• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Buku City Guide untuk Meningkatkan Wisata Cagar Budaya di Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Buku City Guide untuk Meningkatkan Wisata Cagar Budaya di Surabaya."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Wisata Cagar Budaya di Surabaya

TUGAS AKHIR

Nama : Yudha Wahyu Krisyandi

NIM : 08.42010.0002

Program Studi : S1 Desain Komunikasi Visual

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2012

STIKOM

(2)

Pembuatan Buku City Guide untuk Meningkatkan Wisata Cagar Budaya di Surabaya

Yudha Wahyu Krisyandi (2008)

Program Studi S1 Desain Komunikasi Visual, STIKOM

Pembimbing:

(I) Muh Bahruddin., S.Sos., M.Med.Kom. (II) Abdullah Khoirriqqoh, S.Sn.

Pariwisata merupakan salah potensi untuk meningkatkan perekonomian sebuah kota. Dalam perancangan pembuatan buku city guide ini bertujuan untuk mengetahui cara membuat buku city guide wisata cagar budaya dengan figur Cak dan Ning Surabaya sebagai icon wisata cagar budaya di Surabaya. Selanjutnya pembuatan buku ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kepustakaan dan studi eksisting yang berguna untuk menentukan konsep perancangan. Melalui analisis tersebut maka diperoleh tema konsep perancangan yaitu The memorials of Surabaya. Konsep tersebut merupakan bagian besar dari tema pembuatan buku ini, mulai dari layout, pengambilan foto, icon dan sebagainya. Hasil pembuatan buku ini diharapkan dapat membantu promosi pariwisata cagar budaya kota Surabaya dan bisa menarik perhatian wisatawan sehingga dapat meningkatkan pariwisata kota Surabaya dengan segala peninggalannya.

Kata Kunci: Pembuatan Buku City Guide, Icon, Cagar Budaya

STIKOM

(3)

i

KATA PENGANTAR………..... x

DAFTAR ISI……….………... xii

DAFTAR GAMBAR………... xv

DAFTAR TABEL………....... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

...

Latar Belakang Masalah ... 1

1.2

...

Rumusan Masalah ... 4

1.3

...

Batasan Masalah ... 4

1.4

...

Tujuan ... 4

1.5

...

Manfaat Perancangan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sejarah Surabaya ... 7

2.2 Pengertian Cagar Budaya ... 9

STIKOM

(4)

ii

2.4 Cak Ning Surabaya ... 11

2.5 Pariwisata ... 12

2.6 Ikon ... 13

2.7 Buku ... 14

2.7.1 Anatomi Buku ... 15

2.7.2 Pengertian Buku City Guide ... 20

2.8 Teori Analisis SWOT ... 20

2.9 STP ... 21

2.10 Desai dan Layout ... 21

2.10.1 Ilustrasi ... 22

2.10.2 Tipografi ... 23

2.10.3 Jenis Layout ... 23

2.11 Studi Eksisting ... 27

2.11.1 Perancangan Buku Wisata Religius di Surabaya Melalui Media Fotografi ... 27

2.11.2 Perancangan Buku Wisata Kota Tua Jakarta Sebagai Media Informasi ... 29

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA ... 31

STIKOM

(5)

iii

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.3 Teknik Annalisa Data ... 32

3.3.1 Hasil Wawancara ... 33

3.3.2 Studi Existing... 34

3.3.3 Konsep / Keyword ... 39

3.4 Metode Perancangan ... 39

3.4.1 Konsep Perancangan ... 40

3.4.2 Konsep Kreatif ... 40

3.6.3 Konsep Komunikasi ... 42

3.5 Perancangan Karya ... 42

3.5.1 Icon ... 42

3.5.2 Buku ... 43

3.5.3 Konsep Media ... 45

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 49

4.1 Implementasi Desain ... 49

BAB V PENUTUP ... 58

5.1 Kesimpulan... 58

STIKOM

(6)

iv LAMPIRAN

STIKOM

(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Surabaya merupakan kota yang berpontensi sebagai kota pariwisata,

terutama dalam hal peninggalan gedung bersejarah atau cagar budaya. Wisata

cagar budaya sangat penting, karena dengan wisata cagar budaya dapat menjadi

sebuah wisata pendidikan bagi masyarakat. Berbagai macam bangunan

peninggalan berada di kota Surabaya antara lain bangunan peninggalan Jepang,

Belanda dan peninggalan Revolusi. Peninggalan-peninggalan ini memiliki

potensi pariwisata. Permasalahannya, bangunan cagar budaya di Surabaya belum

dioptimalkan keberadaannya oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini membuat

masyarakat kurang mengenali atau mengerti sejarah kotanya sendiri. Dari

permasalahan tersebut, relevan bila di buat sebuah Perancangan City Guide untuk

meningkatkan wisata cagar budaya di Surabaya dengan menggunakan Cak dan

Ning Surabaya sebagai pendukung buku.

Perancangan ini dibuat untuk membuat alterantif baru dalam sebuah promosi

yaitu sebuah City Guide yang memudahkan wisatawan untuk mengenal bangunan

cagar budaya yang ada di kota Surabaya secara mudah dan praktis dengan

menggunakan duta wisata Cak dan Ning Surabaya sebagai pendukung. Hal ini

karena bila bicara tentang Surabaya, orang akan lebih cepat tanggap dengan ikon

Surabaya yaitu Suro dan Boyo. Ikon Cak dan Ning yang dibuat akan

menggunakan busana khas Surabaya. Hal ini agar dapat mensosialisasikan budaya

STIKOM

(8)

khas Surabaya berupa pakaian adat. Selain itu, diharapkan city guide ini dapat

meningkatkan ketertarikan wisatawan atau masyarakat akan bangunan cagar

budaya dan melestarikan bangunan cagar budaya yang ada di kota Surabaya.

Kota Surabaya merupakan kota terbesar di provinsi Jawa Timur yang dikenal

juga sebagai kota pahlawan. Kota Surabaya terletak pada 07○21’ Lintang Selatan

dan 112○ 36’ - 112○ 54’ Bujur Timur yang dibatasi oleh Selat Madura, Kabupaten

Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik. Kota Surabaya pun juga dikenal sebagai kota

perindustrian, perdagangan, maritime, pendidikan, dan pariwisata. Jumlah

penduduk Surabaya di tiap tahunnya selalu meningkat, karena banyaknya para

pendatang yang mencari kerja beradu nasib di Surabaya. Sehingga banyak orang

kurang tahu akan adanya cagar budaya yang ada di Surabaya, meskipun ada

beberapa masyarakat yang tahu akan bangunan cagar budaya namun itu hanya

sebagian saja (www.surabaya.go.id).

Kota Surabaya dijuluki sebagai kota pahlawan selain karena sejarah cerita

perjuangan pemuda-pemudi arek suroboyo dalam mempertahankan

kemerdekaannya dari penjajah, kota Surabaya memiliki 173 bangunan

peninggalan atau bangunan cagar budaya yang memiliki historis atau sejarah

tersendiri yang terkait perjalanan kota Surabaya. Bangunan bersejarah ini bukti

bahwa kota ini layak menyandang sebagai kota pahlawan. Cagar budaya di kota

Surabaya warisan yang benar-benar harus di jaga dan dilindungi. Sebelumnya

telah ada 167 bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya. Sebanyak 61

bangunan ditetapkan pada tahun 1996 dan 102 bangunan pada tahun 1998,

kemudian 4 bangunan berikutnya ditetapkan pada tahun 2009, yakni Lapangan

STIKOM

(9)

Golf Ahmad Yani, Gedung Gelora Pantjasila, Kolam renang Brantas, dan Gedung

Perkumpulan Olahraga Embong Sawo (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

Surabaya).

Di kota Surabaya ada sebuah panggilan yaitu Cak dan Ning, Cak merupakan

panggilan untuk pria dan Ning panggilan untuk wanita. Melalui perkembangan

zaman, Cak dan Ning saat ini merupakan sosok pemuda-pemudi Surabaya yang

berkualitas, kreatif, komunikatif, dan charming ini guna untuk mewakili Surabaya

dalam melestarikan atau pelestarian budaya Surabaya dan sebagai duta wisata

Surabaya. Cak Surabaya disini menggunakan buasana atau pakaian khas Surabaya

yaitu beskap atau jas tutup, udeng batik pinggir modang putih warna hitam tiga

tingkat dengan pancot miring, rantai hias dengan kuku macan, jarik parikesit atau

gringsing, dan mengenakan terompah. Sedangkan untuk Ning Surabaya

mengenakan sanggul bentuk gelung rambut, kebaya dan kerudung ber-renda, jarik

pesisir, dan selop tutup serta meggunakan aksesoris anting-anting panjang,

binggel, gelang emas, peniti renteng, celak mata, dan pacar. Di tiap tahun selalu

diadakan pemilihan Cak dan Ning Surabaya ini merupakan upaya melestarikan

budaya, serta bagi para 30 finalis itu akan menjadi duta wisata serta menjadi ikon

pemuda-pemudi kota Surabaya.

