• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERANAN STOCK SPLIT TERHADAP STOCK TRADING FREQUENCY DAN RETURN SAHAM (Studi kasus pada PT. Pakuwon Jati, Tbk dan PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERANAN STOCK SPLIT TERHADAP STOCK TRADING FREQUENCY DAN RETURN SAHAM (Studi kasus pada PT. Pakuwon Jati, Tbk dan PT."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERANAN STOCK SPLIT TERHADAP STOCK

TRADING FREQUENCY DAN RETURN SAHAM

(Studi kasus pada PT. Pakuwon Jati, Tbk dan

PT. Petrosea, Tbk)

Bintang Sahala, Noor Achmad dan Raynaldo Victorio Charles Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan

Bogor, Indonesia

Email : lemlit@stiekesatuan.ac.id

ABSTRACT

Stock split is an effort conducted by the issuer to be liquid shares on the exchange. It usually occurres due to the stock price considered being expensive by the market. The high price causes the rate of profit (return) obtained small investors, and causes investors to be reluctant to eitherbuy or sell these shares to trading frequency stock (Stock Trading Frequency). This study is proposed to: 1) identify the implementation of a stock split in the PT. Pakuwon Jati Tbk and PT. Petrosea, Tbk; 2) to learn stock trading frequency between before and after stock split; 3) to find stock returns between before and after stock split; 4) to determine the role of the stock split stock trading frequency; and 5) to determine the role of the stock split on return of stock. The result analysis indicate that the stock split policy taken by PT. Pakuwon Jati Tbk plays an important role because it shows a positive signal to the liquidity of the shares represented by stock trading frequency and return of stock. On the other hand, the stock split policy conducted by PT Petrosea, Tbk. shows less positive signs to the company’s shares liquidity represented by the stock trading frequency and its return of stock.

Keywords: Stock Split, Stock Trading Frequency, Return of Stock

PENDAHULUAN

Ada berbagai informasi yang dipublikasikan di pasar modal baik informasi yang mempengaruhi sebagian perusahaan maupun memiliki pengaruh terhadap seluruh perusahaan yang ada di pasar modal. Informasi tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas perusahaan di masa depan. Kenaikan harga saham yang terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut mengalami penurunan dan pada akhirnya dapat menyebabkan harga saham tersebut menjadi statis dan tidak fluktuatif lagi.

Penurunan permintaan tersebut dapat disebabkan karena calon investor tidak tertarik untuk membeli saham dengan harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana yang tidak terlalu besar. Untuk menghindari kejadian seperti itu perusahaan perlu mengembalikan harga tersebut ke harga yang lebih terjangkau sehingga memungkinkan para investor agar membeli saham tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menarik minat investor tersebut ialah dengan melakukan stock split. Pemecahan saham merupakan salah satu corporate

action yang dilakukan oleh perusahaan public (emiten) dalam usahanya untuk

memaksimalkan tingkat keuntungan dari pemegang sahamnya (investor).

Perlu disadari, bahwa tindakan pemecahan saham yang dilakukan dapat sukses dan tidak berhasil (gagal). Adanya ketidaksuksesan tindakan pemecahan saham ditandai dengan likuiditas dan harga saham yang mengalami penurunan sesudah dilakukan pemecahan saham. Hal tersebut dapat terjadi karena kinerja

Stock Split, Stock Trading Frequency, Return of Stock

049

Submitted: JANUARI 2016 Accepted: FEBRUARI 2016

JIMKES

Jurnal Ilmiah Manajemen Kesatuan

Vol. 4 No.1, 2016 pg. 001 - 057 STIE Kesatuan ISSN 2337 – 7860

(2)

keuangan emiten, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan prospek makro yang tidak mendukung

Hal tersebut mengidikasikan bahwa pemecahan saham merupakan salah satu alat yang penting di dalam dunia pasar modal. Dampak dari pemecahan saham dapat terlihat jelas di bursa, yaitu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa teori yang mendasari penelitian ini diantaranya adalah : menurut (Basir dan Fakhrudin, 2005, 77) aksi korporasi merupakan istilah di pasar modal yang menunjukkan aktivitas strategis emiten atau perusahaan tercatat (listed

company) yang berpengaruh terhadap kepentingan pemegang saham.

