• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN REDAKSI. Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung. Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN REDAKSI

JURNAL KEPERAWATAN 'AISYIYAH (JKA) Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 Pelindung : Ketua STIKes 'Aisyiyah Bandung Pelindung : Ketua STIKes Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab : Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua : Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout : Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara : Riza Garini, A.Md. Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom. Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN. Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan 'Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

(2)

103-107 109-116 117-129 131-142 143-156 157-167 169-181 183-189 191-208 209-216 1. Penyedap Rasa sebagai Salah Satu Faktor yang Diduga Berkontribusi

dengan Kejadian Kanker Payudara

Elmi Nuryati, Rita Sari ... 2. Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kompetensi Perawat

Melakukan Evidence Based Practice

Dame Elysabeth, Gita Libranty, Siska Natalia ... 3. Evaluasi Pelatihan Penanggulangan Tuberkulosis oleh Pimpinan Wilayah

'Aisyiyah Jawa Barat: Studi Kasus di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut

Hendra Gunawan ... 4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier

Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

Janu Purwono ... 5. Korelasi Perilaku Hand Hygiene dengan Kejadian Diare pada Anak Usia

Sekolah di SDIT Salsabila Bekasi Timur Tahun 2012

Lisna Nuryanti ... 6. Analisis Implementasi Manajemen Strategik Uji Kompetensi Metode OSCE

pada Program Studi Keperawatan

Fr. Maria Susila Sumartiningsih, Yakobus Siswadi, Sedia Simbolon ...

7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kejadian BBLR di Kabupaten Indramayu

The In luence of Antenatal Service Quality on Low Birth Weight Phenomena in Indramayu

Minarni, Alm. Avip Saefullah, Hadi Susiarno, Insi Farisa Desy Arya ... 8. Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum Karena Atonia

Uteri dengan KBI dan KBE

Pratiwi Puji Lestari ... 9. Hubungan Karakteristik Lansia dengan Kemandirian Akti itas Sehari-hari

di Banjar Den-Yeh Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara

Ns. I Wayan Suardana, S.Kep.M.Kep, Yopi Ariesta, Taruma Wijaya, SKM. 10. Terapi Aktivitas Olahraga untuk Mengatasi Fatigue selama Menjalani

Kemoterapi

(3)

ARTIKEL PENELITIAN

JKA. 2014;1(2): 131-142

131

ABSTRAK

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian. Faktor resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang dapat diubah atau dikendalikan adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok. Pencegahan tersier ditujukan untuk meminimalkan komplikasi, menghindari kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani kehidupan secara normal dan dapat diterima oleh lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kota Metro. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan pendekatan Studi Cross Sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 70 responden. Data diperoleh dengan tehnik wawancara menggunakan kuesioner. Analis data menggunakan Uji Chi square, dengan tingkat kepercayaan 95% dan multipel regresi

logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan variabel persepsi manfaat (p-value =

0,000), persepsi hambatan (p-value = 0,001), persepsi kemampuan diri (p-value = 0.017), sikap (p-value = 0,000), pengaruh interpersonal (p-value = 0,003), pengaruh situasional (p-value = 0,001) dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sikap (OR = 12,521) . Saran bagi petugas kesehatan perlu ditingkatkan program promosi kesehatan pada masyarakat dalam pencegahan tersier penyakit hipertensi di masyarakat melalui media masa maupun elektronik. Penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien hipertensi perlu dilakukan dalam rangka memantapkan program pencegahan tersier penyakit hipertensi. . Kata Kunci: Hipertensi, Sikap, Komitmen ABSTRACT Hypertension is one of the causes of death. Risk factors in hypertension consist of factors that cannot be altered or controlled and factors that can be altered or controlled. Factors that can be altered or controlled include obesity, salt consumption, exercise, alcohol consumption and smoking. The aim of this study is to determine factors associated with society's commitment to tertiary prevention of hypertension in the work area of community health centres around Metro Municipality. The type of study is quantitative research with total approach. Total sample is 70 respondents. Data was obtained by means of interview with the use of questionnaires. Data anazalysis was done using Chi squared test with con idence interval of 95% and multiple logistic regression. Results showed that there are correlations between perceived resistance (p value = 0.001), perceived self-ef icacy (p value = 0.017), attitude (p value = 0.000) with the commitment to tertiary prevention of hypertension and that there are no relations with perceived bene it (p value = 0.000), interpersonal in luences (p value = 0.003), situasional in luences (p value = 0.001). Most dominant factor associated with the commitment of tertiary prevention of hypertension is attitude (OR = 12.521).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMITMEN

