• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel internet) 3. Survey di lapangan dengan menyebarkan kuesioner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel internet) 3. Survey di lapangan dengan menyebarkan kuesioner"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1. Sumber Data

Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain :

1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel internet) 2. Wawancara dengan narasumber terkait

3. Survey di lapangan dengan menyebarkan kuesioner

2.2. Fakta

2.2.1. Konvensi Hak-Hak Anak

Berdasarkan konvensi hak-hak anak oleh PBB tahun 1989, salah satunya disebutkan pada pasal 31 bahwa anak mempunyai hak atas waktu luang, bermain dan ikut serta dalam kegiatan artistik dan kebudayaan. Dan merupakan tanggung jawab negara dan pemerintah untuk menghormati dan menjamin hak-hak asasi setiap anak tanpa membeda-bedakan, memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak, misalnya sekolah, lapangan bermain, lapangan olahraga, rumah ibadah, balai kesehatan, gedung kesenian, tempat rekreasi, ruang menyusui, tempat penitipan anak dan tahanan khusus anak.

(2)

2.2.2. Manfaat Permainan Tradisional

2.2.2.1. Anak menjadi lebih kreatif

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif

menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis.

Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.

2.2.2.2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak

Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.

2.2.2.3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak

2.2.2.3.1. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak

Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa Cici-Cici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.

(3)

2.2.2.3.2. Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan:

• mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain,

• nyaman dan terbiasa dalam kelompok.

Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya: • Bebentengan, • Adang-Adangan, • Anjang-Anjangan • Kasti. • Galah Asin

2.2.2.3.3. Mengembangkan kecerdasan logika anak.

Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:

• Engklek • Congkak

• Macan/Dam Daman • Lompat tali/Spintrong • Encrak/Entrengan

(4)

• Bola bekel • Tebak-Tebakan

2.2.2.3.4. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak.

Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah:

• Nakaluri

• Adang-Adangan • Lompat tali • Sorodot Gaplok • Enggrang

2.2.2.3.5. Mengembangkan kecerdasan natural anak

Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah:

• Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak nakal.

• Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali • Engrang terbuat dari bambu

(5)

• Encrak menggunakan batu • Bola sodok menggunakan bambu • Parise terbuat dari bambu

• Calung terbuat dari bambu

• Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan

2.2.2.3.6. Mengembangkan kecerdasan spasial anak.

Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).

2.2.2.3.7. Mengembangkan kecerdasan musikal anak

Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya: • Ucang-Ucang Angge • Enjot-Enjotan • Calung • Ambil-Ambilan • Tari Tempurung • Berbalas Pantun • Wayang • Pur-Pur Sadapur

(6)

• Oray-Orayan

2.2.2.3.8. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak

• Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang belum bisa.

• Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih dewasa.

• Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.

• Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.

• Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri para pemainnya/anak-anak.

(7)

2.2.3. Skor PQ (Physical and Play Quorient) anak-anak Indonesia Rendah Menurut Dra. Mayke Tedjasaputra, psikolog dan play therapist dari Lembaga Psikologi Terapan UI, kenyataannya indonesia adalah satu-satunya negara yang mempunyai persentase tinggi melarang anak bermain di luar rumah dan bermain sampai bajunya kotor. Pelarangan bermain diluar rumah itu, telah mengakibatkan skor Physical and play quorient (PQ), anak Indonesia rendah, dibandingkan dengan anak Jepang, Thailand dan Vietnam. Hal itu sehubungan dengan hasil PQ skor anak pada empat negara Asia, Yakni Jepang, Thailand, Vietnam. Khusus negara Indonesia mengambil sampel anak kelas II SD asal Jakarta dan Surabaya. dari 4 jenis test PQ yang berbeda untuk semua umur dan jenis kelamin, anak-anak Jepang mendapatkan skor tertinggi dalam test kemampuan bermain olahraga,. Anak Thailand, mendapat skor tertinggi untuk test dalam keterampilan motorik dan aktivitas harian. Skor tersebut tercapai karena tergantung gaya hidup, dimana anak-anak Thailand dan Jepang menghabiskan waktu yang seimbang antara belajar, olahraga dan beristirahat, pada hari kerja dan akhir pekan. Meskipun anak-anak Thailand menghabiskan waktunya yang cukup banyak untuk berolahraga, mereka menghabiskan banyak waktu mereka untuk belajar. Tapi anak Indonesia justru menghabiskan banyak waktu untuk belajar dan aktivitas menonton TV, game komputer, ketimbang bermain olahraga. Jadi di antara semua kelompok, berdasarkan perbandingan umur, jenis kelamin dan negara, anak-anak Thailand mendapatkan skor PQ tertinggi diikuti oleh Jepang dan vietnam.