Menurut Van Horne dan Wachowics (2005), pemecahan saham merupakan kenaikan jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal suatu saham secara proporsional.

Frekuensi perdagangan saham adalah berapa kali transaksi jual beli terjadi pada saham yang bersangkutan pada waktu tertentu. Dengan frekuensi transaksi perdagangan saham dapat diketahui saham tersebut diminati investor atau tidak Margaretha Harsono (2004, 2).

Pengertian return saham menurut Elton & Gruber (2005:19):

“Return use to indicate the return on an investment over a particular span of time called holding period return. Return will be measured by the sum of the change in the market price of security plus any income receive over a holding period devided by the price of a security at the beginning of the holding period”.

METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif komparatif. Metode komparatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk membandingkan stock trading frequency dan perubahan return saham yang terjadi saat sebelum dan sesudah pemecahan saham.

Sedangkan penelitian yang dilakukan adalah sebuat event study corporate

action, dimana tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui hasil dari aksi

korporasi yang salah satunya adalah stock split. Penulis mengambil data-data yang berkaitan dengan variabel, yakni stock split, stock trading frequency dan return saham menggunakan studi kepustakaan. Dengan metode ini penulis bertujuan mendepenelitiankan, menggambarkan, serta membandingkan (komparasi) secara menyeluruh mengenai analisis penerapan stock split terhadap stock trading frequency dan return saham suatu perusahaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Peranan Stock Split Terhadap Stock Trading Frequency dan Return Saham

I. Peranan Stock Split terhadap Stock Trading frequency A. PT. Pakuwon Jati, Tbk (PWON)

PT. Pakuwon Jati, Tbk (PWON) merupakan perusahaan yang bergerak dibidang properti yang cukup besar. Pada 30 Maret 2012 PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan pemecahan nilai nominal saham PWON dengan perbandingan 1 : 4 sehingga nilai nominal saham PWON berubah dari Rp. 100 per saham menjadi Rp. 25 per saham. Pemecahan saham dilakukan PWON berdasarkan hasil dari Rapat

Stock Split, Stock Trading

Frequency, Return of Stock

(3)

Umum Pemegang Saham (RUPS) dikarenakan PWON membutuhkan dana untuk melakukan ekspansi usaha dan mengaktifkan saham yang dianggap kurang aktif oleh Manajemen PWON.

Sebelum dilakukan stock split, stock trading frequency (frekuensi perdagangan saham) untuk saham PWON selama 12 bulan dari mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Februari 2012 menghasilkan rata-rata 13.288,17 kali perdagangan yang dianggap masih kurang aktif oleh Manajemen PWON. Setelah PWON melakukan stock split, stock trading frequency selama 12 bulan dari mulai bulan April 2012 sampai dengan Maret 2013 mengalami peningkatan dengan rata-rata menjadi sebanyak 23,132 kali. Berikut data peningkatan stock trading frequency sebelum PWON melakukan stock split dan setelah melakukan stock split:

Tabel 1

Frekuensi Perdagangan Saham Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham PT. Pakuwon Jati, Tbk

Stock Trading Frequency

Saham

Sebelum Stock Split (Maret 2011 s.d Februari 2012)

Sesudah Stock Split (April 2012 s.d Maret 2013) Total Kumulatif Rata-rata Total Kumulatif Rata-rata PWON 159,458 13,288.17 277,584 23,132.00

Sumber: Data diolah

Saham PWON mengalami peningkatan sebanyak 74,08% dari sebelum melakukan stock split dan setelah melakukan stock split. Sebelum dilakukan stock

split, total stock trading frequency PWON sebanyak 159.458 kali yang kemudian

meningkat setelah dilakukan stock split menjadi sebanyak 277.584 kali. Hal tersebut menunjukkan bahwa aksi korporasi yang dilakukan perusahaan memberikan sinyal positif dalam meningkatkan likuiditas perdagangan saham yang dilihat dari peningkatan frekuensi perdagangan saham .Peningkatan tersebut mengartikan bahwa pemecahan saham yang dilakukan perusahaan sangat berperan dan berdampak bagi kelangsungan perusahaan khususnya pada perdagangan saham.

