbuat baik.

Pemberlakuan pembiasaan hendaknya disadari oleh pendidik bahwa pemberlakuannya harus disesuaikan dengan jiwa anak didik.35

Inti dari pembiasaan adalah melakukan pengulangan.36 Sehingga pembiasaan apabila dilakukan dengan baik akan menjadi suatu cara yang efektif dalam membentuk moral termasuk di dalamnya pembentukan sikap disiplin.

b). Keteladanan

Perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata–kata. Karena itu, teladan disiplin atasan, kepala sekolah dan guru–guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Mereka lebih mudah meniru apa yang mereka lihat, dibanding

34

D. Soemarmo, Op. Cit. hlm. 32

35

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 61

36

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), hlm. 144

(19)

dengan apa yang mereka dengar. Lagi pula, hidup manusia banyak dipengaruhi peniruan peniruan terhadap apa yang dianggap baik dan patut ditiru. Di sini faktor teladan disiplin sangat penting bagi disiplin siswa.37

ﺔﻨﺴﺣ ﺓﻮﺳﺍ ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﰱ ﻢﻜﻟ ﻥﺎﻛ ﺪﻘﻟ

)...

ﺏﺍﺰﺣﻻﺍ

:

(

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”……..(Al Ahzab : 21).38

c). Peraturan

Peraturan merupakan pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Dalam hal peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan siswa di lingkungan sekolah, begitu juga peraturan dalam keluarga maupun masyarakat.

(

:

)…

“ Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil “. (an Nisa’: 58)39

Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral : Pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui lingkungannya; Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.40

37

Tulus Tu’ u, Op. Cit. hlm. 49

38

Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Thoha Putera, 1998), hlm.471

39

Ibid, hlm. 88

40

(20)

b) Hukuman

Para ahli pikir Islam dalam bidang pendidikan telah memberikan pandangan tentang penerapan hukuman untuk mendidik anak. Hukuman yang edukatif pemberian rasa nestapa pada diri anak didik akibat dari kelalaian perbuatan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam lingkungan hidupnya.41

Hukuman berarti memberikan sanksi pada seseorang karena dilakukannya suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Hukuman bertindak sebagai sanksi akibat melanggar peraturan yang diterapkan. Pemberlakuan peraturan pada suatu lingkungan tanpa dilengkapi adanya sanksi sebagai akibat dari melanggar atas peraturan, maka peraturan tersebut akan berjalan dengan maksimal karena tidak ada perbedaan antara melanggar dan mematuhi.

ﻡﺎﺸﻫ ﻦﺑ ﻞﻣﺆﻣ ﺎﻨﺛﺪﺣ

-ﻱﺮﻜﺸﻟﺍ ﲎﻌﻳ

-ﻞﻴﻋﺎﲰﺇ ﺎﻨﺛ

,

ﰉﺃ ﺭﺍﻮﺳ ﻦﻋ

ﺓﺰﲪ

,

ﺩﻭﺍﺩ ﻮﺑﺃ ﻝﺎﻗ

:

ﰲﲑﺼﻟﺍ ﱐﺰﳌﺍﺓﺰﲪ ﻮﺑﺃ ﺩﻭﺍﺩ ﻦﺑ ﺭﺍﻮﺳ ﻮﻫﻭ

,

ﺐﻴﻌﺷ ﻦﺑ ﻭﺮﻤﻋ ﻦﻋ

,

ﻪﻴﺑﺃ ﻦﻋ

,

ﻩﺪﺟ ﻦﻋ

,

ﻝﺎﻗ

:

ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﻝﺎﻗ

ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ

)

ﲔﻨﺳ ﻊﺒﺳ ﺀﺎﻨﺑﺃ ﻢﻫﻭ ﺓﻼﺼﻟﺎﺑ ﻢﻛﺩﻻﻭﺃ ﺍﻭﺮﻣ

,

ﺮﺸﻋ ﺀﺎﻨﺑﺃ ﻢﻫﻭ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻢﻫﻮﺑﺮﺿﺍﻭ

,

ﻊﺟﺎﻀﳌﺍ ﰱ ﻢﻬﻨﻴﺑ ﺍﻮﻗﺮﻓﻭ

.(

)

