• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK

KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN

APLIKASI PUPUK DAUN NITROGEN+KALIUM PADA DUA

INTERVAL PANEN

Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) with Foliar Application of Nitrogen+Potassium under Two

Harvest Intervals

Abstrak

Penelitian untuk mempelajari pengaruh aplikasi pemupukan N+K melalui daun pada dua interval panen terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) telah dilaksanakan di Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia pada bulan April sampai Juli 2010. Penelitian pot menggunakan rancangan petak terpisah dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah interval panen yaitu 15 dan 30 hari. Faktor kedua adalah aplikasi pupuk daun N+K yang meliputi frekuensi penyemprotan pupuk daun dengan berbagai dosis pupuk dasar urea+KCl yaitu 0 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha (kontrol), 2 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 4 kali dengan 50 kg urea + 50 kg KCl/ha, 2 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha, 4 kali dengan 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dengan pemberian pupuk dasar sebesar 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha pada kolesom yang dipanen 15 hari sekali menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk tertinggi yaitu masing-masing sebesar 5.69 g/tanaman dan 109.44 µmol/tanaman. Kandungan protein berkorelasi positif dengan kandungan klorofil dan gula.

Kata Kunci: Tanaman obat, pucuk layak jual, protein, antosianin, pupuk daun

Abstract

The experiment was conducted in Leuwikopo, Dramaga, Bogor, Indonesia from April until July 2010 to study the effect of foliar application of nitrogen+potassium and harvest interval on waterleaf shoot (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) protein and anthocyanin production. A split plot design was used with three replications of two factors,i.e harvest intervals (15 and 30 days) and foliar spraying frequencies with different dosages urea+KCl of basalt fertilizer (zero with 100 kg urea+100 kg KCl/ha (control), 2 times with 50 kg urea+50 kg KCl/ha, 4 times with 50 kg urea+50 kg KCl/ha, 2 times with 100 kg urea+100 kg KCl/ha, 4 times with 100 kg urea+100 kg KCl/ha). The result showed that 4 times of foliar spraying with 100 kg urea + 100 kg KCl/ha of basalt fertilizer produced the highest shoot protein (5.69 g/plant) and anthocyanin production (109.44 µmol/plant) on the waterleaf which harvested every 15 days interval. There was a positive correlation between protein with chlorophyll and sugar content.

Keywords : Medicinal plant, marketable shoot, protein, anthocyanin, foliar application

(2)

Pendahuluan

Pemanfaatan kolesom sebagai tanaman sayuran berkhasiat obat harus terus dikembangkan melalui usaha budidaya pertanian. Percobaan sebelumnya dalam rangkaian penelitian ini mendapatkan dosis pupuk standar sebesar 100 kg urea dan 100 kg KCl/ha untuk menghasilkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom tertinggi selama 80 hari. Namun, umur produksi kolesom yang dipanen berulang tersebut hanya berkisar 50 hari dan kemudian menurun. Pemanenan pucuk kolesom diduga mengakibatkan tanaman memerlukan hara tambahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan rejuvenasi dan memperpanjang umur produksi.

Aplikasi pupuk melalui daun pada konsentrasi tertentu dapat dijadikan pilihan sebagai metode pemberian nutrisi tambahan kepada tanaman karena lebih mudah diabsorbsi dan cepat didistribusikan melalui jaringan daun daripada aplikasi tanah (Stancheva et al. 2005). Keuntungan lain dari aplikasi pupuk melalui daun adalah dapat memberikan suplai hara pada saat kondisi tanah membatasi penyerapan hara oleh akar atau pada saat periode pertumbuhan cepat dimana permintaan akan hara melebihi suplai akar (del Amor & Cuadra-Crespo 2011). Aplikasi pupuk daun N dapat mengurangi jumlah N yang diberikan ke tanah karena kelebihan N di tanah dapat merusak lingkungan dan menurunkan produksi tanaman (Fernandez-escobar 2009).

Aplikasi pupuk daun N dan K sebagai suplemen dari pemupukan tanah telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pemberian pupuk N berupa urea 2% melalui daun dapat meningkatkan kandungan klorofil, protein, dan menunda senescence pada tanaman blackgram (Sritharan et al. 2005). Pemberian pupuk K melalui daun dapat meningkatkan klorofil, hara mineral, serta kualitas buah pada tomat (Chapagain & Wiesman 2004). Aplikasi kombinasi pupuk N dan K melalui daun yang dilakukan oleh Marman (2010) menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun dengan konsentrasi urea 0.2% dan K 0.1% dapat meningkatkan produksi dan kandungan klorofil pucuk kolesom.

Penelitian pengaruh frekuensi pemberian pupuk daun N dan K terhadap produksi protein dan antosianin pucuk kolesom belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi protein dan antosianin pucuk kolesom

(3)

dengan aplikasi pupuk nitrogen+kalium melalui daun pada berbagai interval panen.

