• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI TAHUN 2012"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

RINGKASAN

HASIL KERJASAMA PENELITIAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN PUSLITJAK DENGAN JARLIT KAB/KOTA/PROVINSI

TAHUN 2012

PEMETAAN KOMPETENSI GURU SD DI KABUPATEN BANJAR Oleh: Suyidno, Moh Yamin, dan Sri Setiati

Abstrak

Dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama guru SD di Kabupaten Banjar maka dilakukan kerjasama penelitian kebijakan pendidikan puslitjak dengan jarlit kab/kota/provinsi dengan tujuan mengetahui sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan kualifikasi, kesesuaian jam mengajar, sebaran guru bersertifikasi, beserta solusi alternatifnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan metaanalisis berdasarkan data kuantitatif profil SD di Kabupaten Banjar dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap kepala dinas, kepala sekolah, guru bersertifikasi dan belum bersertifikasi. Sampel dipilih 20 SD dari 290 SD secara purposive sampling berdasarkan kluster kecamatan dengan kondisi SD Sangat Maju, SD Sedang, SD Kurang, dan SD Belum Maju. Teknik analisis data kuantitatif secara metaanalisis dan data kualitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sebaran guru SD berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi belum merata, karena 30% SD guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi, (2) peta jam mengajar guru belum sesuai permendiknas, karena 80% SD sebagian besar gurunya mengajar kurang atau lebih dari 24 JP, (3) sebaran guru SD bersertifikasi belum merata, jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang dan 6 guru di SD Gambut 2, serta terendah belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik. Beberapa alternatif solusi yang ditawarkan adalah: (1) peninjauan kembali syarat-syarat kualifikasi dan sertifikasi guru dengan memperhatikan kebutuhan pengangkatan guru dan kondisi daerah, (2) penambahan guru berkualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama, (3) penerapan pembelajaran bertim atau perbaikan yang terencana dengan baik, (4) pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar, dan guru bersertifikasi melalui mutasi guru, menambah guru bersertifikasi yang bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, dan (5) kerjasama dengan berbagai instansi melalui perkuliahan/pelatihan dalam rangka memenuhi kualifikasi dan sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal.

Kata Kunci: Pemetaan kompetensi, kualifikasi, peta jam mengajar, sertifikasi

PENDAHULUAN

Guru sebagai jabatan profesional ditetapkan dalam UU no 14 tahun 2005 dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(2)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 2 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kenyataan menunjukkan bahwa keberadaan guru professional di Kabupaten Banjar masih jauh dari apa yang dicita-citakan. Beberapa permasalahan yang muncul berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru adalah: (1) proses penempatan guru di beberapa SD belum belum sesuai dengan kompetensinya, (2) rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik dibeberapa sekolah belum seimbang. Sekolah yang kelebihan guru saling rebutan jam mengajar untuk mencapai ketentuan minimal memperoleh tunjangan profesi. Sedangkan sekolah yang kekurangan guru terpaksa mengangkat guru honorer/guru tidak tetap (GTT) yang gajinya jauh di bawah upah minimum, dan (3) guru-guru yang sudah bersertifikasi persebaran belum merata.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya?

2. Apakah peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar sesuai permendiknas tentang beban mengajar?

3. Bagaimana sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya?

4. Bagaimana solusi alternatif untuk memetakan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya, (2) kesesuaian peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar dengan permendiknas ttg beban mengajar, (3) sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya, serta (4) menemukan solusi alternatif untuk memetakan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sedangkan manfaat yang akan diperoleh melalui penelitian adalah diperoleh informasi tentang sebaran guru SD di Kabupaten Banjar, seberapa besar kewajiban guru dalam menjalankan tugas jam mengajarnya, dan sebaran sertifikasi yg memenuhi standar berapa orang yg kompeten dan belum, serta bahan pertimbangan dalam merumuskan solusi alternatif kebijakan pemetaan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar terkait sebaran kualifikasi, peta jam mengajar, dan guru bersertifikasi. Penataan perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pemerataan kualitas sumberdaya manusia dan lulusan SD di seluruh Kabupaten Banjar, sehingga dapat menunjang pembangunan sumberdaya manusia sesuai amanat pembukaan UUD 45.