Berikut data peningkatan stock trading frequency sebelum PWON melakukan

stock split dan setelah melakukan stock split yang dilihat dari grafik:

Gambar 1

Grafik Frekuensi Perdagangan Saham PWON Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham

Berdasarkan penjelasan di atas dan gambar 1 dapat diketahui bahwa stock

trading frequency (frekuensi perdagangan saham) sebelum PT. Pakuwon Jati, Tbk

selama 12 bulan sebelum PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split dianggap masih kurang aktif. Hal tersebut memicu perusahaan untuk melakukan aksi korporasi (corporate action) yaitu stock split. Sesudah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock

Stock Split, Stock Trading Frequency, Return of Stock

(4)

split selama 12 bulan stock trading frequency mengalami kenaikan. Kenaikan

tersebut menunjukkan bahwa stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk sangat berperan terhadap kenaikan stock trading frequency sehingga likuiditas perdagangan saham PT. Pakuwon Jati, Tbk dapat meningkat dan para investor tertarik untuk berinvestasi di saham PT. Pakuwon Jati, Tbk.

B. PT. Petrosea, Tbk (PTRO)

PT. Petrosea, Tbk (PTRO) merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri batubara, minyak bumi dan gas bumi di Indonesia. Pada 06 Maret 2012 PT. Petrosea, Tbk melakukan pemecahan saham (stock split) sebesar 1: 10. Nilai nominal saham PTRO berubah dari semula sebesar Rp. 500 per saham menjadi sebesar Rp. 50 per lembar. PTRO melakukan stock split dikarenakan harga saham yang beredar di pasar saham (Bursa Efek Indonesia) sudah terlalu tinggi sehingga para investor kurang meminati bahkan tidak mau membeli saham PTRO yang menyebabkan stock

trading frequency PTRO tidak aktif di pasar saham.

Ketidakaktifan saham PTRO terlihat pada stock trading frequency PTRO sebelum PTRO melakukan stock split. Selama 12 bulan sebelum dilakukan stock

split dari bulan Maret 2011 sampai dengan Februari 2012, rata-rata stock trading frequency yang dihasilkan oleh PTRO hanya 392,55 kali perdagangan. Berikut data

peningkatan stock trading frequency sebelum PTRO melakukan stock split dan setelah melakukan stock split:

Tabel 2

Frekuensi Perdagangan Saham Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham PT. Petrosea, Tbk

Stock Trading Frequency

Saham

Sebelum Stock Split (Maret 2011 s.d Februari 2012)

Sesudah Stock Split (April 2012 s.d Maret 2013) Total Kumulatif Rata-rata Total Kumulatif Rata-rata PTRO 4,318 392.55 262,907 21,908.92

Sumber : Data diolah

Sebelum PTRO melakukan stock split, stock trading frequency PTRO selama 12 bulan hanya menghasilkan total 4.318 kali dengan rata-rata 392,55 kali. Setelah PTRO melakukan stock split, stock trading frequency PTRO selama 12 bulan dari bulan April 2012 sampai dengan Maret 2013 mengalami peningkatan yang sangat tinggi sebanyak 5.481,24% menjadi total 262.907 kali dengan rata-rata 21.908,92 kali perdagangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa aksi korporasi yang dilakukan PTRO memberikan sinyal positif dalam meningkatkan likuiditas perdagangan saham PTRO yang dilihat dari peningkatan frekuensi perdagangan saham. Peningkatan tersebut mengartikan bahwa pemecahan saham yang dilakukan PTRO sangat berperan dan berdampak bagi kelangsungan PTRO khususnya pada perdagangan saham.

