• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PEKERJA PEMBORAN YANG MENJALANI HUBUNGAN JARAK JAUH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA PEKERJA PEMBORAN YANG MENJALANI HUBUNGAN JARAK JAUH"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KOMITMEN PERNIKAHAN

PADA PEKERJA PEMBORAN YANG

MENJALANI HUBUNGAN JARAK JAUH

Keysha Thalia Effendi

Keysha.effendi@gmail.com

Dosen Pembimbing : Dr. Yosef Dedy Pradipto L.Th., M.Hum., Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat

Telp : (62-21) 535 0660/(62-21) 536 0644

ABSTRAK

Abstract

The Purpose of this study is to describe marital commitment among drilling workers who are in a Long-distance Relationship. The method that used in this study is quantitative method, with the operational variables used in the study of marriage commitment which was divided into three (3) dimensions: personal commitment, moral commitment, and structural commitment, the simple consisted of 70 drilling workers, analysis of the study is descriptive to describe the marriage commitment among drilling workers using surveys through questionnaires to collect data. The results of the study have show that marriage commitment of drilling worker is high, based on three (3) dimentional measurement of marriage commitment, which is personal, moral and structural commitment. Where moral commitment and structural commitment of drilling worker is high, to protect their marriage although their personal commitment is low (K)

Keywords : Commitment Marriage , Personal Commitment , Moral Commitment , Commitment Structural

Abstrak

Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui gambaran komitmen pernikahan pada pekerja pemboran yang menjalani hubungan jarak jauh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan operasional variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu komitmen pernikahan yang terbagi ke dalam tiga dimensi yaitu komitmen personal, komitmen moral dan komitmen struktural, dengan sampel terdiri dari 70 pekerja pemboran. Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan komitmen pernikahan pekerja pemboran dengan menggunakan strategi survei melalui penyebaran kuesioner sebagai teknik pengumpulan data penelitian. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa komitmen pernikahan pekerja pemboran dalam penelitian ini adalah tinggi, didasarkan pada tiga dimensi pengukuran variabel komitmen pernikahan yaitu komitmen personal, komitmen moral dan komitmen struktural, dimana komitmen moral dan komitmen struktural pekerja pemboran tinggi untuk mempertahankan pernikahan mereka meskipun komitmen personal mereka rendah meskipun komitmen pernikahan tetap di katakan tinggi. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa komitmen pernikahan pekerja pemboran adalah tinggi (K)

(2)

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi saat ini perusahaan di sektor pemboran minyak dituntut untuk terus berubah dan meningkatkan kemampuan seiring dengan munculnya tantangan yang ada. Tingginya kebutuhan penggunaan energi dengan lajunya pertumbuhan populasi penduduk dunia dan tingginya pertumbuhan ekonomi dunia menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan pemboran. Demi mencapai hal tersebut, perusahaan tidak mungkin terlepas dari tenaga kerja manusianya yakni suatu hubungan antara perusahaan dengan karyawan yang saling menguntungkan. Di satu sisi perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang besar dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berkualitas, di sisi lain karyawan menginginkan harapan dan kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi perusahaan.

Hubungan yang saling menguntungkan diantara perusahaan dengan pekerjanya tersebut, pekerja pemboran memperoleh keuntungan dari perusahaan, namun di sisi lain pekerja pemboran harus mengikuti aturan main dan ketentuan perusahaan dalam rangka optimalisasi pelaksanaan kerjanya. Perbedaan sektor usaha tentunya akan berbeda pula tuntutan kerjanya, beragam dari bobot dan implikasinya baik secara positif maupun secara negatif terhadap kualitas hidup lain dari para pekerjanya. Secara khusus dalam sektor pemboran minyak dapat memiliki implikasi tersendiri terhadap kualitas kehidupan para pekerja yang terlibat di dalamnya, dimana implikasi psikologis diduga muncul terutama berimplikasi negatif pada kehidupan rumah tangga atau terhadap kualitas pernikahannya. Hal ini didasarkan pada karakteristik pekerjaan pemboran yang menuntut pekerjanya untuk bertahan di tempat kerja pada waktu yang relatif lama dan jauh dari keluarga karena sebagian besar atau kebanyakan tempat pemboran minyak tersebut berada di area-area yang jauh dari pemukiman, sehingga kondisi tersebut menurunkan intensitas waktunya yang diperuntukan dengan pasangan serta keluarganya yang banyak dihabiskan untuk pekerjaannya.