Profesional menurut UU RI no 14 tahun 2005 adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Beberapa syarat atau ciri pokok dari pekerjaan professional diantaranya: (a) ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat

(3)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 3 dipertanggungjawabkan secara ilmiah, (b) menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik, (c) tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesional didasarkan pada latar belakang pendidikan yang dialaminya diakui oleh masyarakat, (d) dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap

Permendiknas no 30 tahun 2011 tentang perubahan atas permendiknas 39 tahun 2009 tentang pemenuhan beban kerja guru dan pengawas satuan pendidikan menjelaskan bahwa (1) dalam jangka waktu sampai tanggal 31 Desember 2011, dinas pendidikan kabupaten dan kantor kantor kementerian agama kabupaten harus selesai melakukan perencanaan kebutuhan dan redistribusi guru, baik di tingkat satuan pendidikan maupun di tingkat kabupaten/kota, dan (2) dalam keadaan kelebihan guru pada mata pelajaran tertentu di wilayah kabupaten, dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dengan cara mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru Pasal 52 ayat (2) menyatakan bahwa beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah berkewajiban membuat perencanaan kebutuhan guru dan redistribusi guru sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya serta kebutuhan sekolah-sekolah di Kabupaten Banjar. Sehingga setiap sekolah mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan meningkatkan kualitas sumberdaya di tiap-tiap daerah secara menyeluruh. Mengingat kondisi daerah dan SD di Kabupaten Banjar berbeda dengan daerah-daerah lain terutama daerah di Pulau Jawa. Maka Pemerintah Kabupaten Banjar harus mengkaji ulang kebijakan kualifikasi, jam mengajar, dan sertifikasi bagi guru SD yang ada di Kabupaten Banjar.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan metaanalisis berdasarkan data kuantitatif sebaran kompetensi 3890 guru pada 350 SD sesuai latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya, kesesuaian peta jam mengajar guru SD dengan permendiknas tentang beban mengajar, sebaran guru SD berdasarkan sertifikasinya, dan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap kepala sekolah, guru bersertifikasi dan belum bersertifikasi dari 20 SD sampel yang dipilih secara purposive sampling berdasarkan kluster kecamatan dengan kondisi SD Sangat Maju, SD Sedang, SD Kurang, dan SD Belum Maju terkait dengan sebaran guru bersertifikasi di wilayah kabupaten Banjar. Selanjutnya untuk menemukan model alternatif meningkatkan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata

(4)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 4 atau kalimat akan dilakukan reduksi data, pemisahan atau pengelompokan sehingga dapat disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi SD di Kabupaten Banjar

Kabupaten Banjar merupakan salah kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yang pusat pemerintahannya terletak di Martapura. Mengingat Kota Banjar memiliki akses yang dekat dengan Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, menjadikan kabupaten lebih cepat berkembang. Kabupaten ini terdiri dari 19 kecamatan dengan jumlah desa seluruhnya 290 desa, dimana 78 desa masih termasuk daerah terpencil sehingga akses desa tersebut ke sekolah SD/Mi tergolong sulit. SD di Kabupaten Banjar 99% dari 361 SD merupakan SD Negeri, tetapi hanya ada 1 SD SBI dan 2 SD RSBI yang ketiganya terletak di kecamatan Martapura, sedangkan 358 SD tergolong SD biasa saja. Berdasarkan nilai akreditasinya dari 361 SD sebanyak 4,4% berakreditasi A, 30,2% berakreditasi B, 45,4% berakreditasi C, sedangkan 19,9% belum terakreditasi.