Dapat dilihat perancangan ini sangat menarik karena kita akan diajak untuk

lebih mengenal bangunan peninggalan atau cagar budaya dan juga mengenal Cak

dan Ning sebagai duta wisata Surabaya. Perancangan city guide ini dibuat agar

mempermudah bagi wisatawan maupun masyarakat untuk mengerti dan

mengetahui akan keberadaan bangunan cagar budaya itu. Dengan menggunakan

STIKOM

(10)

ikon Cak dan Ning Surabaya dapat member nilai plus dan ketertarikan wisatawan

ataupun masyarakat yang ingin tahu serta mengenal tentang wisata cagar budaya

di Kota Surabaya kita tercinta ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu:

1. Bagaimana membuat buku city guide untuk meningkatkan wisata cagar

budaya di Surabaya?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam perancangan ini yaitu:

1. Membuat perancangan city guide dalam bentuk buku panduan cagar budaya.

2. Menggunakan cagar bangunan sebagai tujuan wisata.

3. Menggunakan cagar bangunan klasifikasi A, yaitu:

Tabel 1.1 Cagar budaya klasifikasi A

1. Gedung Nasional Indonesia 2. Fakultas Kedokteran UNAIR 3. Gedung Don Bosco

4. RS Darmo 5. RS Al Irsyad 6. Gedung Grahadi 7. Gedung Balai Kota

8. Kantor Polwiltabes Surabaya 9. Gedung Balai Pemuda 10. Gedung Brantas 11. Gedung Cerutu 12. Gedung Seiko 13. Hotel Mojopahit 14. Gedung Internatio 15. Gedung Bank Mandiri 16. Gedung Wismilak 17. Kantor Pos Besar

STIKOM

(11)

18. Jembatan Petekan 19. GPIB / Zimmerwan 20. Kantor Pos Simpang

21. Eks. Gedung Badan Penanaman Modal Daerah 22. Tugu Pahlawan

23. Stasiun Gubeng Lama

24. Gereja Khatolik Kelahiran Santa Perawan Maria 25. Pintu Air Jagir

26. SMA Santa Maria

27. Gedung PTPN XXIV – XXV

28. Gedung Museum Bank Indonesia

4. Menggunakan ikon Cak dan Ning sebagai pendukung city guide.

1.4 Tujuan Pembuatan

Adapun tujuan dilakukan perancangan ini yaitu untuk:

1. Untuk membuat buku city guide untuk meningkatkan wisata cagar budaya di

Surabaya.

2. Untuk membuat buku dengan menggunakan cagar bangunan dengan

klasfikasi A.

1.5 Manfaat Pembuatan

Pembuatan buku city guide pariwisata ini diharapkan dapat memberikan

manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dengan adanya pembuatan buku ini dapat bermanfaat membantu

serta menambah refrensi atau rujukan bagi semua pihak perancang atau

peneliti baru yang akan membuat sebuah buku city guide menggunakan ikon

sebagai pendukungnya.

STIKOM

(12)

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya pembuatan buku city guide ini sebagai sumbang pikiran yang

dapat berguna bagi pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota lain, bukan

hanya kota Surabaya. Sebagai contoh terkait untuk meningkatkan wisata

cagar budaya dan untuk melestarikan bangunan cagar budaya kota Surabaya.

STIKOM

(13)

7

STIKOM

(14)

7

KAJIAN PUSTAKA

2.1Sejarah Surabaya

Kota Surabaya dikenal sebagai kota Pahlawan. Surabaya merupakan kota

yang terletak di provinsi Jawa Timur dan merupakan kota yang kaya akan sejarah

perjuangannya atau keheroismenya pada saat-saat arek-arek Suroboyo

memperjuangkan kemerdekaan. Banyak orang mempertanyakan hari jadi kota

Surabaya ini bahkan sampai dibentuk Tim Peneliti Hari Jadi Kota Surabaya untuk

mengetahui dengan pasti hari jadi kota Surabya. Terjadi adanya perbedaan

pendapat antara Tim Peneliti dengan Sejarahwan Muljana mengenai hari jadi kota

Surabaya. Menurut Muljana hari “H” nya adalah tanggal 24 April 1293 yaitu pada

saat pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Tartar dari Ujung Galuh.

Sedangkan Tim Peneliti Hari Jadi Kota Surabaya bersikukuh menyatakan hari

“H” nya adalah tanggal 31 Mei 1293 pada peristiwa yang sama. Akhirnya DPRD

Kotamadya Surabaya memutuskan dalam No.: DPRD KMS No.

02-DPRD-Kep-75 bahwa hari jadi kota Surabaya jatuh pada tanggal 31 Mei (Widodo, 2004:393).

Kota yang memiliki lambang Soera dan Baia ini adalah kota metropolitan

yang tidak kalah dari ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Pengertian lambing menurut

Widodo adalah suatu tanda, bisa berupa lukisan, lencana atau kata dan

mengandung makna tertentu. Mitos lokal yang beredar di masyarakat mengenai

asal usul nama Surabaya disebutkan ada 2 hewan yang berseteru yang

memperebutkan lahan sandang pangan yang terjadi di sebuah sungai yaitu Kali

STIKOM

(15)

Mas, perseteruan tersebut membuat sungai tersebut menjadi merah oleh darah ke

dua binatang tersebut, dan sekarang di tempat itu di bangun sebuah jembatan

untuk mengenang pertempuran sengit kedua binatang tersebut yang bernama

Jembatan Merah, kedua hewan tersebut adalah Soera atau Ikan Hiu dan Baia atau

Buaya. Sehingga di sebut Soerabaia. Sekarang, kedua binatang tersebut dijadikan

lambang kota Surabaya, yang dapat kita temukan perwujudan perkelahian tersebut

di depan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Lambang kota Surabaya ini

menggambarkan keberanian arek Suroboyo dalam menghadapi tantangan

(Widodo, 2004:65-66).

Pada abad ke 15 dan 16, Surabaya merupakan sebuah daerah yang bersifat

kesultanan dan memiliki kekuatan politik dan militer yang disegani di daerah

timur pulau jawa, hingga akhirnya jatuh di tangan kesultanan Mataram di bawah

kepimpinan Sultan Agung pada tahun 1625. Masuknya Belanda ke dalam

Indonesia membawa kejatuhan terhadap kesultanan Mataram yang menguasai

daerah Surabaya. Di bawah jajahan kolonia Belanda, Surabaya dijadikan pusat

perdagangan dan pelabuhan terbesar saat itu yang terkenal dengan nama Tanjung

Perak sekarang. Kemudian Surabaya jatuh ke tangan penjajahan Jepang pada

tahun 1942, meletusnya perang dunia kedua yang dimenangkan tentara sekutu

membuat Belanda yang merupakan negara pendukung sekutu berusaha

mengambil kembali Indonesia dari pemerintahan Jepang. Para pejuang Surabaya

tidak tinggal diam dan berusaha untuk mempertahankan Surabaya dari penjajahan

kolonia. Pertempuran yang berlangsung di Surabaya ini merupakan suatu titik

penting dalam sejarah revolusi Indonesia, dimana di mulai dengan tewasnya

STIKOM

(16)

Brigadir Jendral Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945 di daerah Jembatan

Merah. Ultimatum diberikan oleh tentara sekutu kepada para pejuang

kemerdekaan Indonesia untuk menyerah, namun di tolak oleh arek-arek Suroboyo

sehingga terjadi pertempuran sengit yang berlangsung pada tanggal 10 November

1945, dan hingga sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

2.2 Pengertian Cagar Budaya

Pengertian Cagar Budaya menurut UU no 5 tahun 1992, benda cagar budaya

di bagi dalam 2 jenis, yaitu:

1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak, yang berupa kesatuan

atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur

sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa

gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta di anggap mempunya nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

2. Benda alam yang di anggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan (UU Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda

Cagar Budaya).