Sebagai gambaran saja, secara garis besar dalam dunia industri perminyakan terdapat dua tahapan pekerjaan utama yang harus dilalui yaitu pekerjaan pada tahapan eksploitasi dan pekerjaan pada tahapan eksplorasi. Sebelum sampai pada tahapan eksplorasi dilakukan terlebih dahulu tahapan eksploitasi yang merupakan tahapan penyelidikan yang berpotensi mengandung minyak. Pada umumnya daerah yang banyak terdapat kandungan minyak yaitu terletak di off shore atau lepas pantai yang notabene terdapat di luar negeri seperti Malaysia, Oman, Dubai dan area lainnya, namun juga terdapat on shore atau daratan yang terletak di daerah pedalaman hutan yang terletak di kepulauan Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Irian daerah-daerah lainnya. Sedangkan pada tahapan eksploitasi dilakukan penyelidikan dengan menggunakan mesin bor untuk mendapatkan sebanyak mungkin cadangan minyak. Pelaksanaan pekerjaan pemboran tersebut membutuhkan waktu yang tidak sedikit melainkan waktu yang lama bahkan terbilang sangat lama. Waktu pengerjaan sebuah sumur dilakukan dengan waktu pengerjaan 24 jam non-stop dan satu titik pemboran sumur dapat dilakukan dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun lebih rentan waktu yang lama, waktu pemboran yang dilakukan tergantung pada proses pemboran sumur itu sendiri. Para pekerja yang terlibat dalam pemboran antara lain didominasi oleh laki-laki dengan posisi yang berbeda-beda yaitu diantaranya Engineer, Mud Logger, juru bor, bor master atau yang sering disebut dengan helper, dan masih banyak lagi, dalam waktu kerja 24 jam tersebut terbagi dalam 2-3 shift pergantian bekerja dan juga terkadang dilakukan seorang diri tanpa pergantian shift. Biasanya dalam sistem sebuah perusahaan pekerja pemboran memiliki perbedaan dan mengalami perubahan di setiap perusahaan tersebut tentang pembagian waktu kerjanya, untuk yang berstatus sebagai karyawan tetap memiliki jadwal pergantian kerja tersendiri dan begitu juga untuk karyawan yang berstatus kontrak.

Karakteristik-karakteristik dari pekerjaan pemboran ini yang mencolok adalah lokasinya yang tidak strategis untuk pemukiman dan tentunya jauh dari pemukiman dan karakteristik lainnya adalah pekerjaannya itu sendiri yang menuntut pekerja untuk tinggal dalam waktu yang lama selama proyek pemboran berlangsung dan kondisi-kondisi inilah yang diduga akan mempengaruhi kesehatan psikologis dari para pekerja karena menuntut pekerja terutama yang sudah berumah tangga harus tinggal berada jauh dari pasangan dan keluarganya dalam waktu yang lama. Hal lain yang memperkuat adanya implikasi psikologis dari pekerjaan ini adalah karena kebanyakan para pekerja yang bekerja di tempat pemboran ini adalah orang dewasa muda, seperti yang diungkapkan oleh Erickson (dalam Hurlock, 1999) pekerja pemboran masuk pada tahap dewasa muda yang dimulai pada usia 18 tahun sampai 40 tahun. Didukung oleh Papalia et al (2007) masa dewasa muda dimulai pada usia 20 tahun sampai 40 tahun, dimana pada saat usia tersebut seseorang memiliki cinta yang dewasa yang berarti memiliki komitmen, hasrat seksual, kerja sama, kompetensi sekaligus sahabat (Fiest & Fiest, 2008). Kebutuhan akan sebuah kedekatan dan keintiman yang melibatkan perasaan dekat (fisik) memiliki dorongan yang sangat kuat. Namun dampak yang didapat seseorang yang memiliki pasangan yang bekerja sebagai pekerja pemboran membuat

(3)

hubungan yang dijalani harus dihadapkan pada perpisahan secara geografis yang cukup jauh atau disebut juga hubungan jarak jauh atau long distance relationship yaitu suatu hubungan dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu (Hampton, 2004).

