• Tidak ada hasil yang ditemukan

Framing Kompas.com dan Republika.co.id atas Pernyataan Ahok tentang Dibohongi Al-Maidah 51

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Framing Kompas.com dan Republika.co.id atas Pernyataan Ahok tentang Dibohongi Al-Maidah 51"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

67

Al-Maidah 51

Mulkan Habibi

Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP UMJ mulkanhabibi17@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang realitas peristiwa yang dikonstruksi oleh media. Objek yang diteliti adalah berita media online Kompas.com dan Republika.co.id sejak tanggal 6 oktober – 16 November 2016 tentang video pernyataan Ahok yang dibohongi dengan surah Al-Maidah 51. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis

framing menurut model Zhondhang

Pan dan Gerald M. Kosicki. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

kedua media online ini memberikan

framing yang berbeda dalam menceritakan peristiwa tersebut. Perbedaan terletak pada unsur

siktaksis, skrip, tematik dan retoris

sehingga melahirkan dua isu yang berbeda. Kompas.com menonjolkan

pernyataan Ahok tentang surah Al-Maidah 51 dalam isu SARA menjelang Pilkada DKI Jakarta sedangkan Republika.co.id lebih menekankan

pada dugaan penistaan agama.

Kata Kunci: Analisis Framing, Gu-bernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, Ahok, Dibohongi, Al-Maidah 51

Pendahuluan

Pada hari Selasa 27 September 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) melakukan kunjungan kerja di Kepulauan Seribu. Di antara kegiatannya adalah melakukan transplantasi terumbu karang dan penebaran benih ikan di Keramba Jaring Apung di Pulau Semak Daun serta melakukan panen ikan di Pulau Panggang.

Rangkaian acara kunjungan Ahok diawali dengan pidato tentang tujuan kunjungan dan manfaatnya buat masyarakat sekitar. Di awal pidato, beliau menyampaikan bahwa keberadaannya di pulau seribu serasa berada di Bangka Belitung yang merupakan daerah kelahirannya. Kemudian Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyampaikan tentang

(2)

| Kajian Ilmu Sosial

68

|

pentingnya budidaya ikan di kepulauan Seribu.

Setelah menyampaikan hal-hal tentang budidaya ikan, dalam pidatonya Ahok menyinggung Pilkada DKI 2017. Dalam point tentang pilkada beliau menyampaikan agar warga tidak khawatir jika dirinya tak terpilih lagi di Pilgub DKI 2017, karena program-program yang dicanangkannya di Kepulauan Seribu akan tetap berjalan. Salah satu ucapan beliau adalah “bisa saja dalam hati kecil bapak ibu enggak bisa pilih saya. Karena Dibohongin pakai surat Al­Maidah 51 macem­macem”

Video pidato tentang ucapan dibohongi pakai surat Al-Maidah ayat 51 diupload di akun Facebook Buni Yani, yang akhirnya menimbulkan beragam komentar dan dibagikan ke lebih dari 10 ribu orang pengguna akun Facebook lainnya dan

me-mancing para politisi, tokoh agama dan beberapa pimpinan Ormas Islam untuk memberikan komentar.

Ketua Dewan Pertimbangan Ma je lis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Din Syamsudin, memandang bahwa sikap Ahok seperti dalam video tersebut tidak dapat diingkari adalah penistaan terhadap Kitab Suci Al-Qur’an dan Agama Islam. Beliau sangat menyayangkan sikap kepentingan politik Ahok karena hal itu sangat menyakiti hati umat Islam Indonesia yang mayoritas.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut menyampaikan keberatannya terhadap pernyataan tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat mengeluarkan sikap dan pendapatnya setelah sebelumnya mengadakan rapat dengan Pimpinan Ormas Islam pada Selasa 11 Oktober 2016. Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa pernyataan Basuki Tjahaja Purnama dikategorikan menghina Al-Qur’an dan atau menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum.

Prof. Dr. Syafi’i Marif, M.A. atau Buya Safi’i Marif, saat diminta komentar oleh Karni Ilyas pada acara Indonesia Lawyer Club selasa 11 Oktober 2016 menganggap bahwa kegaduhan masyarakat terkait video Basuki Tjahaja Purnama yang menyatakan dibohongi pakai surat Al-Maidah tersebut justru dikarenakan suasana politik jelang pilkada DKI Jakarta 2017.

Kemudian Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri berpendapat bahwa kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahaja Purnama diwarnai dengan isu SARA menjelang Pilkada DKI Jakarta. Menurut Megawati DKI, di Jakarta mulai ada gejala isu SARA.

Peristiwa tersebut mendapat liput an dan respon dari media massa, baik media cetak, elektronik, maupun internet. Media memaknai realitas atau fenomena sosial secara

(3)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

69

berbeda sesuai dengan skema interpretasi, ideologi, dan konteks mereka. Perbedaan pemaknaan atau pendefinisian suatu peristiwa ini berimplikasi pada aspek lain, seperti perbedaan penyebab masalah, solusi atas masalah (Entman: 2007).

Pada akhirnya video Ahok tersebut memancing kegaduhan di kalangan masyarakat bawah, terutama umat Islam. Opini yang berkembangkan di kalangan masyarakat terbagi menjadi dua, pertama kelompok masyarakat yang beranggapan bahwa per-nyataan Basuki Tjahaja Purnama ada lah penistaan terhadap agam Islam, sedangkan kelompok kedua berpendapat bahwa pernyataan Basuki Tjahaja Purnama bukan penis-taan agama islam.

Tulisan ini ingin melihat bagaimana media terutama media online mem-freming (membingkai) berita ini. Sebagai media yang memberikan informasi kepada masyarakat tentu informasi yang disampaikan haruslah informasi yang benar dan tidak menyampaikan berita-berita bohong kepada publik. Selain itu media juga mempunyai tugas dalam menjaga sebuah kerukunan, atau ketentraman di masyarakat dengan tidak memuat konten yang berisi provokasi yang kemudian menimbulkan konflik di masyarakat.

