i Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan November. Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan
sub-sistem LPPMPP Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
Kepala Pusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting Sahrul N Tim Penyunting Emridawati Yusfil Sri Yanto Adi Krishna Rajudin Penterjemah Eldiapma Syahdiza Redaktur Surherni Saaduddin Liza Asriana
Tata Letak dan Desain Sampul Yoni Sudiani
Web Jurnal Ilham Sugesti
______________________________________________.________________________________ _
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni: LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang 27128, Sumatera Barat; Telepon (0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
red.ekspresiseni@gmail.com
Catatan. Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh
ii DAFTAR ISI
PENULIS JUDUL HALAMAN
MuhsinIlhaq Bentuk Dan Penempatan Ornamen Pada Mesjid Agung Palembang
180 -- 193
Desra Imelda
Revitalisasi Baju Kuruang Basiba
Minangkabau
194– 205
Hendra Keramik Metro Menuju Era Baru Kriya Keramik Sumatera Barat
206 – 225
Leni Efendi Sulaiman Juned Dalam Karya Teater “LakonJambo: Beranak Duri Dalam Daging”
226 –244
Defri Handara Riki Rikarno
Upacara Adat Naber LautPada Masyarakat Nelayan Di Desa Batu BerigakKab. Bangka Tengah
245 –257
Dian Permata Sari Motif Keaktoran Dalam Ritual Turuk LaggaiMasyarakat SiberutMentawai- Sumatera Barat
258–276
Heri Iswandi Analisis EstetikaKarya Grafis At. Sitompul
Yang Berjudul“Mau Karena
Bisa”Dan“Toleransi”
277– 292
Rika Wirandi Ediwar Hanefi
Gaya Nyanyian Mantra Marinduharimaudi Nagari Gauang Kecamatan Kubung Kabupaten Solok
293 – 306
Muhammad Zulfahmi Interaksi Dan Inter RelasiKebudayaan Seni Melayu Sebagai Sebuah ProsesPembentukan Identitas
307 – 323
Yoni Sudiani Analisis Desain Uang Kertas PecahanSeratus Ribu Rupiah
324 - 332
_______________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 18, No. 1, Juni 2016Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
180
BENTUK DAN PENEMPATAN
ORNAMENPADA MESJID AGUNG
PALEMBANG
Muhsin Ilhaq
Prodi Sendratasik
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas PGRI Palembang
muhsin_ilhaq@yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini berangkat dari kenyataan tentang perpaduan gaya Eropa dan Cina pada arsitektur mesjid Agung Palembang. Secara kultural gaya Eropa banyak dipengaruhi oleh ajaran Nasrani, sementara Cina banyak dipengaruhi ajaran Budha, keduanya tidak mempermasalahkan tentang penggambaran makhluk hidup. Hal demikian menimbulkan pertanyaan dan menjadi pusat perhatian tulisan ini mengenai “bentuk dan penempatan ornamentasi pada mesjid Agung Palembang”. Berdasarkan analisis data yang didapatkan langsung di lapangan, tidak terdapat indikasi yang menunjukkan ornamen binatang maupun pengayaan binatang pada mesjid Agung Palembang, sehingga ornamentasi pada mesjid Agung Palembang bisa diterima oleh umat muslim terutama di Palembang.
Kata kunci: Bentuk, Ornamen, Mesjid Agung Palembang
ABSTRACT
This writing is inspired from reality about the fusion of European and Chinese styles found on the architecture of Agung Palembang mosque. Culturally, European style is mostly affected by Christianity while Chinese one is mostly affected by Buddhism and both of them has no problems with living thing descriptions. This then becomes this research question and center of attention namely ornamentation form and placement on Agung Palembang mosque. Based on the analysis of data directly found in field, there is no indication that shows animal or animal manifestation ornamentations on Agung Palembang mosque, so ornamentations on Agung Palembang mosque can be accepted by Moslems particularly Moslems in Palembang.
Keywords: Form, Ornament, Agung Palembang Mosque.