PENCEGAHAN TERSIER PENYAKIT HIPERTENSI PADA MASYARAKAT

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA METRO TAHUN 2014

Janu Purwono

(4)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu faktor resiko penting pada penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, infark miokardial, gagal jantung, penyakit ginjal dan penyakit vaskuler (Kannel, 1996). Diprediksi pada tahun 2025, 1.56 milyar orang dewasa menderita hipertensi (Kearney, 2005).

Penyakit hipertensi di Indonesia pada tahun 2010 menduduki urutan ke tujuh dari 10 besar penyakit terbanyak rawat inap se-Indonesia; hipertensi esensial (5,9%). (Depkes RI 2011). Pada provinsi Lampung tahun 2011 hipertensi menduduki urutan ketiga, dengan jumlah 81.006 orang (15,9%) (DINKES Propinsi Lampung, 2011). Hipertensi menduduki peringkat keempat di Kota Metro dengan jumlah 10632 orang (8,23%). (Dinas Kesehatan Kota Mero, 2011).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63). Menurut William (2007) terdapat dua

faktor resiko pada penyakit hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat diubah atau dikontrol dan faktor yang dapat diubah atau dikendalikan. Faktor yang tidak dapat diubah adalah riwayat keluarga dengan hipertensi, umur, ras dan etnik dan penyakit diabes mellitus. Sedangkan faktor yang dapat diubah atau dikendalaikan adalah obesitas, mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Penelitian tentang faktor resiko yang dapat dirubah sebagai berikut: Menurut penelitian Dongol Hadi (2008) obesitas berhubungan dengan hipertensi 34% yaitu (P=0,000, X²=20,846). Menurut hasil penelitian Meylina (2005) hubungan asupan garam terhadap kejadian hipertensi adalah 25% (P = 0,002, X² = 10.969). Hubungan olah raga (aktivitas isik) dengan hipertensi pada kelompok aktif sebesar 34,4%, sedangkan pada kelompok inaktif adalah sebesar 24,8%. Hubungan minum alkohol dengan kejadian hipertensi adalah minum alkohol terdapat 16,9% mengalami hipertensi sedangkan sebanyak 27,5% sampel tidak mengkonsumsi alkohol mengalami hipertensi. Kebiasaan merokok setiap hari berhubungan dengan hipertensi yaitu memiliki peluang terkena hipertensi sepertujuh lebih besar dibandingkan dengan *Akademi Keperawatan Dharma Wacana Metro

Suggestion is needs to be improved public health promotion programs in tertiary prevention of hypertension in the community through the mass media and electronic. Counseling and home visits to patients with hypertension need to be done in order to establish a tertiary prevention program hypertension.

(5)

Katagori Sistolik mmHg Diastolik mmHg Normal Normal tinggi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (sangat berat) < 130 130-139 140-159 160-179 180-209 ≥ 210 < 85 85-89 90-99 100-109 110-119 ≥ 120 (Smeltzer 2002 : 897) 133 JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 tidak merokok (OR=0,789;95% CI

0,707-0,879).

Faktor yang dapat dirubah atau dikendalikan adalah seperti mengkonsumsi garam, olah raga, mengkonsumsi alkohol dan merokok adalah merupakan aktivitas atau prilaku yang dapat menyebabkan hipertensi (William ,2007). Menurut Niven Neil (2002) perilaku kesehatan adalah suatu aktivitas dilakukan oleh individu yang menyatakan dirinya sehat untuk tujuan mencegah penyakit atau mendeteksinya dalam tahap asimtomatik. Prilaku kesehatan pada individu dapat dirubah melalui promosi kesehatan/ Health

Promotion (Pender, 2002).

Health Promotion Model (HPM) dikembangkan

oleh Nola J Pender (2002) yang berlatar belakang dari keperawatan, pembangunan manusia, psikologi eksperimental, dan pendidikan membimbingnya untuk menggunakan perspektif holistik keperawatan, psikologi sosial, dan teori

learning sebagai dasar. Pada teori HPM perubahan

perilaku disebabkan oleh komitmen individu untuk merencanakan suatu tindakan (Pender, 2002).