Dampak dari terpisahnya fisik pada pekerja pemboran yang telah menjalani pernikahan yaitu merasa kesepian, tidak adanya tempat untuk mencurahkan isi hati, tidak dapat bermesraan dan berkurangnya waktu dan frekuensi berhubungan intim. Orang yang tidak memiliki komitmen akan mengeluhkan betapa pernikahan yang mereka jalani ini rawan akan konflik dan tidak adanya rasa ketertarikan lagi dengan pasangan masing-masing. Akhirnya pasangan ini menjadi rentan terhadap perselingkuhan (Hardjana, 2000).

Di sisi lain, pernikahan merupakan suatu hubungan antara pria dan wanita yang diakui secara sosial dalam mensahkan hubungan seksual dan pengasuhan anak, serta adanya pembagian hubungan kerja antara suami dan isteri (Duvall & Miller, 1977). Terjadinya pernikahan juga mempunyai fungsi yang menyangkut tentang hak dan kewajiban suami-isteri untuk dapat saling memenuhi kebutuhan, saling mengembangkan diri, dan yang paling penting adalah dapat memahami arti pernikahan itu sendiri (Olson & DeFrain, 2006).

Namun demikian, intensitas kedekatan dan pertemuan yang rendah diduga dapat menurunkan kualitas komitmen pernikahan seorang pekerja pemboran. Komitmen akan menjadi tidak stabil pada saat jarak dan waktu terpisah relatif sangat jauh diantara pasangan. Pernikahan yang dijalani dengan jarak jauh memiliki banyak resiko melebihi hubungan jarak jauh yang tanpa terikat sebuah pernikahan. Salah satu faktor utamanya adalah komunikasi, karena komunikasi dinilai sebagai salah satu faktor yang mendorong menguatnya komitmen mempertahankan pernikahan bagi pekerja.

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas pernikahan dengan komitmen pernikahan. Peningkatan pada kualitas pernikahan akan diikuti dengan peningkatan pada komitmen pernikahan. Pasangan yang memiliki komitmen untuk saling mempertahankan rumah tangganya dan tetap harmonis akan ditemukan rasa kebahagiaan dan kedamaian di hati. Berdasarkan hal tersebut, terdapat keterkaitan-keterkaitan diantara karakteristik suatu pekerjaan, komitmen hubungan dan pernikahan. Karakteristik pekerjaan pemboran menuntut pekerja jauh dari pasangan hidupnya, kebutuhan akan intensitas pertemuan dan keintiman adalah tinggi pada dewasa muda, dan kondisi tarik menarik inilah yang mempengaruhi derajat komitmen pernikahan seorang pekerja pemboran. Seperti yang diungkapkan oleh Johnson (dalam Johnson, Caughlin & Huston, 1991) yang menyatakan bahwa komitmen sangat dipengaruhi oleh karakter personalnya yaitu komitmen personal, moralnya yaitu komitmen moral dan pengaruh dari tekanan lingkungan pekerjaan itu sendiri yaitu komitmen struktural. Dalam hal ini, komitmen personal dapat dilihat saat ketertarikan pada pasangan dan ketertarikan pada hubungannya sangat tinggi. Komitmen moral dapat dilihat dari bobot moral yang tinggi untuk tetap mempertahankan dan meneruskan pernikahan. Komitmen struktural dapat dilihat dari tekanan lingkungan yang menghambatnya untuk tetap jauh dari pasangannya. Seandainya komitmen personal dan komitmen moralnya tinggi, seberapa besar komitmen struktural, hal tersebut tidak akan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen seorang pekerja untuk tetap mempertahankan pernikahannya, namun jika tekanan lingkungan pekerjaannya sangat tinggi atau komitmen strukturalnya tinggi melampaui ketertarikan pada pasangan dan melampaui ketertarikannya untuk tetap berhubungan atau melampauai komitmen personal dan melampaui pula terhadap bobot nilai moralnya atau melampaui komitmen moralnya untuk tetap mempertahankan pernikahan, maka dapat dimungkinkan bahwa komitmen pekerja untuk tetap mempertahankan dan meneruskan pernikahan yang dijalaninya adalah rendah. Keterkaitan-keterkaitan inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji topik ini secara lebih mendalam dalam penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Berdasarkan pada tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu ingin mengetahui gambaran komitmen berpasangan pada pekerja pemboran yang menjalani pernikahan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari para dewasa muda laki-laki dan perempuan dengan karakter berikut. Dewasa muda berkisar antara usia 20 tahun hingga 40 tahun karena pada usia ini banyak orang yang menjalani hubungan jarak jauh karena pekerjaan. Erik H. Erikson (dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2007) usia dewasa muda memasuki tahapan Intimacy versus isolation yang dimana masa ini merupakan tahapan dimana dewasa muda dapat