PENDAHULUAN
Secara administratif,mesjid Agung Palembang terletakdi kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat, Kota
Palembang. Posisinya berada di pusat kota Palembang, antara jalan Merdeka denganjalan Sudirman atautidak jauh dari jembatan Ampera dan Benteng
181 Kuto Besak.Mesjid ini sangat strategis
dan mudah diakses,dibangun pada masa Kesultanan Palembang Darussalam. Sampai sekarang masih berfungsi dengan baik, tidak hanya sekedar tempat beribadah, namun juga sebagai tempat pusat pendidikan dan berbagai kegiatan sosial.
Kata mesjid secara epistimologi,berasal dari bahasa Arab yakni sujudan sajada.Sajadabila
mendapat awalanma,menjadi kata benda yang menunjukkan tempat. Dalam lafalz orang Indonesia, kata “masjid”kebanyakan diucapkan menjadi “mesjid”(Gazalba dalam Ashadi, 2012:148).Mesjid dalam pemahaman umum berarti tempat ibadah umat muslim, “beribadah” memiliki pemaknaan yang cukup luas, sebab apapun kegiatan positif diiringi niat baik menurut pandangan Islam adalah suatu ibadah. Secara spesifik Forsgrenmenyebutkanbahwa”
masjid,which means place of prostration” (2002: 26) yaitu sikap
menyerahkan diri kepada Tuhan yaknisholat.Sholat dikerjakan melalui sebuah sikap,sikap meletakkan jidat di atas tanah atau lantai dengan penuh pengabdian. Sehinggamesjid
dapatdimaknai sebagai bangunan yang dibuat khusus sebagai tempat bersujud.
Pada pintu mesjid Agung Palembang terlihat Gaya Eropa, sedangkan pada ujung atap tampak bergaya Cinaberhiasanterjurai disebut
Simbar. Perpaduan gaya tersebut melahirkan corak seni arsitektur yang khas, megahdan bernilai keindahan. Hal ini perlu diapresiasi sebagai salah satu kekayaan budaya. Visualisasi bentuk dan penempatan ornamen pada mesjid Agung Palembang menjadi pusat perhatian penelitian ini.Terkait dengan itu, keberadaan mesjid ini dapat dikaji dari berbagai perspektif keilmuan, terutama seni rupa,karena pada hakekatnya “seni arsitektur sebagai karya seni yang paling serius dan kompleks permasalahannya”(Kartika, 2004:38).
Seperti yang dijelaskan oleh Qodratillah, arsitektur adalah sebagai “bangun, desain, formasi, komposisi, konstruksi, rancang bangun” (2008: 28).Tidak berlebihan jika arsitektur dianggap sebagai karya seni yang komplek dan rumit, sebab arsitektur melibatkan banyak aspek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ekonomi dan banyak lagi. Lebih sederhana
182 arsitektur dapat didefinisikan sebagai
seni merancang bangunan mulai dari perencanaan desain sampai pada penyelesaian (finishing).
Pengaruh Eropa dan Cina pada arsitektur mesjid Agung Palembang, didominasi oleh dua ajaran.Eropaoleh ajaran Nasrani, sedangkan Cina dipengaruhi oleh kepercayaan Budha. Kedua ajaran agama tersebut tidak mempermasalahkan penerapan bentuk makhluk hidup sebagai ornamentasi pada tempat ibadahnya, bahkan pada Gereja terdapat patung Yesus. Sedangkan pada atap Klenteng sering dijumpai motif Naga dan burung Hong dengan visualisasi yang cukup natural, serta pada dinding-dinding Klenteng banyak terdapatornamen berupa makhluk hidup dengan ciri khasnya sendiri.
Lain halnya dengan mesjid sebagaitempat ibadah umat Muslim,tidak membenarkan penggambaran makhluk hidupsebagai hiasan.Meskipundemikian,bukan berarti Islam melarang seni terutama seni rupa, tetapiharus mengikuti ketentuan yang diatur sesuai dengan ajaran Islam. MenurutGuntur, seni rupa Islam lebih berkarakter tanpa
penggambaran makluk hidup, non representatif dan dekoratif merupakan dimensi unik dari produk kesenian Islam” (2004:92).
