• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan dengan menganut asas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan dengan menganut asas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan dengan menganut asas desentralisasi dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Karena itu, Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, antara lain menyatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan pemerintahan daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi.1 Kebijakan desentralisasi

ditujukan guna mewujudkan kemandirian daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 ayat (6) menyebutkan bahwa “Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.2

Jika dilihat dari pelaksanaan fungsi pemerintahan, desentralisasi atau otonomi menunjukkan bahwa: (1) Satuan-satuan desentralisasi (otonomi) lebih fleksibel dalam memenuhi berbagai perubahan yang terjadi dengan cepat; (2) Satuan-satuan desentralisasi dapat melaksanakan tugas dengan efektif dan lebih efisien; (3) Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif; (4) Satuan-satuan desentralisasi

1 Juanda Nawawi, “Analisis Hubungan DPRD dan Pemerintah Daerah dalam Pembuatan

Kebijakan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat”, Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan,

Volume 8, No. 1, Januari 2015, hlm. 27-28.

2 Waode Daen Siti Nurcahya Ningsi, “Efektivitas Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Dalam Penanggulangan Korupsi Yang Dilakbhz23ukan Oleh Aparatur Sipil Negara (AS) (Studi Di DPRD Kota Malang)”, Legal Spirit, Vol. 1, No. 2, 2017, hlm. 109.

(2)

2

mendorong tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, komitmen yang lebih tinggi dan lebih produktif.3

Meskipun penilaian terhadap desentralisasi memperlihatkan adanya keberhasilan, namun pemerintah masih harus berhati-hati dalam bergerak kearah desentralisasi yang lebih luas atau kearah pendelegasian pelaksanaan pembangunan. Data-data memang tidak memungkinkan penilaian yang pasif terhadap dampak desentralisasi, namun kondisi-kondisi yang mempengaruhi pelaksanaan program-program desentralisasi dapat diketahui dengan pasti. Kondisi-kondisi tersebut adalah: (i) sejumlah pejabat pusat dan birokrasi mendukung desentralisasi dan organisasi-organisasi yang diserahi tanggung jawab; (ii) sejauh mana perilaku, sikap dan budaya yang dominan mendukung atau kondusif terhadap desentralisasi pembuatan keputusan; (iii) sejauh mana kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program dirancang dan dilaksanakan secara tepat untuk meningkatkan desentralisasi pembuatan keputusan dan manajemen; (iv) sejauh mana sumber-sumber daya keuangan, manusia dan fisik tersedia bagi organisasi-organisasi yang diserahi tanggung jawab.4

Dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sehingga kedudukan DPRD sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah menempatkan DPRD sebagai institusi yang sejajar dengan Pemerintah Daerah. Dalam kedudukan yang sejajar itu, DPRD bersama-sama dengan Kepala Daerah melaksanakan fungsi-fungsi Pemerintahan Daerah yang

3 Ni’matul Huda, “Hukum Tata Negara Indonesia – Edisi Revisi”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 330.

(3)

3

meliputi segala urusan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.5 Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan

maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan meningkatkan

pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat. Bahwa DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.6 Hal itu diperlukan guna mewujudkan

pemerintah yang baik (good government), yang diimbangi dengan sistem pengawasan yang efektif dan efisien melalui mekanisme check and balance.7

DPRD sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan D90aerah mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan dalam kerangka representasi rakyat sebagaimana terdapat dalam Pasal 149 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang berbunyi “DPRD

Kabupaten/Kota mempunyai fungsi: (a) legislasi; (b) anggaran; (c) pengawasan”.8 Dalam penjelasan disebutkan lebih lanjut bahwa: pada huruf a, fungsi legislasi adalah legislasi daerah yang merupakan fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk membentuk peraturan daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota. Huruf b, fungsi anggaran adalah fungsi DPRD Kabupaten/Kota bersama-sama dengan pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkan APBD yang di dalamnya termasuk anggaran untuk pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPRD Kabupaten/Kota. Huruf c, fungsi pengawasan adalah fungsi DPRD Kabupaten/Kota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

5 Asmawi, “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dalam Perundang-Undangan Pemerintahan

Daerah Dan Lembaga Legislatif Daerah”, Jurnal Cita Hukum, Vol. II, No. 1, Juni 2014, hlm. 4-5

6 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

7 H. Achmad Fauzi, “Fungsi Pengawasan DPRD Dalam Mewujudkan Pelaksanaan Pemerintahan

Daerah Yang Baik”, Hukum dan Dinamika Masyarakat, Vol.11, No. 2, April 2014, hlm. 198.