(4)

dengan baik menjalin hubungan intim (pernikahan) dengan lawan jenis serta mampu mempertahankan komitmennya. Subjek dalam penelitian ini merupakan pekerja pemboran yang menjalani pekerjaan yang memiliki dua karakteristik tempat seperti off shore yang projek pekerjaannya berada di tengah laut yang memerlukan waktu berjam-jam perjalanan sampai di tengah laut lepas, dan on shore yang pekerjaanya berapa di tengah hutan di pedalaman sebuah daerah tertentu yang lama bekerja 6 bulan hingga 2 tahun lebih. Serta bagi pekerja yang telah menjalani pernikahan denga umur pernikahan 6 bulan hingga 2 tahun lebih.

Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel pada penelitian ini berjumlah 70 orang dewasa muda yang bekerja sebagai pekerja pemboran yang menjalani pernikaha berusia 20-40 tahun. menjalani pekerjaan yang memiliki dua karakteristik tempat seperti off shore yang projek pekerjaannya berada di tengah laut yang memerlukan waktu berjam-jam perjalanan sampai di tengah laut lepas, dan on shore yang pekerjaanya berapa di tengah hutan di pedalaman sebuah daerah tertentu yang lama bekerja 6 bulan hingga lebih dari 2 tahun. Serta bagi pekerja yang telah menjalani pernikahan dengan umur pernikahan 6 bulan hingga lebih dari 2 tahun lamanya.

Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan yaitu Probability Sampling dan Non-probability Sampling (Sugiyono,2011). Dalam penelitian ini menggunakan teknik Non-Non-probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011).

Peneliti yang mengacu pada kerangka konseptual Johnson (Johnson, Caughlin & Huston, 1999) yang menggambarkan komitmen yang terdiri dari tiga dimensi komitmen yaitu komitmen personal, moral dan komitmen struktural yang secara lebih spesifik dapat tercermin dari sepuluh indikator untuk mengungkap ketiga komitmen pernikahan tersebut. Komitmen personal dapat tercermin dari indikator-indikator yaitu attraction to one’s partner (love), attraction to the relationship (marital satisfaction), dan couple identity (couple identity). Komitmen moral dapat tercermin dari indikator-indikator yaitu relationship-type obligations (divorce attitudes), personal obligation (partner contract), dan consistency values (consistency values). Komitmen struktural dapat tercermin dari indikator-indikator yaitu alternatives (alternatives), social pressure, termination procedure dan irretrievable investment

.

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif non-ekperimental dikarenakan penelitian tidak melakukan terhadap variabel-variabel dalam penelitiannya. Metode penelitian kuantitatif disebut sebagai metode positivistik karena berdasarkan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sitematis (Sugiyono, 2011).

Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan kegiatan mengolah dan menganalisis data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Pengolahan data tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 for windows. Ada sejumlah langkah ilmiah yang akan dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan data, yaitu denngan mengolah data dari hasil kuesioner, menghitung validitas dan reliabilitas, serta menganalisa hasil yang diperoleh oleh perhitungannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data

Subjek dalam penelitian ini adalah pekerja pemboran yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 92.9%, 47,1% berusia 36-40 tahun, 87,1% lama bekerja lebih dari 2 tahun, dan 91,4% lama pernikahannya lebih dari 2 tahun.