Pertimbangan tata hias mesjid Agung Palembang lebih ditujukan pada nilai keindahan bentuk, penerapan ornamen dirancang untuk mendukung tampilan objek agar terlihat lebih menarik.Hal ini sesuai dengan konsepdasar ornamen yang bertujuan sebagai penggugah rasa keindahan.Kaitan erat antara ornamen dengan objek yang dihiasi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, bahkan keberadaan ornamen pada mesjid Agung Palembang menjadi bagian yang harus diperhitungkan.
Terkait dengan pengaruh budaya Eropa dan Cina terhadap arsitektur mesjid Agung Palembang, maka perlu kiranya dipertanyakan bagaimanakah sesungguhnya bentuk dan penempatan ornamentasi pada arsitektur Mesjid Agung Palembang, sehingga ornamen tersebut dapat diterima oleh umat muslim di Palembang?.Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut, maka jelas penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bentuk dan penempatan
183 ornamen pada arsitektur mesjid Agung
Palembang.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memupuk rasa bangga terhadap budaya yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga dan mempelajari budaya fisik
(material cultur)peninggalan masa
lampau.Artikel ini berupaya untuk memaparkan kembali dengan cermat, teliti dan detail tentang ornamen yang terdapat di mesjid Agung Palembang. Adapun metode yang dianggap relevan dan dipergunakan pada penelitian ini adalahmetode deskriptif, seperti yang disebutkan oleh Sanjaya bahwa penelitian deskriptif “dilakukan untuk menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data yang sudah ada” (Sanjaya, 2013:59). Berdasarkan pendapat tersebut, maka data yang dimaksud untuk kebutuhan penelitian ini adalah ornamen yang terdapat pada mesjid Agung Palembang. Adapun pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara langsung, dengan memotret objek melalui kamera dan kerja lapangan (field work) untuk mendapatkan data primer yang
dibutuhkan, yaitu ornamen yang terdapat pada arsitektur mesjid Agung Palembang.
PEMBAHASAN
Permasalahan seni sangat luas dan kompleks, karena seni mengandung aspek sejarah, kondisi-kondisi sosial, ekonomi, politik, budaya dan religi.
Kajian bentuk pada penelitian ini adalah segala yang tampak secara fisik (visual form)pada mesjid Agung Palembang secara karya seni. Dengan kata lain, “bentuk (form) adalah totalitas dari karya seni, bentuk itu merupakan satu kesatuan dari pendukung karya” (Kartika, 2009:30).Jadi semua unsur pendukung keindahan pada mesjid Agung Palembang, saling berhubungan satu sama lain mengikuti kaidah atau hukum dalam pembentukan ornamen.
Sedangkan kajian
ornamentmerupakan usaha
merekonstruksi bentuk,
mengklasifikasikan berdasarkan jenis serta penempatannya pada bangunan mesjid Agung Palembang. Ornamen berarti “dekorasi” atau hiasan.Elemen pokok pembentuk ornamen dalam konteks ini adalah “motif”. Berbagai
184 perwujudan motif seperti; motif
geometris, motif tumbuhan, motif binatang, motif manusia, motif alam benda dan motif kreasi. Semua motif-motif tersebut bisa saja mengalami perubahan wujud dari ide awal dengan “pengayaan” melalui stilisasi, distorsi, transformasi maupun disformasi. Hal tersebut tergantung pada senimannya, seperti yang dijelaskan oleh Dresser (2012:6) “it is with ornament power or
feebleness of character is manifest by the forms produced”, melalui bentuk
ornamen yang dihasilkan, bisa diketahui bagaimana karakter pembuatnya. Berdasarkan pengertian dan wujudornamen ini dapat dilihat pada penelitian ini.