Komitmen untuk merencanakan suatu tindakan adalah strategi tertentu untuk mendapatkan, melaksanakan atau penguatan

terhadap perilaku. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan komitmen untuk merencanakan suatu tindakan yaitu Perceived

bene its of action (persepsi manfaat yang

dirasakan dari tindakan), Perceived barriers to

action (persepsi rintangan tindakan),

Perceived Self ef icacy (persepsi tentang

kemampuan diri), Aktivity related-effect (sikap yang berhungan dengan aktivitas),

interpersonal in luences (pengaruh

interpersonal), situasional in luences

(pengaruh situasional) ( Pender, 2002 ).

Berdasarkarkan uraian-uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Kota Metro tahun 2014.

Studi Literatur

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (Wolff, M.D., 2008; 63).

Tabel 1. Klasi ikasi Hipertensi

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

(6)

De inisi komitmen menurut kamus besar bahasa indonesia adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu (kontrak). Nilai rasa tentu positif. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen menurut Pender (2002) adalah: Perilaku sebelumnya (prior related

behavior), Perceived bene its to action

(Persepsi manfaat), Perceived barriers to action (Persepsi Rintangan), Perceived Self ef icacy

(Persepsi Kemampuan diri), interpersonal in luences (pengaruh interpersonal), situasional in luences (pengaruh situasional).

Menurut Suyitno (1989) pencegahan tersier ditujukan untuk meminimalkan komplikasi, menghindari kecacatan dan meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani kehidupan secara normal dan dapat diterima oleh lingkungan. Prinsip pencegahan tersier adalah: Membatasi gangguan isis dan sosial yang diakibatkan pekerjaannya sehingga timbul gejala dan PPAK. Pada derajat ini yang dilakukan adalah tatalaksana dan

terapi pada penyakit paru kerja yang telah terjadi. Pencegahan tersier disempurnakan dengan meminimalkan dampak klinis merugikan kesehatan.

METODE

Jenis penelitian adalah kuantitatif yang dilakukan dengan survey. Penelitian ini dilakukan secara analitik observasional, yaitu untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kota Metro.Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian explanatori dengan pendekatan Studi Cross Sectional.

Populasi penelitian adalah masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro yang menderita hipertensi menurut diagnosa dokter. Adapun kriteria populasi adalah

Merokok Umur Konsumsi Garam Aktivitas isik/ Olah raga Riwayat keluarga Dengan hipertensi Hipertensi Kegemukan

(obesitas) Diabetes MelitusPenyakit Ras dan etnik Mengkonsumsi

alkohol

Gambar 1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Hipertensi Sumber: William, 2007;376

(7)

135

JKA | Volume 1 | Nomor 2 | Desember 2014 sebagai berikut: penderita hipertensi, usia

pederita hipertensi 17 tahun keatas,bersedia menjadi responden,mau bekerja sama dalam penelitian.Dari keriteria diatas didapatkan jumlah populasinya adalah 70 responden. Pengambilan sampel menggunakan metode

total sampling. Variabel penelitian ini terdiri

dari variabel independen dan variabel dependen yaitu: Variabel independen: Persepsi manfaat, Persepsi rintangan, Persepsi kemampuan diri, Sikap, pengaruh interpersonal, pengaruh situasional. Variabel dependen penelitian ini adalah komitmen. Teknik Pengumpulan data dari responden

dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisa data menggunakan analisa Univariat Analisa suatu variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekwensi. Untuk menyimpulkan ada tidaknya hubungan antara dua variabel dilakukan uji Kai Kuadrat/Chi Square.

