• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN. RF DENGAN END STAGE RENAL DISEASE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN. RF DENGAN END STAGE RENAL DISEASE"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN DASAR PADA KLIEN TN. RF DENGAN END STAGE

RENAL DISEASE(ESRD) DI PAVILIUN MARWAH ATAS RUMAH

SAKIT ISLAM CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

23-25 MEI 2017

Disusun Oleh :

AYU WULANDARI

2014750008

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal

Ginjal Kronik atau End Stage Renal Disease (ESRD) Patologis Sistem Perkemihan di

Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta” dari tanggal 23 Mei sampai 25 Mei 2017.

Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada:

1. Dr. Muhammad Hadi, S.KM.,M.Kep selaku Dekan FIK-UMJ

2. Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan FIK-UMJ. 3. Ns. Fitrian Rayasari,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen pembimbing dan penguji dari

DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

4. Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes selaku wali tingkat angkatan XXXII.

5. Seluruh dosen dan staff program DIII Keperawatan FIK-UMJ selaku dosen pembimbing institusi yang telah memberikan bekal ilmunya kepada penulis selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

6. Ns. Yuliawati, S.Kep selaku pembimbing lahan praktek dan penguji lahan praktek Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih

(5)

7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang sudah menyediakan fasilitas dan buku-buku yang dibutuhkan penulis untuk terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Universitas Muhammadiyah Jakarta dan semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Orang tua, kakak, adik, om dan tante saya tercinta yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XXXII DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang selalu setia menemani dan mendukung penulis. 10. Tim Keperawatan Medikal Bedah bimbingan Ns. Fitrian Rayasari,M.Kep.,Sp.KMB

yaitu Dwi Lestari, Sri Rezkiyanah Andi Lajeng, Widya Setianingsih.

11. Sahabat saya SR, MILAN, dan Anak Cantik yang selalu setia menemani dan mendukung penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, 05 Juni 2017

Ayu Wulandari 2014750008

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang ... 1 B. Tujuan penulisan ... 3 1. Tujuan umum ... 3 2. Tujuan Khusus ... 4 C. Lingkup masalah ... 4 D. Metode penulisan ... 4 E. Sistematika penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

A. Konsep dasar ... 7

1. Pengertian ... 7

2. Klasifikasi ... 8

3. Etiologi ... 8

4. Gangguan Kebutuhan Dasar ... 9

5. Manifestasi Klinik ... 9

6. Komplikasi ... 16

7. Penatalaksanaan dan Terapi ... 16

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan ESRD ... 19

1. Pengkajian Keperawatan ... 19

2. Diagnosa Keperawatan... 25

(7)

4. Pelaksanaan Keperawatan ... 26

5. Evaluasi Keperawatan ... 39

BAB III TINJAUAN KASUS ... 43

A. Pengkajian Keperawatan ... 43 B. Diagnosa Keperawatan... 58 C. Perencanaan Keperawatan ... 59 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 62 E. Evaluasi Keperawatan ... 71 BAB IV PEMBAHASAN ... 72 A. Pengkajian Keperawatan ... 72 B. Diagnosa Keperawatan ... 77 C. Perencanaan Keperawatan... 79 D. Pelaksanaan Keperawatan ... 80 E. Evaluasi Keperawatan ... 81 BAB V PENUTUP ... 83 A. Kesimpulan... 83 B. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL LAMPIRAN

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronis atau End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan penurunan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (progresif), semakin lama akan memburuk, pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal dan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, tidak dapat berfungsi kembali atau tidak dapat pulih kembali. Pada suatu derajat gagal ginjal yang akhir atau laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 15ml/mnt/1,73m2 memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialis atau transplantasi ginjal. (Dongoes, 2014 &Siti S, 2015). Penyebab dari Gagal Ginjal oleh berbagai hal diantaranya kerusakan ginjal itu sendiri atau disebabkan komplikasi dari suatu penyakit. Diabetes mellitus merupakan penyebab utama terjadinya penyakit gagal ginjal, hipertensi, glomerulonefritis, penyakit ginjal polistik, dan obstruksi. ESRD tidak dapat dikembalikan atau dipulihkan, terjadi penurunan progresif dan ireversibel (LeMone, dkk, 2016).

National Kidney Fondation (NKF) tahun 2012 menyatakan lebih dari 26 juta orang atau 13% dari populasi orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gagal ginjal kronik. Di Indonesia, pada akhir tahun 2008 terdapat sekitar 2,3 juta pasien gagal ginjal kronik. Pada tahun 2012 mencapai lebih dari 70 ribu. Saat ini ESRD merupakan penyakit ginjal terbanyak dari sekian gangguan pada ginjal (Dialife, 2012). Saat ini pasien ESRD merupakan penyakit ginjal yang mencapai (89%) diikuti dengan pasien Gagal Ginjal Akut/ARF sebanyak (7%), dan pasien Gagal Ginjal Akut pada GGK sebanyak (4 %) (Indonesia Renal Registry, 2014).

Riskesdas tahun 2013, menunjukan prevalensi penyakit ESRD berdasarkan wawancara yang di diagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%),

(9)

tertinggi pada kelompok umur lebih dari 75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada masyarakat pedesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%).