Untuk melihat seberapa besar rata-rata dari komitmen personal, komitmen moral dan komitmen struktural, maka dapat dilihat dari norma dengan penghitungan SPSS untuk skor komitmen nilai minimum

(5)

dengan 63 dan nilai maksimum 167 dan rata-rata skor komitmen adalah 120.17.Atas perolehan data menunjukkan bahwa apabila nial mean < 120 maka dinyatakan komitmen pernikahan rendah. Dan apabila nial mean > 120 maka komitmen pernikahan tinggi. perolehan data mean T-score menunjukkan bahwa dari 70 responden terdapat 35 orang yang memiliki komitmen yang tinggi dan 35 yang memiliki komitmen rendah. Maka pada responden pekerja pemboran ini memiliki nilai mean t-score yang sama. Dan perhitungan mean dari masing-masing dimensi, tabel diagram di atas menyatakan bahwa dimensi komitmen moral terlihat lebih tinggi dengan total nii 49.69, dimensi struktural yang memiliki nilai tinggi ke dua dengan total nilai 47.01, dan dimensi personal memiliki total nilai terendah dengan nilai 35.53. Dengan diagram ini menggambarkan bahwa komitmen moral memiliki nilai yang tinggi dibanding dimensi komitmen personal dan komitmen struktural.

Diskusi

Berdasarkan hasil-hasil statistik telah menunjukkan temuan-temuan dalam penelitian ini yang menggambarkan bahwa komitmen pernikahan para pekerja pemboran terletak pada level yang tinggi. Temuan penelitian ini sesuai dengan teori dari Johnson (dalam Johnson, Caughlin & Huston, 1991), dimana komitmen pernikahan seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu personal, moral dan struktural. Pertama adalah nilai-nilai mengenai moralitas dari hubungan itu sendiri. Individu menganggap bahwa pernikahan adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang hidup dengan pasangan yang sama. Kedua adalah perasaan bertanggung jawab secara pribadi terhadap orang lain. Misalnya individu merasa pasangannya membutuhkannya atau ia merasa telah berjanji untuk sehidup semati dengan pasangannya. Ketiga, seseorang merasa bertanggung jawab untuk melanjutkan hubungan karena ia memiliki nilai konsistensi general (general consistency values). Individu ini biasanya merasakan kewajiban untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai, termasuk dalam hal perkawinan. Komitmen struktural adalah keinginan bertahan dalam suatu hubungan karena adanya faktor penahan dalam hubungan tersebut yang menghambatnya untuk meninggalkan hubungan. Tidak adanya alternatif lain yang lebih baik merupakan salah satu faktor yang membuat seseorang cenderung bertahan dalam hubungannya. Faktor penahan lainnya adalah tekanan sosial. Jika keputusan seseorang untuk bercerai ditentang oleh keluarga, teman, dan masyarakat, akan jauh lebih mungkin seseorang untuk mempertahankan hubungannya. Prosedur perceraian yang sulit dan menghabiskan waktu serta biaya juga menjadi salah satu faktor yang membuat seseorang merasa lebih baik bertahan dalam hubungannya. Faktor yang terakhir adalah investasi yang telah ditanamkan selama hubungan berlangsung dan tidak dapat diambil kembali (irretrievable investments). Individu yang merasa telah banyak berkorban dalam hubungannya biasanya cenderung mempertahankan hubungan. Dan berdasarkan pada teori dari Johnson ini, maka pengaruh dari personal, moral dan struktural terhadap pekerja pemboran dalam penelitian ini cukup rendah, artinya bahwa saat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, maka komitmen perpasangan atau komitmen pernikahan pemboran dalam penelitian ini tetap pada level tinggi.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut, penelitian ini mendukung beberapa pernyataan dari penelitian sebelumnya, dimana tingginya komitmen pernikahan para pekerja pemboran dalam penelitian ini didasarkan pada adanya kesadaran mereka yang tinggi atas moral bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan kesadaran adanya keringanan beberapa urusan rumah tangga, dimana beberapa urusan rumah tangga tesebut dapat didelegasikan kepada pasangan mereka dan kondisi itu seperti yang dinyatakan oleh Duvall & Miller (1997), dimana pernikahan adalah secara sosial adalah sakral dan sebuah peristiwa sosial yang mendorong adanya pembagian tugas, sehingga pasangan saling membutuhkan satu sama lainnya. Subjek penelitian ini yang kebanyakan dalam masa dewasa muda dengan komitmen pernikahan yang tinggi, dan itu sesuai dengan yang dinyatakan oleh Papalia et al (2007), dimana selama masa dewasa muda, kebutuhan seseorang untuk memperoleh cinta dewasa dengan komitmen, hasrat seksual, kerjasama dan sahabat merupakan suatu kebutuhan dan dorongan yang kuat satu sama lain. Sehingga kendatipun tuntutan pekerjaan cukup sulit disebabkan adanya tekanan pekerjaan untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan mereka, komitmen pernikahan mereka tinggi, disebabkan mereka masih percaya terhadap pasangan mereka, seperti yang dikatakan oleh Karsner (2001), suatu hubungan akan sangat kuat saat satu sama lain saling percaya dan komponen kepercayaan itulah yang menentukan suatu hubungan itu berlanjut atau tidak. Hal lain yang mendorong komitmen pernikahan para pekerja pemboran dalam penelitian ini adalah mereka menilai banyak hal baik secara material maupun non material yang dirugikan bagi mereka seandainya mereka memutuskan untuk bercerai dengan pasangan mereka.