Untuk mengetahui pengaruh antara semua variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat dilakukan analisis multivariat dengan uji statistik regresi logistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Analisa Bivariat Komitmen No Variabel Berkomitmen n (%) Tidak Berkomitmen n (%)  p-value OR 1 Persepsi Manfaat a. Ada b. Tidak ada Jumlah 31 (79,5) 11 (35,5) 42 (100) 8 (20,5) 20 (64,5) 28 (100) 39 31 70(100) 0,000 7.0 45 2 Persepsi Rintangan a. Tidak ada b. Ada Jumlah 33 (76,7) 9 (33,3) 42 (100) 6 (33,3) 18 (66,7) 28 (100) 43 27 70(100) 0,001 6.6 00 3 Persepsi Kemampuan Diri a. Tinggi b. Rendah Jumlah 38 (67,9) 4 (28,6) 42 (100) 18 (32,1) 10 (71,4) 28 (100) 56 14 70(100) 0,017 5.2 78 4 Sikap a. Positif b. Negatif Jumlah 37 (74,0) 5 (25,0) 42 (100) 13 (26,0) 15 (75,0) 28 (100) 50 20 70(100) 0,000 8.5 38 5 Pengaruh Interpersonal a. Tinggi b. Rendah Jumlah 38 (70,4) 4 (25,0) 42 (100) 16 (29,6) 12 (75,0) 28 (100) 54 16 70(100) 0,003 6.0 00 6 Pengaruh Situasional a. Tinggi b. Rendah Jumlah 35 (72,9) 7 (31,8) 42 (100) 13 (27,1) 15 (68,2) 28 (100) 48 22 70(100) 0,001 6.9 23 Tabel 1. Hubungan Persepsi Manfaat, Persepsi Rintangan, Persepsi Kemampuan diri,

Sikap, pengaruh interpersonal, pengaruh situasional dengan Komitmen Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

(8)

Pengujian statistik variabel persepsi manfaat dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi manfaat dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR 7,045. Artinya responden dengan persepsi bermanfaat tinggi 7,045 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Pengujian statistik pada varibel persepsi rintangan dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.001(p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi rintangan dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 6.600. Artinya responden dengan persepsi ada rintangan berpeluang 6,600 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Pengujian statistik pada variabel kemampuan diri dengan menggunakan uji chi

square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.017 (p<0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor persepsi kemampuan diri dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi. dengan nilai OR= 6.600. Artinya responden dengan persepsi kemampuan diri tinggi berpeluang 5,278 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Pada variabel sikap dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square

dengan p value = 0.000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor sikap dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 8.538. Artinya responden dengan sikap positif berpeluang 8.538 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Pada variabel pengaruh interpersonal dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.003 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pengaruh interpersona dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 7.125. Artinya responden dengan pengaruh interpersonal tinggi berpeluang 6.000 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Pada variabel pengaruh situasional dengan menggunakan uji chi square yang dilihat pada uji chi square dengan p value = 0.001 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor pengaruh situasional dengan Komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi, dengan nilai OR= 6.923. Artinya responden dengan pengaruh situasional tinggi berpeluang 6,923 kali berkomitmen terhadap pencegahan tersier penyakit hipertensi.

2.Analisa Multivariat

Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat dari 3 variabel yaitu persepsi rintangan, persepsi kemampuan diri dan sikap tidak ada variabel

(9)

yang yang mempunyai nilai p-value >0,05 hasil analisis variabel yang paling dominan adalah sikap dengan OR sebesar 12,521.

Pemodelan selanjutnya dilakukan uji interaksi terhadap variabel yang diduga secara subtansi ada interaksi dari model multivariat.

Variabel B p-value OR

Pe Persepsi Manfaat 1.775 0.031 5.902

Pe Persepsi rintangan 2.523 0.006 12.460

Pe Kemampuan Diri 2.130 0.039 8.418 S Sikap 2.059 0.000 12.521 S Pengaruh interpersonal 1.748 0.093 5.744 S Pengaruh situasional 1.606 0.055 4.985 C Konstant -4.447 0.000 0.001 Tabel 2. Analisis Regresi Logistik Pembahasan

1. Hubungan Persepsi Manfaat dengan Komitmen

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi manfaat tidak terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi

(p-value=0,084).

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas, maka menunjukkan bahwa responden yang mempunyai persepsi manfaat baik tidak menentukan komitmen yang baik bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan persepsi manfaat yang rendah akan selalu memiliki komitmen yang rendah. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi manfaat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satu faktor menurut penulis adalah individu tidak cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam berakti itas untuk mendapat hasil yang positif. Sehingga keuntungan dari penampilan perilaku bisa intrinsik atau ekstrinsik tidak responden dapatkan. Misalnya responden

tidak melakukan olahraga yang teratur, tetap merokok, tetap minum alkohol, obesitas dan tetap mengkonsumsi garam.