2.3 Cagar Budaya Surabaya

Julukan kota Pahlawan merupakansebuah kehormatan yang didapatkan kota

Surabaya, itu karena hasil dari tekad arek-arek suroboyo melawan koloni atau

penjajah. Kota Surabaya mendapat predikat tersebut juga karena di dukung oleh

berbagai lokasi atau bangunan yang menjadi saksi atau bukti perjuangan arek-arek

STIKOM

(17)

suroboyo. Bangunan cagar budaya di Surabaya tidak sedikit dari bangunan

tersebut memiliki nilai tinggi history-nya, sebagai contoh Gedung Internatio,

Gedung PTPN X, Tugu Pahlawan, Balai Pemuda, dan lain-lain.

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya tahun 2005, yang di

maksud bangunan cagar budaya adalah bangunan buatan manusia, berupa

kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur

sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili

masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta di anggap mempunya nilai penting

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sedangkan pengertian dari

Lingkungan Cagar Budaya adalah kawasan di sekitar atau di sekeliling bangunan

cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar budaya dan/atau

kawasan tertentu yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap

mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Pengelolaan bangunan cagar budaya berdasarkan Perda kota Surabaya tahun

2005 di bagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pelestarian atau Konservasi

Pelestarian atau Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu bangunan

dan/atau lingkungan cagar budaya agar makna budaya yang di kandung

terpelihara dengan baik dengan tujuan untuk melindungi, memelihara dan

memanfaatkan, dengan cara preservasi, pemugaran atau demolisi.

2. Perlindungan

Perlindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi segala gejala atau

akibat yang disebabkan oleh perbuatan manusia atau proses alam, yang dapat

STIKOM

(18)

menimbulkan kerugian atau kemusnahan bagi nilai manfaat dan keutuhan

bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara penyelamatan,

pengamanan dan penertiban.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah upaya melestarikan bangunan dan/atau lingkungan cagar

budaya dari keerusakan yang diakibatkan oleh factor manusia, alam dan hayati

dengan cara perawatan dan pengawetan.

2.4 Cak dan Ning Surabaya

Cak dan Ning merupakan sapaan akrab arek suroboyo. Cak merupakan

panggilan akrab untuk laki-laki dan untuk perempuan itu Ning. Kata cak berasal

dari kata cacak atau kakak. Cak dan Ning yang selain menjadi sapaan akrab untuk

arek suroboyo, sekarang juga dijadikan sebagai predikat Duta wisata kota

Surabaya. Predikat itu diberikan secara khusus kepada laki-laki dan perempuan

muda yang terpilih dalam ajang pemilihan putra-putri duta wisata yang

diselenggarakan oleh kota Surabaya di setiap hari ulang tahun jadinya kota

Surabaya. Disana pemuda-pemudi diseleksi melalui pemilihan yang berlangsung

dengan ketat. Sebagai contoh dari kota lain yaitu Duta wisata Jakarta dengan

predikat Abang – None, Sidoarjo Guk – Yuk, Malang Kang mas – Mbak yu, dan

lain-lain.

Pada saat pemilihan yang dikordinasikan oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kota Surabaya itu, pemuda-pemudi yang akan menjadi calon Cak dan

Ning harus melalui beberpa tahap pengujian dan penyeleksian karena yang di pilih

STIKOM

(19)

tidak hanya mengandalkan dari ketampanan atau kecantikan dari peserta.

Melainkan pemuda-pemudi yang terpilih dan mendapatkan predikat sebagai Cak

dan Ning harus mempunyai kemampuan di bidang pengetahuan, cakap atau dalam

Paguyuban Cak dan Ning mereka harus memiliki kriteria 3C yaitu Creative,

Communicative, dan Charming. Karena mereka yang terpilih akan menjadi Duta

Wisata perwakilan kota Surabaya dalam mempromosikan pariwisata kota

Surabaya (www.surabaya.go.id).

Sedangkan menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya Cak dan

Ning merupakan sosok muda Surabaya yang berkualitas guna mewakili Surabaya

dalam pelestarian budaya daerah dan mampu sebagai duta wisata Surabaya.

Busana yang dikenakan adalah pakaian khas Surabaya Tempo Doeloe (dulu) yaitu

Udeng Batik Pinggir Modang Putih warna hitam tiga tingkat dengan pancot

miring, Jas tutup badan dengan asesoris, rantai jam dengan bendel hiasan, kain

jarik Parikesit, Rawon atau Gringsing Wiron dan mengenakan terompah bagi Cak

Surabaya. Sedang Ning Surabaya mengenakan sanggul bentuk gelung rambut

biasa, kebaya dan kerudung ber-renda, kain sarung batik pesisir dan selop tutup

serta mengenakan asesoris anting –anting panjang, binggel dan gelang emas,peniti

renteng, celak mata dan pacar.

2.5 Pariwisata

Pariwisata merupakan tempat terjadinya kegiatan dinamis yang melibatkan

banyak orang atau masyarakat suatu daerah serta dapat menghidupkan berbagai

usaha (Ismayanti, 2010:1). Menurut Um dan Crompton berpendapat bahwa suatu

STIKOM

(20)

pariwisata adalah sebagai tempat tujuan wisata yang menyenangkan berasal dari

sikap pada ciri-ciri yang dapat ditangkap dari suatu tempat untuk wisata(Ross,

1998:113). Dalam pariwisata terdapat beberapa kegiatan wisata yang menjadi

komponen utama, yaitu:

1. Wisatawan

Ini merupakan pemeran utama dalam kegiatan wisata.

2. Elemen Geografi

a. Daerah asal wisatawan

b. Daerah transit

c. Daerah tujuan wisata

3. Industri Pariwisata

Industri pariwisata yang dimaksud adalah jasa, daya tarik, dan sarana wisata.

2.6 Ikon

Dalam desain grafis sering berkaitan dengan ilmu petanda sehingga desain

pasti berkaitan dengan makna, di antaranya ikon, dalam bukunya Budiman

(2011:78) Ikon merupakan tanda yang didasarkan atas keserupaan atau kemiripan

di antara representamen dan objeknya, entah objek tersebut betul-betul eksis atau

tidak. Akan tetapi , sesungguhnya ikon tidak semata-mata mencakup citra-citra

realistis seperti pada lukisan atau foto saja, melainkan juga ekspresi-ekspresi

semacam grafik-grafik, skema-skema, peta geografis, persamaan matematis,

bahkan metafora. Berbeda dengan maskot, maskot merupakan reprentasi sebuah

benda yang dapat berupa bentuk seseorang , binatang, atau objek lainnya yang

STIKOM

(21)

dianggap dapat membawa keberuntungan dan untuk menyemarakkan suasana

acara yang diadakan (www.wikepedia.com).

Artinya ikon merupakan representasi pada sebuah bentuk yang mempunyai

arti, sehingga ikon merupakan penerjemahan dari sebuah bentuk yang

memberikan persamaan persepsi pada masyarakat. Sebagai contoh gambar figur

sederhana yang biasa kita temui atau kita jumpai di toilet umum itu adalah berupa

ikon sejauh kedua gambar itu di pandang menyerupai objek pria maupun wanita

yang menggunakan acuan perbedaan identitas melalui pakaian yang digunakan

kedua figur tersebut.

2.7 Buku

Pengertian buku adalah kumpulan kertas yang dijilid menjadi satu ujungnya

dan berisi tulisan atau gambar, adapun yang belum berisi. Pada zaman purbakala,

budaya tulis menulis belum ditemukan sehingga peristiwa bersejarah belum

terekam secara tertulis. Manusia berkomunikasi lewat ranting-ranting yang

disusun dan gambar-gambar yang menyimbolkan pesan tertentu. Pada zaman itu

bahan yang digunakan untuk buku bukan kertas, melainkan semacam bahan yang

lain. Di Eropa mula-mula orang menggunakan papyrus, macam kulit pohon yang

dikeringkan, disambungkan dengan perekat dan digulung dalam silinder. Silinder

ini disebut dalam bahasa Yunani volume, istilah yang sampai sekarang masih

digunakan dalam bahasa Inggris dan Perancis untuk menunjukkan.