Keberadaan ornamen dipandang penting dan perlu dijaga sebagai salah satu kekayaan budaya yang mencerminkan kepribadianserta sebagai identitas kelompok masyarakat pendukungnya.Sesuai data visual yang telah berhasil di kumpulkan, maka ornamen di mesjid Agung Palembang dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni; ornamen geometris, kaligrafi Arab dan ornamen dengan motif tumbuhan. Berikut penyajian analisis data berdasarkan bentuk
ornamen yang sudah dikelompokkan serta penempatannyadipaparkan secara detail di bawah ini.
1. Ornamen GeometrisPada Mesjid Agung Palembang
Penerapan bentuk geometris pada mesjid Agung Palembang, penempatan dan teknik penerapannya beragam bentuk. Bentuk yang paling banyak ditampilkan adalah bidang tunggal, yang selalu dikombinasikan dengan kaligrafi Arab dan motif tumbuhan seperti di bawah ini.
Gambar1.
Bentuk Geometris Persegi Delapan Diterapkan Pada Tiang Soko GuruDi Mesjid Agung
Palembang(Foto: Ilhaq, 2015)
Bentuk bidang geometris persegi delapan ditemukan hampir di semua bagian arsitektur mesjid Agung Palembang, yakni; pagar, lantai,
wallpaper, gerbang bahkan semua tiang
pada ruang utama dibuat persegi delapan. Setiap tiang Soko Guru terdapat empat keping kuningan berbentuk geometris persegi delapan
185 seperti terlihat pada gambar satu di
atas, masing-masing kuningan berukuran lebih kurang 10 cm ditempatkan pada empat (4) sisi-sisi porselen penyangga tiangdengan teknik tempel. Posisi penempatannya dibuat saling berlawanan arah.Terkait dengan bentuk dasar logo mesjid Agung Palembang yang juga berupa bidang geometris persegi delapan.Maka, tiang persegi delapan serta kuningan berbentuk geometris yang terdapat pada tiang tersebut memiliki arti yang cukup penting seperti di bawah ini.
Gambar2.
Geometris Persegi Delapan Dasar Pembuatan Logo Mesjid Agung
Palembang
Sumber:diolah dari brosur mesjid
AgungPalembang(Ilhaq,2015)
Selanjutnya bentuk geometris yang diterapkan pada tiang adalah persegi panjang(vertical) dan bagian atasnya berbentuk kerucut (setengah elips) menyerupai kubah, terdapat di ruang utama mesjid Agung Palembang dengan posisi tepat di atas porselen penyangga tiang, seperti pada gambar
(3) berikut tampak bagian dalam bidang geometris tersebut dipenuhi dengan ornamen motif tumbuhan.
Gambar3.
Bidang GeometrisGabungan Persegi Panjang (Vertikal)Berbentuk Kubah PadaMesjid Agung
Palembang (Foto :Ilhaq, 2015)
Bentuk kubah setengah elips lazim ditemui pada bagian atap mesjid di Indonesia, seperti yang disebutkan oleh Juliadi (2007:49) kubah adalah atap mesjid berbentuk bola terpancung atau setengah elips, selanjutnya menurut Juliadi bentuk kubah demikian merupakan aliran India yang mengadopsi bentuk Taj Mahal dan mesjid Jamik di New Delhi.
Bentuk geometris gabungan persegi panjang (vertikal) dengan kubah, juga terdapat pada tirai pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan yang terbuat dari kayu.Bagian dalam bidang dipenuhi dengan ornamen motif tumbuhan, seolah-olah tumbuhan tersebut keluar dari pot yang terletak di atas bidang lingkaran.Bagian atas dan bawah
186 bidang geometris ini dibuat motif
geometris segi empat berbentuk jajaran genjang dengan ukuran lebih kecil sehingga memenuhi ruang kosong, seperti terlihat pada gambar (4) berikut.
Gambar4.
Bentuk Geometris Pembatas Shalat Pada Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Bentuk geometris gabungan persegi panjang (vertikal) berbentuk kubah, juga terdapat pada jendela yang mengarah ke barat, bidang geometris jendela ini dipenuhi dengan ukiran kaligrafi dan motif tumbuhan dengan teknik ukir tembus (kerawangan) seperti gambar (5) berikut.