Peneliti menduga para penulis berita (wartawan) atau pun editor

tidak cukup komprehensif memahami konteks dan implikasi terhadap berita yang akan dimuat, sehingga faktor subjektifitas muncul lebih dominan terhadap sebuah kasus yang akan diterbitkan. Selain itu faktor siapa yang dijadikan sumber informasi berita berpengaruh terhadap isi berita tersebut.

Upaya media untuk memberi konteks terhadap realitas sosial ter-sebut dalam ilmu komunikasi diter-sebut sebagai framing (pembingkaian),

yakni upaya media mendefenisikan suatu realitas sosial melalui penyajian yang terkesan obyektif, berimbang, atau tidak memihak (non partisan). Meski ada upaya untuk tidak memihak, realitas sosial itu ada dalam kerangka (bingkai) tertentu, dari angle/sudut pandang nilai-nilai pengelola media, dengan pemilihan penggunaan kata/kalimat yang tertentu pula, atau bahkan cara berfikir tertentu pula (Nugroho:1999).

Wartawan-wartawan media Barat, misalnya, cenderung membingkai berita konflik di Balkan dan Perang Teluk (1990) yang mendukung aksi Amerika Serikat dan sekutunya. Bahkan dalam agresi Amerika Serikat ke Irak, sangat jelas media massa di negara itu telah menjadi alat disinformasi, propaganda, dan menyebarkan ke-bohongan demi mendukung Presi-den Bush dan Pentagon. Media hanya menelan mentah-mentah

(4)

| Kajian Ilmu Sosial

70

|

fakta yang disodorkan pemerintah, dan abai terhadap fakta lain yang tidak sejalan dengan pemerintah, demi membangun pendapat umum yang mendukung rencana agresi (McQuaill:2005)

Praktek-praktek yang menurut pendekatan positivistik dianggap sebagai tidak benar ini, dalam pen-dekatan konstruksionis dipandang sebagai praksis jurnalistik yang wajar dan alami. Namun yang perlu digaris bawahi, praktek-praktek itu mencerminkan ideologi dari si wartawan atau media tempat ia bekerja. Oleh karena itu, untuk me-ngerti kenapa praktek jurnalistik bisa semacam itu bukan dengan meneliti sumber berita, namun dengan mengarahkan penelitian pada aspek ideologi di balik media yang melahirkan berita semacam itu (Sudibiyo, 2001:54)

Framing (bingkai) adalah cara untuk mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat di-inter pretasikan secara efisien dalam hubungannya dengan ide penulis. Framing didefinisikan sebagai pro-ses membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Menurut Pan dan Konsicki, ada dua konsep dari framing yang saling berkaitan, yaitu konsep

psikologis dan konsep sosiologis yaitu:

1. Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang realitas.

2. Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami sebagai pro-ses bagaimana pro-seseorang meng-klasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan dan Gerald M Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan. Secara umum konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang, dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang. Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem identification yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal interpretation yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap penyebab masalah,

(5)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

71

treatment rekomnedation ya itu menawarkan suatu cara pe nang -gu langan masalah dan kadang memprediksikan penanggulang-an nya, moral evaluations yaitu eva luasi moral penilaian atas penye bab masalah (Sobur, 2006: 172).

Metodologi Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menekankan ten-tang analisis framing oleh dua me-dia mengenai suatu kasus. Pen-dekatan kualitatif dilakukan untuk meneliti pembingkaian yang dila-ku kan oleh Kompas.com dan Repu blika.co.id mengenai video

pernyataan Gubernur DKI Jakarta tentang dibohongi Al-Maidah 51. Pendekatan ini menggunakan para-digma konstruksionis untuk me-lihat pemaknaan dan proses bagai-mana suatu realitas dibentuk atau digambarkan, karena media di-anggap sebagai suatu yang dinamis (Margono 2010:36-37).

Metode penelitian yang diguna-kan deskriptif-kualitatif dengan meng gunakan pendekatan analisis framing model analisis yang telah di-perkenalkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Model Zhongdan Pan Konsicki ini dibagi dalam empat struktur besar, yaitu: (Eriyanto:2002) a. Sintaksis adalah cara wartawan

dalam penyusunan peristiwa

dalam bentuk susunan umum berita. Struktur sintaksi memiliki perangkat

b. Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta atau bagaimana wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita. Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita:

Tematik

c. Cara wartawan menulis fakta atau bagaimana wartawan mengung -kapkan pandangannya atas peris-tiwa ke dalam propo sisi, kalimat, atau antar hubu ngan hubungan kalimat yang memberntuk teks se-cara keseluruhan.

Retoris adalah cara wartawan me-nekankan fakta, bagaimana mene-kankan arti tententu dalam suatu berita.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1) Kompas.com 6 Oktober 2016:

Ahok menyebut lawan politiknya yang membuat videonya kutip ayat suci jadi viral.

Analisis Sintaksis, frame Kompas. com terhadap video Ahok yang

menyebut Al-Maidah 51 ini adalah bentuk kesengajaan yang dilakukan oleh para kelompok lawan politik Ahok. Video ini dianggap sengaja disebarluaskan atau diviralkan untuk memberikan citra buruk terhadap Ahok. Tindakan yang dilakukan

(6)

| Kajian Ilmu Sosial

72

|

terhadap Ahok ini merupakan bagiam dari upaya untuk menjatuhkan nama baik sehingga dia menjadi tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya dan masyarakat umum. Apabila teman-teman separtai tidak menyenanginya, maka bisa berakibat Ahok dikeluarkan dari partainya dan ini berarti karir politiknya di partai tersebut hancur. Bahkan mungkin sulit untuk diterima di partai yang lain. Apabila khalayak pendukung atau masyarakat luas tidak menyenanginya, maka diharapkan yang bersangkutan gagal terpilih dalam sebuah pencalonan.