Papyrus banyak terdapat di negeri-negeri sekitar laut tengah, terutama di

Mesir. Dalam abad ketujuh orang Arab di tanah Mesir mempersulit ekspor bahan

STIKOM

(22)

papyrus ke Eropa, sehingga kemudia orang Eropa memakai perkamen (kulit

binatang misalnya domba, anak sapi, keledai, yang di maasak menjadi tipis dan

licin). Perkamen yang sudah ditulisi dengan tangan dilipat dan disusun dalam

bentuk seperti buku sekarang. Karena perkamen mahal sekali pembuatannya,

lembaran buku lama acapkali digosok sampai bersih, dan kemudian ditulisi

kembali (palimpsest). Di India dan Bali digunakan daun pohon tal atau lontar. Di

Babylon dan di Assiria digunakan tanah liat yang di buat persegi datar. Di Cina

mula-mula digunakan sutra, kemudian ditemukan pembuatan kertas dari

potongan-potongan kain (Shadily, 1973:186).

Selanjutnya dikatakan bahwa pembuatan kertas ini di bawa oleh orang Cina

ke Eropa dalam abad ke 14. Dalam zaman kebesaran Yunani dan Romawi, banyak

budak diharuskan menyalin buku dengan tangan. Dalam abad pertengahan di

Eropa pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh biarawan. Demikian juga di

negara-negara lain kaum cendikiawan dan alim ulama yang menyalin buku-buku dengan

tangan. Ditemukannya dasar-dasar percetakkan dalam abad ke 15, oleh Johann

Guternberg di Mainz (Jerman) dan Laurenz Janszoon Koster di Harleem

(Nederland), pembuatan buku berkembang pesat.

2.7.1 Anatomi Buku

Anatomi buku merupakan terdiri dari bagian-bagian yang menjadi satu

melengkapi buku. Buku memiliki isi dan target yang berbeda-beda, maka dari itu

buku tertentu harus memiliki indeks atau sebuah buku harus berdaftar table.

STIKOM

(23)

Anatomi buku perlu karena jika tidak hadir dalam sebuah buku akan menjadi

kekurangan sebuah buku. Anatomi buku adalah sebagai berikut:

1. Halaman Preliminaries (halaman pendahulu)

a. Halaman judul: Halaman ini beradai di halaman awal, setelah kita membuka

Kover Buku, antara lain berisi judul, subjudul, nama penulis, nama

penerjemah, nama penerbit, dan logo. Akan tetapi, sebagian buku terbitan

memiliki halaman prancis, yang terletak sebelum halaman judul, dan hanya

berisi judul buku.

b. Hak cipta (copyright): Halaman hak cipta berisi judul, identitas penerbit,

penulis, termasuk tim yang terlibat selama proses publikasi, misalnya editor,

penata letak, desainer sampul, ilustrator, dan lain-lain. Halaman hak cipta ini

biasanya juga disertai pernyataan larangan atau izin untuk memperbanyak

(menggandakan) buku tersebut. Akan tetapi, kami pernah menemukan buku

yang seakan-akan menolak hak cipta dengan menyebutkan bahwa buku

tersebut boleh difotokopi. Secara umum memang aneh, tapi begitulah

adanya perbedaan pendapat.

c. Halaman tambahan: Halaman ini biasanya berisi motto dan atau ucapan

terima kasih dari penulis.

d. Sambutan: Halaman ini berisi semacam sambutan yang disampaikan oleh

lembaga atau peseorang an yang berkompeten. Ada pula yang menyebutnya

sebagai Sekapur Sirih dan lain sebagainya.

STIKOM

(24)

e. Kata pengantar: Kata pengantar berisi sedikit ulasan atas buku atau ulasan

atas penulis, yang ditulis penerbit atau siapa pun yang berkompeten dan

berkaitan dengan isi buku.

f. Prakata: Prakata ditulis sendiri oleh penulis sebagai pemandu sebelum

pembaca memasuki materi atau isi buku. Prakata biasanya berisi uraian

tentang tujuan serta metode penulisan.

g. Daftar isi: Memudahkan pembaca mencari halaman isi yang berkaitan

dengan tema tertentu dari materi buku.

h. Selain itu ada juga beberapa hal yang termasuk dalam Halaman

Preliminaries, tetapi tergantung kebutuhan atau sesuai dengan materi (isi)

buku (tidak selalu ada), yaitu: Daftar tabel, Daftar singaktan dan akronim,

Halaman daftar lambang, Halaman daftar ilustrasi, Halaman pendahuluan.

2. Halaman Isi Buku

a. Judul bab: Biasanya, jenis beserta ukuran font (font size, lebih besar) judul

bab dibuat berbeda dengan judul subbab apalagi dengan isinya).

b. Penomoran bab: Penomoran ini berbeda-beda pada beberapa buku. Pada

buku yang berisi ilmu pengetahuan teoritis biasanya penomoran bab

menggunakan angka Romawi atau angka Arab. Akan tetapi, pada

buku-buku sastra atau buku-buku-buku-buku ilmu pengetahuan populer, biasanya lebih

banyak menggunakan simbol-simbol atau berupa tulisan, satu, dua, tiga, dan

seterusnya.

c. Alinea: Setiap paragraf baru akan ditandai dengan adanya alenia.

STIKOM

(25)

d. Penomoran teks: Dalam penomoran teks, kita harus selalu konsisten dan

sesuai aturan penomoran teks. Misalnya dengan huruf (A, 1, a, (1), (a)) dan

dengan angka (1.1, 1.2., 1.2.3), atau dengan teknik lain.

e. Perincian: Dalam melalkukan perincian hampir sama dengan sistem

penomoran teks. Perincian banyak dijumpai pada soal-soal ujian. Perincian

dapat berupa penjabaran, dapat pula berupa pilihan, dapat menggunakan

nomor, dan dapat pula menggunakan angka.

f. Kutipan: Setiap kutipan harus mencantumkan sumber. Jika kutipan agak

banyak maka harus dibuat dengan font yang berbeda, baik ukuran, dan jenis

font-nya, atau bisa juga dengan cara diberi background.

g. Ilustrasi: Ilustrasi harus memiliki keterkaitan dengan materi. Sebab,

pemberian ilustrasi bertujuan membantu menjelaskan materi melalui

gambar.

h. Tabel: Penempatan tabel harus berdekatan dengan materi yang berkaitan.

Jika tidak memungkinkan karena menyesuaikan lay out, sebaiknya diberi

nomor.

i. Judul lelar: Judul lelar biasanya ditempatkan di atas atau di bawah teks,

kadang diletakkan bersebelahan dengan nomor halaman buku. Judul lelar

biasanya berisi judul buku (pada setiap halaman genap) dan judul bab atau

nama pengarang (pada setiap halaman ganjil).

j. Inisial: Inisial adalah huruf pertama dalam di awal paragraf setelah judul

bab yang dibuat sangat besar melebihi ukuran huruf yang lain.

k. Catatan samping: Biasanya berada di akhir kalimat kutipan tidak langsung.

STIKOM

(26)

l. Catatan kaki: Biasanya berada di baris paling bawan halaman, sebelum

Judul lelar.

3. Halaman Postliminary (penyudah)

a. Catatan penutup: Semacam catatan kaki yang berada di akhir materi atau

setelah bab terakhir.

b. Daftar istilah: Biasanya berisi istilah-istilah asing dan penjelasannya yang

dipakai dalam materi buku.

c. Lampiran: Penjelasan-penjelasan atau data yang berfungsi sebagai

pendukung atau penguat materi buku.

d. Indeks: Daftar kata atau istilah penting yang dilengkapi dengan nomor

halaman. Indeks disusun secara alfabetis dan tereletak pada bagian akhir

buku. Kita dapat mencari informasi dari istilah yang terdapat dalam indeks

dengan membuka halaman yang tertera di belakang istilah. Namun, tidak

semua buku menggunakan indeks sebagaimana tidak semua buku

memerlukan indeks.

e. Daftar pustaka: Berisi daftar buku-buku yang dijadikan referensi dalam

menulis materi buku.

f. Biografi penulis: Penjelasan tentang latar belakang penulis yang melahirkan

buku.(www.titahsurga.com)

STIKOM

(27)

2.7.2 Pengertian Buku Panduan Wisata Kota (City Guide)

Buku Panduan Wisata Kota (City Guide) adalah sebuah buku panduan

berwisata yang berisikan tempat-tempat atau lokasi wisata dalam suatu kota. Buku

Paduan Wisata Kota (City Guide) Bangunan Cagar Budaya ini berisikan

informasi-informasi mengenai tempat-tempat bangunan cagar budaya yang dapat

di datangi untuk berwisata, agar wisatawan dapat berkunjung ke bangunan cagar

budaya untuk melihat dan mengenang bangunan yang bersejarah tersebut

(www.wikipedia.com).