(6)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa komitmen pernikahan pada pekerja pemboran memiliki komitmen yang tinggi. Dengan memiliki nilai yang tinggi pada komitmen moral dan komitmen personal meskipun komitmen strukturan memiliki nilai tertinggi ke dua namun komitmen tetap dikatakan tinggi pada pekerja pemboran yang menjalani hubungan jarak jauh.

Dalam hal ini komitmen pernikahan pekerja pemboran dalam penelitian ini, saat diukur dari komitmen personal dan komitmen moralnya, karakteristik sikap dan mental mereka masih sangat mengharapkan berada dalam pernikahan yang telah dijalaninya saat ini dan secara moral, mereka merasa bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan proses perceraian, mereka yakini sebagai suatu penodaan agama dan keyakinan bagi mereka, mereka juga beranggapan bahwa perceraian hanya boleh dilakukan saat tidak ada lagi solusi guna mempertahankan pernikahan mereka. Pada saat diukur mengenai komitmen strukturalnya, atas pandangan dan sikap pekerja pemboran ke arah pekerjaan meskipun pekerjaan menuntutnya harus mengalami hubungan-hubungan jarak jauh, tetapi mereka tetap beranggapan bahwa mereka merasa memiliki suatu hubungan yang tidak boleh diakhiri karena banyak resiko-resiko sosial yang akan mereka hadapi.

Saran

Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa kualitas hubungan jarak jauh sangat menuntukan kualitas pernikahan dalam komitmen dan menjaga keutuhan keluarga yang telah dibagun. Komitmen sangat penting untuk dijaga dan komunikasi harus terus berjalan dengan menggunakan segala media komunikasi yang telah tersedia, untuk meningkatkan rasa kedekatan dan keintiman diantara pasangan walaupun terpisah secara fisik

Selain itu, saran dan rekomendasi bagi perusahaan pemboran adalah bahwa pengembangan pekerja perlu dilakukan agar kinerja pekerja pemboran tersebut dapat terus ditingkatkan, namun demikian untuk mengoptimalkan kinerja pekerja pemboran tersebut dapat diperhatikan kebutuhannya baik secara material maupun secara psikologis. Karena semakin diperhatikan kebutuhan mereka terutama aspek psikologisnya, maka hal ini kemungkinan besar akan mendorong kepada konsentrasi mental pekerja terhadap pekerjaan yang ditugaskan perusahaan.