2. Hubungan Persepsi Rintangan dengan Komitmen

Pada penelitian ini, hasil analisis bivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang rintangan penderita hipertensi terbukti signi ikan (p-value=0,000) atau merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi dan mempunyai nilai Odds ratio (OR) sebesar 7,955. Hal ini menunjukkan bahwa responden yamg mempunyai persepsi tentang tidak adanya rintangan maka kemungkinan akan berkomitmen sebesar 7,955 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang mempunyai persepsi ada rintangan.

Hubungan antara faktor resiko penyakit hipertensi juga telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.Hasil penelitian Dongol H, (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan garam dengan kejadian hipertensi

137

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

(10)

dengan P value 0,002.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa persepsi rintangan menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan persepsi tidak ada rintangan akan selalu memiliki komitmen yang baik atau berkomitmen karena bisa terjadi penderita hipertensi dengan persepsi tidak ada rintangan yang rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena persepsi rintangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

3. Hubungan Persepsi Kemampuan Diri dengan Komitmen

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa persepsi kemampuan diri terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penderita hipertensi (p-value=0,006). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 3.957 artinya penderita hipertensi yang kemampuan diri tinggi akan meningkatkan komitmen pencegahan tersier yang lebih baik sebesar 3,957 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki kemampuan diri rendah pada pencegahan tersier penyakit hipertesni.

Menurut Bandura dalam Pender (2002) kemampuan seseorang untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan utama menyangkut bukan hanya skill yang dimiliki seseorang tetapi keputusan yang diambil seseorang dari skill yang dia miliki. Keputusan ef icacy seseorang diketahui dari hasil yang

diharapkan yaitu kemampuan seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu di mana hasil yang diharapkan adalah suatu keputusan dengan konsekuensi keuntungan biaya misalnya: perilaku yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian teori diatas, maka jelaslah bahwa kemampuan diri menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan kemampuan diri yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena bisa terjadi kemampuan diri rendah mempunyai komitmen yang baik. Kondisi ini bisa terjadi karena kemampuan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

4. Hubungan Sikap dengan Komitmen Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 5,283 artinya penderita hipertensi yang bersikap positif akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 5,283 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki sikap negatif pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Sembiring (2010) tentang perilaku penderita hipertensi terhadap pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Brastagi menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan sedang sebanyak 84,6% dan yang mempunyai tingkat kepatuhan tinggi sebanyak 13,8% dan yang mempunyai tingkat

(11)

kepatuhan tingkat rendah sebanyak 1,5%. Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa sikap berperan dalam menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan sikap yang positif akan selalu memiliki komitmen yang baik karena sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.

5. Hubungan Pengaruh interpersonal dengan Komitmen

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pengaruh interpersonal terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi

(p-value=0,003). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 6,000 artinya penderita hipertensi yang mempunyai pengaruh interpersonal yang tinggi akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 6,000 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki pengaruh interpersonal yang rendah pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Herlina L dkk (2010) pada keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi di Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara dengan sampel 99 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dukungan emosional, dukungan penghargaan, informasi, dan instrumental dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi dengan nilai (p<0,05). Analisis lebih lanjut menunjukan

bahwa dukungan informasi merupakan faktor yang dominan terhadap perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa pengaruh interpersonal berperan dalam menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan pengaruh interpersonal yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena pengaruh interpersonal bukan merupakan yang menetap tetapi kondisi ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.

6. Hubungan Pengaruh Situasional dengan Komitmen

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,001). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 6,923 artinya penderita hipertensi yang mendapatkan pengaruh situasional tinggi akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 6,923 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki pengaruh situasional rendah pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh (Tumenggung I) tentang hubungan dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan diet pasien hipertensi yang dilakukan pada 30 orang pasien hipertensi yang dirawat inap di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango diperoleh

139

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

(12)

hasil bahwa dukungan sosial keluarga sebagian besar berkategori baik (86,7%), dan kepatuhan diet pasien hipertensi sebagian besar juga berkategori baik (80%). Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kapatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan diet, dengan nilai p = 0,001 pada α = 0,05.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa pengaruh situasional tinggi berperan dalam menentukan komitmen bagi penderita hipertensi, namun bukan berarti dengan pengaruh situasional yang tinggi akan selalu memiliki komitmen yang baik karena pengaruh situasional bukan merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup.