Analisis Skrip, berita ini menam-pilkan pernyataan Ahok terkait dengan videonya yang menyinggung surah Al-Maidah 51. Dalam berita ini Kompas.com menuliskan pernyataan Ahok bahwa lawan politiklah yang membuat video Ahok kutip ayat suci menjadi “viral”. Unsur Who, siapa yang

membuat video sehingga menjadi viral, maka jawabannya adalah lawan politik Ahok pada pilkada DKI Jakarta. Pertarungan dalam Pilkada DKI Jakarta membutuhkan berbagai strategi untuk mencapai kemenangan. Masing-masing tim kandidat tentu sudah menyusun strategi terbaik untuk mencapai kemenangan. Strategi yang disusun tentu bermacam-macam, mulai dari meningkat elektabilitas calonnya hingga pada upaya menurunkan elektabilitas lawan politik.

Kemudian pada unsur What, berita

ini menjelaskan tentang penyebaran video Ahok tentang Al-Maidah 51 yang dilakukan oleh lawan politiknya sehingga menjadi viral, yang secara otomatis akan merugikan Ahok dan timnya. Video yang disebarkan adalah potongan pidato Ahok yang disampaikan pada saat melakukan kunjungan kerja di Kepulauan Seribu untuk program kerjasama Pemprov DKI dengan Sekolah Tinggi Perikanan pada hari Selasa 27 September 2016. Pada acara kunjungan tersebut Ahok melakukan transplantasi terumbu karang serta melakukan penebaran benih ikan di Keramba Jaring Apung di Pulau Semak Daun dan melakukan panen ikan di Pulau Panggang.

Analisis Tematik, dari unsur tematik bisa dilihat bahwa Kompas.com mendudukung bahwa pernyataan Ahok bukanlah penistaan terhadap agama melainkan Ahok menunjukkan sikap profesionalnya sebagai se-orang pemimpin yang konsisten untuk memikirkan kemakmuran rak yatnya, menjalankan program tanpa ada unsur kepentingan politik pada pilkada DKI Jakarta. Bentuk dukungan yang dilakukan Kompas. com terhadap kasus dugaan penistaan agama yang dialakukan Ahok, bisa dilihat dari tema dalam teks kalimat berita tersebut. Kompas. com menuliskan Basuki atau Ahok

(7)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

73

tidak memilih dirinya pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Analisis Retoris, Kompas. com menggunakan kata lawan politik, pesan yang timbul dengan menggunakan lawan politik adalah musuh politik. Musuh biasanya menggunakan cara-cara yang kotor untuk menjatuhkan, dalam politik disebut dengan kampanye hitam (black campaign). Black campaign

merupakan salah satu bentuk kegiatan propaganda politik, yang berkonotasi negatif dalam penilaian publik, bertujuan untuk membentuk opini publik untuk memberikan citra yang buruk terhadap lawan politiknya.

Secara spesifik memang Kompas. com tidak menggunakan bahasa

kampanye hitam, namun hanya menuduh bahwa video itu sengaja disebarkan oleh lawan politik untuk merusak citra Ahok. Jika ada kampanye hitam, sesungguhnya ini bisa dilaporkan ke pihak kepolisian dan Bawaslu, yang bisa dikategorikan pidana pemilu, sehingga kalau terbukti bersalah, yang bersangkutan bisa dipenjara. Namun dalam penggunaan kata lawan politik pada berita ini, tidak dilanjutkan dengan rencana pelaporan terhadap dugaan-dugaan yang menganggap penyebaran terhadap video itu dilakukan oleh lawan politiknya.

Kemudian tampilan gambar pada berita menampilkan foto Ahok yang

sedang memakai pakaian dinas didampingi beberapa orang yang saat itu juga sedang mengenakan pakaian dinas dengan keterangan foto “Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memanen ikan kerapu di perairan Kepulauan Seribu, Selasa (26/9/2016).” Foto itu menggambarkan program positif yang dilakukan oleh Ahok saat melakukan kunjungan kerja di Kepulauan Seribu, dengan wajah yang tersenyum bahagia serta memegang seekor ikan kerapu seakan-akan hari itu merupakan hari kesuksesan Ahok untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar lewat budidaya ikan yang dikembangnya.

2) Kompas.com, 7 Oktober 2016: Nusron Wahid memberikan pen-jelasan tentang video pernyataan Ahok yang mengutip Ayat Al-Qur’an.

Analisis Sintaksis, dari unsur sintaksis Kompas.com menunjukkan

dukungannya kepada Ahok. Ini terlihat dari lead berita yang

dituliskan menampilkan penjelasan Nusron Wahid bahwa tidak ada satu pun rangkaian kalimat yang menyatakan Ahok melakukan penistaan terhadap Al Quran. Ahok justru dianggap telah memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas. Ahok mengedukasi warga agar jangan mau dibohongi

(8)

| Kajian Ilmu Sosial

74

|

oleh orang yang memolitisasi agama. Saat menyampaikan pidato tentang Al-Maidah 51, yang dituju atau dimaksud Ahok adalah orang yang membohongi. Bukan berarti ayat Al-Maidah yang bohong.

Secara etika penempatan Nusron Wahid sebagai sumber informasi satu-satunya tanpa ada narasumber yang lain oleh Kompas.com menunjukkan keberpihakannya kepada Ahok, ka-rena sumber berita adalah tempat atau dari mana asalnya berita itu diper oleh. Bagi seorang pencari be-rita atau wartawan, kegiatan pertama yang mereka lakukan ialah mencari dan menemukan sumber berita.