ﺩﻭﺍﺩ ﻮﺑﺃ ﻩﺍﻭﺭ

(

42

“Bercerita kepada kami: Muamil bin Hisyam-yakni Asy-Syakri - bercerita kepada kami Ismail, dari Suwar Abi Hamzah, berkata Abu Dawud: Yaitu Suwar bin Dawud Abu Hamzah al-Mazni as-Shoirofi, dari Umar bin

41

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Indisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 218

42

(21)

Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata:

Rasulullah telah bersabda: “perintahkanlah anak-anakmu sekalian, sholat pada waktu mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat, padahal mereka telah berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur di antara mereka”. (H.R. Abu Dawud)

Pelaksanaan hukuman sekiranya tidak terjadi pada hukuman fisik karena hal tersebut akan menimbulkan hal-hal negatif, sebagaimana kiranya yang diugkapkan Ibnu Khaldun bahwa kekerasn pada anak-anak akan menumbuhkan kebiasaan penakut, menjauhkan anak senang bekerja, keberanian bertindak, menyebabkan ia merasa sengsara.43 Dengan pernyataan tersebut kiranya menjadi bahan pertimbangan bahwa hukuman dikenakan oada anak tetapi tidak perlu dengan kekerasan atau hukuman fisik.

Sanksi diharapkan mempunyai nilai pendidikan. Artinya, siswa menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa akibat yang tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi pelanggaran yang sama atau yang lain. Siswa lain pun menjadi takut melakukan pelanggaran, karena sekolah akan menerapkan sanksi disiplin secara konsisten.

c) Hadiah

Hadiah digunakan sebagai suatu janji guna membuat orang melakukan sesuatu. Pemberian hadiah diberikan karena cenderung seseorang untuk mengulangi tingkah laku–tingkah laku yang membawa kesenangan.

43

Muhammad ‘Atiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 149

(22)

Pemberian hadiah diberikan karena seseorang cenderung akan mengulangi tingkah laku–tingkah laku yang membawa kesenangan dan hadiah. Salah satu prinsip belajar yang paling jelas ialah jika anda hendak memperbesar atau mengembangkan suatu jenis tingkah laku yang positif dalam diri anak, maka berilah anak itu sesuatu yang menyenangkan sesudah perbuatan yang dikehendaki itu dilaksanakan. Dorongan atau pengembangan yang positif ialah hadiah–hadiah yang diterima atau timbul sesudah tingkah laku itu.

ﲔﻨﺴﶈﺍ ﺐﳛ ﷲﺍﻭ ﺓﺮﺧﻻﺍ ﺏﺍﻮﺛ ﻦﺴﺣﻭ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﺏﺍﻮﺛ ﷲﺍ ﻢﻬﻴﺗﺎﻓ

.

)

ﻥﺍﺮﻤﻌﻟﺍ

:

(

“Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imran: 148)44

Tujuan jangka panjang dari memberi hadiah atau ganjaran ialah untuk makin mengembangkan agar hadiah atau kesenangan itu bersifat instrinsik dari pada ekstrinsik. Atau supaya sumber kesenangan dalam melakukan suatu tindakan, timbul dari anak itu sendiri, tidak hanya karena dipuji atau dihadiahi orang lain.45

5. Perlunya Kedisiplinan

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. hal ini disebabkan dimanapun seseorang berada, yang selalu ada peraturan dan tata tertib. Apabila disiplin diabaikan, akan menghadapi banyak masalah dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu, perilaku

44

Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Thoha Putera, 1998), hlm.66.

45

(23)

hidupnya tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungannya dan yang menjadi harapan.

Kenyakinan bahwa anak-anak memerlukan disiplin dari dulu sudah ada, tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai alasan mereka memerlukannya. Pada masa lampau, yang dianggap perlu adalah untuk menjamin anak menganut standar yang ditetapkan masyarakat dan harus dipatuhi anak agar tidak ditolak masyarakat. Sekarang setelah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya melalui disipinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara diterima masyarakat dan sebagai hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka.

Disiplin perlu untuk perkembangan anak karena ia harus memenuhi beberapa kebutuhannya. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dari berbagai kebutuhan yang diisi oleh disiplin, diantaranya;

* Disiplin memberi anak rasa aman dengan menberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.

* Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah -perasaan yang pasti yang mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk – disiplin memerlukan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

* Dengan disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan. * Disiplin yang sesuai perkembangan berfungsi sebagai motivasi

pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.

(24)

* Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.46

Singgih D. Gunarsa berpendapat bahwa disiplin diperlukan dalam mendidik anak supaya anak dengan mudah;

• Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak orang lain.

• Mengerti dan segara menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan–larangan.

• Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk.

• Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.

• Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain.47

Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara kongret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif melakukan yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal negatif dengan memberlakukan disiplin siswa belajar baradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain.

6. Fungsi Disiplin

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap disiplin, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Berikut ini akan dibahas beberapa fungsi disiplin :

46

Ibid, hlm. 3

47

(25)

1). Membangun Kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari hari. Sifat, tingkah laku dan pola hidup tersebut sangat unik sehingga membedakan dirinya dengan orang lain.

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing–masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, mentaati aturan–aturan yang berlaku. Kebiasaan itu, lama kelamaan masuk ke dalam kesadaran dirinya sehingga akhirnya menjadi kepribadiannya. Disiplin telah menjadi bagian dalam kehidupannya sehari hari.

Menurut Singgih D. Gunarsa fungsi disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.48 Sehingga kepribadian yang baik dapat melekat pada diri siswa.

2). Mencipta Lingkungan Kondusif

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (Wawasan Wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik mengarah kepada meningkatkan moral, mental, spiritual dan kepribadian. Mengajar atau pembelajaran meningkatkan kemampuan berpikir yang mengarah kepada peningkatan keterampilan.

Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik

48

(26)

bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenteram, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai, dan hubungan pergaulan yang baik. Apabila kondisi ini terwujud, sekolah akan menjadi lingkungan kondusif bagi kegiatan dan proses pendidikan. Di tempat seperti itu, potensi dan prestasi siswa akan mencapai hasil optimal. Sebab, unsur–unsur yang menghambat proses pendidikan dapat diatasi dan diminimalkan oleh situasi kondusif tersebut.

Penciptaan dan pelestarian keadaan yang penting terhadap kemajuan kerja teratur yang berada di sekolah, yaitu sesuatu kedisiplinan yang memandang sebagai sekumpulan teknik dan strategi yang diterapkan oleh guru untuk memberikan ketertiban dalam kelas. Ketertiban ini perlu sehingga lingkungan belajar memaksimalkan pembelajaran pelajaran sekolah.49

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru guru, dan bagi para siswa, serta peraturan–peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tenteram, tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi pendidikan.

3) Melatih Kepribadian

Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun terbentuk melalui suatu proses yang membutuhkan waktu panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan.

49

(27)

Kepribadian yang tertib, teratur, patuh perlu dibiasakan dan dilatih. Pola hidup seperti itu mustahil dapat terbentuk begitu saja. Hal ini membutuhkan waktu dan proses yang memakan waktu. Perlu adanya latihan, pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih, bahkan gemblengan dan tempaan yang keras.

Disiplin juga merupakan sarana untuk melatih pengendalikan diri seseorang. Dalam kehidupan sehari- hari kadang timbul hal-hal yang menimbulkan anak untuk melakukan pelanggaran atau melakukan suatu tindakan yang tidak dilegalkan oleh lingkungannya. Perilaku-perilaku yang agresif, liar, serta tidak disetujui oleh masyarakat apabila tidak dikendalikan dengan latihan-latihan sikap yang baik akan dapat berkembang dalam diri seorang anak.

Mempersiapkan siswa dalam menghadapi masa depannya sehingga dapat ikut serta dengan aktif kelak dalam lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, dimana kebebasan diseimbangkan dengan tanggung jawab yang berhubungan dengan dirinya. Oleh karena itu, pandangan pendidikan terhadap kedisiplinan merupakan bentuk pendekatan terhadap kedisiplinan yang memberi pengalaman pendidikan yang berharga secara potensial.

4). Menata Kehidupan Bersama

Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Selain sebagai satu individu, juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain.

Dalam hubungan tersebut, diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan baik dan lancar. Kepentingan individu yang satu tidak berbenturan dengan kepentingan individu lain. Disiplin berguna

(28)

untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku. Ketaatan dan kepatuhan itu membatasi untuk merugikan pihak lain, sehingga hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar.