(4)

4

undang-undang, peraturan daerah, dan keputusan Bupati/Walikota serta kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

DPRD dibentuk pada umumnya dewan perwakilan ini disebut sebagai lembaga yang menjalankan kekuasaan legislatif, oleh karena itu biasa disebut dengan Lembaga Legislatif di daerah. Akan tetapi, sebenarnya haruslah dicatat bahwa fungsi legislatif di daerah, tidak sepenuhnya berada di tangan DPRD seperti fungsi DPR-RI dalam hubungan dengan Presiden. Adapun kewenangan menetapkan Peraturan Daerah tetap berada di tangan Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD sebagaimana ketentuan UUD 1945 sebelum diamandemen. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Bupati/Walikota tetap merupakan pemegang kekuasaan eksekutif dan sekaligus legislatif, meskipun pelaksanaan fungsi legislatif itu harus dilakukan dengan persetujuan DPRD yang merupakan lembaga pengontrol terhadap kekuasaan pemerintahan di daerah.9 Oleh karena itu,

sesungguhnya DPRD lebih berfungsi sebagai lembaga pengontrol terhadap kekuasaan pemerintah daerah daripada sebagai lembaga legislatif dalam arti yang sebenarnya.

Dengan berlakunya otonomi daerah, diharapkan dapat membawa perubahan yang lebih baik, karena daerah telah diberikan kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Ada tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.10 Ketiga hal tersebut pada dasarnya sangatlah berbeda, baik dari

9 Jimly Asshiddiqie. 2018. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia – Edisi Kedua. Jakarta: Sinar Grafika. hlm. 241.

10 Suanto. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menuju Tata

Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Dihubungkan Dengan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No. 9 Tahun 2015”,

(5)

5

konsep maupun penerapannya. Pengawasan mengacu pada kegiatan yang dilakukan diluar pihak eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD, untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Nampaknya dengan berlakunya otonomi daerah dapat mendorong suatu semangat baru atau keleluasaan (discretion) pada daerah untuk lebih giat dan berkonsentrasi pada pembangunan daerah.

Salah satu harapan dari implementasi otonomi daerah adalah terlaksananya tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan secara lebih baik dalam arti lebih sesuai dengan kepentingan dan harapan rakyat. Otonomi daerah juga memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk mempertimbangkan lebih banyak situasi dan kondisi daerah, sehingga tugas-tugas pemerintah dan pembangunan lebih berhasil, walaupun harus diakui bahwa pelaksanaan otonimi daerah tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, tetapi banyak hal yang harus dibenahi. Kesiapan daerah dalam upaya mendukung harapan tersebut harus ditopang dengan sumberdaya manusia yang professional.11 Selain itu, jika pelaksanaan

fungsi pengawasan DPRD belum berlangsung sesuai koridor dan aturan yang ada, hal itu justru dapat menimbulkan hubungan yang kurang harmonis antara Kepala Daerah dengan DPRD. Hal tersebut seringkali terjadi karena kurangnya memahami urgensi dan mekanisme pengawasan yang baik oleh DPRD, serta dukungan sumber daya yang terbatas dan dukungan kelembagaan yang masih lemah di DPRD.12

Jurnal Surya Kencana Dua:Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan. Vol. 4 Nomor 2. Desember 2017. Hlm. 265.

11 Margaretha.(et.al.). 2014. Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam

Pelaksanaan Legislasi di Kabupaten Kutai Barat. Jurnal Administrative Reform. Vol. 2 No.2.

hlm. 275-276.

12 Dadang Suwanda dan Akmal Malik P. 2016. Penguatan Pengawasan DPRD. Bandung: Rosda. 2016. hlm. 5.

(6)

6

Optimalisasi pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selain untuk mewujudkan cita-cita otonomi daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, juga untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Lord Acton menyatakan, bahwa manusia yang mempunyai kekuasaaan cenderung untuk menyalahgunakan kekuasaan itu, tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya (power tends to corrupt, but absolute power corrupt absolutely). Dalam istilah ilmu hukum tata negara, penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah ini disebut dengan onrechtmatige over heidsdaad.13