Berikut data peningkatan stock trading frequency sebelum PTRO melakukan

stock split dan setelah melakukan stock split yang dilihat dari grafik: Stock Split, Stock

Trading Frequency, Return of Stock

(5)

Gambar 2

Grafik Frekuensi Perdagangan Saham PTRO Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai peranan stock split terhadap stock

trading frequency dapat diketahui bahwa corporate action yang dilakukan oleh

manajemen baik dari PT. Pakuwon Jati, Tbk dan PT. Petrosea, Tbk yaitu stock split berperan sangat baik dalam meningkatkan stock trading frequency. Peningkatan frekuensi perdagangan saham menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan melakukan aksi pemecahan saham berhasil dan mampu menarik investor lebih banyak sehingga likuiditas yang dilihat dari frekuensi perdagangan saham lebih meningkat dari sebelumnya dan saham tersebut lebih aktif diperdagangkan khususnya pada PT. Petrosea, Tbk.

II. Peranan Stock Split terhadap Return Saham A. PT. Pakuwon Jati, Tbk (PWON)

Pada 30 Maret 2012 PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) 1 : 4 dengan merubah nilai nominal Rp. 100 per lembar saham menjadi Rp. 25 per lembar saham. Stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk mempengaruhi nilai return saham yang dihasilkan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk. Penulis mengambil sample penelitian yaitu return saham sebanyak 24 bulan dimana 12 bulan sebelum dilakukan stock split dan 12 bulan setelah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split.

Data yang didapat penulis kemudian diakumulasi dan dibuat rata-rata antara sebelum dan sesudah stock split dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk. Berikut data yang yang penulis dapat dan diolah:

Tabel 3

Return Saham Sebelum & Setelah Pemecahan Saham

PT. Pakuwon Jati, Tbk

Return Saham

Saham

Sebelum Stock Split (Maret 2011 s.d Februari 2012)

Sesudah Stock Split (April 2012 s.d Maret 2013) Total Kumulatif Rata-rata Total Kumulatif Rata-rata PWON -0.0131 -0.0011 0.7463 0.0622

Sumber : Data diolah

Sebelum PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split selama 12 bulan,

return saham yang dihasilkan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk dengan total kumulatif

sebesar 0,0131 atau 1,31% dan ratarata selama 12 bulan sebesar 0,0011 atau

-Stock Split, -Stock Trading Frequency, Return of Stock

(6)

0,11%. Return saham yang menurun menunjukkan bahwa adanya indikasi bahwa kurangnya minat investor terhadap saham PT. Pakuwon Jati, Tbk yang terlihat bahwa harga saham PT. Pakuwon Jati, Tbk selama 12 bulan yaitu bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Februari 2012 cenderung menurun sehingga mendorong PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan aksi korporasi dengan melakukan stock split pada saham PT. Pakuwon Jati, Tbk.

Setelah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split, return saham yang dihasilkan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk selama 12 bulan sebesar 0,7463 atau 74,63% dengan rata-rata sebesar 0,0622 atau 6,22%. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya sinyal positif terhadap return saham yang dihasilkan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk setelah dilakukannya stock split pada saham PT. Pakuwon Jati, Tbk. Sinyal positif tersebut menunjukkan bahwa manajemen PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan keputusan yang tepat dalam memutuskan untuk melakukan stock split pada saham PT. Pakuwon Jati, Tbk.

Pergerakan return saham PT. Pakuwon Jati, Tbk sebelum dan sesudah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split dapat terlihat dalam gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 3

Grafik Return Saham PWON Sebelum & Sesudah stock split

Berdasarkan gambar 3 dapat terlihat bahwa pergerakan return saham sebelum PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split yang bergerak naik pada saat setelah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split. Pergerakan return saham yang mengalami kenaikan menunjukkan bahwa adanya sinyal positif dari stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk. Hal tersebut menunjukkan bahwa stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk sangat berperan dalam meningkatkan

return saham PT. Pakuwon Jati, Tbk dan merupakan keputusan yang tepat yang

dilakukan oleh manajemen PT. Pakuwon Jati, Tbk.