Bahan dan Metode Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2010, bertempat di kebun percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis komponen fisiologis tanaman dilakukan di laboratorium Plant Analysis and Chromatography, sedangkan analisis komponen pertumbuhan dilakukan di Laboratorium Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain setek kolesom berukuran panjang 10 cm, pupuk kandang ayam petelur, urea, KCl, SP-18, arang sekam. Peralatan yang digunakan antara lain kantong plastik (polybag) berukuran 40 cm x 50 cm (kapasitas 10 kg), spektrofotometer shimadzu UV-1800, sentrifuge heraeus labofuge-400R.

Metode Penelitian

Percobaan disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan interval panen sebagai petak utama dan aplikasi pupuk N+K melalui daun sebagai anak petak.

Petak utama terdiri atas dua taraf interval panen yaitu 15 dan 30 hari. Keduanya adalah interval panen terbaik yang didapatkan dari percobaan I. Anak petak terdiri atas lima taraf aplikasi pupuk N+K melalui daun yang terdiri atas berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl (Tabel 31). Kontrol merupakan dosis urea + KCl (kg/ha) yang memberikan produksi protein dan antosianin tertinggi pada percobaan I.

Terdapat 10 kombinasi perlakuan yang masing-masing diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan dan setiap unit percobaan terdiri dari 10 tanaman.

(4)

Tabel 31 Aplikasi pupuk N+K melalui daun dengan berbagai frekuensi penyemprotan dan dosis pupuk dasar urea + KCl

Dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha) Frekuensi penyemprotan (kali) Waktu penyemprotan (HST) 15 30 45 60 100 + 100 0 (kontrol) - - - - 50 + 50 2 - √ - √ 50 + 50 4 √ √ √ √ 100 + 100 2 - √ - √ 100 + 100 4 √ √ √ √

keterangan : √ = konsentrasi pupuk daun sebesar 0.2% urea + 0.1% KCl (Marman 2010)

Model statistik untuk rancangan petak terpisah adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi +κk +δik +βj + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan petak utama ke-i, anak petak ke-j

dan ulangan ke-k

µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan interval panen taraf ke-i (1,2)

κk = pengaruh ulangan ke-k (1, 2, 3)

δik = galat petak utama

βj = pengaruh perlakuan aplikasi pupuk daun N+K taraf ke-j (1,2,3,4,5)

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara perlakuan petak utama ke-i dengan anak

petak ke-j

εijk = pengaruh galat karena pengaruh faktor interval panen taraf ke-i dan

faktor aplikasi pupuk daun N+K ke-j pada ulangan ke-k

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Percobaan

Penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah dan arang sekam (3:2/v:v). Pupuk kandang ayam diberikan sebanyak 25 g/polybag atau setara dengan 5 ton/ha yang telah dicampur 2 minggu sebelum tanam. Sebelum penanaman dilakukan analisis sifat fisik dan kimia terhadap tanah dan pupuk kandang ayam. Media tanam disiapkan dengan memasukkan campuran media tersebut ke dalam polybag.

(5)

Penanaman. Setek batang yang digunakan berukuran panjang 10 cm dan tanpa daun. Pangkal batang dipotong miring. Setiap polybag ditanam 1 tanaman. Pemberian pupuk nitrogen dan kalium melalui tanah sesuai dosis perlakuan diberikan pada saat setek tanaman telah berdaun 2 helai dan membuka sempurna. Pupuk SP-18 diberikan pula dengan dosis 50 kg/ha untuk semua perlakuan. Aplikasi pupuk melalui daun sesuai perlakuan diberikan dengan menyemprotkan larutan pupuk menggunakan sprayer pada seluruh permukaan daun sampai basah dan larutannya menetes ke tanah.

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma, dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sekali sehari pada pagi hari dan disesuaikan dengan musim. Penyiangan dilakukan setiap saat secara manual sehingga pot perlakuan bebas dari gulma. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan memperhatikan gejala serangan.

Panen. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari setiap cabang yang ada. Panen dilakukan dengan memetik pucuk tanaman kolesom sepanjang ± 10 cm yang diukur dari ujung daun bagian atas yang ditegakkan dari setiap cabang yang ada pada umur panen yang telah ditentukan. Panen pertama dilakukan pada 30 HST untuk semua perlakuan.

Pengamatan

Pengamatan meliputi komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman. Komponen fisiologis tanaman

1. Analisis kandungan protein kasar pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan

90 hari dengan menggunakan metode Lowry.

2. Analisis kandungan antosianin dan klorofil total pucuk dilakukan pada

umur 30, 60, dan 90 hari dengan menggunakan metode Sims & Gamon (2002).

3. Analisis gula total pucuk dilakukan pada umur 30, 60, dan 90 hari dengan

(6)

Komponen pertumbuhan tanaman :

1. Bobot basah daun layak jual (g) diukur pada saat panen tanaman umur 30,

60, dan 90 hari dengan cara menimbang hasil pangkasan pucuk yang dihasilkan setiap individu tanaman.

2. Bobot basah tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 90 HST dengan menggunakan timbangan.

3. Bobot kering tanaman total (g) terdiri atas daun,batang dan cabang, serta

akar diukur pada saat panen 90 HST dengan menggunakan timbangan setelah dioven pada suhu 105 C selama 2 hari.