Kehadiran DPRD dalam sebuah negara demokrasi bukanlah untuk mengurangi kewenangan dari pada eksekutif tetapi harus dipandang sebagai upaya untuk lebih terjaminnya kepentingan rakyat dalam seluruh kebijakan pemerintah daerah. Dalam perkembangan fungsi DPRD di Indonesia telah mengalami pasang surut seiring dengan dinamika ketatanegaraan. Namun tidak jarang terjadi bahwa fungsi dan kewenangan DPRD tersebut tidak dapat terwujud yang akhirnya berujung pada penurunan citra terhadap DPRD tersebut. Sebab DPRD bukanlah lembaga teknis yang menjalankan peraturan, melainkan melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah, anggaran dan kebijakan pemerintah daerah.14

DPRD memiliki fungsi pengawasan yang diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Perda sebagaimana dalam Pasal 153 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Perda. Selain itu juga ditegaskan dalam Pasal 21 ayat (1)

13 Aminudin. Op.Cit. hlm. 133. 14 Ibid.

(7)

7

huruf a Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Tertib DPRD Provinsi, Kabupaten, dan Kota yang berbunyi “fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan Peraturan Kepala Daerah”.

Dalam Pasal 21 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Tertib DPRD Provinsi, Kabupaten, dan Kota telah dijelaskan terkait pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda yang dilakukan DPRD yang berbunyi “Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui: (a) rapat kerja komisi dengan Pemerintah Daerah; (b) kegiatan kunjungan kerja; (c) rapat dengar pendapat umum; dan (d) pengaduan masyarakat. Pengawasan tersebut dilaksanakan oleh Bapemperda melalui kegiatan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan Perda sebagaimana terdapat dalam Pasal 21 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Tertib DPRD Provinsi, Kabupaten, dan Kota. Dengan begitu dapat kita lihat tabel Pengawasan DPRD Kota Surabaya dari tahun 2014-2019 dengan melaksanakan fungsi DPRD melalui kegiatan pengkajian hukum sebagai berikut:

Tabel 1.15

Pengawasan DPRD Kota Surabaya dari tahun 2014-2019

Masa jabatan Obyek yang diawasi

Tahun 2014 a. Perda Kota Surabaya No. 07 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan

b. Perda Kota Surabaya No. 08 Tahun 2008 tentang Organisasi

15 Sekretariat DPRD Kota Surabaya

(8)

8 Perangkat Daerah

Tahun 2015 a. Perda Kota Surabaya No. 8 Tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan di Kota Surabaya

b. Perda Kota Surabaya No. 16 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan

c. Perda Kota Surabaya No. 15 Tahun 2003 tentang Pedoman Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga

d. Perda Kota Surabaya No. 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik

e. Perda Kota Surabaya No. 10 Tahun 2010 tentang Pajak Bum dan Bangunan Perkotaan

Tahun 2016 a. Perda Kota Surabaya No. 23 Tahun 2012 tentang Kepegawaian b. Perda Kota Surabaya No. 6 Tahun 2008 tentang Perusahaan

Daerah Pasar Surya

c. Perda Kota Surabaya No. 9 Tahun 2008 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Soewandhi d. Perda Kota Surabaya No. 2 Tahun 2009 tentang Perusahaan

Daerah Air Minum

e. Perda Kota Surabaya No. 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Perda No. 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame

Tahun 2017 a. Perda Kota Surabaya No. 8 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD

b. Perda Kota Surabaya No. 12 Tahun 2006 tentang Analisis Dampak Lalu Lintas di Jalan

c. Perda Kota Surabaya No. 03 Tahun 2007 tentang RTRW Kota Surabaya

(9)

9

Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir

e. Perda Kota Surabaya No. 07 Tahun 2010 tentang Penyerahan Prasarana, Sarana dan Utilitas Pada Kawasan Industri, Perdagangan, Perumahan dan Pemukiman

f. Perda Kota Surabaya No. 08 Tahun 2011 tentang Ijin Usaha Jasa Konstruksi

g. Perda Kota Surabaya No. 10 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

h. Perda Kota Surabaya No. 15 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Perda Kota Surabaya No. 02 Tahun 2010 tentang Pemakaian Rusun

i. Perda Kota Surabaya No. 02 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat j. Perda Kota Surabaya No. 05 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya

Tahun 2018 a. Perda Kota Surabaya No. 10 Tahun 2010 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan

b. Perda Kota Surabaya No. 8 Tahun 2014 tentang Penataan Toko Swalayan di Kota Surabaya

c. Perda Kota Surabaya No. 01 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Usaha di Bidang Perdagangan dan Perindustrian Tahun 2019 Tidak ada kegiatan pengawasan