Kualifikasi Guru

Guru SD yang ada di kabupaten Banjar sebanyak 3.890 guru yang memiliki ijazah SMP sebanyak 1,5%, ijazah SLTA 28,4%, ijazah D1 0,4%, ijazah D2 45,1%, ijazah D3 0,7%, ijazah S1 23,8%, dan ijazah S2 0,1%. Pada umumnya jurusan keguruan adalah D2-S2 sehingga secara umum bisa dikategorikan bahwa guru yang memenuhi kualifikasi mengajar hanya 69,7% dan yang belum memenuhi sebanyak 30,3%. Guru yang kurang memenuhi sebenarnya lebih dari 30,3% karena ada sebagian besar guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang kualifikasinya karena ketiadaan guru disekolah yang bersangkutan. Kenyataan tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dan guru dari 20 SD yang ada di Kabupaten Banjar.

Tabel 1 Hasil wawancara kualifikasi guru di Kabupaten Banjar

No SDN Kualifikasi Guru

1 Kayu Bawang 1 Sudah sesuai, karena semua guru sudah S.Pd dan A.Ma.Pd yang berstatus lulusan keguruan

2 Gambut 2 Belum sesuai, karena jaman dahulu belum ada fakultas pendidikan di FKIP Unlam dan beberapa guru masih dalam proses kuliah

3 Bunipah 2 Sesuai kualifikasi 100%

4 Penyiuran Belum, jumlah guru kurang terutama agama 5 Pakutik Sesuai,

6 Kupangrejo Sesuai, 6 orang PN dan 4 orang honor

7 Sungai Pinang Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 8 Sungai Batang Ilir Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 9 Sungai Rangas Ulu Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 10 Sungai Rangas

Hambuku

(5)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 5 11 Sungai Batang 1 75% sesuai, karena kurang guru umum

12 Aluh-aluh Besar 3 Sesuai 100%

13 Kayu Bawang Sesuai, semua lulusan keguruan dengan gelar S.Pd/A.Ma.Pd 14 Gambut 9 100% sesuai

15 Gambut 2 Belum, sebagian besar bukan berlatar belakang keguruan, tetapi mereka sudah banyak berpengalaman menjadi seorang guru dan tahap kuliah penyesuaian

16 Gambut 10 5 dari 12 guru yang sesuai, masih pada tahap kuliah penyesuaian

17 Gudang Hirang 3 Sesuai

18 Sungai Lulut 1 6 orang dari 24 guru sesuai 19 Gudang Hirang 4 Sesuai

20 Aluh-aluh Besar 1 Semua guru mengajar sesuai kualifikasi 21 Jawa 3 Sudah sesuai kualifikasi

22 Antasan Senor Sudah sesuai kualifikasi

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 22 SD sampel, sebanyak 30% SD yang guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi. Mereka belum sesuai kualifikasi karena pada umumnya merupakan lulusan SLTP/SLTA yang direkrut jadi guru karena jaman dulu belum adanya perguruan tinggi yang mencetak tenaga keguruan. Selain itu juga karena ketiadaan guru, sehingga ada sebagian guru yang mengajar tidak sesuai kualifikasinya untuk mengisi kekosongan guru.

Peta Jam Mengajar Guru

Besarnya guru yang berstatus Non PNS 30,7% secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja guru di sekolah yang bersangkutan. Karena pada umumnya guru yang berstatus Non PNS diberikan beban mengajar sedikit atau bisa dibebani jam mengajar berlebihan dengan gaji belum layak. Hasil di atas dibuktikan berdasarkan hasil wawancara peta jam mengajar guru di Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa dari 20 SD sampel ternyata 80% SD yang sebagian besar gurunya memiliki jadwal mengajar tidak sesuai standar permendiknas tentang peta jam mengajar guru sebesar 24 JP. Hal tersebut disebabkan peta jam mengajar guru yang sesuai 24 JP hanya dibebankan pada guru yang telah bersertifikasi bahkan sebagian guru bersertifikasi juga dibebani jam mengajar lebih dari 24 JP. Hal tersebut dikarenakan kurangnya tenaga guru kelas, sedangkan sebagian besar guru yang jam mengajarnya kurang dari 24 JP pada umumnya dalah guru agama, B. Inggris, Olahraga, dan muatan lokal yang jam mengajarnya terbatas. Selain itu juga pada guru honor yang tidak diwajibkan mengajar 24 JP, tetapi kebanyakan guru honor mengajar lebih banyak dibandingkan guru PNS.