Hasil dan Pembahasan Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan kolesom selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen fisiologis dan pertumbuhan tanaman Variabel Pengamatan Perlakuan KK (%) Interval panen Pupuk Interaksi Kandungan protein 30 HST tn ** tn 21.52 Kandungan protein 60 HST ** ** tn 9.08 Kandungan protein 90 HST * ** tn 16.22 Kandungan antosianin 30 HST tn tn tn 14.59 Kandungan antosianin 60 HST tn tn tn 12.20 Kandungan antosianin 90 HST tn tn tn 18.59

Kandungan klorofil total 30 HST tn tn tn 9.96

Kandungan klorofil total 60 HST tn ** tn 11.11

Kandungan klorofil total 90 HST ** ** tn 12.83

Kandungan gula total 30 HST tn tn tn 11.41

Kandungan gula total 60 HST tn tn tn 10.04

Kandungan gula total 90 HST tn ** tn 14.63

Bobot basah pucuk 30 HST tn * tn 20.50

Bobot basah pucuk 60 HST ** ** ** 8.49

Bobot basah pucuk 90 HST ** ** tn 11.53

Bobot basah pucuk total tn * tn 8.03

Bobot basah daun total ** ** ** 7.82

Bobot kering daun total * * tn 33.35

(7)

Lanjutan Tabel 32 Variabel Pengamatan Perlakuan Interval panen Pupuk Interaksi KK (%)

Bobot kering batang total ** ** tn 16.73

Bobot basah umbi total ** ** ** 9.98

Bobot kering umbi total ** ** tn 16.90

Produksi protein ** ** ** 17.45

Produksi antosianin ** ** ** 8.94

Keterangan : * = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5%; ** = berbeda nyata menurut uji F pada taraf 1%; tn = tidak nyata. KK = koefisien keragaman.

Komponen Fisiologis Tanaman Kandungan Protein

Gambar 21a dan 21b menunjukkan bahwa kandungan protein pucuk layak jual kolesom yang mendapatkan aplikasi pupuk daun urea + KCl masing-masing pada interval panen 15 dan 30 hari mengalami peningkatan sampai umur 60 HST, kemudian terus mengalami penurunan hingga umur 90 HST. Kandungan protein pucuk kolesom dengan berbagai aplikasi pupuk daun urea + KCl tersebut bervariasi dari 3.95 – 11.57 dan 3.92 – 10.1 mg/g bb masing-masing pada interval panen 15 dan 30 hari.

Gambar 21a Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

0 2 4 6 8 10 12 14 30 45 60 75 90 K an d u n gan p rot ein ( m g/g b b ) Waktu pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(8)

Gambar 21b Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 30 hari

Tabel 33 menunjukkan bahwa pemanenan pucuk kolesom yang baru dimulai pada umur 30 HST menyebabkan kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada umur 30 HST belum dipengaruhi oleh perlakuan interval panen. Perlakuan kontrol dan semua aplikasi pupuk daun urea + KCl yang menggunakan pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha menghasilkan kandungan protein pucuk kolesom yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kolesom yang mendapatkan pupuk dasar yang lebih rendah pada umur 30 HST. Hal ini menunjukkan bahwa kolesom membutuhkan pupuk urea + KCl yang diberikan melalui tanah pada awal tanam dalam jumlah yang lebih besar karena unsur N dan K sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan metabolisme protein pada pucuk. Aplikasi pupuk daun urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan sebanyak 4 kali dan pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha untuk dapat meningkatkan kandungan protein sebesar 16.18 dan 28.21% dibandingkan kontrol masing-masing pada umur 60 dan 90 HST. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk urea+KCl yang diberikan melalui daun kolesom harus dilakukan dengan frekuensi yang lebih sering untuk memberikan kecukupan hara N+K dalam sintesis protein. Yildirim (2007) menyatakan bahwa aplikasi pupuk urea melalui daun akan mempercepat metabolisme N dan sintesis protein karena urea memiliki ukuran molekul yang kecil, kelarutannya tinggi, dan cepat diserap

0 2 4 6 8 10 12 14 30 60 90 K an d u n gan p rot ein ( m g/g b b ) Waktu pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(9)

oleh kutikula. Abad et al. (2004) melaporkan bahwa peningkatan frekuensi penyemprotan pupuk N melalui daun dapat meningkatkan kandungan protein gandum. Namun, Borowski & Michalek (2009) menegaskan bahwa penyemprotan pupuk N+K merupakan suatu sinergi terbaik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein tanaman. Penyemprotan pupuk urea secara tunggal tidak dapat menghasilkan protein secara sempurna tanpa kehadiran pupuk

K. Unsur K penting untuk pembentukan protein karena ion K+ berperan sebagai

aktivator atau koenzim beberapa enzim yang dibutuhkan dalam meningkatkan kandungan nitrat daun dan sintesis protein.