(8)

2.3. Data Rangkuman Hasil Wawancara

Menurut Bapak Budi Prabowo dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, anak-anak di jaman sekarang ini lebih banyak bermain di dalam rumah ketimbang bermain permainan kelompok di luar rumah. Mereka sudah tidak lagi mengenal permainan tradisional sebagai permainan sehari-hari, kini play station adalah salah satu mainan yang digandrungi anak-anak Hal ini salah satunya dikarenakan orang tua yang melarang anaknya untuk bermain di luar rumah. Mereka menganggap bahwa bermain di dalam rumah lebih aman, anak sebagai pemilik masa depan, sehingga pendapat dan keinginan anak tidak dihargai, dan menganggap anak adalah milik privasi mereka. Di samping itu, adanya ambisi-ambisi dari orang tua mengkursuskan berbagai macam les kepada anak setelah pulang sekolah, Yang menyebabkan waktu luang anak untuk beristirahat dan bermain sedikit, sehingga kini banyak ditemukan anak yang stress akibat tidak seimbangnya otak kiri dan kanan. Belum lagi pemerintah yang belum peka masalah anak sebagai penerus bangsa, padahal jika dilihat dari konvensi hak-hak anak tahun 1989, disebutkan negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Tapi apa yang terjadi, taman yang tadinya untuk bermain anak dijadikan pos, lapangan tempat bermain dibangun menjadi gedung-gedung perkantoran, padahal tempat-tempat bermain anak seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarananya, dengan tidak seharusnya mengijinkan tempat bermain dibongkar untuk kemudian dijadikan lahan komersial bagi pengusaha. Ditambah lagi, meningkatnya arus impor barang mainan anak dari cina dan negara lain yang murah dan menarik karena warna-warninya yang lambat laun makin menggeser permainan

(9)

tradisional anak yang syarat akan kearifan lokal dan memiliki nilai filosofis yang tinggi. Disini seharusnya pemerintah mengontrol impor barang mainan untuk anak-anak tersebut yang kebanyakan mengandung kekerasan, merusak mental anak-anak menjadi anak yang lemah, cengeng, pemarah, egois, dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Dari sini bisa dilihat bahwa kepentingan anak tidak dianggap penting bagi pemerintah dan keluarga. Meskipun kota layak anak kini sudah mulai dicanangkan, namun pada prakteknya belum mendapat perhatian serius dari pemerintah sendiri.

2.4. Data Rangkuman Hasil Kuesioner

Berdasarkan hasil survey dari kuesioner yang dibagikan kepada 50 orang tua kelas menengah atas yang anaknya duduk di bangku Sekolah Dasar, dapat dianalisa bahwa sebenarnya orang tua sadar akan kebutuhan bermain anak-anaknya, mereka membiarkan anak-anaknya bermain bersama teman-temannya dalam jangka waktu yang cukup bagi anak-anak untuk bermain di waktu senggangnya setiap hari. Namun, orang tua lebih memilih anaknya untuk bermain di rumah saja, beberapa alasan orang tua tidak membiarkan anak-anaknya bermain di luar rumah antara lain takut tersesat, lupa waktu, terluka dan diculik. Dan yang paling banyak dikhawatirkan orang tua adalah penculikan. Hal ini wajar, mengingat maraknya kasus penculikan anak yang kini kerap terjadi terutama di ota besar seperti Jakarta. Dan banyaknya jumlah mainan yang diberikan orang tua menjawab bahwa sebisa mungkin orang tua memberikan fasilitas seperti mainan yang beraneka ragam dan kenyamanan untuk membuat anak betah bermain dirumah saja.

(10)

2.5. Data Penyelenggara

2.5.1. Komisi Perlingdungan Anak

Komisi Perlindungan Anak Indonesia adalah Lembaga Independen yang kedudukannya setingkat dengan Komisi Negara yang dibentuk berdasarkan amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74 UU No. 23 Tahun 2002 dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia. Lembaga ini bersifat independen, tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan darimana serta kepentingan apapun, kecuali satu yaitu “ Demi Kepentingan Terbaik bagi Anak ” seperti diamanatkan oleh CRC (KHA) 1989. Tugas KPAI melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan per-UU-an yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan dan pemantauan, evaluasi serta pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan anak, memberikan laporan, saran, masukan serta pertimbangan kepada Presiden.