Gambar5.
Bentuk Geometris Jendela Pada Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Sedangkan bentukgeometris pada pintu mesjid Agung Palembang, pada dasarnya sama dengan bentuk geometris pada gambar 3,4 dan 5. Yang berbeda adalah bidang geometris pada pintu dibuat menjadi empat (1/4) bagian simetrisyang dipisahkan oleh garis tebal dan lingkaran pada bagian tengah. Apabila keempat bidang geometris tersebut disatukan maka akan menghasilkan bentuk dasar yang sama dengan gambar 3,4,5, setiap bidang geometris diterapkan ornamen motif tumbuhan, sedangkan bentuk geometris lingkaran diukir dengan kaligrafi “Muhammad” seperti terlihat di bawah ini.
Gambar.6
Bentuk Geometris Pintu Pada Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Bentuk geometris lain, terdapat pada ventilasi. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai lobang angin, bidang geometris setengah lingkaran ini diukir motif tumbuhan dengan teknik tembus,
187 sementara bagian tengah terdapat
bentuk geometris lingkaran penuh berukiran kaligrafi “Allah” dengan teknik ukir dangkal seperti terlihat di bawah ini.
Gambar.7
Bentuk Geometris (Relung)Ventilasi Pada Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
2. Kaligrafi ArabPada Mesjid Agung Palembang
Kaligrafi adalah “seni menulis indah” (Qodratillah, 2008:665) penggayaan pada aksara bermaksud untuk menambah nilai keindahan (estetis) agar tulisan terlihat menonjol
dan menjadi pusat
perhatian.Penggayaan bisa dilakukan terhadap semua jenis aksara dengan bermacam media dan teknik, demikian juga dengan aksara Arab yang terdapat di mesjid Agung Palembang.
“Seni kaligrafi Arab disebut juga sebagai seni Khatmerupakan salah satu karya seni rupa yang tidak kalah pentingnya dari jenis seni rupa Islam lainnya” (Yudoseputro, 2012: 115).Kehadiran kaligrafi Arab pada bagian tertentu mesjid Agung
Palembang,telah menambah nilai keindahan mesjid. Di samping itu, pola susunan kalimat bermakna sebagai ciri khas kaligrafi Arab bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist.Bentuk kaligrafi Arab pada mesjid Agung Palembang terlihat mendekati jenis aksara Kufah, jenis aksara ini sangat elastis dan lentur (Yudoseputro, 2012:115). Dengan sifat yang demikian, jenis aksara Kufah memiliki sensitivitas yang tinggi sehingga membutuhkan teknik dan keahlian khusus pada proses penciptaannya seperti di bawah ini.
Gambar8.
Kaligrafi Arab Pada Bidang LengkungBagian Atas Pintu Di Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Kalimah “Allah” dibuat berdasarkan teknik ukir dangkal dengan bidang lingkaran, sekeliling bidang lingkaran tampak ukiran terawangan motif tumbuhan melengkung diatas pintu, jelas teknik ukir terawang
188 tersebut berfungsi juga sebagai
ventilasi mesjid seperti tampak pada gambar (9) berikut.
Gambar9.
Kalimah “Allah” Berkombinasi Dengan Motif TumbuhanBerfungsi Sebagai Ventilasi Pada
Mesjid Agung Palembang (Foto: Ilhaq, 2015)
Di atas pintu juga terdapat bentuk kaligrafi Arab dengan teknik ukir dangkal, sedangkan di tengah daun pintu dengan bidang lingkaran terdapat penerapan kaligrafi Arab lafaz “Muhammad” dengan teknik ukir dangkal seperti terlihat di bawah ini.
Detail (a) Detail (b)
Gambar10.