B. PT. Petrosea, Tbk (PTRO)

PT. Petrosea, Tbk melakukan pemecahan nilai nominal (stock split) 1 : 10 dengan merubah nilai nominal saham dari Rp. 500 per saham menjadi Rp. 50 per saham pada 06 Maret 2012. Stock split dilakukan oleh PT. Petrosea, Tbk agar saham PT. Petrosea, Tbk dapat tetap likuid dimana return yang dihasilkan dapat terus mengalami peningkatan karena harga saham yang beredar dipasar pada saat sebelum melakukan stock split dianggap mahal oleh para investor.

Penulis mengambil data penelitian return saham selama 24 bulan dimana 12 bulan sebelum PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split dan 12 bulan setelah PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split. Data tersebut diolah kemudian diakumulasi

Stock Split, Stock Trading

Frequency, Return of Stock

(7)

selama 12 bulan dan diambil rata-ratanya. Adapun data hasil olahan penulis tersaji sebagai berikut:

Tabel 4

Return Saham Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham

PT. Petrosea, Tbk

Return Saham

Saham

Sebelum Stock Split (Maret 2011 s.d Februari 2012)

Sesudah Stock Split (April 2011 s.d Maret 2013) Total Kumulatif Rata-rata Total Kumulatif Rata-rata PTRO 0.6216 0.0518 -0.4359 -0.0363

Sumber: Data diolah

Return saham yang dihasilkan oleh PT. Petrosea, Tbk sebelum dilakukan stock split secara kumulatif 12 bulan sebesar 0,6216 atau 62,16% dengan rata-rata

sebesar 0,0518 atau 5,18%. Return saham PT. Petrosea, Tbk sangat tinggi karena harga saham yang beredar di pasar saham juga sangat mahal meskipun dari segi transaksi perdagangan saham sangat kurang aktif sebelum PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split pada bulan Maret 2012.

Pada 06 Maret 2012 PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split, return saham yang dihasilkan oleh PT. Petrosea, Tbk setelah melakukan stock split secara kumulatif 12 bulan sebesar -0,4359 atau -43,59% dengan rata-rata sebesar -0,0363 atau -3,63%. Setelah dilakukan stock split oleh PT. Petrosea, Tbk, return yang dihasilkan mengalami penurunan yang dikarenakan harga saham selama 7 bulan dengan periode Mei – November 2012 mengalami kemerosotan. Hal tersebut menunjukkan bahwa stock split yang dilakukan oleh PT. Petrosea, Tbk dirasa kurang menarik bagi para investor. Alasannya sebagai perusahaan karena PT. Petrosea, Tbk kurang dominan diantara perusahaan-perusahaan batubara yang sejenis dan industrinya cenderung flat dimana pendapatan dari lifting oil cenderung stagnan.

Pergerakan return saham PT. Petrosea, Tbk sebelum dan sesudah PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split terlihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 4

Grafik Return Saham PTRO Sebelum & Sesudah Stock Split

Berdasarkan gambar 4 di atas dapat diketahui bahwa pergerakan return saham PT. Petrosea, Tbk setelah PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split selama 12 bulan dengan periode April 2012 sampai dengan Maret 2013 cenderung menurun. Hal tersebut menandakan bahwa adanya sinyal negatif yang menunjukkan bahwa kurang menariknya minta investor terhadap saham PT. Petrosea, Tbk sedangkan volume transaksi perdagangan saham PT. Petrosea, Tbk sangat tinggi.

