• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

55

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN

KABUPATEN DONGGALA

Indra Setiawan Lagaronda indrasetiawan41@ymail.com

Mahasiswa Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako Abbstract

This research aims to (1) analyze the influence of production factors against seaweed production at Lalombi Village, Banawa Selatan district of Central Sulawesi Province and (2) analyze income of seaweed cultivation farming at Lalombi Village, Banawa Selatan district of Central Sulawesi Province. The research was conducted at Lalombi village. The method applied was survey and the sample gathered through simple random sampling. The result reveals that (1) seeds number, workers and the long of harvest significantly affect on α 1% whereas working capital no real effect to seaweed production and (2) total production of respondents is 49.050 Kg/3.670 m/ planting season with sell price Rp 7.000/Kg dry, then, total of respondents acceptance on seaweed cultivation farming is Rp 343.350.000/3.670 m/ planting season. Total cost of production is Rp 197.181.000/ planting season. Total income obtained by respondents on seaweed cultivation farming Rp 146.169.000/3.670 m/planting season or Rp3.109.999,58/78m/planting season.

Keywords: Production, Income, Seaweed

Wilayah perairan laut Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar karena berada pada posisi geopololitis yang penting yakni lautan pasifik dan lautan india. Kawasan tersebut paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomi maupun politik dunia, sehingga secara ekonomi-politis sangat logis jika bidang kelautan dan perikanan dijadikan tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional (Budiharsono, 2001 dalam Waridin, 2005).

Saat ini potensi lahan untuk budidaya rumput laut di Indonesia sekitar 1,2 juta ha. Tahun 2011 baru termanfaatkan sebanyak 117.649 ha (9,80%) dengan total produksi nasional 5,3 juta ton basah (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012).

Rumput laut yang umum

dibudidayakan oleh petani ada 2 jenis yaitu Gracilaria spp (kelompok agarofit) dan Eucheuma spp (kelompok karaginofit). Kedua jenis ini telah diperdagangkan secara luas karena dibutuhkan dalam jumlah besar sebagai bahan baku industri. Kelompok

agarofit hasil akhirnya berupa agar-agar (tepung batang dan lembaran agar), sedangkan kelompok alginofit hasil olahannya berupa tepung karagenan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005).

Di samping berfungsi sebagai makanan, rumput laut juga memiliki berbagai kegunaan. Nilai pemanfaatan untuk pangan cukup tinggi dan memiliki diversifikasi yang tinggi. Beberapa tahun yang lalu rumput laut hanya dipergunakan sebagai bahan makanan manusia. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, pemanfaatan rumput laut telah meluas diberbagai bidang seperti pertanian dapat digunakan oleh beberapa Negara barat sebagai bahan pupuk organik dan pembuatan salah satu media dalam kultur jaringan (tissue culture); dibidang perikanan budidaya, rumput laut dapat dibudidaya dengan teripang, yang dapat meningkatkan pertumbuhan (Tjarongge dkk, 1993). Pemanfatan rumput laut di bidang farmasi digunakan sebagai pembuat suspense, pengemulsi, tablet, plester dan filter,

(2)

sedangkan dibidang industri digunakan dalam proses pengolahan produksi. Rumput laut juga digunakan sebagai bahan aditif seperti pada industry tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pelindung kayu dan pencegahan api.

Permintaan terhadap rumput laut di dalam negeri terus meningkat khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar dan kota lainnya. Harga rumput laut kering berkisar antara Rp 5.000 sampai dengan Rp 9.000 perkilogram. Bahan mentah (raw material) rumput laut tersebut untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan rumput laut dalam negeri yang jumlahnya masih sedikit dan sebagian besar raw material tersebut untuk memenuhi pasar eksport luar negeri seperti Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Hongkong dan Jepang.