Detail (a)Kaligrafi Arab Lafaz “Muhammad” Di Tengah Daun Pintu Bidang Lingkaran
Dengan Teknik Ukir Dangkal. Detail (b) Kaligrafi Arab Bagian Atas Pintu
Dengan Teknik Ukir Dangkal.Pada Mesjid Agung Palembang(Foto: Ilhaq, 2015)
Jendela sisi kiri dan kanan ruang utama mesjid dibuat dengan kaca dihiasi motif tumbuhan dengan teknik
patri serta dibingkai dengan kusen bewarna hijau, sehingga jendela terlihat lebih baru.Tepat di atas jendela tampak kaligrafi Arab berlafaz “Muhammad” pola simetris horizontal dengan teknik patri pada kaca, sehingga kaligrafi ini bisa dibaca dari dua sisi.Kemudian bagian paling atas jendela terdapat bidang setengah lingkaran dari kayu berukir kaligrafi Arab berlafaz “Allah” berkombinasi dengan motif tumbuhan. Kaligrafi ini memiliki bentuk pola yang sama dengan gambar (9) di atas seperti terlihat di bawah ini.
Gambar11.
Penerapan Kaligrafi Arab Pada Bagian Atas JendelaDengan Teknik Patri dan UkirPada
Mesjid Agung Palembang (Foto: Ilhaq, 2015)
Daun jendela pada sisi kiri dan kanan Mihrab terlihat bertingkat dua dengan posisi mengadap ke arah barat, sebab bagian depan mesjid mengahadap ke timur. Jumlah keseluruhan jendela tersebut terdiri dari dua belas (12) jendela dan dilapisi dengan kaca pada bagian luar.Sedangkan bagian dalam terbuat dari kayu dan dipenuhi dengan kaligrafi Arab.Penerapan kaligrafi Arab pada jendela tersebut dibuat dengan
189 teknik ukir terawang, dikombinasikan
dengan bidang geometris dan motif tumbuhan.Seperti tampak pada gambar (12) di bawah setiap baris kaligrafi dibatasi dengan garis geometris serta sisi-sisi kaligrafi diisi dengan motif tumbuhan sehingga tidak terdapat ruang kosong pada bidang.
Gambar12.
Bentuk Kaligrafi Arab Di Sisi Kiri dan Kanan MihrabMesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
3. Ornamen Bermotif
TumbuhanPada Mesjid Agung Palembang
Tumbuhan merupakan salah satu faktor penting yang perlu dilestarikan. Selain sumber kehidupan baik hewan maupun manusia, peranan tumbuhan ikut mengisi perjalanan budaya manusia.Tidak sedikit karya manusia yang ide penciptaannya bersumber dari alam sekitar, dengan berbagai macam media serta teknik penerapan. Alam, khususnya tumbuhan telah menyediakan begitu banyak inspirasi, ide dan konsep berkarya seni.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, dibekali dengan kemampuan berfikir serta berkreatifitas,
sehingga melahirkan berbagai bentuk karya seni.Konsep tumbuhan dalam penciptaan karya seni diantaranya; berupa motif-motif hias dengan beragam bentuk.Bentuk-bentukmotif hias tersebut terus mengalami perkembangan sesuai dengan peradaban masyarakat masa lampau, sekarang dan akan datang. Rekaman visual ornamentasi motif tumbuhan hasil karya masa lalu masih bisa kita nikmati sampai sekarang seperti yang terdapat pada mesjid Agung Palembang berikut.
Gambar13.
Ornamen Motif Tumbuhan Jendela,Pintu Masuk dan Pintu Mihrab Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Tampak pada gambar 13 di atas motif daun menghiasi pintu samping serta pintu masuk menuju mihrab mesjid, motif daun pada kedua pintu tersebut terlihat memiliki karakter yang
190 sama, motif daun di stilir sedemikian
rupa berbentuk memanjang dan meruncing dan menyatu dengan akar. Selain daun juga terlihat dua (2) bunga melati dan tidak terdapat buah maupun putik.