Penurunan return saham yang disebabkan harga saham PT. Petrosea, Tbk yang mengalami penurunan lebih banyak dikarenakan faktor eksternal dibandingkan ketidakberhasilan manajemen melakukan stock split terhadap saham PT. Petrosea, Tbk. Faktor eksternal yang menjadi pemicu penurunan return saham karena adanya

Stock Split, Stock Trading Frequency, Return of Stock

(8)

potensi penurunan volume dan kontrak dari klien PT. Petrosea, Tbk yang sebagian merupakan perusahaan pertambangan batubara skala kecil dan sangat sensitif terhadap menciutnya harga batubara di pasar dunia. Selain itu, kinerja anak usahanya (Santan Batubara) di semester pertama 2012 juga jauh di bawah ekspektasi.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai peranan stock split terhadap return saham dapat diketahui bahwa pada PT. Pakuwon Jati, Tbk return saham yang dihasilkan cenderung naik sehingga keputusan manajemen untuk melakukan stock

split sangat tepat karena stock split berperan dalam meningkatkan return saham PT.

Pakuwon Jati, Tbk. Pada PT. Petrosea, Tbk keputusan manajemen kurang tepat dalam melakukan stock split karena dirasa kurang menarik. Return saham yang dihasilkan oleh PT. Petrosea, Tbk selama 12 bulan setelah PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split cenderung menurun sehingga stock split dianggap tidak berperan dalam meningkatkan return saham PT. Petrosea, Tbk.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1 PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split pada 30 Maret 2012 dengan perbandingan 1 : 4 sehingga nilai nominal saham PWON berubah dari Rp. 100 per saham menjadi Rp. 25 per saham.

PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split pada 06 Maret dengan perbandingan sebesar 1: 10 dengan nilai nominal Rp. 500 per lembar saham berubah menjadi Rp. 50 per lembar saham.

2 Setelah dilakukan stock split frekuensi perdagangan PT. Pakuwon Jati, Tbk selama 12 bulan dari April 2012 sampai Maret 2013 mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa adanya sinyal positif dari adanya stock split.

Setelah 12 bulan stock split frekuensi perdagangan saham PT. Petrosea, Tbk cenderung mengalami penurunan meskipun pada bulan ke-10 sampai dengan ke 12 setelah stock split mengalami peningkatan.

3 Setelah PT. Pakuwon Jati, Tbk melakukan stock split return saham PT. Pakuwon Jati, Tbk selama 12 bulan memberikan sinyal yang positif karena cenderung naik.

Return saham PT. Petrosea, Tbk selama 12 bulan yaitu bulan April 2012

sampai dengan bulan Maret 2013 setelah melakukan stock split cenderung menurun. Penurunan return tersebut atau sinyal negatif dari pasar sebagai akibat PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split dan juga akibat dari faktor eksternal seperti turunnya harga jual dari batubara.

4 12 bulan setelah dilakukan stock trading frequency PT. Pakuwon Jati, Tbk mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut mengartikan bahwa pemecahan saham yang dilakukan perusahaan sangat berperan dan berdampak bagi kelangsungan perusahaan khususnya pada perdagangan saham.

12 bulan setelah PT. Petrosea, Tbk melakukan stock split cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan stock split yang dilakukan PT. Petrosea, Tbk berperan kurang baik karena menunjukkan sinyal yang kurang positif terhadap likuiditas saham yang ditunjukkan oleh return saham.

5 Pergerakan return saham yang mengalami kenaikan menunjukkan bahwa adanya sinyal positif dari stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk. Hal tersebut menunjukkan bahwa stock split yang dilakukan oleh PT. Pakuwon Jati, Tbk sangat berperan dalam meningkatkan return saham PT. Pakuwon Jati, Tbk dan merupakan keputusan yang tepat yang dilakukan oleh manajemen PT. Pakuwon Jati, Tbk.