Dalam berita ini Kompas.com seakan mengandalkan Nusron Wahid sebagai sumber berita karena yang bersangkutan mempunyai hubungan persahabatan yang tidak langsung pada masalah/peristiwa tersebut. Sehingga berita yang diperoleh terlihat dominan kepada pembelaan terhadap Ahok, dan tidak ada sumber berita lain yang mampu memperkuat atau menyeimbangi pernyataan yang disampaikan Nusron Wahid.

Analisis Skrip, berita ini me-nampilkan penjelasan tentang per-nyataan Ahok dibohongi pakai surah Al-Maidah 51. Unsur Who,

siapa dalam berita ini adalah siapa yang menjelaskan pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51. Yang menjelaskan

pernyataan tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 pada berita ini adalah Nusron Wahid, beliau adalah Ketua PB NU sekaligus sebagai politikus partai Golkar. Golkar adalah partai pendukung Ahok pada pilkada DKI Jakarta. Di dalam beberapa kesempatan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto mengungkap ada beberapa alasan mendasar Partai Golkar memutuskan untuk mendukung Ahok.

Kemudian pada unsur What,

berita ini menampilkan penjelasan tentang video pidato Ahok yang telah disebarkan di Youtube. Penjelasan tentang video ini menulis pendapat pribadi seorang Nusron Wahid, yang menyimpulkan bahwa rekaman video kegiatan Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama di Pulau Seribu yang berdurasi satu jam itu tidak ada satu pun rangkaian kalimat yang menyatakan Ahok melakukan penistaan terhadap Al Quran. Ahok justru memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas. Ahok mengedukasi warga agar jangan mau dibohongi oleh orang yang memolitisasi agama.

Analisis Tematik, bentuk dukung-an Kompas.com terhadap kelompok

yang menganggap Ahok tidak me-nistakan agama juga terlihat pada tema-tema yang tertulis pada berita ini, di antaranya. Dari rekaman utuh satu jam itu, kata dia, tidak

(9)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

75

ada satu pun rangkaian kalimat yang menyatakan Ahok melakukan penistaan terhadap Al Quran. Tema ini menegaskan bahwa pernyataan Ahok tidak menistakan agama jika video itu disaksikan secara utuh selama 1 jam. Tema berikutnya dikatakan Ahok justru memberikan edukasi kepada rakyat agar memilih secara cerdas. Ahok mengedukasi warga agar jangan mau dibohongi oleh orang yang memolitisasi agama.

Pada kalimat berikutnya disampai-kan justru Ahok menempatdisampai-kan ayat suci secara sakral dan adilihung, bukan alat agitasi dan kampanye yang mendeskreditkan. Video yang disebarkan dan menuduh Ahok telah menistakan Al Quran sengaja dipotong sehingga menimbulkan mispersepsi dan intepretasi yang bias dan dikembangkan di masyarakat. Cara-cara seperti ini dianggap picik, tidak fair, dan tidak beradab dan tidak sesuai akhlakul karimah.

Analisis Retoris, berita ini mem-berikan beberapa penekanan kata yang menunjukkan dukungannya kepada Ahok, di antaranya terdapat pada kalimat “tidak ada satu pun rangkaian kalimat yang menyatakan Ahok melakukan penistaan terhadap Al Quran”. Kalimat ini bentuk penegas-an terhadap tuduhpenegas-an oleh beberapa kelompok yang menganggap bahwa Ahok telah menistakan agama atas pernyataan tentang dibohongi pakai

suarah Al-Maidah 51 disampaikan pada pidato kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu. Menggunakan kata tidak ada satu pun, bearti betul-betul yakin dan percaya bahwa tidak ada di antara ucapan Ahok saat menyampaikan pidatonya yang masuk kedalam kategori menistakan agama.

Melihat latar belakang sumber berita, dalam hal ini Nusron Wahid, yang berasal dari kalangan yang faham agama, dan sekaligus sebagai pengurus besar organisasi Islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama, agaknya ini dimanfaakan oleh

Kompas.com untuk membangun

frame di kalangan masyarakat, bah wa menurut salah satu ulama (Nusron Wahid) pidato Ahok itu tidak menistakan agama Islam.

3) Kompas.com, 13 Oktober 2016: Bawaslu DKI menyebutkan Ahok tidak melanggar aturan Pemilu. Analisis Sintaksis, judul berita yang ditampilkan Kompas.com sangat jelas memberikan dukung-annya kepada Ahok. Judul itu melakukan nominalisasi bahwa lem-baga Bawaslu DKI menyebutkan Ahok tidak melanggar aturan pemilu, atas dugaan penistaan agama terkait pernyataannya tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51. Yang menjadi judul dalam berita ini bukan menyebut perseorangan Bawaslu DKI

(10)

| Kajian Ilmu Sosial

76

|

Jakarta, melainkan lembaga Badan Pengawasan Pemilu DKI Jakarta. Judul semacam ini membawa otoritas intelektual tertentu, bahwa apa yang dilakukan oleh Ahok tidak melanggar aturan pemilu. Frame pembenaran terhadap Ahok kemudian muncul, karena sebagai calon Gubernur pada pilkada DKI Jakarta, yang diduga melakukan penistaan terhadap agama atas pernyataannya tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51, dibuktikan dengan pernyataan dari lembaga yang berwewenang dalam pengawasan pemilu dan diputuskan bahwa Ahok tidak melanggar aturan pemilu.

Analisis Skrip, Kompas.com meng-ambil dari sisi kebijakan Bawaslu terkait kasus ini. Kesimpulan Badan Pengawas Pemilihan Umum DKI Jakarta, bahwa Ahok tidak melanggar aturan pemilu, karena Ahok dinilai tidak melanggar Undang-Undang No-mor 10 Tahun 2016 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali kota yang terkait larangan dalam kampanye. Dalam larangan kampanye itu isinya melarang menghasut, mengadu domba, dan provokatif.