Pengembangan usaha budidaya rumput laut di Provinsi Sulawesi Tengah sangat memungkinkan untuk dilakukan secara massal dan diharapkan dapat menjadi salah satu faktor sumber berputarnya roda pembangunan dan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Provinsi Sulawesi Tengah memiliki luas wilayah daratan 68.000 km2 dan luas wilayah laut ± 193.980 km2 dengan panjang garis pantai 4.013 km. Disepanjang garis pantai ini terdapat sekitar 832 desa atau sekitar 51,36% dari total 1.619 desa yang ada di Sulawesi Tengah sehingga sebagian besar penduduk bermukim di desa-desa pantai atau pesisir yang berhadapan langsung dengan sumberdaya perairan dan pesisir. Selain itu potensi dan karateristik lahan perairan yang sebagian besar sesuai untuk usaha budidaya serta teknologi yang umumnya telah dikuasai oleh para pembudidaya rumput laut merupakan faktor kekuatan tersendiri bagi daerah ini untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut.

Kabupaten Donggala merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Tengah yang mempunyai potensi pengembangan rumput laut. Panjang garis pantai sekitar 400 km. Secara geografis kabupaten ini memiliki

kondisi fisik perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut yaitu adanya beberapa lokasi berupa teluk untuk pelindung angin dan gelombang besar, dasar perairan yang stabil terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang, kedalaman air berkisar antara 30-50 cm pada surut terendah (Serdiati dan Widiastuti, 2010). Sinar matahari tetap pada waktu pasang serta yang paling utama salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34% dengan nilai optimum 32%. Suhu perairan berkisar 27º-30º C dengan angka transparansi sekitar 1,5 m. Kisaran pH antara 6-9 dengan nilai optimal diharapkan pada kisaran 7,5-8,0 (Anggadiredja, dkk, 2006).

Salah satu daerah penghasil rumput laut di Kabupaten Donggala adalah di Kecamatan Banawa Selatan dengan total RTP (Rumah Tangga Perikanan) sebanyak 130 KK dengan luas lahan 79 ha dengan produksi sebesar 30 ton atau sekitar 0,38 ton/ha rumput laut kering. Produksi rumput laut di Kabupaten Donggala berasal dari Kecamatan Banawa, Banawa Selatan, Balaesang dan Sojol. Total luas areal budidaya tahun 2012 seluas 97 ha dengan total produksi sebesar 60 ton atau sekitar 0,62 ton/ha.

Produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan masih rendah jika dibandingkan dengan desa-desa di Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan masih sangat minimnya SDM (Sumber Daya Manusia) sehingga pendapatan pembudidaya rumput laut masih sangat rendah. Hasil produksi yang dipasarkan berupa bahan baku (raw material) rumput laut kering ke Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan DKI Jakarta. Budidaya rumput laut diharapkan akan mampu mengubah pola perilaku nelayan dari menangkap menjadi pelaku budidaya.

Produksi Rumput Laut di Desa Lalombi sangat fluktuatif walaupun secara umum cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut diakibatkan oleh beberapa hal, antara lain (1)

(3)

serangan hama seperti ikan baronang dan penyakit putih (ice-ice), (2) musim tanam yang cenderung tidak stabil (3) terbatasnya bibit unggul yang tahan terhadap penyakit, (4). sarana budidaya dan modal usaha yang masih terbatas serta SDM pembudidaya yang masih terbatas.

Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahannya sebagai berikut :

1. Berapa besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Provinsi Sulawesi Tengah?

2. Berapa besar pendapatan usahatani budidaya rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah?

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan:

1. Menganalisis besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Menganalisis besarnya pendapatan usahatani budidaya rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.

METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Desa tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Desa ini merupakan daerah potensial untuk pengembangan rumput laut dimasa yang akan datang dilihat dari ketersediaan lahan yang cukup luas untuk produksi dan produktivitas rumput laut. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari april sampai dengan bulan juni 2014.

Penelitian ini menggunakan teknik sensus dalam pengumpulan data, yaitu dengan mengambil seluruh populasi pembudidaya rumput laut di Desa Lalombi. Metode sensus digunakan karena populasi tergolong kecil, yaitu

47 orang. Analisis Fungsi Cobb-Douglas digunakan untuk menjawab tujuan pertama, dengan formula:

Y = boX1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5. eEo

Penaksiran dilakukan dengan mentransformasikan persamaan tersebut ke dalam bentuk regresi linier berganda (multiple regression) dengan menggunakan logaritma natural sehingga persamaannya sebagai berikut:

In Y = Ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln

X3 + b4 Ln X4+ b5 X5 + E0

Keterangan :

Y= Produksi Rumput Laut Kering (kg X1= Bibit (kg)

X2= Tenaga Kerja (HOK)

X3= Pengalaman Berusaha (Tahun)

X4= Modal kerja (Rp)

X5= Lama panen (hari)

b0= Intercept (Konstan)

b1 – b5= Parameter yang akan ditaksir

E0= Kesalahan pengganggu

Untuk menjawab tujuan kedua digunakan analisis pendapatan dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2002):

π = TR-TC atau π = Py.Y-(FC+VC

Keterangan:

π = Pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut(Rp/musim),

Y= Hasil Produksi Rumput Laut yang Kering (kg);

Py= Harga Rumput Laut Kering (Rp/musim); TR= Total penerimaan (total revenue), dapat

dicari dengan mengalikan harga satuan (Py) dengan kuantitas produksi(Y) (Rp); TC= Total biaya (total cost) yang terdiri atas

biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost), (FC+VC) (Rp).

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fungsi Produksi

Pengaruh input produksi terhadap produksi budidaya rumput laut dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas, dimana tingkat produksi rumput laut kering (Y) sebagai variabel dependen, sedangkan input

(4)

produksi sebagai variabel independen (X) dalam model analisis yaitu Bibit (X1), Tenaga

Kerja (X2), Pengalaman Berusaha (X3),

Modal (X4), dan Lama panen (X5).

Hasil perhitungan uji F dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis Ragam (ANOVA) Usahatani Rumput Laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala

Sumber Df SS MS F Significance F

Regression 6 4,259 0,852 302,015* 0,000

Residual 40 0,116 0,003

Total 46 4,375

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Keterangan : * adalah significan pada tingkat α 1% Tabel 1 menunjukan bahwa secara simultan (bersama-sama) penggunaan bibit, tenaga kerja, pengalaman berusaha, modal, dan lama panen berpengaruh nyata terhadap produksi rumput laut kering. Selanjutnya, pengaruh dari masing-masing variabel independen (X) terhadap variabel dependen

(Y) secara parsial (terpisah) dapat digunakan uji t (t-student) yakni dengan melihat nilai dari koefisien regresi.

Lebih jelasnya mengenai pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara parsial dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Usahatani Rumput Laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala

Uraian

Koefisien Regresi

Standard

Error thitung* P-value

ttabel 1% Intercept 6,902 0,008 X1 0,169 0,009 19,591 0,000 2,701 X2 0,200 0,008 23,867 0,000 2,701 X3 0,162 0,008 19,127 0,000 2,701 X4 0,013 0,008 1,549 0,129 2,701 X5 0,032 0,009 3,703 0,001 2,701 Multiple R 0,987 R Square 0,974 Adjusted R Square 0,970 Standard Error 0,053 Observations (N) 47

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2014. Keterangan : adalah significan pada tingkat α 1% Tabel 2 menunjukan koefisien

determinan (R2) sebesar 0,970. Hal ini menunjukan bahwa variabel bebas (X1, X2,

X3, X4, X5) dapat menerangkan keragaman

variabel tidak bebas (Y) sebesar 97,0%, sedangkan 3,0% diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Pengaruh dari masing-masing input

terhadap produksi rumput laut kering sebagai berikut:

1) Bibit (X1)

Variabel bibit (X1) berpengaruh sangat

nyata terhadap produksi rumput laut kering di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, dimana P-value = 0,000 < 0,01 atau thitung = 19,591 > t tabel =

(5)

2,701 pada taraf kepercayaan 99% uji dua arah, artinya menolak H0 dan H1 teruji

kebenarannya. Ini berarti bahwa bibit rumput laut berpengaruh sangat nyata terhadap produkdi rumput laut. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditunjukkan pada nilai koefisien regresi 0,169. Hal ini memberikan arti bahwa apabila variabel bibit (X1)

mengalami kenaikan 1 persen maka produksi rumput laut kering akan mengalami pengaruh yang positif, yaitu kenaikan produksi rumput laut kering (Y) sebesar 0,169 persen, dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap. Hasil analisis regresi ini menunjukan bahwa jika bibit yang dimiliki petani rumput laut mengalami peningkatan maka produksi rumput laut akan meningkat pula. Penambahan bibit akan meningkatkan jumlah populasi tanaman rumput laut, dengan bertambahnya jumlah populasi rumput laut, maka akan banyak pula produksi rumput laut yang mereka hasilkan. Penelitian Tibo (2008) menyimpulkan bahwa bibit berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi rumput laut di Kabupaten Sikka. Jumlah bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1215 kg basah / 78 m.

Menurut Iswadi (2007) menyatakan: bahwa budidaya rumput laut dengan metode long line jumlah bibit yang dibutuhkan sebesar 3200 kg – 4600 kg per ha (10.000 m2) areal budidaya, hasil panen basah yang siap untuk dikeringkan sebesar 22.400 kg – 32.200 kg, atau diperoleh hasil produksi panen kering rumput laut sebanyak 2.800 kg – 4.025 kg (konversi dari basah menjadi kering 8 : 1).

2) Tenaga Kerja (X2)

Variabel tenaga kerja (X2) berpengaruh

sangat nyata terhadap produksi rumput laut kering di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, dimana P-value = 0,000 < 0,01 atau thitung = 23,867 > t tabel = 2,701 pada taraf kepercayaan 99% uji

dua arah, artinya menolak H0 dan H1 teruji

kebenarannya. Ini berarti bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produkdi rumput

laut. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditunjukkan pada nilai koefisien regresi 0,200. Hal ini memberikan arti bahwa apabila variabel tenaga kerja (X2) mengalami

kenaikan 1 persen maka produksi rumput laut kering akan mengalami pengaruh yang positif, yaitu kenaikan produksi rumput laut kering (Y) sebesar 0,200 persen, dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Selistiawati dan Idris (2011) yang menyimpulkan bahwa penambahan faktor produksi tenaga kerja akan meningkatkan produksi rumput laut di Desa Punaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18,03 HOK / 78 m. Rata-rata penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan panjang tali (luas lahan), semakin luas lahan yang ditanami rumput laut semakin banyak pula tenaga kerja yang digunakan, hal ini disebabkan karena semakin luas lahan yang dikelola maka semakin banyak populasi rumput laut yang ditanami sehingga semakin banyak pula pekerjaan yang harus dilakukan dalam proses produksi. Umumnya penggunaan tenaga kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang terdapat dalam suatu usahatani. Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh penggunaan tenaga kerja, penggunaan tenaga kerja yang efektif dan efisien serta memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai akan meningkatkan produksi rumput laut.