2.8 Teori Analisis SWOT

Menurut Rangkuti, analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi

berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan

Marimin (2004: 58). Analisa ini didasarkan pada kekuatan (Strength), kelemahan

(Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats). Dalam analisis

SWOT sangat mempertimbangkan dan membandingkan faktor lingkungan

internal (Strength dan Weaknesses) serta lingkungan eksternal (Opportunitie dan

Threats) yang dihadapi perusahaan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil

suatu keputusan strategi. Jadi analisa SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi

suatu perusahaan atau suatu karya melalui kondisi internal dan eksternal untuk

perancangan proses sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal,

efektif, dan efesien.

STIKOM

(28)

2.9 STP

1. Segmentasi

Segmentasi pasar adalah merupakan konsep yang mendasari strategi pemasaran

perusahaan dan pengalikasian sumber daya yang harus dilakukan dalam rangka

mengimplementasikan program pemasaran dalam buku Fandy Tjiptono (2008:

211).

2. Targetting

Targetting menurut Fandy Tjiptono (2008: 211), merupakan proses

mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai

menarik untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik pemasaran.

3. Positioning

Menurut Rhenal Kasali (1998: 49) Positioning adalah suatu strategi untuk

memasuki jendela otak konsumen. Positioning tidak dianggap penting selama

barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak serta

persaingan belum menjadi sesuatu yang penting dan positioning akan menjadi

penting bilamana persaingan sudah sangat sengit.

2.10Desain dan Layout

Dalam mendesign iklan atau apapun, selalu diwajibkan sebagai pendesign

melakukan beberapa tahap agar hasil yang didapat merupakan hasil yang

maksimal atau hasil yang diharapkan. Menurut Frank Jefkins dalam bukunya

Periklanan edisi ketiga (Jefkins, 1997:243) Pertama, rancangan kasar (sering

disebut dengan rough scribbles, scamp, atau visual) akan dirancang atau digambar

STIKOM

(29)

dengan menggunakan pensilatau pena, dan sejumlah rancangan kasar versi

percobaan sampai berhasil mendapatkan dua atau tiga alternatif. Sebagai layout

sementara, maka layout ini belum dilengkapi dengan artwork akhir, photograph,

lettering, typesetting, atau type mark-up. Ilustrasi akan diwakili dengan

menggunakan sketsa atau mungkin foto Polaroid atau foto-foto simpanan, dan

pengkalimatan akan ditunjukan dalam suatu kumpulan karakter huruf yunani.

2.10.1 Ilustrasi

Gambaran atau foto yang digunakan sebagai ilustrasi pada iklan mungkin

berupa foto-foto berwarna dan gambar kuas, atau gambar garis. Rakhmat

Supriyono (2010:169 – 171) mengatakan bahwa fungsi utama ilustrasi adalah

untuk memperjelas teks dan sebagai eye-catcher. Ilustrasi dimaksudkan untuk

memperjelas informasi atau pesan yang akan diinformasikan kepada khalayak.

Ilustrasi yang efektif umumnya memiliki kreteria sebagai berikut, yaitu:

1. Komunikatif, inovatif, mudah di pahami

2. Menggugah perasaan dan hasrat.

3. Ide baru baru, orisinil, bukan plagiat

4. Memiliki daya pukau yang kuat

5. Foto atau gambar memiliki kualitas baik

Jadi, ilustrasi dalam perencangan buku city guide (panduan wisata) ini

dibuat untuk memperjelas dan mempermudah wisatawan membaca dan

memahami informasi atau pesan yang akan disampaikan.

STIKOM

(30)

2.10.2 Tipografi

Tipografi adalah seni memilih jenis huruf, dari ratusan jumlah rancangan

atau design jenis huruf yang tersedia; menggabungkannya dengan huruf yang

berbeda; menggabungkan sejumlah kata sesuai dengan ruang yang tersedia; dan

menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran

huruf yang berbeda. Berdasarkan fungsinya, huruf dapat dipilah menjadi dua

jenis, yaitu huruf teks (text type) dan huruf judul (display type). Tipografi

bertujuan bukan untuk membuat pembaca berdecak kagum dengan huruf yang

dipilih, melainkan tipografi atau teks itu bertujuan untuk menyampaikan informasi

atau pesan agar pembaca tertarik pada yang akan disampaikan. Jadi, dapat ditarik

kesimpulan antara tipografi dan ilustrasi sangat penting dalam sebuah buku city

guide (panduan wisata) ini.

2.10.3 Jenis Layout

1. Mondrian lay out

Mengacu pada konsep seorang pelukis belanda bernama piet mondrian, yaitu:

penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square/landscape/portait,

dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian dan

memuat gambar/copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu

komposisi yang konseptual.

STIKOM

(31)

2. Multi panel lay out

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa

tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

3. Picture window lay out

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up.

bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model

(public figure).

4. Copy heavy lay out

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau

dengan kata lain komposisi lay out nya didominasi oleh penyajian teks (copy).

5. Frame lay out

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame-nya membentuk suatu

naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte lay out

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya

ditonjolkan bayangannya saja. penyajian bisa berupa text-rap/warna spot color

yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik

fotografi.

7. Type specimen lay out

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan

point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa head line saja.

STIKOM

(32)

8. Sircus lay out

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku.

komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya

tidak beraturan.

9. Jumble lay out

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus lay out, yaitu komposisi

beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10. Grid lay out

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan

tersebut seolah-olah bagian per-bagian (gambar atau teks) berada di dalam

skala grid.

11. Bleed lay out

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum

dipotong pinggirnya).

12. Vertical panel lay out

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi lay out

iklan tersebut.

13. Alphabet inspired lay out

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang

berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga

menimbulkan kesan narasi (cerita).

STIKOM

(33)

14. Angular lay out

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut

kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

15. Informal balance lay out

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu

perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace lay out

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter l (l-shape). Posisi bentuk l

nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk l tersebut dibiarkan kosong.

17. Two mortises lay out

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang

masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil

penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18. Quadran lay out

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan

volume/isi yang berbeda. misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%,

dan keempat 38% (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat

sama besar).

19. Comic strips lay out

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk

media komik, lengkap dengan captions nya.

STIKOM

(34)

20. Rebus lay out

Susunan lay out iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga

membentuk suatu cerita.(http://pengantarperiklanan.blogspot.com)

2.11Studi Eksisting

2.11.1 Perancangan Buku Wisata Religius di Surabaya Melalui Media

Fotografi

Perancangan yang dilakukan oleh David Goenawan, dilakukan untuk

menunjukkan tempat-tempat wisata yang suci dan sakral di Surabaya.

Perancangan buku wisata ini ditujukan juga bukan hanya untuk wisatawan dalam

negeri saja tetapi juga wisatawan manca negara yang berkunjung ke Indonesia

khususnya Surabaya. Tema yang digunakan di dalam perancangan ini adalah

religius dan berkesan menyejukkan yang membuat orang dapat merasakan

kesakralan dan kesucian tempat-tempat ibadah tersebut, dan teknik fotografi yang

dapat menampilkan dan menonjolkan kesan sejuk, menentramkan jiwa dan penuh

keagungan.

Pada perancangan buku ini menggunakan gaya desain modern dan

simplicity dengan memberikan whitespace yang cukup. Dan jenis font yang

digunakan adalah Franklin Gothic Book dan Franklin Gothic Demi Condensat.

Penyajian buku panduan wisata ini dibuat menyerupai sebuah photobook yang di

dalam buku tersebut sebagian besar isinya adalah foto-foto disertai keterangan

mengenai foto-foto tersebut sebagai pelengkapnya dan buku ini terdiri dari 64

halaman.

STIKOM

(35)

Gambar 2.1 Cover Perancangan Buku Wisata Religius di Surabaya Melalui Media Fotografi

Gambar 2.2 Isi dari Perancangan Buku Wisata Religius di Surabaya Melalui Media Fotografi

STIKOM

(36)

2.11.2 Perancangan Buku Wisata Kota Tua Jakarta Sebagai Media

Informasi

Yohanes Teguh Prabowo, melakukan perancangan berupa buku wisata kota

tua Jakarta sebagai media informasi. perancangan ini bertujuan memberikan

informasi bagi mereka yang tidak mengetahui keadaan serta lokasi Kota Tua

Jakarta, dan informasi objek wisata kota tua ini disampaikan melalui media foto

yang mendukung yang disertai penjelasan atau sebuah narasi.