Tabel 33 Kandungan protein pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

………mg/g bb……….. Interval panen (hari)

15 5.36 10.00 a 6.94 a

30 5.67 7.91 b 6.01 b

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 6.35 a 9.33 b 6.77 b 2 kali, 50+50 3.93 b 7.07 d 4.14 c 4 kali, 50+50 4.65 b 8.18 c 5.82 b 2 kali, 100+100 6.48 a 9.38 b 6.99 b 4 kali, 100+100 6.18 a 10.84a 8.68 a Interaksi tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak nyata

Pemanenan pucuk dengan interval 15 hari menghasilkan kandungan protein yang lebih tinggi sebesar 26.42 dan 13.40% dibandingkan kontrol masing-masing secara berurutan pada umur 60 dan 90 HST. Hal ini diduga karena rejuvenasi akibat pemanenan pucuk dengan interval yang lebih pendek akan menyebabkan pucuk menjadi organ sink yang kuat, sehingga terjadi akan terjadi translokasi N ke pucuk muda. Akumulasi N tersebut akan digunakan sebagai unsur utama dalam sintesis asam amino untuk pembentukan protein. Pemanenan pucuk kolesom dengan interval panen 30 hari mengakibatkan kolesom berbunga lebih awal yang menandainya fase dewasa bagi tanaman. Pembungaan yang

(10)

terjadi akan mengakibatkan penurunan kapasitas penyerapan N dan akan terjadi mobilisasi N yang tersimpan dalam pucuk kepada organ lain, sehingga terjadi penurunan sintesis protein pada pucuk. Penelitian Kabi & Bareeba (2008) menunjukkan bahwa interval panen yang panjang akan mempercepat pendewasaan tanaman yang ditandai dengan peningkatan biomassa, lignifikasi dan serat pada daun, sehingga menurunkan kandungan protein pada daun Morus Alba dan Calliandra calothyrsus. Peristiwa tersebut juga dilaporkan oleh Manyawu et al. (2003) dan Sarwar et al. (2006) sebagai penyebab penurunan kandungan protein pada rumput Napier dan Pennisetum.

Kandungan Antosianin

Gambar 22a dan 22b secara berurutan menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual yang mendapatkan berbagai aplikasi pupuk daun N+K pada interval panen 15 dan 30 hari meningkat pada umur 90 HST. Kandungan antosianin pucuk kolesom dengan berbagai aplikasi pupuk daun urea + KCl tersebut bervariasi dari 0.14 – 0.20 dan 0.13 – 0.26 µmol/g bb masing-masing pada interval panen 15 dan 30 hari.

Gambar 22a Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

0 0.1 0.2 0.3 30 45 60 75 90 K an d u n gan an tos ian in ( µ m ol /g b b ) Waktu pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(11)

Gambar 22b Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 30 hari

Tabel 34 menunjukkan bahwa kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada umur 30, 60, dan 90 HST tidak dipengaruhi oleh interval panen dan aplikasi pupuk daun maupun interaksi keduanya.

Tabel 34 Kandungan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

………µmol/g bb……… Interval panen (hari)

15 0.15 0.15 0.18

30 0.15 0.14 0.20

Aplikasi pupuk daun N+K (Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 0.15 0.16 0.21 2 kali, 50+50 0.15 0.17 0.18 4 kali, 50+50 0.16 0.14 0.20 2 kali, 100+100 0.15 0.14 0.17 4 kali, 100+100 0.16 0.14 0.19 Interaksi tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn = tidak nyata

Berdasarkan hasil pada Tabel 34 dapat diduga bahwa peningkatan kandungan antosianin yang terjadi pada umur 90 HST diduga disebabkan oleh

0 0.1 0.2 0.3 30 60 90 K an d u n gan an tos ian in ( µ m ol /g b b ) Waktu pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali,50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(12)

stres abiotik terhadap perpanjangan periode panen hingga umur 90 HST. Stres terjadi karena tanaman mendapatkan pelukaan mekanik secara terus-menerus dan memaksa tanaman untuk terus berejuvenasi yang membutuhkan suplai hara dan energi yang cukup, sedangkan penyerapan hara tanaman secara alami akan menurun dengan pertambahan umur. Hal ini juga sejalan dengan hasil percobaan sebelumnya yang memperlihatkan bahwa perpanjangan periode panen dari umur 80 menjadi 90 HST pada kolesom yang mendapatkan pemupukan urea+KCl secara bertahap melalui tanah akan menyebabkan peningkatan kandungan antosianin pucuk kolesom pada umur 90 HST.

Kandungan Klorofil

Gambar 23a dan 23b menunjukkan bahwa kandungan klorofil pucuk yang diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST pada kolesom yang mendapatkan berbagai aplikasi pupuk daun N+K masing-masing secara berurutan pada interval panen 15 dan 30 hari mengalami peningkatan pada umur 60 HST kemudian mengalami penurunan pada umur 90 HST.

Tabel 35 menunjukkan bahwa semakin sering penyemprotan pupuk urea + KCl melalui daun dan semakin tinggi dosis pupuk dasar maka semakin tinggi pula kandungan klorofil pucuk kolesom pada umur 60 dan 90 HST. Aplikasi pupuk daun urea + KCl sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan kandungan klorofil sebesar 26.50 dan 60.71% dibandingkan kontrol masing-masing secara berurutan pada umur 60 dan 90 HST. Peningkatan kandungan klorofil melalui aplikasi pupuk urea + KCl melalui daun juga ditemukan oleh Borowski & Michalek (2009) pada daun bayam dibandingkan jika unsur urea dan KCl diaplikasikan masing-masing secara tunggal.