Jadi, fungsi disiplin adalah mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi baik dan lancar.50

C. Korelasi Antara Point Pelanggaran Siswa (PPS) dan Sikap Kedisiplinan Siswa

Peran pendidikan adalah transfer of knowledge dan transfer of value secara simultan sehingga ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral berkaembang secara bersamaan.51 Hal tersebut dapat di artikan bahwa daam dunia pendidikan tidak hanya diberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal masa depan bagi siswa, tetapi mengajarkan nilai-nilai sikap atau pribadi yang baik juga merupakan tanggung jawab pihak sekolah. Kedisiplinan merupakan bagian dari sikap yang perlu ditanamkan pada diri seorang siswa.

Kedisiplinan pada diri seseorang dapat terbentuk oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Pada individu yang telah menyadari pentingnya disiplin dalam kehidupannya agaknya tidak menjadi masalah. Akan tetapi individu yang belum memiliki kesadaran akan disiplin -terlebih bagi seorang siswa yang masih dalam masa pertumbahan, mencari jati diri- perlu dilakuakn penyadaran akan pentingnya disiplin bagi masa depannya.

Penerapan kedisiplinan dapat dipengaruhi oleh dua faktor; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah berasal dari dalam diri seorang siswa yang bersangkutan menyadari bahwa disiplin penting untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya.

50

Ibid , hlm 38

51

(29)

Faktor eksternal dari disiplin ditentukan oleh lingkungan tempat siswa tumbuh dan berkembang, adalah lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga merupkan tempat pertama kali dilakukan suatu pendidikan bagi seseorang, sehingga apabila pendidikan yang diberikan baik dan penanaman disiplin dilakukan dengan benar setidaknya seorang anak akan termotivasi untuk mempunyai sikap yang baik pula. Sementara masyarakat merupakan tempat berintraksi dengan lingkungan sosial mendukung tercipta kepribadian yang baik. Meskipun keluarga dan masyarakat dalam memberikan pendidikan tidak secara formal namun mempunyai pengaruh yang berarti bagi perkembangan kepribadian seorang anak. Lingkungan sekolah sebagai faktor ekstenal formal juga yang mempengaruhi dalam membangun kepribadian siswa. Terlebih lagi sekolah yang mempunyai otoritas secara formal dalam diri siswa, diharapkan mampu memberikan nilai-nilai pribadi yang baik sehingga dalam masa depannya siswa telah siap dengan otoritas yang ada di lingkungannya.

Dari beberapa faktor diatas dalam menanamkan sikap disiplin perlu adanya suatu metode yang dapat memotivasi (karena motivasi secara sederhana adalah hasil dari reinforcement)52, siswa sehingga disiplin menjadi bagian yang penting dalam dirinya. Metode dalam penanamkan sikap disiplin dapat berupa adanya peraturan, hukuman, hadiah, pembiasaan, keteladanan, serta konsiten. Semua metode tersebut penerapannya saling terkait dan mendukung satu sama lain dalam membentuk kedisiplinan pada diri siswa.

Beberapa sekolah menerapkan PPS (merupakan hukuman sebagai reiforcement negatif), dalam membentuk kedisiplinan pada diri siswa pelaksanaannya adalah sebagai salah satu sarana untuk mendukung terciptanya kepribadian yang baik pada diri siswa termasuk pembentukan sikap disiplin. Adanya penerapan PPS sebagai aplikasi dari sanksi suatu peraturan yang diterapkan sekolah. Sehingga penerapan PPS tersebut diharapkan mampu memberikan motivasi pada siswa untuk bersikap disiplin.

52

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm.330

(30)

Setiap sekolah selalu menerapkan suatu peraturan sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekolah terkait, terlebih lagi bagi siswa yang bersangkutan. Namun tidak sedikit peraturan sekolah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya merupakan sebagai suatu legal formal dari sekolah. PPS merupakan sarana pendukung berlakunya peraturan sekolah.