Fokus perancangan ini kepada keunikan dan kekayaan budaya yang dimiliki

oleh Jakarta, yang dapat diketahui dan melalui riset bahwa Kota Tua Jakarta

memiliki arsitektur unik dan menarik untuk dikunjungi. Target market yang dituju

oleh perancang yaitu para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang

sedang mencari informasi mengenai alternatif daerah tujuan wisata.

Gaya desain yang digunakan adalah minimalis (simplicity) dan tidak

menggunakan ornamen karena ingin Iebih menonjolkan pada foto. Dan buku ini

lebih banyak berisi foto daerah-daerah objek wisata di Kota tua. Dimana foto

mengalami cropping dan editing.

STIKOM

(37)

Gambar 2.3 Cover Perancangan Buku Wisata Kota Tua Jakarta Sebagai Media Informasi

STIKOM

(38)

31

STIKOM

(39)

31

METODE DAN PERANCANGAN KARYA

3.1Metodologi

Pada bagian ini menerangkan serangkaian proses atau langkah-langkah dari

perancangan ini. Metode pengumpulan data perancangan yang digunakan yaitu

secara wawancara, observasi, dan studi literatur secara kualitatif. Metode

kualitatif di pilih untuk dapat mengungkap latar alamiah dari suatu obyek

penelitian; dan kajian teori hanya sekedar sebagai pedoman awal agar tidak terlalu

gelap dalam mengawali kajian fenomena (gejala) tertentu. Setelah itu dari

data-data yang terkumpul itu akan dikalsifikasikan menjadi satu data-data, yang akan

menjadi konsep dan terakhir menjadi ide visual dari perancangan ini (Arifin,

2010: 30).

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan, proses pengambilan dan

pengolahan data yang dilakukan secara wawancara, observasi, dan studi literatur

harus melalui proses yang matang, agar data yang diperoleh akurat dan dapat

dipertanggung jawabkan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengambilan data ini menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara ini guna mendapatkan atau memperoleh keterangan dari sumber

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antar

STIKOM

(40)

pewancara dengan informan. Sedangkan kriteria informan dalam perancangan

adalah Ketua Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, dan Ketua

Paguyuban Cak dan Ning.

2. Observasi

Observasi merupakan informasi berupa ruang (tempat), pelaku, kegiatan,

objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan

dilakukannya observasi oleh peneliti adalah untuk menyajikan gambaran realistik

perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti

perilaku manusia, dan untuk evaluasi. Data yang akan di observasi berupa jumlah

bangunan cagar budaya dan data pengunjung.

3. Studi Literatur

Dokumen merupakan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi, seperti surat-surat, catatan harian, laporan, artefak, foto, dan

sebagainya. Dalam studi literature ini akan mengumpulkan data-data berupa

dokumentasi dan data-data mengenai bangunan cagar budaya tersebut.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna

sehingga dapat dipahami. Menurut Patton menjelaskan analisis data adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar (Moleong, 2002:103). Karena itu, maka prosedur analisis data

dalam penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian agar keputusan yang

diambil tepat.

STIKOM

(41)

Setelah data terkumpul, data akan dikelompokkan sesuai dengan unsur-unsur

desain dan komunikasi visual yaitu data verbal dan data visual. Setelah itu dari

data-data yang terkumpul itu akan dikalsifikasikan menjadi satu data, yang akan

menjadi konsep dan terakhir menjadi ide visual dari perancangan ini.

3.3.1 Hasil Wawancara

Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil wawancara, ini dilakukan

langsung untuk mendapatkan informasi mengenai perancangan ini. Wisatawan

sangat tertarik terhadap wisata cagar budaya di Surabaya, terutama wisatawan

mancanegara dibandingkan wisatawan domestik. Para wisatawan domestik yang

tertarik dikarenakan mereka ingin mengetahui tetang sisi dari sejarah old

surabaya, dan sedangkan wisatawan mancanegara itu karena mereka ingin melihat

dan mengetahui tentang nampak tilas nenek moyang mereka yang pernah berada

di Surabaya.

Wisatawan kurang mengetahui tentang wisata cagar budaya, masyarakat

pada umumnya kurang mengetahui tempat-tempat dimana saja cagar budaya itu

berada.

Wisatawan sedikit sulit untuk mendapatkan info-info tentang cagar budaya,

karena di internet maupun di buku sangat sedikit yang menginformasikan tetang

cagar budaya. Ada pun buku yang menginformasikan tentang cagar budaya itu

pun sangat sulit menemuinya di toko buku. Tetapi semenjak ada SHT (Surabaya

Heritage Track) dari House of Sampoerna wisatawan mulai terbantu untuk

mengetahui tentang wisata cagar budaya tersebut.

STIKOM

(42)

Wisata cagar budaya ini sangat berpotensi bila dapat dikelola lebih baik dan

ditata sedemikian rupa seperti contoh Jakarta, Bandung. Potensi wisata cagar

budaya itu pun sesuai dengan predikat Surabaya sebagai kota Pahlawan yang

memiliki banyak sejarah. Tetapi pemerintah masih sulit untuk mengembangkan

cagar budaya ini karena sebagian besar cagar budaya dimiliki pihak swasta dan

pribadi, sehingga membutuhkan waktu untuk dapat merundingkan permasalahan

tersebut.

3.3.2 Studi Eksisting

Analisa studi eksisting dalam perancangan ini dilakukan untuk mengacu

pada observasi yang dilakukan terhadap objek yang diteliti dan kompetitornya.

1. Analisis Internal

a. Segmentasi dan Targeting

Dalam perancangan buku city guide wisata cagar budaya ini, sasaran atau

target audience yang dituju adalah:

1) Demografis

- Usia : 18 tahun keatas

- Jenis kelamin : Pria dan wanita

- Profesi : Pegawai negeri/swasta, pelajar/mahasiswa, dan

keluarga.

2) Geografis

- Wilayah : Surabaya

- Ukuran kota : Kota besar

STIKOM

(43)

- Iklim : Tropis

3) Psikografis

- Gaya hidup: Sibuk dan padat, menyukai keramaian atau bersama,

senang menghabiskan waktu dengan traveling.

- Kepribadian: Suka sejarah atau peninggalan, menyukai kegiatan

traveling.

4) Behavioral

- Mencintai sejarah dan budaya

- Menambah wawasan tentang wisata.

b. Positioning

Positioning adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak

konsumen. Perancangan ini menempatkan dirinya untuk masyarakat yang

ingin mengetahui tentang Old Surabaya.

c. SWOT Cagar Budaya Surabaya

1) Kekuatan

Kota Surabaya merupakan kota sejarah dan kota pahlawan yang

mempunyai banyak cerita dan peninggalan.

2) Kelemahan

Kurang optimalnya pemerintah sendiri untuk meningkatkan cagar

budaya ini. Tempat atau lokasi cagar budaya yang berbeda-beda,

tidak pada satu lokasi. Para wisatawan tidak dapat dengan mudah

memasuki dari sebagian bangunan cagar budaya.

STIKOM

(44)

3) Peluang

Banyak wisatawan yang tertarik terhadap wisata cagar budaya. Di

Surabaya memiliki banyak macam cagar budaya, sehingga sangat

berpotensi menjadi alternatif wisata di kota Surabaya.

4) Ancaman

Kurang optimalnya pemerintah dalam meningkatkan kualitas cagar

budaya, karena sebagian besar merupakan milik swasta dan pribadi.

Sehingga menjadi ancaman bila sewaktu-waktu pemiliki bisa

merubah bangunan tersebut.

d. Hasil Analisis

Dari data hasil wawancara dan observasi maka dapat ditarik kesimpulan

wisatawan cagar budaya sangat berpotensi dan membutuhkan media

yang diandalkan untuk membatu wisatawan mengetahui tentang info

cagar budaya. Kemudian kurangnya pemerintah untuk meningkatkan

akomodasi wisata cagar budaya di Surabaya.

2. Analisis Kompetitor

Kompetitor yang diambil adalah wisata religi tua di Surabaya dan wisata

kota tua Jakarta.

a. Segmentasi dan Targeting

Sasaran atau target audience yang dituju adalah:

1) Demografis

- Usia : 18 tahun keatas

STIKOM

(45)

- Jenis kelamin : Pria dan wanita

- Profesi : Pegawai negeri/swasta, pelajar, dan keluarga.

2) Geografis

- Wilayah : Jakarta, Surabaya

- Ukuran kota : Kota besar

- Iklim : Tropis

3) Psikografis

- Gaya hidup: Sibuk dan padat, menyukai keramaian atau bersama,

senang menghabiskan waktu dengan traveling.

- Kepribadian: Suka sejarah atau peninggalan, menyukai kegiatan

traveling.