Pemanenan kolesom dengan interval 15 hari menghasilkan kandungan klorofil pucuk yang lebih tinggi sebesar 17.86% dibandingkan interval 30 hari. Kandungan klorofil yang lebih tinggi pada interval panen yang lebih pendek diduga karena aktivitas rejuvenasi yang lebih tinggi menyebabkan pucuk menjadi sink yang kuat untuk translokasi hara N. Keterkaitan antara hara N dan klorofil dijelaskan oleh Netto (2005) dan Arregui et al. (2006) karena sintesis klorofil

(13)

memerlukan hara N sebagai unsur utamanya sehingga klorofil dapat dijadikan parameter sederhana untuk mengukur kandungan N daun.

Gambar 23a Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

Gambar 23b Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 30 hari

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 30 60 90 K an d u n gan k lor of il ( µ m ol /g b b ) Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 30 60 90 K an d u n gan k lor of il ( µ m ol /g b b ) Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(14)

Tabel 35 Kandungan klorofil pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60 dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

…………µmol/g bb……… Interval panen (hari)

15 0.91 0.81 0.33 a

30 0.92 0.81 0.28 b

Aplikasi pupuk daun N+K

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 0.97 0.83 bc 0.28 bc 2 kali, 50+50 0.84 0.50 d 0.24 c 4 kali, 50+50 0.88 0.77 c 0.26 bc 2 kali, 100+100 0.92 0.89 b 0.30 b 4 kali, 100+100 0.98 1.05 a 0.45 a Interaksi tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb= bobot basah. tn=tidak nyata.

Kandungan Gula

Gambar 24a dan 24b masing-masing secara berurutan menunjukkan bahwa kandungan gula pucuk yang diukur pada umur 30, 60, dan 90 HST pada kolesom yang mendapatkan berbagai aplikasi pupuk daun dengan interval panen 15 dan 30 hari cenderung mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan umur tanaman, kecuali pada perlakuan aplikasi pupuk daun sebanyak 2 dan 4 kali masing-masing dengan dosis pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha dan interval panen 15 hari mengalami peningkatan pada umur 90 HST.

Tabel 36 menunjukkan bahwa interval panen dan aplikasi pupuk daun urea+KCl tidak mempengaruhi kandungan gula pucuk kolesom pada umur 30 dan 60 HST. Frekuensi penyemprotan pupuk daun sebanyak 2 dan 4 kali dengan pupuk dasar 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha masing-masing menghasilkan kandungan gula pucuk kolesom yang lebih tinggi sebesar 33.80 dan 28.19% dibandingkan kontrol pada umur 90 HST. Aplikasi pupuk daun sebanyak 2 dan 4 kali dengan pupuk dasar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha masing-masing menghasilkan kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada umur 90 HST.

(15)

Frekuensi penyemprotan pupuk daun urea + KCl sebanyak 2 atau 4 kali masing-masing menghasilkan kandungan gula yang tidak berbeda nyata baik pada kolesom yang mendapatkan pupuk dasar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha maupun 100 kg urea+ 100 kg KCl/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk urea + KCl melalui daun hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap kandungan gula dalam pucuk kolesom dibandingkan dosis pupuk dasar urea + KCl melalui tanah.

Gambar 24a Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

Gambar 24b Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 30 hari

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 30 60 90 K an d u n gan gu la (m g/g b b ) Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 15 hari

0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali,50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 30 60 90 K an d u n gan gu la (m g/g b b ) Waktu pemanenan (HST)

Interval panen 30 hari

0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(16)

Tabel 36 Kandungan gula pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

………..mg/g bb……… Interval panen (hari)

15 2.19 1.93 1.40

30 2.06 2.07 1.54

Aplikasi pupuk daun N+K (Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 1.93 2.02 1.42 b 2 kali, 50+50 2.14 2.09 1.11 c 4 kali, 50+50 2.22 1.86 1.10 c 2 kali, 100+100 2.26 1.92 1.90 a 4 kali, 100+100 2.08 2.12 1.82 a Interaksi tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. tn=tidak nyata

Komponen Pertumbuhan Tanaman Bobot Basah Pucuk Layak Jual

Gambar 25a menunjukkan bahwa kolesom yang mendapatkan perlakuan berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl pada interval panen 15 hari menghasilkan bobot basah pucuk layak jual yang bervariasi dari 8.94 – 36.18 g/tanaman.

Gambar 25a Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 15 hari

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 30 45 60 75 90 B ob ot b as ah p u cu k l ayak j u al (g/t an am an ) Waktu pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(17)

Bobot basah pucuk layak jual pada Gambar 25a mengalami peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian mengalami penurunan, kecuali pada perlakuan kontrol dan aplikasi pupuk daun sebanyak 2 kali dengan total dosis 50 kg urea+50 kg KCl/ha.