Pelaksanaan PPS dilaksanakan mengingat keadaan siswa yang masih membutuhkan suatu penguatan (kurang sadar akan pentingnya kedisiplinan) dalam membentuk kedisiplinan siswa, sebagaimana diterangkan di atas bahwa dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang berada dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi dan mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal mentaati dan mematuhi peraturan yang yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, apabila berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah dianggap sebagai kewajiban. Jadi tidak perlu mendapat penghargaan lagi.53sementara itu disiplin demokratis perlu diberikan sehingga anak mengerti mengapa kadisiplinan tersebut penting. Sehingga siswa ketika menjalankan kedisiplinan atas dasar kesadarannya.54

PPS merupakan bentuk aplikasi dari sanksi yang pemberlakuannya melibatkan seluruh pihak yang terkait dengan siswa, baik pihak sekolah maupun pihak orang tua. Sehingga sanksi atas pelanggaran yang dilakukan siswa telah mendapat persetujuan dari orang tua. PPS diberikan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah dan sanksinya sesuai item aturan yang dilanggar siswa. Penerapan PPS sendiri harus dilakukan dengan konsekuen dan konsisten, setiap terjadi pelanggaran maka PPS diberlakukan. Oleh sebab itu, penerapan PPS melibatkan seluruh staf guru dan karyawan di sekolah.

Dengan demikian, penerapan PPS dapat dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan kedisiplinan pada diri siswa terkait.

53

Tulus Tu’ u, Op. Cit, hlm. 44

54

(31)

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

Merupakan suatu langkah langkah dengan cara mencari teori-teori atau konsep-konsep yang dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan itu.

Pertama, Anton Widyanto menyatakan dari hasil penelitiannya bahwa proses pemberian hadiah atau reward dan pelaksanaan hukuman atau punishment dalam dunia pendidikan bagaimanapun juga merupakan hal urgen yang perlu diperhatikan terutama adalah korelasinya dalam proses pendisiplinan siswa di dalam aktivitas belajarnya.54

Kedua, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tulus Tu’u diketahui bahwa adanya penerapan peraturan sekolah yang ditaati dan diikuti oleh siswa dapat berdampak pada perubahan perilaku siswa yang bersangkutan termasuk dalam perbuatan kegiatan belajar mengajar pada diri siswa.55

Ketiga, M. Mansur Salim dari penelitiannya yang menyatakan bahwa penggunaan ganjaran dan hukuman dalam pendidikan sebagai salah

satu metode dalam pendidikan masih lazim digunakan, akan tetapi pengaruh efektifnya tehadap kedisiplinan beragama hukuman lebih dominan dari pada ganjaran.56

E. PENGAJUAN HIPOTESIS

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara atau permasalan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.57 Dalam pelitian ini hipotesis yang diajukan adalah semakin

54

Anton Widyanto, “Aplikasi Konsep Reward dan Punishment di Pesantren Ngabar Ponoroga Jawa Timur”, Tesis Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, (Semarang: Perpustakaan Pascasarjana IAIN Walisongo Yogyakarta, 2002), hlm. 108

55

Tulus Tu’u, Op. Cit. hlm. 104

56

M. Mansur Salim, Analisis Penggunaan Ganjaran Dan Hukuman Pendidikan Dan Pengaruhnya Terhadap Kedisiplinan Beragama Anak Pada Keluarga Muslim Di Kelurahan Purwoyoso Ngaliayan Semarang, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,Skripsi

57

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi 5 (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 64

(32)

rendah skor PPS yang diperoleh siswa, maka tingkat kedisiplinan siswa terkait semakin tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Ekosistem merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk mata pelajaran Biologi yang diajarkan kepada peserta didik SMP

SWT. 3) Mendorong siswa untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. 4) Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlaq mulia dan beradat kebiasaan yang baik. Adapun tujuan pembelajaran

Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan peserta didik dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan tersebut tidak hanya berlaku pada peserta

Hal ini seperti diungkapkan Arden (1957) motives as internal condition arouse sustain, direct and determain the intensity of learning effort, and also define the set

Belajar konsep merupakan hasil utama dari pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun dalam berpikir dan juga dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk

Adapun kemampuan ini dinyatakan dalam penerapan suatu pengalaman, metode, dan pelajaran yang telah dimiliki ke dalam bentuk pengajaran. Contoh kata kerja operasional

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru dan

Cermin cekung adalah cermin yang memiliki permukaan dengan bentuk melengkung di mana permukaan bagian dalamnya dapat memantulkan cahaya. Ada tiga sifat sinar utama