4) Behavioral

- Mencintai sejarah dan budaya

- Menambah wawasan tentang wisata.

b. Positioning

Positioning adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak

konsumen. Perancangan ini menempatkan dirinya untuk masyarakat yang

ingin mengetahui tentang sejarah dan peninggalan.

c. SWOT Kompetitor

1) Kekuatan

- Buku wisata yang mengangkat religi dan keunikan fotografi yang

menampilkan dan menonjolkan kesan sejuk.

STIKOM

(46)

- Berisi tentang informasi wisata kota tua Jakarta dengan ini

memudahkan para wisatawan untuk berkunjung di kota tua yang

dimana kota tua berlokasi dalam 1 tempat.

2) Kelemahan

- Hanya mempromosikan bidang wisata religi di Surabaya, dan layout

banyak menggunakan white space.

- Tidak semua wisatawan suka membaca buku. lebih banyak wisatawan

memilih mengakses di internet untuk mendapatkan informasi tentang

tempat tujuan wisata yang diinginkan.

3) Peluang

- Buku wisata religi pertama surabaya dan penggunaan media fotografi

yang menarik.

- Lokasi kota tua yang mudah diakses dan tempatnya nyaman untuk

berkumpul.

4) Ancaman

- Kurangnya minat wisatawan untuk berwisata ketempat religi.

- Banyaknya bermunculan wisata kota tua di berbagai kota Indonesia

yang bersejarah.

d. Hasil Analisis Studi Eksisting Kompetitor

Dari data hasil survey dan studi eksisting maka dapat ditarik kesimpulan

atau asumsi bahwa dengan adanya informasi wisata kota tua Jakarta ini

dapat memudahkan para wisatawan untuk berkunjung di kota tua yang

dimana kota tua berlokasi dalam 1 lokasi. Lalu untuk wisata religi

STIKOM

(47)

merupakan adalah wisata yang baru dan hanya kalangan masyarakat

tertentu yang tertarik terhadap wisata religi tua di Surabaya.

3.3.3 Keyword / Konsep

Melalui tahapan observasi dan wawancara hasil analisis tersebut maka

disimpulkan ide konsep dalam perancangan ini adalah “The Memorials of Surabaya”. Dan dari observasi dan wawancara juga disimpulkan keyword

perancangan buku city guide wisata cagar budaya menggunakan figur cak ning

sebagai icon yaitu classic dan simple.

3.4 Metode Perancangan

Perancangan buku city guide cagar budaya di Surabaya ini diperlukan suatu

konsep sebagai buku petunjuk berwisata cagar budaya yang kreatif dan tidak

monotone.

STIKOM

(48)

3.4.1 Konsep Perancangan

Gambar 3.1 Konsep Perancangan

3.4.2 Konsep Kreatif

Ide konsep dalam perancangan ini adalah “The memorials of Surabaya”. Konsep itu sekaligus sebagai slogan dalam perancangan buku City Guide ini.

Sedangkan judul untuk buku ini adalah “Surabayaku Dulu”. Buku ini bertujuan

untuk memberikan kontribusi terhadap keterbatasan informasi tentang

bangunan-bangunan cagar budaya di kota surabaya kepada masyarakat luas. Sehingga

mampu memunculkan gambaran secara visual bagaimana gedung – gedung

mampu memberi cerita bagaimana sejarah dari gedung yang ada. Pengambilan

foto yang menggunakan long shoot dan close up, ini agar dapat menunjukkan

bangunan secara keseluruhan dan sesuatu menarik dari bangunan tersebut yang

sesuai dengan konsep.

STIKOM

(49)

Konsep kreatif ini dihasilkan dari keyword dan brainstorming kota

Surabaya, agar desain serta informasi yang akan disampaikan sesuai dan dapat

diterima oleh masyarakat.

a. Warna

Melalui konsep kreatif yang dihasilkan dari keyword warna yang terpilih

untuk perancangan ini, yaitu:(Color Harmony Work Book)

Warna biru muda dengan komposisi C 83, M 83, Y 0, K 0.

Warna coklat dengan komposisi C 15, M 61, Y 100, K 2.

Warna coklat muda dengan komposisi C 2, M 14, Y 87, K 0.

b. Tipografi

Font yang diperoleh dari keyword tersebut dipilih jenis font “Sans serif”

.Pemilihan jenis tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa huruf sans serif, dipilih

dengan pertimbangan readability, dan legibility. Hal ini dikarenakan huruf sans

serif cukup efektif untuk penulisan judul dan teks, serta huruf ini mempunyai

kesan simple (Konda, 2010).

Alternatif font sans serif yang digunakan dalam buku ini adalah Arial, Futura,

Helvetica, dan Gill Sans. Pemilihan alternatif font tersebut berdasarkan

pertimbangan bahwa font-font tersebut huruf karena memiliki citra simpel

(Supriyono, 2010) yang sesuai dengan keyword. Sedangkan font yang dipilih

untuk buku ini adalah font bernama “Helveticauntuk headline untuk setiap judul bangunan dan “Arialuntuk bodytext.

STIKOM

(50)

c. Fotografi

Fotogarfi yang digunakan adalah Landscape dengan objek sebuah gedung

atau bangunan cagar buadaya tersebut. Dalam pengambilan foto menggunakan 2

cara long shoot dan close up.

3.4.3 Konsep Komunikasi

Konsep komunikasi perancangan ini adalah menjadi sebuah buku panduan

wisata cagar budaya, serta memperkenalkan wisata cagar budaya Surabaya pada

target audience. Strategi komunikasi ini ditunjukkan pada target audience yang

menyukai travelling, ingin mengetahui tentang sejarah, dan para pencinta buku

wisata. Secara utuh buku ini dibuat untuk masyarakat atau wisatawan dalam

maupun luar negeri yang tertarik pada wisata cagar budaya dan berisi info lengkap

tentang sejarah tentang cagar budaya tersebut.

3.5 Perancangan Karya

3.5.1 Ikon

Buku ini menampilkan sebuah ikon Cak dan Ning yang akan menjadi

pendukung dari buku ini. Cak dan Ning ini menjadi guide pembaca dalam buku

ini, karena Cak dan Ning merupakan duta wisata dari kota Surabaya.

STIKOM

(51)

1. Sketsa Alternatif

Gambar 3.2 Sketsa ikon Cak Ning Surabaya

3.5.2 Buku

Buku ini berisi tentang informasi yang jelas dan lengkap tentang berbagai

cagar budaya di Surabaya. Mulai dari sejarah, foto bangunan, dan lokasi cagar

budaya tersebut, serta dalam buku ini akan menggunakan icon cak dan ning

Surabaya. Ukuran dari buku ini adalah Ukuran 21 x 19 cm, berisi 67 halaman ( isi

+ cover ), lalu kertas untuk isi art paper 150 gr, cover art paper 260 gr. Cagar

budaya yang terdapat didalam buku bedasarkan klasifikasi A, yaitu sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Daftar cagar budaya

1. Gedung Nasional Indonesia 2. Fakultas Kedokteran UNAIR 3. Gedung Don Bosco

4. RS Darmo 5. RS Al Irsyad 6. Gedung Grahadi 7. Gedung Balai Kota

8. Kantor Polwiltabes Surabaya 9. Gedung Balai Pemuda 10. Gedung Brantas 11. Gedung Cerutu

STIKOM

(52)

12. Gedung Seiko 13. Hotel Mojopahit 14. Gedung Internatio 15. Gedung Bank Mandiri 16. Gedung Wismilak 17. Kantor Pos Besar 18. Jembatan Petekan 19. GPIB / Zimmerwan 20. Kantor Pos Simpang

21. Eks. Gedung Badan Penanaman Modal Daerah 22. Tugu Pahlawan

23. Stasiun Gubeng Lama

24. Gereja Khatolik Kelahiran Santa Perawan Maria 25. Pintu Air Jagir

26. SMA Santa Maria

27. Gedung PTPN XXIV – XXV

28. Gedung Museum Bank Indonesia

Gambar 3.3 Sketsa cover

STIKOM

(53)

Gambar 3.4 Sketsa halaman buku

Gambar 3.5 Sketsa urutan awal-akhir buku

3.5.3 Konsep Media

Perancangan ini akan menggunakan media, media yang utama adalah buku

karena merupakan tujuan utama dari perancangan ini. Lalu media berikutnya

merupakan media pendukung untuk buku ini, seperti: Merchandise, dan Banner.