Alamat KPAI :

Jalan Teuku Umar no 10-12

Menteng, Jakarta Pusat

(11)

Telepon : (021) 31901446, 31901556 Fax : (021) 3900883

Email : informasi@kpai.go.id

Website : www.kpai.go.id

2.5.2. Unicef

Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF tetap dianggap mitra Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup anak-anak dan wanita di seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah memberikan pelayanan dan persediaan yang sangat diperlukan untuk memperbaiki kesehatan anak Indonesia dan keluarganya. Selama 50 tahun, UNICEF memainkan peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita. Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari 20 juta orang Indonesia. Bersama dengan mitra-mitranya UNICEF berhasil membantu mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan Anak 2002. Undang-undang ini akan menjadi landasan hukum bagi perlindungan hak anak.

Alamat UNICEF :

(12)

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan 12920 DKI Jakarta, Indonesia

Telepon : (021) 5705816 Fax : (021) 5711326 Email : Jakarta@unicef.org

Homepage : http://www.unicef.org

2.5.3. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 1

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana pemerintah, dipimpin oleh Menteri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 2

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kebudayaan dan kepariwisataan.

(13)

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan kepariwisataan;

b. pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tugasnya; c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Depbudpar dalam menjalankan tugasnya pada direktorat tradisi yang menjaga agar tradisi Indonesia tidak punah, yang salah satunya permainan tradisional yaitu melalui kampanye sosialisasi permainan yang sejak tahun 2006 dilakukan, yaitu ke beberapa daerah dan mengadakan kampanye sosialisasi tentang permainan daerah agar anak-anak tidak meninggalkan permainan tradisional Indonesia yang begitu penuh manfaat yang baik untuk perkembangan anak. Pada tahun 2006, diadakan di pangkal pinang, tahun 2007 diadakan di sumatra barat, tahun 2008 di cirebon dan tahun ini akan diadakan di cipanas dan jakarta dalam rangka menyambut hari Anak Nasional 2009.

(14)

2.6. Data Pendukung

2.6.1. EQ dan PQ

Kesuksesan dan keberhasilan hidup tak semata-mata ditentukan IQ. Menurut David Goleman, Doktor lulusan Harvard, penulis buku Emotional Intelligence (1995), jawabannya terletak pada kemampuan mengendalikan diri, semangat, ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri. Itulah yang disebut Emotional Intelligence (EI) atau Emotional Quotient (EQ), yang kadang-kadang disebut juga Social Intelligence (kecerdasan sosial).

Faktor lain yang juga turut menentukan kesuksesan sesorang ialah Physical Quotient (PQ). PQ menggambarkan kekuatan dan kesehatan fisik seseorang. Kecerdasan fisik PQ (Physical Quotient), adalah bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh tubuh kita yaitu kemampuan untuk menyeimbangkan dan mengharmoniskan fungsi otak yang menjadi wahana pikiran kita dan fungsi jantung yang secara simbolik menyatakan kecerdasan emosional. Kecerdasan Emosional atau EQ (Emotional Quotient) adalah pengetahuan mengenai diri sendiri, kesadaran diri, kepekaan sosial, empati dan kemampuan untuk berkomunikasi baik dengan orang lain. Kecerdasan emosi adalah kepekaan mengenai waktu yang tepat, kepatutan secara sosial dan keberanian untuk mengakui kelemahan, menyatakan dan menghargai perbedaan. Terdapat korelasi yang kuat antara kesehatan dan kebugaran fisik dengan kemampuan berpikir dan emosi. Dalam kondisi fisik yang sehat dan bugar, orang akan dapat berpikir tenang, jernih dan tajam. Sebaliknya, orang yang fisiknya sakit-sakitan akan sulit berpikir, sering marah-marah dan tak mampu melakukan pekerjaan dengan baik.

(15)

Menurut John D. Mayer, psikologis kepribadian pada universitas New Hampshire, kualitas atau kriteria EQ yaitu empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menguasai diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, sikap hormat.

Ada faktor utama yang mempengaruhi kesehatan seseorang; gaya hidup, hereditas (keturunan), lingkungan dan mutu pelayanan kesehatan yang tersedia. Keempat faktor itu memiliki kontribusi yang berbeda¬beda dalam menentukan kesehatan; gaya hidup (51 persen), hereditas (19 persen), lingkungan (20 persen), dan mutu pelayanan kesehatan (10 persen).

Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ ternyata ditemukan bahwa bila sementara skor IQ anak-anak makin tinggi, Kecerdasan Emosional mereka justru menurun. Diketahui bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosinya. Dalam hal ini anak-anak sekarang tumbuh dalam kesepian dan depresi, lebih mudah stres, lebih mudah marah dan lebih sulit diatur, lebih gugup, mudah terpengaruh dan cenderung suka cemas serta agresif. Hasil Penelitian para psikolog USA menyimpulkan bahwa Kesuksesan dan Keberhasilan seseorang didalam menjalani Kehidupan sangat didukung oleh Kecerdasan Emosional (EQ = 80 %) sedangkan peranan Kecerdasan Intelektual (IQ) hanya 20 % saja.

2.6.2. Keseimbangan Otak Kanan dan Otak Kiri

Otak manusia terdiri dari belahan otak kiri dan kanan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri dari kemampunan berbicara, kemampuan

(16)

mengolah tata bahasa, baca tulis, daya ingat (nama, waktu dan peristiwa), logika, angka, analisis, dan lain-lain. Sementara otak kanan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat artistik, kreativitas, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, khayalan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, pengembangan kepribadian. Para ahli banyak yang mengatakan otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient), sementara otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Ouotient) seseorang.

Salah satu cara untuk merangsang otak kanan anak yaitu dengan musik, seni dan olahraga. Bermain yang membutuhkan banyak gerakan fisik juga merupakan salah satu bentuk olah raga ringan yang bagus untuk merangsang otak kanannya seperti bersepeda atau kejar-kejaran. Akan lebih bagus lagi apabila lebih rutin dan terkontrol.

2.7. Target

Target utama kampanye adalah anak, usia sekolah dasar karena usia ini anak-anak senang bermain, motorik, kognisi dan sosio-emosionalnya sedang berkembang dan suka bereksplorasi berbagai hal baru, kelas sosial B-A dipilih sebagai target utama karena anak-anak generasi ini sudah mulai tidak kenal dengan permainan tradisional, berdomisili di Jakarta dimana di kota besar anak-anak lebih mudah mendapatkan mainan modern yang sifatnya individualis dibanding bermain secara berkelompok.

(17)

2.8. Analisa SWOT

2.8.1. Strength

Bermain di luar menyehatkan

Permainan tradisional memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak

Tidak membutuhkan biaya besar untuk melakukan permainan

2.8.2. Weakness

Tidak adanya lapangan bermain yang memadai Rawannya kriminalitas di kota besar

2.8.3. Opportunity

Pemerintah mulai memugar kembali taman-taman Mulai dicanangkannya kota layak anak

Adanya lembaga-lembaga yang memperhatikan kebutuhan anak untuk bermain seperti KPAI, UNICEF, Depbudpar, dan lain-lain.

Kecerdasan seorang anak harus seimbang antara IQ, EQ SQ dan PQ

2.8.4. Threat

Orang tua yang melarang anaknya untuk bermain di luar Trend bermain konsol di kalangan anak-anak sekarang

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terbukti bahwa pelaksanaan Pekerjaan Pemborongan bertentangan dengan persyaratan yang tercantum dalam Perjanjian ini maupun dalam lampiran-lampirannya, maka

Pengambilan sampel dilakukan pada 8 stasiun yang berbeda dan diambil satu bulan sekali.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif dan

Berdasarkan teori-teori gerakan sosial dan gerakan dakwah, sedekah yang dilakukan dalam rangka untuk merubah keadaan sosial yang lebih baik, menjadikan sedekah sebagai

apakah cara gerak benda sama benda mana yang mudah bergerak benda mana yang sulit bergerak.. ilmu pengetahuan alam kelas I. 58 58 58

Strategi pengembangan keripik ketela ungu antara lain: Membangun kemitraan yang kuat dengan supplier ketela ungu, Pengembangan basis wilayah sentra ketela ungu, Efisiensi

Penelitian sebelumnya menggunakan teknik analisis tingkat kepentingan kinerja (Importance – Performance Analysis). Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini yaitu

Untuk menganalisa posisi AS dalam implementasi kebijakan luar negerinya di era Pasca Perang Dingin tersebut, penulis menggunakan teori stabilitas hegemoni untuk