Sumber: Sekretariat DPRD Kota Surabaya

DPRD Kota Surabaya dalam menjalankan fungsi terkait pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda) sebagaimana pada tabel diatas dilakukan secara formal maupun secara informal. Metode formal dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(10)

10

1) Rapat koordinasi dan rapat evaluasi, dilakukan dengan masing-masing lembaga pemerintahan daerah

2) Rapat pembahasan, dalam sidang komisi

3) Rapat dengar pendapat, dengan pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang diperlukan

4) Kunjungan kerja

Sebelum melakukan metode formal tersebut, adapun tahapan penentuan agenda pengawasan yang ditentukan, yaitu:

1) Obyek yang diawasi (dengan skala prioritas)

2) Pada tingkat apa pengawasan dilakukan (kebijakan, program, proyek, atau kasus tertentu)

3) Komisi atau anggota yang akan terlibat dalam rangkaian pengawasan 4) Kapan pengawasan akan dilakukan

Pelaksanaan pengawasan tersebut tentunya harus dilakukan tindak lanjut yaitu melalui aktivitas monitoring dan pengawasan triwulan guna memberi umpan balik (feed back) kepada pemerintah daerah. Untuk itu perlunya kita mengetahui pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kota Surabaya dalam 5 (lima) tahun atau dalam 1 (satu) periode masa jabatan di tahun 2014-2019 tersebut dapat dikatakan efektif ataukah perlu adanya suatu perbaikan dalam penerapannya di lapangan. Apabila kita melihat luasnya pelaksanaan fungsi pengawasan dan juga penjelasan tersebut di atas maka tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan sesungguhnya belum menunjukkan kinerja DPRD Kota Surabaya sesuai yang diharapkan.

(11)

11

Sejalan dengan hal tersebut, penulis mencoba untuk mengkaji persoalan yang dihadapi dalam mewujudkan fungsi pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dengan harapan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam lingkup pengawasan DPRD Kota Surabaya dengan mengangkat judul “Implementasi Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Pelaksanaan Peraturan Daerah di Kota Surabaya”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah di Kota Surabaya?

2. Bagaimana tindak lanjut pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah di Kota Surabaya?

3. Apa kendala-kendala DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji bentuk pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah di Kota Surabaya

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tindak lanjut pengawasan DPRD terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah di Kota Surabaya

3. Untuk mengetahui dan mengkaji kendala yang dihadapi DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah

(12)

12

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian hukum ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan bentuk pola pikir penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh proses perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dan juga dapat menggali permasalahan dari permasalahan hukum yang diteliti. Disamping itu penelitian tersebut yaitu sebagai syarat menempuh Mata Kuliah Metode Penelitian Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk masyarakat dalam memperoleh informasi terkait kinerja DPRD Kota Surabaya dalam melaksanakan fungsi pengawasan.

3. Bagi Pemerintah dan DPRD

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran terhadap Pemerintah Daerah dan DPRD dalam melaksanakan tugas dan wewenang terkait penyelenggaraan otonomi daerah guna mewujudkan pemerintahan yang baik.

E. Kegunaan Penulisan

Dengan adanya penulisan tersebut adapun kegunaan yang diharapkan penulis yaitu tulisan tersebut nantinya dapat menjadi referensi dalam perkembangan ilmu hukum di Indonesia, khususnya dalam bidang Hukum Tata Negara terkait peranan fungsi pengawasan DPRD Kota Surabaya

(13)

13

terhadap pelaksanaan Perda. Selain itu, diharapkan juga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi kalangan praktis maupun teoritis hukum serta masyarakat pada umumnya.

F. Metode Penulisan

Metode dari penulisan hukum akan mempengaruhi perolehan sumber data dalam penelitian yang bersangkutan untuk selanjutnya dapat diolah dan dikembangkan secara optimal sesuai dengan metode ilmiah dan demi terciptanya tujuan penelitian yang dirumuskan. Penelitian hukum yakni suatu proses untuk menemukan aturan hukum, doktrin-doktrin, maupun prinsip-prinsip hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode yuridis sosiologis, dimana penelitian dilakukan dnegan meninjau masalah yang diteliti dari segi yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan menemukan fakta, yang kemudian menuju identifikasi dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah.