7. Faktor Yang Paling Dominan Yang Berhubungan Dengan Komitmen

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa sikap terbukti berpengaruh secara signi ikan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi (p-value=0,000). Pada hasil analisis juga didapatkan nilai OR sebesar 12,521 artinya penderita hipertensi yang mempunyai persepsi sikap yang positid akan meningkatkan komitmen yang lebih baik sebesar 12,521 kali dibandingkan dengan penderita hipertensi yang memiliki persepsi sikap negatif pada pencegahan tersier penyakit hipertensi.

Faktor sikap menunjukkan bahwa lebih dominan dibandingkan dengan faktor

persepsi manfaat, rintangan, kemampuan diri, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional. Kondisi ini menurut peneliti disebabkan karena seseorang jika mempunyai sikap positif yang berarti dalam pencegahan tersier penyakit hipertensi maka secara otomatis persepsi manfaat, rintangan, kemampuan diri, pengaruh interpersonal dan pengaruh situasional pada seseorang juga baik dan tinggi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Ada hubungan persepsi manfaat dengan komitmen (p value = 0,000, OR=7,045). 2. Ada hubungan persepsi rintangan dengan

komitmen (p value = 0,001, OR=6,600). 3. Ada hubungan persepsi kemampuan diri

dengan komitmen (p value = 0,017, OR=5,278).

4. Ada hubungan sikap dengan komitmen (p

value = 0,000, OR=8,538).

5. Ada hubungan pengaruh interpersonal dengan komitmen (p value = 0,003, OR=6,000).

6. Ada hubungan pengaruh situasional dengan komitmen (p value = 0,001, OR=6,923).

7. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan komitmen pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sikap

(p-value=0,000, OR=12,521 CI;95%

3,027-51,795).

REKOMENDASI

1. Masyarakat perlu menambah informasi mengenai cara berkomitmen dalam

(13)

pencegahan tersier penyakit hipertensi dan perlu merubah perilaku tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak mengkonsumsi garam dan berolahraga agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit hipertensi. Konsekwensi bila tidak melakukan pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah penyakit stroke, gagal jantung, insu isiensi ginjal. Untuk itu perlu komitmen yang baik dalam upaya pencegahan tersier penyakit hipertensi. 2. Perlu ditingkatkan program promosi

kesehatan pada masyarakat dalam pencegahan tersier/komplikasi penyakit hipertensi di masyarakat melalui media masa maupun elektronik. Penyuluhan dan kunjungan rumah pada pasien hipertensi perlu dilakukan dalam rangka memantapkan program pencegahan tersier penyakit hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

ACCF/AHA (2011), (Expert Consensus Document on Hypertension in The Elderly,

Journal of the American College of Cardiology (JAAJ).

Arikunto, S (2010), Prosedur penelitian suatu

pendekatan praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Budiarto-Eko (2001) Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,

EGC. Jakarta.

Depkes RI, Sepuluh besar penyakit terbanyak

rawat jalan se-Indonesia 2011

Dinas Kesehatan Kota Metro, Sepuluh Besar

Penyakit Pada Tahun 2011

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Data

Penyakit Pada Tahun 2011

Davidson (2000), Depression Symtoms predict

Early Hypertension Incidence In Young Adults.

Hadi, D (2008), Skripsi, Hubungan obesitas

dan asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki 40 tahun keatas studi di puskesmas padangsari banyumanik Semarang, UNES.

Elisabeth (2011), Skripsi, Faktor-faktor yang

berhubungan dengan hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas parsoburan kecamatan siantar marihat pematangsiantar.

Harris (2000), Riset, Association of Fat

Distribution and Obesity With Wong, Obesity, Hypertension and risk Of Kydney Cancer in Men.

Herlina L, dkk (2010), Hubungan Dukungan

Keluarga dengan perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi.