Penerapan motif sama-sama dengan teknik ukir dangkal dan dalam, dibuat simetris dengan pola pengulangan vertikal dan horizontal pada pintu samping, sedangkan ukiran pintu mihrab dibuat simetris dengan pola pengulangan horizontal.Perbedaan yang cukup menarik pada motif ukir di atas terdapat pada pintu mihrab, bagian bawah pintu mihrab terlihat bentuk silinder menyerupai pot, seolah-olah akar dengan daun-daun menyebar keluar dari pot.Sedangkan jendela sisi kiri dan kanan mesjid dibuat dari kaca, bidang kaca tersebut diterapkan motif yang cukup atraktif, motif daun yang sudah mengalami deformasi bisa dikenali melalui warna hijau.Bahkan, deformasi motif daun pada jendela tersebut lebih mendekati pada bentuk geometris, dengan pola pengulangan simetris vertikal dan horizontal seperti terlihat di bawah ini.
(a)
(b)
Gambar14.
a. Ornamen Motif Tumbuhan Pada Fentilasi (Lubang Angin)Mesjid Agung Palembang
b. Ornamen Motif Tumbuhan Pada Pembatas Ruang Sholat Mesjid Agung Palembang
Teknik Penerapan Ukir Tembus (Terawang)
(Foto: Ilhaq, 2015)
Penerapan ornamen motif tumbuhan pada tiang (soko guru), dapat dilihat teknik penerapan tatah sunging pada logam kuningan danditempel pada setiap sisi tiang yang berjumlah delapan (8) sisi atau persegi delapan seperti terlihat di bawah ini.
191 Gambar15.
Ornamen Motif Tumbuhan di Tiang Soko Guru Dengan Penerapan Teknik Tatah Sunging Pada Logam KuninganDi Mesjid Agung Palembang
(Foto: Ilhaq, 2015)
Ornamen motif tumbuh-tumbuhan juga terdapat pada mimbar, kursi mimbar,dan “altar” pengganti mihrab mimbar.Teknik penerapan motif ini dengan ukir dalam dan dangkal, kecuali ukiran pada sisi kiri dan kanan mimbar menggunakan teknik ukir tembus (terawang) seperti terlihat di bawah ini.
(a)
(B)
(C)
Gambar16.
(A) Ornamen Motif Tumbuhan Pada Mimbar Mesjid Agung Palembang (B) Ornamen Motif Tumbuhan Pada Kursi
Mimbar Mesjid Agung Palembang (C) Ornamen Motif Tumbuhan
Pada“Altar” Pengganti Mihrab Mimbar Mesjid Agung Palembang (Foto: Ilhaq, 2015)
Salah satu perabot yang terdapat di dalam mesjid adalah meja, dengan ketinggian lebih kurang tiga puluh (30) cm.Meja ini dipenuhi dengan ukiran dan dilapisi kaca pada bagian atasnya. Motif bunga matahari tampak sebagai pusat, dengan posisi simetris vertikal dan horizontal pada meja ini sehingga berbentuk akar, buah dan putik masing-masing berjumlah empat (4), karakter motif daun yang lancip terlihat sama dengan motif daun lainnya. Teknik penerapan dengan ukir dalam dan dangkal, seperti di bawah ini.
Gambar17.
Ornamen Motif Tumbuhan Pada Meja Di Mesjid Agung Palembang
192 PENUTUP
Kekayaan budayamasa lampautelah menunjukkan beragam bentuk karya senirupa yangluar biasa, berbagai variasi bentukyang diciptakan secara pribadioleh masyarakat pendukungnya.Seperti ornamen yang diterapkan pada bangunan mesjid Agung Palembang, terlihat cantik atau indah secara visual yang berkembang sesuaizamannya; Hindu dan Budha yang didasari kepercayaan masyarakat waktu itu dan lebih mengutamakan nilai perlambangan. Zaman Islam pun ikut mewarnai visualisasi ornamentmesjid Agung Palembang ini, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan estetis, sehingga masa ini ornamen mengalami perkembangan teknik penerapan serta pengayaan yang bervariasi.