3) Pengalaman Berusaha (X3)

Variabel pengalaman berusaha (X3)

berpengaruh sangat nyata terhadap produksi rumput laut kering di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, dimana P-value = 0,000 < 0,01 atau thitung = 19,127 > t tabel = 2,701 pada

taraf kepercayaan 99% uji dua arah, artinya menolak H0 dan H1 teruji kebenarannya. Ini

berarti bahwa pengalaman berusaha berpengaruh nyata terhadap produkdi rumput laut. Besarnya pengaruh tersebut dapat

(6)

ditunjukkan pada nilai koefisien regresi 0,162. Hal ini memberikan arti bahwa apabila variabel pengalaman berusaha (X3)

mengalami kenaikan 1 persen maka produksi rumput laut kering akan mengalami pengaruh yang positif, yaitu kenaikan produksi rumput laut kering (Y) sebesar 0,162 persen, dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap. Rata-rata pengalaman usaha budidaya rumput laut dalam penelitian ini adalah 4 tahun. Bahari dkk. (2012) menyimpulkan bahwa pengalaman berusaha rumput laut berpengaruh terhadap produksi rumput laut. Batoa dkk. (2008) menyatakan bahwa Secara umum, karakteristik petani rumput laut seperti pengalaman berhubungan sangat nyata dengan kompetensi pembudidaya rumput laut.

Pengalaman berusaha adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang petani rumput laut secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh kepada hasil produksi rumput laut. Semakin lama seorang petani bekerja dalam menggeluti usahanya maka akan mempunyai peluang yang besar untuk menghasilkan produksi yang lebih besar. Baik di segi pengelolaan modal usaha, pemilihan benih yang baik, cara pemeliharaan serta keterampilan yang dimiliki tentunya berbeda dengan petani yang memiliki pengalaman kerja yang lebih sedikit.

4) Modal (X4)

Variabel modal kerja (X4) berpengaruh

tidak nyata terhadap produksi rumput laut kering di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, dimana P-value = 0,129 > 0,01 atau thitung = 1,549 < t tabel = 2,701 pada taraf kepercayaan 99% uji

dua arah, artinya menolak H0. Ini berarti

bahwa modal kerja berpengaruh tidak nyata terhadap produksi rumput laut. Besarnya pengaruh dapat ditunjukkan pada nilai

koefisien regresi 0,013. Hal ini memberikan arti bahwa apabila variabel modal kerja (X4)

mengalami kenaikan 1 persen maka produksi rumput laut kering akan mengalami pengaruh yang positif, yaitu kenaikan produksi rumput laut kering (Y) sebesar 0,013 persen, dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap. Hal ini menunjukan bahwa modal kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Penelitian ini relefan dengan penelitian Hermaily (2013) yang menyimpulkan bahwa biaya investasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan rumput laut di Kabupaten Wakatobi.

5) Lama Panen (X5)

Variabel lama panen (X5) berpengaruh

sangat nyata terhadap produksi rumput laut kering di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala, dimana P-value = 0,001 < 0,05 pada taraf kepercayaan 99% uji dua arah, artinya menolak H0 dan H1

teruji kebenarannya. Ini berarti bahwa lama panen berpengaruh nyata terhadap produkdi rumput laut. Besarnya pengaruh tersebut dapat ditunjukkan pada nilai koefisien regresi 0,032. Hal ini memberikan arti bahwa apabila variabel lama panen (X5) mengalami

kenaikan 1 persen maka produksi rumput laut kering akan mengalami pengaruh yang positif, yaitu kenaikan produksi rumput laut kering (Y) sebesar 0,032 persen, dengan asumsi variabel yang lain dianggap tetap. Hal ini menunjukan bahwa lama panen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. Rata-rata lama panen rumput laut dalam penelitian ini adalah 41 hari. Penelitian ini relefan dengan penelitian Harun dkk. (2013) yang bertujuan untuk mengetahui sifat fisik kimia rumput laut K. alvarezii, membandingkan kandungan karaginan rumput laut K. alvarezii dari berbagai umur panen, menentukan umur

(7)

panen rumput laut yang tepat dalam hubungannya dengan karakteristik karaginan yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan umur panen 30 hari ke atas, dengan parameter kandungan rendemen tertinggi diperoleh pada hari ke 40 (30,63%), kadar air terendah diperoleh pada hari ke 30 (17,72%), kadar abu terendah diperoleh pada hari ke 40 (14,62%), nilai viskositas tertinggi diperoleh pada hari ke 30 (85 cP) dan kekuatan gel tertinggi diperoleh pada hari ke 50 (80,31 g/cm2). Berdasarkan hasil parameter tersebut, maka rumput laut K.

alvarezii yang ada di perairan Desa Tihengo dapat dipanen sejak umur 30 hari.

Analisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut

Penerimaan merupakan hasil perkalian antara produksi dengan harga jual. Pendapatan merupakan hasil pengurangan penerimaan dengan biaya total. Hasil perhitungan penerimaan dan pendapatan dari penelitian di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Total Penerimaan, dan Pendapatan Responden Usahatani Rumput Laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala

No. Uraian

Usaha Budidaya Rumput Laut Panjang Bentangan 78 m / Musim 100 m / Musim Produksi (kg) 1043,62 1.337,97 Harga rata-rata (Rp/kg) 7.000,00 7.000,00 1 Penerimaan 7.305.340,00 9.365.820,51 Biaya : a.Biaya Tetap: Penyusutan (Rp) 198.315,60 254.250,77 Ijin Usaha/MT (Rp) 58.333,33 74.786,32 2 Sub Total 256.648,93 329.037,09 b.Biaya Variabel:

Total Upah Tenaga Kerja (Rp) 901.457,45 1.155.714,68

Total Biaya Bibit (Rp) 3.037.234,04 3.893.889,79

3 Sub Total 3.938.691,49 5.049.604,47

4 Total Biaya (2 + 3) 4.195.340,42 5.378.641,56

5 Pendapatan (1 - 4) 3.109.999,58 3.987.178,95 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Total produksi responden sebesar 1043,62 Kg/78 m/Musim Tanam dengan harga jual Rp 7.000/Kg kering, maka total penerimaan responden usaha budidaya rumput laut di Desa Lalombi sebesar Rp.7.305.340/78 m atau Rp.9.365.820,21/100 m. Total biaya produksi yang dikeluarkan

sebesar Rp.3.938.691,49/78 m atau Rp.5.049.604.47/100 m. Total pendapatan yang diperoleh responden usaha budidaya rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala sebesar Rp.3.109.999,58/78 m/Musim Tanam atau Rp.3.987.178,95/100 m/Musim Tanam.

(8)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

1. Jumlah bibit, tenaga kerja, pengalaman berusaha, dan lama panen berpengaruh sangat nyata pada α 1% sedangkan modal kerja berpengaruh tidak nyata terhadap produksi rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Provinsi Sulawesi Tengah.

2. Total produksi responden sebesar 1043,62 Kg/ 78m/ Musim Tanam dengan harga jual Rp 7.000/ Kg kering, maka total penerimaan responden usaha budidaya rumput laut di Desa Lalombi sebesar Rp.7.305.340/ 78 m atau Rp.9.365.820,21/ 100m. Total biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp.3.938.691,49/ 78m atau Rp.5.049.604.47/ 100m. Total pendapatan yang diperoleh responden usaha budidaya rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan

Kabupaten Donggala sebesar

Rp.3.109.999,58/ 78m/ Musim Tanam atau Rp.3.987.178,95/ 100m/ Musim Tanam.

Rekomendasi

1. Petani yang membudidayakan rumput laut Eucheuma cottonii sebaiknya memperhatikan jumlah bibit, tenaga kerja dan lama panen agar produksi rumput laut dapat ditingkatkan.

2. Usaha budidaya rumput laut di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala dapat lebih diperluas skala usahanya baik lewat modal sendiri, perbankan/ lembaga keuangan lainnya maupun bantuan pemerintah seperti bantuan sarana prasarana produksi, pembinaan/ pendampingan teknis, dan peningkatan keterampilan SDM pembudidaya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. M.R. Yantu, MS dan Bapak Dr. Alimuddin Laapo, SP, M.Si yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tulisan ini.