Media pendukung tersebut bertujuan untuk menarik dan mempromosikan buku ini

kepada target audience.

STIKOM

(54)

1. Merchandise

Merchandise merupakan media promosi yang diperlukan untuk dapat menarik

perhatian audience terhadap wisata cagar budaya di Surabaya. Jenis

merchandise yang akan digunakan berupa clay, gantungan kunci, mug, stiker,

pin, kaos, dan pembatas buku.

a. Keunggulan

- Dapat menarik wisatawan.

- Wisatawan menjadi mudah mengingat bila melihat merchandise.

b. Kelemahan

Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit untuk memproduksi merchandise,

oleh karena itu pemilihan merchandise harus tepat agar tepat pada

audience.

2. Banner

Banner digunakan karena dapat secara langsung memberikan informasi

kepada semua orang yang melihat dan sedangkan poster dapat ditempel

ditempat yang dekat dengan target audience. Poster dan banner ini berisi

visual dari ikon cak ning dan visual tentang cagar budaya.

a. Kelebihan

Dapat menginfokan dan membantu dalam mempromosikan buku city

guide, biaya yang relatif terjangkau.

b. Kelemahan

Tidak dapat sembarangan dalam menyebarkan dan memasang atau

menempel poster, banner.

STIKOM

(55)

2. Sketsa Merchandise

Gambar 3.6 Sketsa pin dan Gantungan kunci

Gambar 3.7 Sketsa pembatas buku

STIKOM

(56)

Gambar 3.8 Sketsa mug

Gambar 3.9 Sketsa stiker

STIKOM

(57)

49

IMPLEMENTASI KARYA

4.1 Implementasi Desain

Dari sketsa desain terpilih pada masing-masing media diimplementasikan

sebagai berikut:

1. Ikon Cak Ning:

Gambar 4.1 Ikon Cak Ning

Konsep ikon dipilih berdasarkan pakaian kebesaran atau pakaian adat kota

Surabaya yang dianggap mewakili karakteristik Cak Ning, antara lain udeng batik

pinggir modang putih warna hitam tiga tingkat dengan pancot miring, jas tutup

STIKOM

(58)

badan dengan asesoris, rantai jam dengan bendel hiasan, kain jarik parikesit, dan

mengenakan terompah bagi Cak Surabaya., sedang Ning Surabaya mengenakan

sanggul bentuk gelung rambut biasa, kebaya dan kerudung ber-renda, kain sarung

batik pesisir dan selop tutup.

Gambar 4.2 Ikon Cak Ning pada setiap halaman

Icon diatas merupakan icon yang akan menemani disetiap halaman

informasi tentang cagar budaya. Ekspresi yang dipilih yaitu saat cak-nya

membawa peta dan ekspresi saat cak-nya menunjuk, kedua ekspresi itu bertujuan

seperti memberikan informasi sebuah bangunan cagar budaya pada halaman

tersebut.

2. Buku City Guide:

Cover yang terpilih berisi sebuah tulisan judul dari buku city guide ini,

kemudian terdapat ilustrasi foto dari bangunan-bangunan cagar budaya yang

terdapat di Surabaya dan dibagian belakang cover terdapat logo dan alamat

STIKOM

(59)

pemkot Surabaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Warna dari cover ini sesuai

dengan warna dari keyword, dan cover dibuat simple tidak terlalu banyak gambar

dan kata-kata.

Isi buku city guide ini dibuat full color dengan menonjolkan gambar-gambar

dan minim tulisan untuk mencegah target audience merasa bosan saat membaca

informasi yang terdapat dalam buku ini. Isi buku ini dengan ukuran 22 cm x 19

cm, berisi 64 halaman didesain dengan gaya simple dan menonjolkan sisi-sisi

clasic bangunan cagar budaya sesaui dengan ide konsep yaitu “The memorials of Surabaya” melalui gambar atau foto bangunan yang diambil.

Foto yang diambil menggunakan dua teknik yaitu Long shoot dan Close up,

long shoot digunakan untuk menunjukkan situasi keseluruhan bangunan,

sedangkan close up untuk menunjukkan bagian-bagian dari bangunan yang

menarik. Dan disetiap halaman yang menunjukkan informasi bangunan terdapat

ikon Cak Ning yang akan memandu audience dalam membaca buku ini. Selain

itu, dicantumkan pula peta lokasi cagar budaya di Surabaya pada halaman terakhir

buku untuk menunjukkan pada target audience letak wisata cagar budaya.

Untuk halaman pembuka, di bagian kiri ditempatkan beberapaba foto dari

cagar budaya dengan tujuan untuk menarik perhatian audience, dilanjutkan

dengan halaman hak cipta. Lalu pada sebelah kanan setelah dari halaman "special

thanks to", audience akan disambut oleh ikon Cak Ning yang akan seterusnya

menemani audience atau wisatawan dalam membaca buku city guide ini. Diseblah

icon terdapat sebuah narasi yang singkat menerangkan isi buku ini dan siapa yang

menjadi icon sebelah narasi tersebut. Kemudian dihalaman selanjutnya berisi kata

STIKOM

(60)

sambutan dari kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya dan

disebelah kata sambutan yaitu daftar isi.

Gambar 4.3 Tampilan Cover depan dan belakang buku

Gambar 4.4 Tampilan halaman i - ii

STIKOM

(61)

Gambar 4.5 Tampilan halaman iii - iv

Gambar 4.6 Tampilan halaman v - vi

STIKOM

(62)

Gambar 4.7 Tampilan sebagian isi Cagar Budaya didalam buku city guide

STIKOM

(63)

Pada setiap halaman informasi cagar budaya disana akan terdapat ikon Cak

Ning yang menemani pembaca atau audience. Jenis layout yang digunakan pada

setiap halaman informasi cagar budaya adalah picture window layout dan dibuat

tidak terlalu ramai karena disesuaikan dengan keyword yang didapat simple dan

warna yang digunakan yaitu classic. Ukuran setiap halaman tetap 22 cm x 19 cm.

Serta ada penetapan letak dari judul cagar budaya setiap halaman diletakkan

disebelah kiri. Dan peletakkan gambar icon akan berada disebelah kanan

informasi tentang cagar budaya, itu fungsinya untuk menunjukkan dimana letak

[image:63.595.44.544.173.682.2]

pembaca sekarang atau lokasi cagar budaya.

Gambar 4.8 Tampilan Peta lokasi cagar budaya dan halaman terakhir buku

STIKOM

(64)

Pada halaman peta dan daftar cagar budaya tidak diberi sebuah ikon Cak

Ning, karena dibuat simple agar pembaca dapat dengan mudah dalam mencari

atau membaca peta lokasi cagar budaya.

3. Merchandise:

Gambar 4.9 Merchandise (a) pin - gantungan kunci, (b) mug, (c) clay icon Cak Ning Surabaya, (d) pembatas buku, (e) sticker, dan (f)

kaos a

b c

d e

f

STIKOM

(65)

Merchandise ini terdiri dari 5 benda yaitu pin, gantungan kunci, clay ikon

Cak Ning

Gambar

Gambar 4.8 Tampilan Peta lokasi cagar budaya dan halaman terakhir buku

Referensi

Dokumen terkait

Banyak kebijakan pangan yang justru paradok dengan kebijakan diversifikasi konsumsi pangan, seperti adanya kebijakan raskin, kebijakan produksi beras yang dominan dan

Pelayanan nifas oleh tenaga 100% 100% 25% 25% 19,1% 19,1% Belum tercapai Belum tercapai Secara Secara estimasi estimasi belum belum Data Data sasaran sasaran BPJS

untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan/ masalah yang dialami oleh konsumen dengan harapan karyawan mampu cepat tanggap dalam menyelesaikan segala keluhan konsu- men,

Dokumen Kelurahan Sembungharjo Kecamatan Genuk Kota Semarang.. Walaupun tidak sedikit pula yang menyelesaikan studinya sampai jenjang Perguruan Tinggi. Hal ini disebabkan

Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat oleh Dosen (PpMD) ini dalam memberikan sosialisasi dengan metode ceramah dan diskusi mengenai pemahaman kepada

sistem bahan bakar EFI (Electronic Fuel Injection) (2) Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa yang didapat dalam pembelajaran setelah

Berikut ini kami sampaikan Penawaran Umum Obligasi Berkelanjutan II Toyota Astra Financial Services Tahap II Tahun 2017:.. Emiten : PT Toyota Astra Financial Services Kepemilikan

Hipotesis yang mengatakan bahwa price earning ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return saham tidak terbukti benar, dimana hasilnya