Stock Split, Stock Trading

Frequency, Return of Stock

(9)

6 Return saham PT. Petrosea, Tbk setelah dilakukan stock split periode April

2012 sampai dengan Maret 2013 cenderung menurun. Hal tersebut menandakan bahwa adanya sinyal negatif yang menunjukkan bahwa kurang menariknya minat investor terhadap saham PT. Petrosea, Tbk, sedangkan volume transaksi perdagangan saham PT. Petrosea, Tbk sangat tinggi. Penurunan return saham yang disebabkan harga saham PT. Petrosea, Tbk yang mengalami penurunan lebih banyak dikarenakan faktor eksternal dibandingkan ketidakberhasilan manajemen melakukan stock split terhadap saham PT. Petrosea, Tbk. Faktor eksternal yang menjadi pemicu penurunan return saham karena adanya potensi penurunan volume dan kontrak dari klien PT. Petrosea, Tbk yang sebagian merupakan perusahaan pertambangan batubara skala kecil dan sangat sensitif terhadap menciutnya harga batubara di pasar dunia. Selain itu, kinerja anak usahanya (Santan Batubara) di semester pertama 2012 juga jauh di bawah ekspektasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 2000. “Buku Pintar Pasar Modal” edisi ke 14. Jakarta: Erlangga.

Basir, Saleh dan Fakhruddin, Hendy. 2005. Aksi korporasi (Strategi untuk meningkatkan nilai saham melalui aksi korporasi). Jakarta: Salemba Empat. Charles, T Hongren. 2002, dkk. Accounting. McGraw-Hill: New York.

Conroy,R.M,R.S, Harris dan B.A. Benet, 1990. The Effect of Stock Splits on Bid-Ask

Spread. Journal of Finance 4:1288-1289.

Darmaji, Tjiptono dan Hendy M Fakhrudin. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Fatmawati, Sri, 2001, Analisis Pemecahan Saham dan Dampaknya Terhadap Likuiditas Perdagangan dan Pendapatan Saham.

Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, JR. 2005. Fundamental of Financial

Management Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Buku 1 Edisi 12.

Jakarta: Salemba Empat.

Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Keown, Arthur J, dkk. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Lamoreux, C dan P. Poon, 1987. The Market Reaction to Stock Split. Journal of Finance 42:1347-1370.

Libby, Robert, dkk. 2001. Financial Accounting. McGraw-Hill: New York. Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Ross, dkk. 2004. Corporate Finance Fundamental. McGraw-Hill: New York.

Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Sjahrial, Dermawan. 2006. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sutrisno, Wang. 2000. Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham yang Diukur dengan Rata-rata Harga Saham, Volume Perdagangan, Persentase Spread dan Varians (Volalitas). Juli 1995-1997. Jakarta: Erlangga.

Tampubolon, Manahan. 2005. Manajemen Keuangan. Bogor: Salemba Empat.

www.idx.co.id

www.yahoofinance.com

Stock Split, Stock Trading Frequency, Return of Stock

Gambar

Grafik Frekuensi Perdagangan Saham PTRO Sebelum & Sesudah Pemecahan Saham  Berdasarkan  penjelasan  di  atas  mengenai  peranan  stock  split  terhadap  stock  trading  frequency  dapat  diketahui  bahwa  corporate  action  yang  dilakukan  oleh  manaj

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio, profitabilitas, ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, likuiditas, dan struktur

 Pendayagunaan sumber air berbasis pada WS untuk melayani kawasan perkotaan nasional dan kawasan andalan yang dapat dilakukan WS lintas provinsi yang meliputi WS

Komputer sebagai alat pemrosesan dan penyimpanan data yang handal, sangat tepat jika digunakan sebagai alat bantu dalam mengelola data persediaan pada gudang. Penulisan Ilmiah

[r]

Semakin tinggi kekuatan beton maka panjang bagian linier semakin bertambah (Edward G nawy, 1990).Pada kurva tegangan regangan bahwa sampai dengan 40% dari f c pada umumnya

© 2011 Bali Botanic Garden, Indonesian Institute of Sciences, Baturiti, Tabanan, Bali, Indonesia – 82191 available at http://www.krbali.lipi.go.id. Goniophlebium

Setelah adanya perhitungan dapat dilihat bahwa waktu pengamatan pada loket Manajemen lebih besar dari waktu yang diharapkan maka hpotesa yang menandakan bahwa pelayanan loket yang

Setelah meninggakan istana Surakarta pada tahun 1746, Pangeran Mangkubumi telah kembali untuk mencari perlindungan kepada VOC berdasarkan saran berkali-kali dan