Gambar 25b menunjukkan bahwa kolesom yang mendapatkan perlakuan berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl pada interval panen 30 hari menghasilkan bobot 10.15 – 43.43 g/tanaman. Bobot basah pucuk layak jual tersebut mengalami peningkatan dari umur 30 sampai 60 HST kemudian mengalami penurunan untuk semua perlakuan aplikasi pupuk daun urea + KCl. Penurunan yang terjadi pada umur 90 HST menghasilkan bobot basah pucuk layak jual yang lebih tinggi daripada umur 30 HST; kecuali pada kolesom yang mendapatkan perlakuan kontrol atau aplikasi pupuk daun sebanyak 2 kali dengan pupuk dasar sebesar 50 kg urea + 50 kg KCl/ha melalui tanah pada pemanenan pucuk 15 hari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan bobot basah pucuk yang mencerminkan aktivitas rejuvenasi akan berlangsung singkat pada kolesom yang dipanen dengan interval yang lebih pendek dan mendapatkan dosis pupuk urea + KCl yang lebih rendah.

Gambar 25b Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai aplikasi pupuk daun N+K (frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar) dengan interval panen 30 hari

Tabel 37 menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi pupuk daun urea + KCl dengan frekuensi 4 kali dan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 30 60 90 B ob ot b as ah p u cu k l ayak j u al (g/t anam an) Waktu Pemanenan (HST) 0 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 2 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 4 kali, 50 kg urea + 50 kg KCl/ha 2 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha 4 kali, 100 kg urea + 100 kg KCl/ha

(18)

KCl/ha dapat menghasilkan bobot pucuk kolesom layak jual yang lebih tinggi sebesar 11.16% dibandingkan kontrol pada umur 30 HST. Diduga bahwa aplikasi pupuk daun urea + KCl sejak umur 15 HST dapat meningkatkan bobot basah pucuk layak jual dibandingkan perlakuan lain yang mendapatkan dosis pupuk dasar yang sama.

Tabel 37 Bobot basah pucuk kolesom layak jual pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K umur 30, 60, dan 90 HST

Perlakuan Waktu panen (HST)

30 60 90

………..mg/g bb……… Interval panen (hari)

15 13.75 24.48 b 14.45 b

30 12.19 36.02 a 31.55 a

Aplikasi pupuk daun N+K (Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 14.52 ab 22.16 c 16.53 c 2 kali, 50+50 11.27 bc 19.95 c 10.24 d 4 kali, 50+50 10.75 c 38.15 a 31.47 a 2 kali, 100+100 12.17 bc 31.17 b 24.00 b 4 kali, 100+100 16.14 a 39.80 a 32.76 a Interaksi tn ** tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. bb = bobot basah. ** = sangat nyata. tn = tidak nyata

Tabel 37 juga menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan interval panen dan aplikasi pupuk daun mempengaruhi bobot basah pucuk layak jual kolesom pada umur 60 HST. Pemanenan pucuk dengan interval 15 hari menghasilkan bobot basah pucuk yang lebih rendah pada umur 90 HST sebesar 54.26% dibandingkan interval 30 hari pada umur 90 HST. Padahal hasil percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa Pemanenan pucuk dengan interval 15 hari menghasilkan bobot basah pucuk yang lebih tinggi. Diduga bahwa pemanenan pucuk yang dimulai pada umur 30 hari dan perpanjangan masa produksi hingga 90 hari menyebabkan kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari akan menghasilkan bobot pucuk yang lebih tinggi di awal vegetatif dan kemudian kemampuannya untuk berrejuvenasi cepat menurun. Aplikasi pupuk daun urea + KCl sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha atau 50 kg urea + 50 kg KCl/ha dapat menghasilkan bobot basah pucuk

(19)

yang lebih tinggi masing-masing sebesar 98.19 dan 90.38% dibandingkan kontrol pada umur 90 HST. Kolesom pada umur 90 HST diduga telah mengalami penurunan produksi pucuk karena telah berada pada masa senescence. Daun-daun bagian bawah telah rontok dan menguning karena telah terjadi remobilisasi hara. Diduga frekuensi penyemprotan pupuk N+K yang lebih sering akan memberikan kecukupan hara untuk memenuhi proses rejuvenasi daun. Jabeen & Ahmad (2009) menyatakan bahwa aplikasi pupuk daun N dan K sampai pada dosis tertentu sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menunda senescence daun. Interaksi kedua unsur ini sangat sangat efektif diserap oleh sel daun sebagai anion dan kation, sehingga dapat menghambat aktivitas asam absisat dan meningkatkan aktivitas sitokinin yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman.

Tabel 38 menunjukkan bahwa bobot basah pucuk layak jual tertinggi pada umur 60 HST dihasilkan oleh kolesom yang dipanen setiap 30 hari sekali dan mendapatkan aplikasi pupuk sebanyak 4 kali dengan pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha atau 50 kg urea + 50 kg KCl/ha.