Bawaslu merupakan sebuah lem baga yang berweweang dalam menentukan tindak pelangggaran yang dilakukan pada proses pemili-han umum, dan ia telah memberikan keterangan bahwa apa yang dilakukan Ahok tidak melanggar aturan

pemilu, walaupun ada beberapa orang yang menganggap bahwa itu adalah penodaan terhadap agama, khususnya umat Islam.

Analisis Tematik, beberapa tema yang disampaikan dalam be ri ta ini merupakan bentuk dari duku ngan yang ditunjukkan oleh Kompas. com terhadap Ahok. Judul yang ditampilkan Bawaslu DKI menye-butkan bahwa Ahok tak melanggar aturan pemilu. Tema ini menunjukkan bahwa tidak ada pelanggaran yang dilakukan Ahok, karena ia dinilai tidak melanggar Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. Karena belum memasuki masa kampanye, Bawaslu belum bisa menindaklanjutinya sebagai pelanggaran pemilu.

Tema berikutnya yang menunjuk-kan bentuk dukungan yang dilaku-kan Kompas.com terhadap Ahok

terdapat pada kalimat yang mene-rangkan kronologi terjadinya duga-an penistaduga-an agama. Kompas. com menyatakan bahwa ucapan Ahok yang dianggap banyak pihak menyinggung kitab suci terjadi saat ia melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Kompas.com menggunakan

ba hasa menyinggung kitab suci, bu kan mengatakan dibohongi Al-Maidah 51. Kata menyinggung yang digunakan Kompas.com bisa bermakna mengutip atau

(11)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

77

menyebutkan, tidak melecehkan atau bahkan menitakan.

Analisis Retoris, dari unsur retoris Kompas.com memberikan penekanan pada judul berita. Penekanan pertama ditunjukkan dengan menggunakan lembaga Badan Pengawas Pemilu DKI Jakarta. Dengan menggunakan pernyataan dari lembaga ini akan menimbulkan persepsi di kalangan pembaca bahwa yang disampaikan merupakan sebuah kebenaran karena menurut perundang-undangan lem-baga Bawaslu adalah lemlem-baga pe-nyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemi-lu di sePemi-luruh wilayah Negara Ke-satuan Republik Indonesia. Jadi ke-simpulan Bawaslu atas pernyataan bakal calon petahana gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip kitab suci bukan merupakan pelanggaran pe-milu merupakan upaya frame pem-benaran.

4) Republika.co.id, 6 oktober 2016: Video  Ahok tentang dibohongi Al-Qur’an Surat Al-Maidah 51 viral

di Medsos

Media online Republika.co.id mulai memuat pemberitaan tentang pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51, satu hari setelah video Ahok diupload pada akun Facebook atas nama Buni Yani. Republika.co.id menyampaikan

bahawa sedang beredar video berjudul ‘Ahok: Anda Dibohongi Al-Qur’an Surat Al-Maidah 51’. Video tersebut tengah menjadi viral di sosial media baik Facebook ataupun Twitter. Dari analisis sintaksis, Republika.co.id menggunakan kata dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 yang kontroversial dan viral. Dalam kamus bahasa inggris viral bermakna virus. Viral dalam media sosial bisa disebabkan sesuatu yang memiliki konten positif dan juga bisa juga sesuatu yang memiliki konten negatif di mata publik. Judul yang ditulis oleh Republika.co.id ini lebih cendong bermakna bahwa viralnya video Ahok memiliki konten negatif karena disebut bahwa  Ahok menyatakan

“Anda dibohongi Qur’an surah Al-Maidah 51“.

Teks berita ini lebih menekankan pada status video yang sedang viral di media sosial, di mana Ahok menyampaikan pernyataan tentang anda dibohongi pakai surah Al-Maidah 51. Meski Republika. co.id meminta konfirmasi kepada juru bicara timses Ahok saudara Ruhut Sitompul, sekilas ini seakan upaya untuk meminta fakta yang sesungggunnya. Padahal meminta konfirmasi kepada orang terdekat Ahok dalam hal ini Ruhut Sitompul sama saja memberikan kesan bahwa Ahok telah melakukan kesalahan atau bahkan diakui oleh timsesnya atas kesalahan yang dilakukan Ahok, yang

(12)

| Kajian Ilmu Sosial

78

|

telah menyinggung perasaan umat muslim.

5) Republika.co.id, 7 oktober 2016: Video Ahok diputar berulang kali tetap ada unsur penodaan agama. Dari analisis sintaksis berita ini sudah memberikan sebuah tekanan dari sebuah peristiwa, tekanan berita ditunjukan melalui judul berita yaitu ‘Video Ahok diputar berulang kali tetap ada unsur penodaan agama.’ Judul ini sudah bisa menyimpulkan bahwa Ahok telah melakukan peno-daan terhadap agama Islam. Karena sumber peristiwa dari persoalan ini adalah video, maka untuk mem-berikan kesimpulan terhadap maksud dari video itu harus diputar terlebih dahulu.

Republika.co.id menjadikan Sa-leh Partaonan Daulay sebagai sum-ber informasinya. Beliau adalah politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) serta mantan Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Jika dilihat dari latar belakangnya tentu ini tidak mengherankan jika opininya lebih cenderung menyimpulkan bahwa Ahok telah melakukan penodaan terhadap agama. Sebagai seorang politisi yang berasal dari partai berbasis Islam yang didirikan oleh seorang tokoh reformasi Prof. Amien Rais, maka sangat wajar jika beliau berkesimpulan demikian.