2. Jenis Data

Dalam proses penyusunan penelitian ini penulis menggunakan tiga jenis bahan hukum yaitu:

a. Data Primer yaitu berupa data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan yang akan

(14)

14

dibahas. Sumber data diperoleh dari lapangan yaitu di DPRD Kota Surabaya

b. Data Sekunder yaitu merupakan data pendukung untuk melengkapi data primer, yaitu meliputi literatur, peraturan perundang-undangan, dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, yang meliputi:

1) Peraturan perundang-undangan, yaitu: a) Undang-Undang Dasar 1945;

b) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

c) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD Provinis, Kabupaten, dan Kota

2) Bahan-bahan yang diperoleh dari buku 3) Bahan-bahan yang diperoleh dari internet 3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan merupakan bahan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh karena itu, data harus selalu ada agar permasalahan penelitian itu dapat dipecahkan. Berikut teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan oleh penulis:

a. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penulisan yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap

(15)

15

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan dari pihak yang bersangkutan di DPRD Kota Surabaya. Wawancara dilakukan secara bebas terbuka dengan menggunakan alat berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan (sebagai pedoman wawancara) sesuai dengan permasalahan yang akan dicari jawabannya tanpa menutup kemungkinan untuk menambah pertanyaan lain yang bersifat spontan sehubungan dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Adapun pihak yang merupakan narasumber pada wawancara penelitian ini, yaitu:

1. Nama: Jabatan:

Arif Fathoni, S.H.

Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya 2. Nama:

Jabatan:

Mahfudz

Anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya

3. Nama: Jabatan:

Drs. Agoeng Prasodjo

Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya

4. Nama: Jabatan:

Dr. Akmarawita Kadir

Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya

b. Observasi

Yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung pada obyek lokasi penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini.

(16)

16

c. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah kegiatan menghimpun informasi yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, internet, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penulisan hukum ini.

4. Teknik Analisa Data

Analisa data bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang telah diperoleh. Setelah data dari lapangan terkumpul dengan metode pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas, maka penulis akan mengelola dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan Deskriptif Kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul, sehingga diperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika adalah gambaran singkat secara menyeluruh dari suatu karya ilmiah dalam hal ini adalah penulisan hukum. Adapun penulisan hukum ini terdiri dari sub-sub bab yang diuraikan secara terperinci dan disusun secara hierarki sehingga yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun sub-sub bab ialah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

(17)

17

Teori Lembaga Legislatif, Fungsi DPRD, Fungsi Pengawasan, Peraturan Daerah, dan DPRD.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan di uraikan mengenai jawaban terhadap permasalahan yang berhubungan dengan objek yang diteliti, yakni bagaimana bentuk pengawasan DPRD Kota Surabaya terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah, bagaimana tindak lanjut pengawasan terkait pelaksanaan Peraturan Daerah, bagaimana kendala-kendala DPRD dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah.

BAB IV: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang didalamnya berisi kesimpulan dan saran atas hasil penelitian hukum

Referensi

Dokumen terkait

Dalam masyarakat Tapanuli Selatan Marga merupakan suatu bentuk kelompok kekerabatan (kin group) yang para anggotanya adalah keturunan dari seorang kakek bersama; oleh karena

TKDN: Ya Pekerjaan Bendung dan saluran Pemilihan Langsung 300.000.000 255 Rehabilitasi/pemelihar aan jaringan irigasi (DAK Infrastruktur Irigasi) Belanja Jasa Konsultansi

Saran dan komunikasi persuasive yang dilakukan oleh seorang petugas Public Relations Officer pada jaringan internet sering disebut sebagai cyber PR atau dikenal

Laju Pemanfaatan sumberdaya yang dapat pulih ( renewable ) harus tidak melebihi daya pulihnya dalam periode tertentu (misal: Maximum Sustainable Yield dalam Perikanan dan

Sistem penentuan harga pokok produksi pada metode Activity Based Costing System menggunakan cost driver yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sistem tradisional yang

Barangkali penyelidikan dapat disamakan dengan pengertian “tindakan pengusutan” sebagai usaha mencari dan menemukan jejak berupa keterangan dan bukti-bukti sesuatu

Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang gambaran status kesehatan mental remaja nikah muda di Desa Tambak Agung Puri Mojokerto didapatkan sebagian besar

Spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat Deskripstif Analitis, yaitu menggambarkan dan menerangkan secara jelas mengenai permasalahan dan ketentuan-ketentuan