Hastono, S (2004), Analisis Data, Universitas Indonesia, Jakarta Health G (2012), Hipertension,Ny Times Helt Hidayat A (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. http://kamusbahasaindonesia.org/komitmen #ixzz2A1yxjJZM

Kannel WB (1996), Blood pressure as a

cardiovascular risk faktor, J Am Med Assoc.

Kearney PM (2005), Role of blood Pressure in

the development of congestive heart failure. N Eng J Med.

Ludiana (2011), Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku makan pada penderita hipertensi di wilayah kerja

141

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Komitmen Pencegahan Tersier Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Metro Tahun 2014

(14)

puskesmas Pujokerto Kecamatan Trimurjo Lampung Tengah Tahun 2011, UNIMAL.

Mansjoer (2001), Kapita selekta Kedokteran, Jilid I Media aesculapius Jakarta.

Maryann (2003), Trangeneration al Persistence of Education as a Helt Risk.

Meylina (2005),Thesis, Analisis faktor resiko

hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia,

IPB Bogor.

Neil N (2000), Psiologi Kesehatan, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo, S (2002) Metodologi Penelitian

Kesehatan.Ed-Rev, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo,S (2010), Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Permana H (2004), Pengobatan Hipertensi

pada Diabetes Mellitus Tipe 2. FK UNPAD

Pender (2002), Health Promotion,

Lippincoot William & Wilkins.

P2PTM (2006), Survey Keterpaparan Faktor

Resiko Penyakit Tidak Menular Pada Masyarakat, Dinas Kesehatan Jateng,

Sembiring (2010), Skripsi, Perilaku penderita

hipertensi terhadap upaya pencegahan komplikasi di wilayah kerja puskesmas berastagi, USU.

Suyitno S (1989), Pencegahan penyakit dalam

peningkatan Tumbuh Kembang Anak,

UNDIP

Stranges (2004), Riset, Relationship Of Alkohol

Dringking Pattern to Risk Of Hypertension

Sugiyono (2010), Statistika untuk Penelitian. Edisi 11, Alfabeta, Bandung,

Smeltzer, C. Suzane, (2002), Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta.

The American Heritage (2000) Dictionary of

the English Language, Fourth Edition

Houghton Mif lin Company,

Tumenggung, Hubungan dukungan sosial

keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi di RSUD Toto Kabik Kabupaten Bone Bolonge

Udjianti, W (2010). Keperawatan Kardivaskular, Salemba Medika, Jakarta.

Yuliana, S (2007),Skripsi, Hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki pada laki-laki usia 40 tahun ke atas di badan Rumah Sakit Daerah Cepu, UNES.

Wadirjono,(2010). Analisis Statistika Multivariat terapan, Unit Penerbit dan

pencetakan Sekolah tinggi Ilmu managemen YKPN, Yokyakarta.

William L.(2008) Understanding Medical

Surgical Nursing, Third Edition F.A Davis

Company, America.

Wolff (2008), Hipertensi; Cara mendeteksi dan

Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini

(Terjemahan), PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.

Wong (2000), Riset, Obesity, Hypertension and

Gambar

Tabel	1.	Klasi ikasi	Hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa debt to assets ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan

2015 realisasinya adalah 0 Indeks dengan realisasi fisik sebesar 50,42%, meliputi kegiatan membuat poster dan leaflet, mengikuti pameran hasil litbang dan layanan jasa

Biomassa dapat diubah menjadi briket arang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti untuk proses pengeringan dalam pengolahan karet remah dan sit

ini didu2un3 oleh pe0nyataan P0esiden Asosiasi Pilot a0uda' Stephanus e00a0dus$. Stehanus membantah keterlambatan itu akibat ilot Garuda

Salah satu perhitungan alokasi unit penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang dilakukan dengan mempertimbangkan luas wilayah perairan Pandeglang, jumlah inputan, serta nilai

Pada model dengan menggunakan variabel dependen Indeks Gini, IPM juga merupakan sumber ketimpangan pembangunan yang sangat signifikan, dengan probabilitas sebesar

Keadaan preeklampsia berat dengan dan tanpa sindrom HELLP merupakan keadaan yang memerlukan penanganan yang serius, di tambah lagi dengan komplikasi lain yang memperberat

Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) adalah suatu bentuk peradangan glomerulus yang secara histopatologi menunjukkan proliferasi dan inflamasi