Analisis Skrip, dalam analisis skrip Republika.co.id menyajikan sebuah berita yang lengkap. Elemen what,

dikatakan (Dugaan penodaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Ahok dinilai sangat layak diproses secara hukum ). Why

(Pasalnya dugaan penodaan itu telah menyinggung masyarakat Islam dan ormas-ormas Islam). How (Saya

telah mendengarkan kembali video itu seperti saran Ahok. Saya juga mengulang beberapa kali khususnya pada menit yang disebutkan. Setelah sekian kali mendengar, saya rasanya tetap menilai ada unsur penodaan).

Dalam tubuh berita terdapat opini tunggal atau satu sumber berita yang menyampaikan bahwa ‘menyayangkan sikap defensif Ahok. Alih-alih meminta maaf, Ahok malah membela diri dengan memberikan penjelasan dan mengklaim tidak bersalah.’ Sumber berita mengatakan, seandainya Ahok segera meminta maaf, mungkin tidak akan muncul petisi dan juga pelaporan ke pihak kepolisian.

Analisis Tematik, dari awal hingga akhir kalimat berita ini menceritakan dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Ahok berupa dugaan penodaan terhadap agama sehingga harus ditindak lanjuti ke jalur hukum. Jika dibiarkan, dikhawatirkan akan terjadi lagi di masa depan. Apalagi, di waktu mendatang akan ada banyak

(13)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

79

daerah yang juga akan melakukan pilkada serentak. Semua pihak menginginkan pemilihan gubernur (pilgub) di seluruh Indonesia berjalan damai.

Pada paragraf pertama Republika. co.id telah memberikan framing bahwa dugaan penodaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Ahok dinilai sangat layak diproses secara hukum. Pasalnya dugaan penodaan itu telah menyinggung masyarakat Islam dan ormas-ormas Islam. Pada paragraf berikutnya Republika.co.id menulis

tentang sikap defensif Ahok. Alih-alih meminta maaf, Ahok malah membela diri dengan memberikan penjelasan dan mengklaim tidak bersalah. 

Analisis Retoris, dari awal berita Republika.co.id menggunakan kata

‘video Ahok diputar berulang kali tetap ada unsur penodaan agama’ yang tertuang dalam judul berita edisi 7 Oktober 2016. Kata diputar berulang kali merupakan titik tekan yang dilakukan oleh Republika. co.id. Penekan pada kata ini tentu

memberikan keyakinan kepada para pembaca bahwa kebenaran terhadap penodaan agama pada video Ahok tersebut telah diujikan secara berulang-ulang, lalu hasil dari pengujian tersebut mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa ada penodaan agama dalam video itu.

Selain memberikan penekanan pada kata berulang-ulang, Republika. co.id juga memberikan penekanan pada kata penodaan agama. Penodaan agama merupakan sebuah tindakan kejahatann dalam agama artinya seseorang telah melakukan penentangan terhadap hal-hal yang dianggap suci atau yang tidak boleh diserang (tabu) yaitu, simbol-simbol agama/pemimpin agama/kitab suci agama. Melalui perkataan yang menyebutkan dibohongi pakai surah Al-Maidah 51.

6) Republika.co.id 10 Oktober 2016:

MUI DKI Jakarta menyampaikan teguran keras terhadap Ahok.

Analisis Sintaksis, judul berita yang ditulis oleh Republika.co.id

itu memberikan gambaran jelas bahwa Ahok telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat besar, mengisyaratkan bahwa Ahok telah melakukan hal yang salah sehingga dia harus ditegur secara keras oleh lembaga yang di dalamnya diisi oleh para ustadz dan ulama yang secara moral memiliki nilai-nilai keislaman yang baik dan memiliki kesabaran yang cukup.

Dalam teks berita ini, Republika. co.id mewawancarai KH Zulfa Mustofa Pimpinan MUI DKI Jakarta, pimpinan MUI DKI Jakarta ini berpendapat bahwa pernyataan Ahok telah menimbulkan keresahan pada

(14)

| Kajian Ilmu Sosial

80

|

suasana kerukunan umat beragama yang tidak kondusif. Peristiwa tersebut akan mengancam kehidupan berbangsa di DKI Jakarta khususnya, dan di Indonesia umumnya. Skema seperti ini sudah menempatkan pandangan publik terhadap Ahok bahwa pidato yang disampaikan pada saat melakukan kunjungan ke pulau seribu yang menyinggung Al-Qur’an surah Al-Maidah 51 adalah bentuk kesalahan dan masuk kedalam kategori penodaan Agama.

Analisis Skrip. Dari analisis skrip bisa dipahami bentuk dukungan yang diberikan oleh Republika. co.id terhadap pernyataan teguran

yang diberikan oleh Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta terhadap Gubernur DKI Jakarta Ahok. Peristiwa yang diangkat dalam berita ini tentang teguran MUI DKI Jakarta menunjukkan adanya dugaan penistaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kemudian narasumber yang diambil dalam berita ini hanya satu yaitu Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta MUI DKI Jakarta.

Republika.co.id tidak hanya megisahkan tentang pernyataan pimpinan MUI DKI yang akan memberikan teguran kepada Gubernur DKI karena dianggap melakukan penodaan terhadap Al-Qur’an, namun Republika.co.id juga

menuliskan lengkap teguran tertulis MUI DKI Jakarta. Di antara kutipan teguran MUI DKI Jakarta yang ditulis oleh Republika.co.id sebagai berikut:

“Setelah memperhatikan kondisi sosial, politik dan keagamaan yang terjadi belakangan ini di DKI Jakarta, khususnya terkait dengan pernyataan Saudara selaku Gubernur DKI Jakarta yang berkenaan dengan Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam dan ajaran serta keyakinan umat Islam, telah menimbulkan keresahan dan suasana kerukunan umat bergama yang tidak kondusif serta berpotensi mengancam kehidupan berbangsa di DKI Jakarta khususnya, dan di Indonesia umumnya, maka dengan ini Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta menyatakan Menegur Dengan Keras kepada Saudara Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta”.

Analisis Tematik. Republika. co.id menulis kalimat pertama yaitu dugaan kasus penistaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Gubernur DKI. Basuki Tjahaja Purnama terus menuai kontroversi. Secara umum kontroversi bermakna perdebatan, pertentangan atau persengketaan berkepanjangan mengenai suatu hal yang terjadi dalam masyarakat dan biasanya mengenai pendapat atau sudut pandang yang bisa memicu konflik. Dari tata bahasa ini, bisa dimaknai bahwa Gubernur DKI

(15)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

81

Jakarta telah melakukan sesuatu yang dapat memicu konflik di lingkungan masyarakat, sebuah perilaku yang buruk telah ditunjukan oleh seorang kepala daerah.

Beberapa teks berikutnya mem-beri kan dukungan pada kalimat awal, yaitu Majelis Ulama DKI Jakarta akhirnya melayangkan teguran keras kepada pria yang akrab di sapa Ahok tersebut, melalui surat resmi tertulis. Pernyataan Ahok telah berdampak negatif dan mampu menimbulkan kon flik di lingkungan masyarakat serta menimbulkan suasana keruku-nan umat bergama yang tidak kon-dusif sehingga MUI DKI Jakarta mem-berikan teguran yang keras kepada Gubernur DKI Jakarta Ahok.

Analisis Retoris. Penekanan kata yang digunakan oleh Republika.co.id pada teks berita ini berupa teguran keras yang terdapat pada judul dari berita ini. Dengan menggunakan kata teguran dan keras artinya Republika.co.id memberikan frame

yang negatif terhadap seseorang yang dimaksud. Teguran bermakna kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat. Jika ditambahkan dengan teguran keras, maka memberikan makna substansi bahwa seseorang yang dikritik sudah masuk ke dalam kategori yang membahayakan kehidupan sosial.

Selain kata teguran keras, Republika.co.id juga menggunakan

kata dugaan penodaan Al-Qur’an, meski kata penodaan diawali dengan dugaan. Istilah penodaan pasti bermakna negatif. Kata penodaan dalam kamus Bahasa Indonesia me-rupakan turunan kata dari kata noda. Artinya, noktah yang menyebabkan menjadi tampak kotor; bercak. Di samping itu, noda juga berarti aib, cela, atau cacat. Sedangkan dalam Islam, penodaan terhadap agama sama halnya dengan penghinaan agama. Istilah penghinaan agama dikenal dengan sabb ad-diin. Peng-hinaan itu meliputi pengPeng-hinaan ter-ha dap sumber hukum Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadis serta menyelisihi dan berpaling dari hukum yang ada pada keduanya; penghinaan terhadap Allah dan rasul-Nya.

Framing Kompas.com dan

Republika.co.id

Kompas.com dan Republika.co.id memiliki frame yang berbeda dalam pemberitaan video pernyataan Gubernur DKI Jakarta (Ahok) tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51. Faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan itu antara lain latar belakang ideologi kedua media tersebut. Kompas didirikan sebagai corong partai Katholik. Peraturan Presiden No: 6 Tahun 1964 menetapkan bahwa setiap surat kabar harus berafiliasi dengan partai politik

(16)

| Kajian Ilmu Sosial

82

|

yang ada. Pada saat itu, Kompas sendiri bergabung dengan Partai Katolik Indonesia (Parkindo). Selain itu jika dilacak dari historis, salah satu Tabloid milik kompas yaitu Tabloid Monitor juga pernah menistakan Nabi Muhammad SAW pada 15 Oktober 1990. Tabloid Monitor menyampaikan hasil polling bertajuk “Kagum 5 Juta” di tabloid. Menurut hasil jajak pendapat itu, yang paling dikagumi pembaca Monitor adalah Soeharto di urutan teratas, disusul BJ Habibie, Soekarno, dan musisi Iwan Fals di tempat ke-4. Arswendo di peringkat 10, sedangkan Nabi Muhammad berada satu tingkat di bawahnya, nomor 11. Hasil polling ini mendapatkan protes keras dari umat Islam Pada akhirnya tabloid tersebut tidak lagi terbit hingga sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak bisa dipungkiri kepentingan umat Katholik akan menjadi pertimbangan Kompas dalam mempublikasi sebuah berita.

Begitu juga dengan Republika, media ini merupakan harian umum yang terbit pada tahun 1993 dan merupakan koran Islam yang berasosiasi dengan Ikatan Cendi-kiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abadi Bangsa yang dipimpin oleh mantan Menristek BJ Habibie. Tujuan Republika searah dengan tujuan ICMI yang berdiri pada tanggal 7 Desember 1990, yaitu mewujudkan penyebaran pro gram ICMI ke seluruh bangsa

melalui program 5K, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Karya, Kualitas Kerja, dan Kualitas Pilar.

Di awal pembentukannya, Repu-blika dikelola oleh para jurnalis yang handal dan intelektual muslim modernis yang ingin mempersiapkan masyarakat dalam era baru per-kembangan politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, dan budaya. Dari latar belakang ini, penulis me-nilai bahwa ada kepentingan-ke-pentingan kelompok agama yang mempengaruhi kedua media online

dalam melihat kasus video per nyataan Ahok tentang Al-Maidah ini. Hal itu diwujudkan melalui framing, yaitu dengan menonjolkan dan meng-hilangkan kalimat-kalimat tertentu, misalnya pada kalimat “dibohongi surah Al-Maidah 51” dihilangkan kemudian diganti “mengutip ayat suci” atau ada yang menggunakan kalimat “penistaan agama” dan ada yang menggunakan kalimat “isu SARA jelang Pilkada DKI”.