Tabel 38 Bobot basah total pucuk kolesom layak jual umur 60 HST dan total selama 90 hari pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Aplikasi pupuk daun (Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

BB pucuk layak jual 60 HST (g/tanaman)

0 kali, 100+100 13.31 e 31.01 cd

2 kali, 50+50 12.19 e 27.71 d

4 kali, 50+50 34.02 bc 42.28 a

2 kali, 100+100 26.68 d 35.67 bc

4 kali, 100+100 36.18 b 43.43 a

BB pucuk layak jual total (g/tanaman)

0 kali, 100+100 76.25 c 69.59 cd

2 kali, 50+50 55.28 e 58.43 de

4 kali, 50+50 121.67 a 92.14 b

2 kali, 100+100 104.49 b 79.55 c

4 kali, 100+100 133.02 a 99.39 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

(20)

Kombinasi antara interval panen 15 hari dengan aplikasi pupuk urea + KCl melalui daun sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar urea + KCl sebesar 50 + 50 atau 100 + 100 kg/ha menghasilkan total bobot basah pucuk layak jual tertinggi selama 90 hari.

Bobot Basah dan Kering Tanaman

Bobot basah daun, batang, dan umbi pada umur 90 HST dipengaruhi oleh interaksi antara perlakuan interval panen dan aplikasi pupuk daun urea + KCl (Tabel 39).

Tabel 39 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Perlakuan Bobot basah

Daun Batang Umbi

………. g/tanaman………. Interval panen (hari)

15 42.17 b 81.95 b 17.04 b

30 68.86 a 116.15 a 27.28 a

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 59.46 b 102.94 b 22.03 c 2 kali, 50+50 26.25 d 69.60 d 11.90 d 4 kali, 50+50 46.36 c 88.92 c 19.39 c 2 kali, 100+100 64.02 b 107.05 b 25.55 b 4 kali, 100+100 81.49 a 126.73 a 31.96 a Interaksi ** ** **

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05. ** = sangat nyata.

Pemanenan pucuk setiap 30 hari sekali dan aplikasi pupuk urea + KCl melalui daun sebanyak 4 kali dengan dosis pupuk dasar sebesar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha menghasilkan bobot basah daun total, batang, dan umbi tertinggi pada panen terakhir kolesom umur 90 HST (Tabel 40). Kolesom yang mendapatkan frekuensi penyemprotan yang sama namun mendapatkan interval panen yang lebih pendek akan menghasilkan bobot basah tanaman yang lebih rendah. Hal ini diduga karena pasokan hara yang didapatkan tanaman melalui aplikasi pupuk daun pada interval panen yang lebih pendek akan digunakan untuk proses

(21)

rejuvenasi; sedangkan pada interval panen yang lebih panjang akan digunakan untuk pembesaran ukuran dan peningkatan biomassa tanaman.

Peningkatan biomassa tanaman yang meliputi bobot kering daun total, batang, dan akar dipengaruhi oleh perlakuan interval panen dan frekuensi penyemprotan pupuk N+K masing-masing secara tunggal (Tabel 41).

Tabel 40 Bobot basah daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

Bobot basah daun (g/tanaman)

0 kali, 100+100 50.19 de 68.72 c

2 kali, 50+50 5.60 g 46.90 e

4 kali, 50+50 34.48 f 58.24 d

2 kali, 100+100 47.68 de 80.36 ab

4 kali, 100+100 72.99 bc 90.09 a

Bobot basah batang (g/tanaman)

0 kali, 100+100 88.61 f 117.27 bc

2 kali, 50+50 36.13 h 103.07 de

4 kali, 50+50 70.72 g 107.12 cd

2 kali, 100+100 93.68 ef 120.43 b

4 kali, 100+100 120.59 b 132.86 a

Bobot basah umbi (g/tanaman)

0 kali, 100+100 19.56 cd 24.49 c

2 kali, 50+50 7.17 f 16.63 de

4 kali, 50+50 13.87 e 24.91 c

2 kali, 100+100 19.56 cd 31.53 b

4 kali, 100+100 25.06 c 38.85 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Tabel 41 menunjukkan bahwa interval panen 30 hari menghasilkan biomassa kolesom tertinggi yang meliputi bobot kering daun, batang, dan umbi. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hare et al. (2004) bahwa interval panen yang lebih panjang akan mempercepat pendewasaan tanaman yang meningkatkan produksi polisakarida dan lignin pada dinding sel yang merupakan komponen dari bahan kering tanaman. Pemupukan urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan pupuk daun sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar 100 kg urea+100 kg KCl/ha menghasilkan bobot kering daun, batang, dan akar tertinggi. Ini membuktikan

(22)

bahwa kolesom membutuhkan frekuensi penyemprotan yang sering sebagai suplemen dari pupuk dasar yang diaplikasikan lewat tanah untuk peningkatan bobot keringnya. Borowski & Michalek (2009) menyatakan bahwa penyemprotan pupuk N+K dalam bentuk urea+KCl merupakan asosiasi terbaik untuk menghasilkan biomassa yang tinggi pada tanaman. Tatar et al. (2010) melaporkan bahwa N secara tunggal tidak dapat meningkatkan biomassa tanaman tanpa berinteraksi dengan K, sedangkan Sawan et al. (2009) menjelaskan bahwa

K berperanan untuk meningkatkan laju fotosintesis, laju asimilasi CO2, dan

memfasilitasi pergerakan karbon yang penting untuk pembentukan biomassa tanaman.