DAFTAR RUJUKAN

Anggadiredja, jana T, Ahmad Z, Heri P, I,

Sri. 2006. Rumput Laut:

Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Bahari, M. A. Dirgantoro, D. I. Bahari, 2012. Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut pada Keterbatasan Saluran Pemasaran di Sentra Produksi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.16, No. 4: 487 – 506.

Batoa, H., A. Jahi dan Dj. Susanto, 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kompetensi Petani Rumput Laut Di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan, Vol. 4, No. 1: 30 – 38. Departemen Kelautan dsn Perikanan. 2005.

Revitalisasi Perikanan Budidaya 2006-2009. Jakarta.

Harun, M., R.I. Montolalu dan I K. Suwetja, 2013. Karakteristik Fisika Kimia Karaginan Rumput Laut Jenis Kappaphycus alvarezii pada Umur Panen Yang Berbeda Di Perairan Desa Tihengo Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, Vol. 1, No. 1: 7 – 12. Hermaily, E., 2013. Analisis Faktor –Faktor

yang Mempengaruhi pendapatan Usaha Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Wakatobi. Jurnal Thesis Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Hal:1 – 15.

(9)

Iswadi, 2007. Metode Budidaya Rumput Laut

Eucheuma spp. Melalui

<http://www.Iswadi.blogspot.com/2007 /11/Metode-Budidaya-Rumput-Laut-Eucheuma- spp.html> (17/7/07).

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2010. Jakarta.

Selistiawati dan A. P. S. Idris, 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii (Kasus Di Desapunaga Binaan Balai Budidaya Air Payau Takalar). Jurnal Vokasi, Vol.7. No.2 187 – 191.

Serdiati, N. dan I. M. Widiastuti, 2010. Pertumbuhan dan Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Kedalaman Penanaman Yang Berbeda. Media Litbang Sulteng III (1) : 21 – 26.

Tibo, M. W. G., 2008. Analisis Usaha Rumput Laut di Kabupaten Sikka. Prosiding Simposium Nasional Mahasiswa Pascasarjana Tahun 2008, Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 263 – 275.

Tjaronge, Muhammad. Edward

Danakusumah, Daud S Ponganan, Naftali Kabangga, 1993. Polikultur Teripang, Rumput Laut dan Udang Windu Pada Kontruksi Hampang Yang Berbeda. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Pantai Maros. Nomor 11, 1993: 16-19 Juli 1993. Balitbangtan Balai Perikanan Budidaya Pantai Maros.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa berhak mengajukan permohonan untuk mengikuti ujian komprehensif apabila telah melaksanakan Seminar Proposal serta seminar hasil dan dinyatakan lulus serta telah

Dengan melihat latar belakang di atas, mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pembuatan website sesuai dengan perkembangan teknologi yang digunakan saat ini

Pengujian alat di lapangan dengan 2 lokasi yang berbeda, yaitu lokasi pertama dengan asumsi kondisi udara bersih dan lokasi kedua dengan asumsi udara tercemar

Perbatasan memiliki arti penting tidak saja dalam konteks wilayah suatu negara dan kedaulatan wilayah, juga memiliki fungsi lain yang tidak kalah pentingnya dari

Setiap citra digital memiliki nilai warna penyusun piksel yang berbeda dan dengan berbedanya nilai tersebut, maka nilai tampung terhadap sebuah penyisipan pesan/informasi

Setelah uji normalitas dan homogenitas dilakukan, maka dapat digunakan uji hipotesis yakni uji t-test untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran improve dengan

Wizard (2013) dalam demonya menunjukkan cara melakukan pecobaan sederhana tentang muai panjang. Percobaan sederhana tersebut menggunakan dua balok padat, satu buah

Dari analisis di atas memberikan informasi bahwa kebijakan yang diperlukan adalah melakukan penyesuaian kebijakan pola pengembangan padi, jagung, dan kedelai yang cukup