Sertifikasi Guru

Persebaran guru yang bersertifikasi pada semua kecamatan di Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa dari 3890 guru SD ternyata hanya 22% atau 841 guru yang telah bersertifikasi. Data di atas menunjukkan bahwa persebaran guru bersertifikasi belum

(6)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 6 merata. Guru bersertifikasi lebih banyak dijumpai di kecamatan Aluh-aluh (67%), Kertak Hanyar (40%), Gambut dan Martapura Timur (36%) serta Martapura (32%). Sedangkan Kecamatan dengan jumlah guru bersertifikasi sangat kurang adalah kecamatan Sungai Pinang (1%), Aranio (5%), Sungai Tabuk (10%), dan Sambung Makmur (12%). Guru yang bersertifikasi pada umumnya memiliki lama mengajar di atas 25 tahun dan berstatus guru PNS.

Hasil wawancara guru dan kepala sekolah dari 20 SD menunjukkan bahwa jumlah guru bersertifikasi pada 20 SD ternyata belum merata, jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang, 6 guru di SD Gambut 2, 5 Guru di SD Gambut 10 dan SD Gua Hirang 4, 4 Guru di SD Aluh-aluh Besar 1, SD Sungai Lulut 1, SD Gua Hirang 3, dan SD Gambut 9, ada 3 guru di SD Bunipah 2 dan SD Sungai Batang 1, ada 2 guru di SD Sungai Rangas Ulu, 1 guru di SD Kupang Rejo, SD Sungai Batang Ilir, dan SD Aluh-aluh besar 3, SD Jawa 3, dan SD Antasan Senor belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik.

Permasalahan guru yang belum bersertifikasi karena sebagian besar guru senior yang bekerja diatas 30 adalah guru SLTP atau SLTA yang diangkat karena kebutuhan akan guru dan saat itu belum ada lulusan keguruan. Selain itu juga banyak yang terkendala masalah syarat-syarat sertifikasi seperti pengabdian kurang dari 20 tahun, jam mengajar kurang 24 JP, dan hampir 30% guru SD di Kabupaten Banjar adalah guru honor dan baru mengajar, serta sebagian guru ada yang terkendala karena minimnya informasi pelaksanaan sertifikasi guru.

Alternatif Pemecahan Masalah

1. Pemerintah perlu mengkaji ulang syarat-syarat terkait kualifikasi, peta jam mengajar, dan sertifikasi guru dengan memperhatikan:

a. Guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kebutuhan nasional yaitu guru senior lulusan SLTP dan SLTA yang dulu direkrut sebelum ada lulusan keguruan.

b. Kondisi SD yang bersangkutan, terutama kebijakan pada guru yang mengajar di SD terpencil, jumlah kelas sedikit, serta akses transportasi sulit, sehingga menyebabkan kesulitan mengajar 24 JP dan kesulitan informasi tentang sertifikasi guru.

c. Berbagai kegiatan profesionalisme yang dilakukan guru selama melaksanakan pengabdian.

d. Guru honor yang telah mengabdi lebih dari 20 tahun.

e. Belum meratanya kualifikasi guru, jam mengajar, dan guru bersertifikasi pada seluruh SD di Kabupaten Banjar.

2. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan

a. Mempermudah persyaratan kualifikasi dan sertifikasi bagi guru yang diangkat karena kebutuhan nasional dengan memperhatikan masa pengabdian.

b. Penambahan guru sesuai kualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama.