Pada mesjid Agung Palembang, terdapat tiga kelompok ornamen; kelompokgeometris, kelompok kaligrafi dan kelompok motif tumbuhan. Pada kelompokgeometris paling banyak tampil bidang tunggal yang selalu dikombinasikan dengan kaligrafi Arab dan motif tumbuh-tumbuhan, ditemukan pada pagar, lantai, wallpaper, gerbang, setiap tiang
ruang utama mesjid, atap, pembatas shalat, jendela, puntu dan ventilasi. Kaligrafi Arab, dapat ditemukan di atas pintu, ventilasi, tengah daun pintu, tengah jendela, dan atas jendela. Sedangkan ornamen tumbuh-tumbuhanterlihat lebih mendominasi menghiasi mesjid, dapat ditemukan pada; jendela, pintu masuk mesjid, pintu mihrab, sisi kiri dan kanan mesjid, ventilasi, pembatas ruang shalat, ting sako guru, mimbar, kursi mimbar, altar pengganti mihrab mimbar dan meja mimbardengan teknik ukir dan tatah.Penyederhanaan bentuk motif tumbuhanmelahirkan wujud yang realistik, karaktertumbuhan terlihat pada garapan unsur-unsur pembentuk ornamen yaitu akar, daun dan buah.
Berbagai macam teknik penerapan ornamen tampak sebagai kreatifitas yang tinggi penciptanya, mulai dari teknik penerapan ukir dangkal, ukir dalam dan terawang serta kombinasi objek melahirkan bentuk ornamen mesjid yang harmonis “gaya ukiran Palembang adalah dekoratif, dengan teknik rendah tinggi dan tembus (trawangan) motifnya terdiri dari bunga matahari, bunga melati, bunga tanjung, daun-daunnan dan sulur-sulur
193 Disamping itu, perpaduan
bidang geometris, kaligrafi Arab serta motif tumbuhan tampak saling menguatkan antara satu dengan yang lain sebagai satu kesatuan (unity) yang utuh. Selain teknik ukir, teknik tatah logam juga dimanfaatkan untuk membentuk hiasan yang ditempel pada tiang serta teknik patri untuk membentuk hiasan pada kaca jendela.
Dari segi pewarnaan terlihat warna hijau pada bagian tiang dan jendela sisi kiri dan kanan mesjid, selain itu warna keemasan begitu menonjol pada semua ukiran dan warna merah maroon banyak digunakan pada bidang geometris yang sekaligus berfungsi sebagai bingkai ukiran kaligrafi Arab maupun motif tumbuhan. Hasil penelitian ini, tidak terdapat ornamen binatang maupun pengayaan binatang pada mesjid Agung Palembang, sehingga ornamentasi mesjid Agung Palembang bisa di terima
oleh umat muslim terutama di Palembang.
KEPUSTAKAAN
Dresser, Christopher. 2012. Principles
of Decorative Design (fourth edition). London: The Project
Gutenberg eBook.
Forsgren, Krista A. 2002. Art of The
Islamic World. Washington,
D.C. Smithsonian Institution. Guntur. 2004. Ornamen Sebuah
Pengantar. Surakarta: P2AI STSI Surakarta bekerjasama dengan STSI Press Surakatra. Yuliadi. 2007. Masjid Agung Banten,
Nafas Sejarah dan Budaya.
Ombak:Yogyakarta
Kartika, Dharsono Sony. 2004. Seni
Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Leo, Sutanto. 2013. Kiat Jitu Menulis,
Skripsi, Tesis dan Dissertasi.
Jakarta: Erlangga.
Qodratillah, Meity Taqdir. 2008.
Kamus Bahasa Indonesia.
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Sanjaya, Wina. 2013.Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Yudoseputro,Wiyoso.2012.Pengantar
Seni Rupa Islam Di Indonesia.
182 Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tinarbuko, Sumbo. 2009. Semiotika
Komunikasi Visual. Jala Sutra:
Yogyakarta
Weatherford, Jack. (1997). Sejarah
Uang (terjemahan).
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2016 Vol. 13-18, No. 1 Juni dan No. 2 November
Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184
I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127
Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50
Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412 – 1662 Volume 18, Nomor 2, November 2016
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni
Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari
1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya (Institut Seni Indonesia Yogyakarta) 2. Drs. Muhammad Takari. M.Hum. Ph.D (Universitas Sumatera Utara) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn (Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142).
Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: