• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Lansia

1.1 Pengertian Lanjut Usia

Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo, 2007).

Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia dapat berarti semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno, 2000)

Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pad seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)

1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut Maryam (2008), lima klasifikasi pada lansia antara lain: a. Pra lansia

(2)

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000), lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun

c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

1.3 Tipe Lansia

Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

(3)

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tidak acuh

Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I. Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu:

(4)

1. Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu “Dwi Tunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya

2. Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan romantika hidup).

1.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia

Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus. menurut Potter dan Perry (2005), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi:

a. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran bekerja.

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia yang

(5)

menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar

e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan anak-anaknya yang telah dewasa

g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru selama pensiun.

(6)

1.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia

Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia adalah:

a. Mudah Jatuh

Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka

b. Mudah Lelah Disebabkan oleh:

a) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan depresi) b) gangguan organis

c) pengaruh obat-obat c. Berat Badan Menurun

Disebabkan oleh:

a) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah hidup atau kelesuan

b) Adanya penyakit kronis

c) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu

(7)

d. Sukar Menahan Buang Air Besar Disebabkan oleh:

a) Obat-obat pencahar perut b) Keadaan diare

c) Kelainan pada usus besar

d) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus) e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan

Disebabkan oleh: a) Presbiop

b) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang) c) Kekeruhan pada lensa (katarak)

d) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)

1.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia

Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yakni:

a. gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal

b. gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid

c. gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau penyakit kolagen lainnya

(8)

2. Kepuasan 2.1 Pengertian

Kepuasan adalah suatu keadaan dimana keinginan harapan dan kebutuhan individu terpenuhi. Artinya, individu datang ke suatu pelayanan untuk mendapatkan apa yang diinginkan untuk memenuhi kebutuhannya (Atmojo, 2006).

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2006).

2.2 Indikator Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien menurut Pohan (2006) akan diukur dengan indikator berikut:

a. Kepuasan Terhadap Akses Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang:

a) Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu dan tempat saat dibutuhkan

b) Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik dalam keadaan biasa ataupun keadaan gawat darurat

c) Sejauh mana pasien mengetahui bagaimana sistem pelayanan kesehatan bekerja, keuntungan dan tersedianya layanan kesehatan

(9)

b. Kepuasan terhadap Mutu Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan akan dinyatakan oleh sikap terhadap:

a) Kompetensi teknik dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien

b) Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan kesehatan

c. Kepuasan terhadap Proses Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk hubungan antar manusia akan ditentukan dengan melakukan pengukuran:

a) Sejauh mana ketersediaan layanan puskesmas atau rumah sakit menurut penilaian pasien

b) Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan/atau profesi layanan kesehatan lain

c) Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter d) Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis

e) Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti nasihat dokter dan/atau rencana pengobatan

d. Kepuasan terhadap Sistem Layanan Kesehatan

Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan, ditentukan oleh sikap terhadap:

(10)

a) Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan

b) Sistem perjanjian, termasuk menunggu giliran, waktu tunggu, pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap mau menolong atau kepedulian personel, mekanisme pemecahan masalah dan keluhan yang timbul

c) Lingkup dan sifat keuntungan dan layanan kesehatan yang ditawarkan Hal tersebut dinyatakan melalui pengamatan:

a) Luasnya layanan medik yang digunakan diluar sistem layanan kesehatan b) Proporsi pasien yan meninggalkan program dan memilih program kesehatan

lain

c) Jumlah dan jenis keluhan yang diterima sistem layanan kesehatan d) Perjanjian yang batal dan angka pembatalan

e) Angka ketersediaan obat dan resep obat yang diberikan f) Proporsi pasien yang mengganti dokter ( jika dimungkinkan)

2.3 Klasifikasi Kepuasan

Menurut Gerson (2004), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan sebagai berikut:

a. Sangat memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penilaian perasaan klien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai keinginan atau kebutuhan klien, seperti sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan antara petugas kesehatan atau petugas kesehatan dengan

(11)

klien), dan sangat cepat (untuk pelayan dan administrasi), yang seluruhnya menggambarkan kualitas tingkat pelayanan yang paling tinggi

b. Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, agak kurang cepat atau kurang ramah, yang semuanya ini menggambarkan tingkat kualitas kategori sedang

c. Tidak Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih, agak lambat atau tidak ramah

d. Sangat Tidak Memuaskan

Diartikan sebagai ukuran subjektif hasil penelitian perasaan klien rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak bersih, lambat dan tidak ramah. Seluruh hal ini menggambarkan tingkat kualitas pelayanan kategori rendah.

3. Posyandu Lansia 3.1 Pengertian

Posyandu adalah suatu kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan pada lanjut usia. Posyandu sebagai suatu wadah kegiatan

(12)

yang bernuansa pemberdayaan masyarakat akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan, terjadi proses pengorganisasian, adanya anggota kelompok dan kader serta tersedianya pendanaan (Azizah, 2011)

Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif (Notoatmodjo, 2007).

Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000)

3.2 Tujuan Pelayanan Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), adapun tujuan posyandu lansia adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku positif dari lansia b. Meningkatkan mutu dan derajat kesehatan lansia

c. Meningkatkan kemampuan para lanjut usia untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut terbatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan.

3.3 Manfaat Posyandu Lansia

(13)

a. Meningkatkan status kesehatan lansia b. Meningkatkan kemandirian pada lansia c. Memperlambat aging proses

d. Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia e. Meningkatkan harapan hidup

Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada organ reproduksi, seperti osteoporosis dan kanker leher rahim (pada lansia perempuan) dan gangguan kelenjar prostat dan gangguan seksual serta impotensi (pada lansia laki-laki merupakan masalah tersendiri dan berdampak pada kualitas hidup lansia).

3.4 Peran Pemerintah dalam Posyandu Lansia

Dituangkan dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan untuk menyusun kebijakan dalam pembinaan lansia di Indonesia. Undang-undang tersebut antara lain:

a. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan ( pasal 19) b. UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut yang optimal (Azizah, 2011).

(14)

3.5 Sasaran

Menurut Azizah (2011), sasaran dalam posyandu lansia antara lain: a. Sasaran Langsung

Sasaran langsung dalam posyandu lansia antara lain:

a) Kelompok usia menjelang usia lanjut (45-54 tahun) atau dalam masa virilitas, di dalam keluarga maupun masyarakat luas dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan fisik, gizi agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua

b) Kelompok usia lanjut dalam masa prasenium (55-64 tahun) dalam keluarga, organisasi masyarakat usia lanjut dan masyarakat pada umumnya, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan agar dapat mempertahankan kondisi kesehatannya dan tetap produktif

c) Kelompok usia lanjut dalam masa senescens (65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (dari 70 tahun). Hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat, cacat, dan lain-lain, dengan paket pembinaan yang meliputi KIE dan pelayanan kesehatan agar dapat selama mungkin mempertahankan kemandiriannya.

b. Sasaran Tidak Langsung

Sasaran tidak langsung dalam posyandu lansia antara lain: a) Keluarga dimana usia lanjut berada

(15)

c) Institusi pelayanan kesehatan dan non kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan pelayanan rujukan

d) Masyarakat luas

3.6 Komponen Pokok dalam Posyandu Lansia

Menurut Azizah (2011), komponen dalam posyandu lansia adalah: kepemimpinan, pengorganisasian, anggota kelompok, kader dan pendanaan.

Unit pengelola posyandu dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih dari para anggota. Organisasi posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang pimpinan dan dibantu oleh pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader posyandu sebanyak 4-5 orang. Bentuk susunan organisasi unit pengelola posyandu di desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota pengelola posyandu. Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan posyandu termasuk untuk revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya baik domestik maupun internasional. Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tetentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan serta membina kesejahrteraan termasuk bidang kesehatan (Depkes RI, 2001).

(16)

3.7 Kegiatan Kesehatan di Posyandu Lansia

Kegiatan kesehatan di posyandu lansia menurut Azizah (2011), antara lain: a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam

kehidupan sehari-hari seperti makan, minum, berpakaian, naik-turun tempat tidur, buang air besar atau air kecil dan sebagainya

b. Pemeriksaan status mental

c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan, pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh (IMT)

d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi dalam satu menit

e. Pemeriksaan hemoglobin

f. Pemeriksaan gula darah air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit DM g. Pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit ginjal

h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila ada rujukan

i. Penyuluhan dilakukan di dalam atau di luar posyandu atau kelompok lanjut usia

j. Kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi anggota lansia yang tidak hadir di posyandu

k. Pemberian makanan tambahan dan penyuluhan contoh menu makanan l. Kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia dan jalan santai

(17)

3.8 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Menurut Azizah (2011), mekanisme pelaksanaan kegiatan program posyandu lansia yang digunakan adalah sistem tiga tahap (3 meja) yaitu:

a. Tahap pertama (meja I)

a) Pendaftaran usia lanjut yang sudah terdaftar maupun usia lanjut yang baru, setiap lanjut usia akan mendapat KMS

b) Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan b. Tahap kedua (meja II)

a) Pencatatan

Pencatatan diletakkan pada KMS berupa hasil penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, kegiatan sehari-hari yang dilakukan

b) Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan

Dilaksanakan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan status mental, pengobatan sederhana dan perawatan juga diberikan. Pada tahap ini, selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar gula dan protein dalam air seni c. Tahap ketiga (meja III)

Pada tahap ini diberikan penyuluhan dan konseling selain itu juga dilakukan pembinaan mental untuk memperkuat ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tahap ini pula perlu dilakukan kegiatan fisik berupa olahraga maupun kegiatan fisik lain.

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan adanya koordinasi dengan instansi lainnya yang sejalan untuk mendukung implementasi kebijakan pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Banyuwwangi, karena

Komparasi data tentang macam spesies, kelimpahan dan indeks dominansi, serta pola distribusi longitudinal kerang air tawar Corbiculidae di sungai Brantas

PT SUMI INDO KABEL Tbk... PT SUMI INDO

Agar orang yang berkunjung ke web anda mau meminta informasi melalui email dari anda, kuncinya adalah anda harus memberikan suatu yang bernilai atau diminati oleh

Posisi materi sel pada IK (Indikator Kompetensi) kurikulum 2013 jika dilihat berdasarkan urutannya, setelah materi sel terdapat berbagai materi tentang jaringan dan

Jeg holder på med min avsluttende masteroppgave i endringsledelse ved Universitetet i Stavanger, temaet er medvirkning i endringsprosesser. I masteroppgaven skal jeg

Berdasarkan hasil wawancara di Kota Bekasi dan Kota Bogor, Dinas Kesehatan memang tidak memiliki wewenang untuk mengangkat tenaga honorer karena kebijakan pengadaan merupakan

Sebelum kita melihat dengan teliti perancangan untuk tahun 2008, eloklah kita mengimbas kembali pencapaian UMP sepanjang tahun 2007. Pada 1 Februari 2007, Universiti Malaysia