(7)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 7 c. Permasalahan kekurangan jam mengajar guru bisa diatasi melalui penerapan pembelajaran bertim atau pembelajaran perbaikan yang terencana dengan baik. Selain itu memberikan nilai kredit untuk kegiatan sekolah yang dibebankan pada guru di luar jam mengajar, misalnya sebagai wali kelas, mengajar ekstrakulikuler, koperasi, perpustakaan, dll.

d. Perumusan kembali kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi cukup lama berdasarkan masa pengabdian dan kondisi daerah. Sedangkan kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi belum lama berdasarkan kualifikasi, kondisi daerah, serta profesionalisme.

e. Perlu upaya pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi. Hal tersebut bisa ditempuh melalui: (a) mutasi guru pada SD yang kelebihan guru ke SD yang kekurangan guru, (b) pengangkatan guru honor menjadi PNS dan menambah guru bersertifikasi dengan catatan bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, (3) kerjasama dengan berbagai instansi untuk mengadakan kuliah atau pelatihan dalam rangka penyetaraan kualifikasi dan pemenuhan syarat sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal.

KESIMPULAN

1. Sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan latar belakang pendidikan dan bidang studi yang dipegangnya belum merata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 SD sampel, sebanyak 30% SD yang guru mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi. Mereka umumnya merupakan lulusan SLTP/SLTA yang direkrut jadi guru karena kebutuhan nasional dan faktor kekurangan guru sehingga ada sebagian guru yang mengajar tidak sesuai kualifikasinya untuk mengisi kekosongan guru. 2. Peta jam mengajar guru SD di Kabupaten Banjar belum sesuai permendiknas

tentang beban mengajar yaitu 24 JP. Hasil penelitian menunjukkan 80% SD sampel sebagian besar gurunya mengajar tidak 24 JP. Jam mengajar guru sebesar 24 JP dibebankan pada guru yang bersertifikasi bahkan sebagian guru bersertifikasi mengajar lebih dari 24 JP karena kekurangan guru. Sebagian besar guru yang jam mengajarnya kurang dari 24 JP pada umumnya dalah guru agama, B. Inggris, Olahraga, dan muatan lokal yang jam mengajarnya terbatas. Selain itu juga pada guru honor yang tidak diwajibkan mengajar 24 JP, tetapi kebanyakan guru honor mengajar lebih banyak dibandingkan guru PNS.

3. Sebaran guru SD di Kabupaten Banjar berdasarkan sertifikasinya belum merata. Hasil penelitian menunjukkan persebaran guru bersertifikasi pada 20 SD sampel ternyata jumlah terbanyak 8 guru di SD Kayu Bawang, 6 guru di SD Gambut 2, 5 Guru di SD Gambut 10 dan SD Gua Hirang 4, 4 Guru di SD Aluh-aluh Besar 1, SD Sungai Lulut 1, SD Gua Hirang 3, dan SD Gambut 9, ada 3 guru di SD Bunipah 2 dan SD Sungai Batang 1, ada 2 guru di SD Sungai Rangas Ulu, 1 guru di SD Kupang Rejo, SD Sungai Batang Ilir, dan SD Aluh-aluh besar 3, dan belum ada guru yang bersertifikasi pada SD Penyiuran dan SD Pakutik. Permasalahan guru yang belum

(8)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 8 bersertifikasi karena ada sebagian besar guru senior diangkat bukan karena kualifikasi tetapi kebutuhan. Selain itu terkendala masalah syarat-syarat sertifikasi seperti pengabdian kurang dari 20 tahun, jam mengajar kurang 24 JP, dan hampir 30% guru SD di Kabupaten Banjar adalah guru honor dan baru mengajar.

4. Alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan

a. Mempermudah persyaratan kualifikasi dan sertifikasi bagi guru yang diangkat karena kebutuhan nasional dengan memperhatikan masa pengabdian dan kondisi daerah.

b. Penambahan guru sesuai kualifikasi pada SD yang kekurangan guru, diutamakan pengangkatan guru honor yang mengabdi cukup lama.

c. Permasalahan kekurangan jam mengajar guru bisa diatasi melalui penerapan pembelajaran bertim atau pembelajaran perbaikan yang terencana dengan baik. Selain itu memberikan nilai kredit untuk kegiatan sekolah yang dibebankan pada guru di luar jam mengajar, misalnya sebagai wali kelas, mengajar ekstrakulikuler, koperasi, perpustakaan, dll.