REFERENSI

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Dariyo, B (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.

Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1977). Marriage and Family Development (5th ed.). New York: J.B Lippincott Company.

Feldman, S (1996). Understanding Psychology. Fourth Edition. McGraw-Hill, Inc. United States of America.

Feist,J., & Feist, G.J. (2008). Theories Of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hardjana, A. M. (2000). Tubuh wanita modern, Yogyakarta: Arcan.

Hampton,JR. P. (2004). The Effect od Communication On Satisfaction In Long-Distance And Proximal Relationships Of College Students. Psychology Loyola University N.O

Hurlock, B.E. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjamg Rentang Kehidupan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga; 1999.

Johnson, M. P., Caughlin, J. P., & Huston, T. L. (1991). The Tripartite Nature of Marital Commitment: Personal, Moral and Structural Reasons to Stay Married, Journal of Marriage and the Family, Vol. 61, No. 1, PP. 160-177.

(7)

Kauffman, M. H. (2000). Relational Maintenance in Long-distance Relation. Ships: Staying Close. Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University.

Karsner, L.(2001). Belief about apartners personal qualities that facilitate intimacy. Journal of marriage & the family.

Kidenda, T. J. (2002). A Study of Cultural Variability and Relational Maintenance Behaviour for International and Domestic Proximal and Long distance Interpersonal Relationship. 1-109. Morgan, Robert M dan Shelby D Hunt. (1994). “The Commitment Trust of Relationship Marketing”,

Journal of Marketing . Vol 58, p 20-38.

Nazir M. (2005) Metode Penelitian, Bogor, Ghalia Indonesia

Olson, D. H., & DeFrain, J. (2006). Marriage Family: Intimacy, Diversity, and Strengths. 5th ed. New York: McGraw Hill.

Papalia, D.E., Olds. S.W., & Feldman R. D. (2007). Human Development 10th ed. New York: McGraw Hill. Companies.

Pryor, J., & Robert, J. (2005). What is Commitment? How married and Cohabiting Parent about Their Relationship, Australian Institute of Family Studies, Family Matters, No. 71 Winter.

Rusbult, C. E. (1983). A longitudinal test of the investment model: The development (and deterioration) of satisfaction and commitment in heterosexual involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 45, 101−117.

Santrock, J. W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga

Shumway,B. (2003). The effect of distance on intimacy,passion dan commitment in romantic relationship in college students. Saint anselm college.

Stafford, Laura. (2005). Maintaining long-distance and cross-residential relationships. New Jersey: Lawrence Earlbaum Associates.

Sternberg, R., J. (1987). The triangle of love: intimacy, passion, commitment. New York: Basic Books, Inc.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Thibaut, John W., and Kelley, Harold H (1959). The Social Psyckology of Groups, John Wiley & Sons, New York.

RIWAYAT PENULIS

Keysha Thalia Effendi lahir di Jakarta, KSA pada tanggal 21 Maret 1989. Penulis menamatkan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut John A Stubin, material handling adalah suatu bagian yang integral dari proses produksi yang meliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga

Kedalaman, kecepatan aliran dan ketinggian sedimen pada sungai model Shazy Shabayek sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya kecepatan aliran lateral yang masuk ke

Hasil kajian menunjukkan bahawa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tahap ketagihan Facebook dan Twitter dengan kemahiran sosial remaja di rumah, di univeristi,

Lever Assy Parking Brake saat proses produksi dengan menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) bahwa dari 22 data proses produksi terdapat 13 data proses

Alasan diagnosa cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prognosis penyakit diagnosa tersebut sesuai dengan pengkajian yang dilakukan bahwa keluarga

Materi formal content merupakan materi yang ada dalam kurikulum, sedangkan materi informal content merupakan materi yang tidak ada dalam kurikulum PPKn tetapi termasuk

Namun demikian Ada beberapa sumber potensi yang bisa dioptimalkan dalam pengembangan kakao di Sultra yaitu: (a) Secara umum petani di Sultra sudah terbiasa dan

(2016), Penerapan Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar , Metodik Didaktik: Jurnal