Tabel 41 Bobot kering daun, batang, dan umbi kolesom umur 90 HST pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Perlakuan Bobot kering

Daun batang Umbi

………. g/tanaman……… Interval panen (hari)

15 2.30 b 4.04 b 2.28 b

30 3.22 a 5.89 a 3.39 a

Aplikasi pupuk daun N+K (Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

0 kali, 100+100 3.30 ab 5.23 ab 3.27 ab 2 kali, 50+50 1.98 c 3.83 c 1.62 d 4 kali, 50+50 2.19 bc 4.55 bc 2.39 c 2 kali, 100+100 2.77 abc 5.17 ab 3.15 b 4 kali, 100+100 3.57 a 6.06 a 3.79 a Interaksi tn tn tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

Keterkaitan antara Kandungan Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom dengan Berbagai Komponen Pertumbuhan dan Fisiologis

Kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom dalam percobaan ini tidak berkorelasi dengan semua komponen pertumbuhan tanaman. Kandungan protein pucuk kolesom tidak berkorelasi dengan kandungan antosianin, namun berkorelasi positif dengan kandungan klorofil dan gula (Tabel 42).

(23)

Tabel 42 Korelasi antara kandungan protein dan antosianin pucuk kolesom umur 90 HST dengan berbagai komponen pertumbuhan dan fisiologis kolesom pada berbagai interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K

Protein Antosianin

………. % ...

Antosianin 30.72

Klorofil 65.89** -12.04

Gula 66.43** -25.71

Bobot basah pucuk 11.80 -47.64

Bobot basah daun total 52.68 -6.03

Bobot basah batang 41.45 -10.57

Bobot basah umbi 54.45 -10.23

Bobot kering daun total 48.56 10.63

Bobot kering batang 30.13 -2.56

Bobot kering umbi 48.56 34.53

Keterangan : ** = sangat nyata

Produksi Protein dan Antosianin Pucuk Kolesom

Pemberian pupuk urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan daun sebanyak 4 kali dan dosis pupuk dasar 100 kg urea+100 kg/ha KCl pada kolesom yang dipanen 15 hari sekali menghasilkan produksi protein dan antosianin tertinggi selama 90 hari (Tabel 43).

Tabel 43 Produksi protein dan antosianin pucuk kolesom layak jual pada berbagai kombinasi antara interval panen dan aplikasi pupuk daun N+K selama 90 hari

Aplikasi pupuk daun

(Frekuensi penyemprotan, dosis pupuk dasar urea+KCl (kg/ha))

Interval panen (hari)

15 30

Produksi protein (g/tanaman)

0 kali, 100+100 3.02 c 1.48 e 2 kali, 50+50 1.63 df 0.83 e 4 kali, 50+50 4.22 b 1.59 de 2 kali, 100+100 4.21 b 1.57 de 4 kali, 100+100 5.69 a 2.36 cd Produksi antosianin (µmol/tanaman) 0 kali, 100+100 61.45 d 38.10 efg 2 kali, 50+50 46.09 e 30.02 g 4 kali, 50+50 99.25 b 42.56 ef 2 kali, 100+100 80.61 c 36.13 fg 4 kali, 100+100 109.44 a 47.69 e

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT 0.05.

(24)

Kesimpulan

Produksi protein dan antosianin pucuk layak jual tertinggi selama 90 hari dihasilkan oleh kolesom yang dipanen dengan interval 15 hari serta mendapatkan pemupukan urea+KCl dengan frekuensi penyemprotan daun sebanyak 4 kali dan pupuk dasar 100 kg urea + 100 kg KCl/ha. Terdapat korelasi positif antara kandungan protein dengan klorofil dan gula pucuk kolesom.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa SGB yang diisolasi dari penderita komplikasi obstetri umumnya memiliki virulensi yang tinggi karena mengekspresikan

Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan dukungan

P Bagi semua yang berada di sini: Semoga Bapa, menjauhkan dari kita sikap menganggap rendah mereka yang tidak seiman dengan kita, tetapi sebaliknya

10 Januari 2002, menilai perlu melakukan Pemeriksaan Pendahuluan terhadap proses pengadaan pipa casing dan tubing di lingkungan Pertamina/Kontraktor Production Sharing

Struktur Kurikulum Diklat Pembentukan Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat keterampilan dan Struktur Kurikulum Diklat Pembentukan Jabatan Fungsional Pranata Humas tingkat

Berdasarkan analisis kondisi perusahaan terkait dengan kelemahan yang terjadi pada pengendalian internal pembelian dan persediaan, perlu adanya dukungan sistem informasi akuntansi

Tujuan penelitian ini adalah untuk menaksir indeks erosivitas hujan berdasarkan Rumus Bols dan untuk menguji parameter-parameter curah hujan yang berpengaruh dalam

Bahan tambahan yang dapat dikempa secara langsung dapat dibuat dengan berbagai metode.Co-processing adalah metode yang paling luas dan secara komersial digunakan untuk