Selain adanya penonjolan pada kalimat tertentu, kedua media online

ini memilih narasumber yang bisa mendukung framing yang akan dibuat, misalnya narasumber yang berpendapat tidak ada penistaan agama atau Ahok tidak menganggap Al-Qur’an berbohong tetapi ada orang yang menggunakan Al-Qur’an untuk berbohong. Kemudian ada juga narasumber yang berpendapat

(17)

Volume 30, Nomor 1, Januari 2019

|

83

video Ahok tentang Al-Maidah 51 adalah penistaan agama meskipun Ahok menyatakan ada orang yang berbohong menggunakan Al-Qur’an tetapi maknanya juga tetap menista Al-Qur’an karena Al-Qur’an tidak bisa dijadikan alat untuk berbohong.

KESIMPULAN

1. Menurut framing Kompas.com dan Republika.co.id terhadap

pernyataan Gubernur DKI Jakarta berkenaan dengan Al-Maidah 51, terdapat perbedaan dalam menceritakan peristiwa terkait dengan video pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai Al-Maidah 51. Perbedaan itu disebabkan karena ada cara yang berbeda dalam membingkai peristiwa, terlihat dari unsur-unsur

sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Faktor ideologi dan kepentingan pemilik media menjadi sumber utama perbedaan itu. Secara historis kedua media online ini

merupakan representasi dari dua kekuatan agama yang berbeda. Republika.co.id ingin mengangkat pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai Al-Maidah 51 sebagai penistaan kepada agama sedangkan Kompas.com

ingin mengalihkan dari framing penistaan agama.

2. Isu dominan berdasarkan framing Kompas.com dan Republika.co.id

terhadap pernyataan Gubernur DKI Jakarta tentang dibohongi pakai Al-Maidah 51. Kompas. com lebih dominan mengkaitkan peristiwa video pernyataan Ahok dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 pada isu SARA pada Pilkada DKI Jakarta. Sedangkan Republika. co.id lebih banyak mengakitkan

berita tentang video pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 ini dengan isu penistaan agama,

3. Konstruksi realitas sosial Kompas.com dan Republika. co.id pernyataan Gubernur DKI Jakarta tentang dibohongi pakai Al-Maidah 51 bisa dilihat melalui perbedaan dalam pilihan narasumber serta kalimat atau kata yang ditonjolkan. Dalam memilih kata dalam sebuah berita video pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51, Kompas.com lebih banyak

menggantikan kata dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 dengan kalimat “kutip ayat suci”. Misalnya

Kompas.com menulis berita tanggal 6 Oktober 2016 dengan judul “Soal Ahok yang kutip ayat suci, ini penjelasan Nusron Wahid”.

Kemudian, Republika.co.id le-bih banyak membuat judul dan isi berita menggunakan kalimat yang lebih lengkap sesuai dengan peris tiwa yang terjadi, misalnya

(18)

| Kajian Ilmu Sosial

84

|

dibohongi pakai surah Al-Maidah 51, penistaan Al-Qur’an atau yang paling sering menggunakan

kalimat “Soal Al-Maidah 51”. Republika.co.id selalu membuat

berita terkait dengan pernyataan Ahok tentang dibohongi pakai surah Al-Maidah 51 dengan menuliskan secara lengkap kata Al-Maidah 51, tidak pernah menggunakan bahasa mengutip ayat suci.

DAFTAR PUSTAKA

Alex, Sobur, 2006 Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Simiotik, dan Analisis Framing. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Bungin, Burhan, 2008, Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta:

Prenada Media.

Eriyanto, 2002, Analisis framing: konstruksi, ideologi, dan politik media, Yogyakarta: LKIS

Entman, R. M. (2007). Framing bias: Media in the distribution of power. Journal of Communication, 57(1), 163–173. https://doi.org/10.1111/ j.1460-2466.2006.00336.x

Margono, 2010, Metodologi pene­ litian pendidikan Jakarta: PT

Rineka Cipta.

McQuail, Dennis 2005. McQuail’s Mass Communication Theory 5th edition, London: Sage Publications.

Nogroho, Bimo, Eriyanto, Surdiasis, Frans, 1999, Politik Media Mengemas Berita. Jakarta: Institut

Studi Arus Informasi.

Sudibyo, Agus, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian oleh ahli media dilakukan untuk mengetahui kualitas media pembelajaran mobile learning. Penilaian ini dilakukan dalam tiga aspek yaitu aspek tampilan, aspek

• Bila dibandingkan dengan piutang dagang, piutang wesel mempunyai kekuatan hukum yang menempatkan pemegang wesel (atau promes) pada posisi yang kuat untuk dapat menagih

Manifestasi dari kegotong-royongan ini adadalah dengan pembentukan dana- dana yang cara pemupukannya dilakukan dengan mengadakan iuran-iuran wajib, di sana akan

Refleksi, pengalaman, penelitian, dan analisis Shragge dituang secara sistematis dalam buku ini, yang menjelaskan, antara lain, perjalanan hidup sebagai aktivis

Hasil penelitian pernah dilakukan oleh (Yoga Pratama Putra Moch, 2014) tentang pengaruh Return On Investment, Return On Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share

(3) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka seluruh kekayaan, hak dan kewajiban, serta kepegawaian yang dikelola oleh PDAM ”Tirta Dharma” Kabupaten Garut pada saat

Hindi rin niya alam kung nakikipag- syota na ba sa kaniya si Doray o simpleng pinaglalakuan lang siya ng ‘tilapiya’ nito.Hindi nakatulog si Intoy sa gabing iyon nang sabihin ni Doray

Dari hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,345 yang berarti variable Pengamalan Keagamaan Siswa dapat