d. Perumusan kembali kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi cukup lama berdasarkan masa pengabdian dan kondisi daerah. Sedangkan kebijakan sertifikasi bagi guru yang mengabdi belum lama berdasarkan kualifikasi, kondisi daerah, serta profesionalisme.

e. Perlu upaya pemerataan guru di seluruh SD terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi. Hal tersebut bisa ditempuh melalui: (a) mutasi guru pada SD yang kelebihan guru ke SD yang kekurangan guru, (b) pengangkatan guru honor menjadi PNS dan menambah guru bersertifikasi dengan catatan bersedia ditempatkan di SD yang kekurangan guru dengan masa kerja tertentu, (3) kerjasama dengan berbagai instansi untuk mengadakan kuliah atau pelatihan dalam rangka penyetaraan kualifikasi dan pemenuhan syarat sertifikasi guru yang diutamakan pada sekolah yang tertinggal.

SARAN KEBIJAKAN

1. Pemerintah Kabupaten Banjar diharapkan menyesuaikan persyaratan kualifikasi, jam mengajar, dan sertifikasi berdasarkan kebutuhan pengangkatan guru dan kondisi daerah.

2. Kerjasama dengan instansi lain melalui bintek/diklat dalam rangka pemenuhan syarat kualifikasi dan sertifikasi.

3. Penambahan guru SD dengan mengutamakan guru honorer berprestasi yang mengajar cukup lama.

4. Penambahan guru bersertifikasi yang siap ditempatkan di SD terbelakang dalam waktu tertentu.

5. Pemerataan kompetensi guru SD di Kabupaten Banjar terkait jumlah guru berkualifikasi, jam mengajar 24 JP, guru bersertifikasi.

(9)

Makalah: Pemetaan Guru SD di Kabupaten Banjar. Hal: 9 DAFTAR PUSTAKA

Arrends, Richard L. 2005. Penerj. Mohamad Nur. Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung. Jawa Timur: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmono. 2007. Model Penuntasan Wajib Belajar Dikdas 9 Tahun Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Artikel Penelitian.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. 2011. Program Pengembangan Profesionalisme Guru 2011.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Cet. 3. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineke Cipta.

Edward III, George. 1980. Implementing Public Policy. Washington : Congrational Quaterly Inc.

Mardapi, J. 2012. Strategi Meningkatkan Profesionalisme guru. Makalah disampaikan pada Seminar Regional Pendidikan Pusat Kajian dan Advokasi Pendidikan Yogyakarta 19 Januari 2012.

Moleong, L. J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama. Surabaya: CV. Citra Media Karya Anak Bangsa.

Pemerintah Kabupaten Banjar. 2007. Selayang Pandang Kabupaten Banjar. Pemerintah Kabupaten Banjar. 2011. Profil Pendidikan Kabupaten Banjar.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Gambar

Tabel 1 Hasil wawancara kualifikasi guru di Kabupaten Banjar
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  dari  22  SD  sampel,  sebanyak  30%  SD  yang  guru  mengajarnya sebagian belum sesuai kualifikasi

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 77M ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

Kajian sosiologi dan nilai karakter dalam novel mengenai korupsi serta pemanfaatannya sebagai bahan ajar di SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

 Protokol NBF ini menyediakan alokasi memori otomatis yang sewaktu- waktu dapat digunakan, namun kekuranganya adalah ketidakmampuannya di-routekan yang berarti secara virtual

Merancang sebuah Rumah Sakit yang sesuai dengan standar standar rumah sakit tipe c dan memenuhi kebutuhan pelayanan medis di daerah dataran tinggi

Menurut penelitian Auliah (2019) ukuran media filter yang lebih kecil mampu menahan partikel kotoran lebih baik, sehingga pada filter media cangkang kerang ukuran

38 Perlakuan akuntansi untuk investasi mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 13 mengenai Akuntansi untuk Investasi dan PSAK Nomor 15 mengenai Akuntansi

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia jasa yang memenuhi persyaratan dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Daerah telitian yang merupakan daerah dengan prospek pertambangan mineral timah, terdapat di kawasan daratan dan lepas pantai mempunyai jenis endapan pembawa timah