Semakin tingginya penyakit ESRD ini akan meningkatkan angka kesakitan. Hilangnya fungsi ginjal akan merusak kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Kerusakan filtrasi dan dan reabsorpsi menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, sehingga tubuh kelebihan dengan cairan. Gangguan kebutuhan dasar ini menyebabkan terjadinya gangguan pada kebutuhan cairan dan elektrolit. Gangguan lain yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit ESRD adalah gangguan oksigenasi terjadi karena penurunan curah jantung, akibat dari peningkatan beban jantung dan paru-paru. Selain itu terjadi gangguan nutrisi, gangguan ini terjadi karena sistem pencernaan terganggu dalam memetabolisme protein di dalam usus.

Jika tidak ditangani dengan baik, pasien dengan ESRD akan mengalami komplikasi lain seperti menurunkan semua fungsi tubuh dan sehingga menyebabkan kematian. Penatalaksanaan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengatasi masalah pada kebutuhan cairan yang berlebih dengan cara melakukan terapi dengan menggantikan fungsi ginjal yang sudah rusak, yaitu pembatasan cairan untuk mengurangi cairan dan elektrolit, pemberian diuretik, selain itu bisa dilakukan dengan hemodialisa atau transplantasi pada ginjal.

Tingginya angka kejadian ESRD dan gangguan berbagai pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan serta komplikasi yang akan terjadi, dibutuhkan peran perawat sebagai pemberi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan ESRD. Peran perawat meliputi peran sebagai pemberi asuhan keperawatan melalui proses keperawatan dari mulai pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan

(10)

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan yang dilakukan seperti mengkaji intake dan output, memberikan makanan yang rendah protein, menganjurkan pasien untuk makan-makanan yang rendah protein, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diuretik dan melakukan hemodialisa. Selain itu perawat juga berperan sebagai edukator yaitu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah atau bertambahnya komplikasi yang akan ditimbullkan dan cara penanganan atau perawatan pada pasien dengan penyakit tersebut. Salah satunya dengan menganjurkan pasien atau keluarga membatasi cairan yang diminum, membatasi makanan-makanan yang mengandung banyak protein, mengingatkan untuk mengikuti hemodialisa yang sudah dianjurkan oleh dokter.

Pentingnya peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan pencegahan komplikasi maka, penulis ingin mempunyai pengalaman yang lebih spesifik atau nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ESRD. Oleh sebab itu penulis mengambil Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal Disease Patologis Sistem Perkemihan” di Paviliun Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan atau mendeskripsikan pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal Disease Patologis Sistem Perkemihan melalui pendekatan keperawatan kepada Tn. RF yang dirawat di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta.

(11)

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan proses asuhan keperawatan kepada pasien, diharapkan penulis :

a. Mampu menguraikan pengkajian pada pasien dengan ESRD. b. Mampu menentukan masalah keperawatan kebutuhan dasar

kepada pasien dengan ESRD.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan kepada pasien dengan ESRD.

d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan kepada pasien dengan ESRD.

e. Mampu melakukan evaluasi kepada pasien dengan ESRD. f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara

teori dan kasus dalam praktek nyata kepada pasien dengan ESRD.

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun penghambat serta dapat menacari solusi untuk pemecahan masalah keperawatan kepada pasien dengan ESRD.

C. Lingkup Masalah

Kasus pada sistem perkemihan disesuaikan dengan tempat praktek yang ada, maka lingkup bahasan pada karya tulis ilmiah ini pada kasus Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal Disease (ESRD) Patologis Sistem Perkemihan di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta, dengan melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, mulai tanggal 23-25 Mei 2017.

(12)

D. Metode Penulisan

Metode dalam penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah metode yang digunakan dengan cara menguraikan hasil asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi. Penyusunan makalah ini dilakukan melalui tahapan :

1. Studi Kepustakaan

Yaitu suatu proses untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan cara mempelajari sumber buku literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan ESRD.

2. Studi Kasus

Yaitu dengan cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan mengumpulkan data, mempelajari catatan medis, dan catatan skeperawatan yang dilakukan dengan mewawancarai pasien dan keluarga pasien, observasi, melakukan pemeriksaan fisik, dan merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data-data yang sudah didapatkan, kemudian melakukan implementasi berdasarkan intervensi yang sudah dibuat, dan mengevaluasi semua tindakan yang sudah dilakukan.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun secara sistematis terdiri dari V Bab :

BAB I : PENDAHULUAN

Yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

(13)

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, etiologi, proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, pelaksanaan medik yang bertujuan untuk pengobatan, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan langsung pada pasien dengan memberikan Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage

Renal Disease (ESRD) Patologis Sistem Perkemihan di Paviliun

Marwah Atas Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakartayang terdiri dari : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB IV : PEMBAHASAN

Merupakan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasus mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan serta solusi-solusi untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang terjadi.

(14)

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan : Merupakan tulisan singkat mengenai Asuhan Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal

Disease (ESRD) Patologis Sistem Perkemihan di Paviliun

Marwah Atas Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta.

Saran : Merupakan suatu masukan positif yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya di bidang Keperawatan pada Pemenuhan Gangguan Kebutuhan Dasar pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal

Disease (ESRD) Patologis Sistem Perkemihan di Paviliun

(15)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar 1. Pengertian

Gagal Ginjal Kronik atau End Stage Renal Disease(ESRD) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau tramsplantasi ginjal)(Nursalam, dkk, 2011). Definisi lain disampaikan oleh Siti Setiati, dkk, 2015 yaitu penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada suatu derajat yang memerlukan transplantasi ginjal.

Gagal Ginjal Kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulunefritis, infeksi kronis, penyakit vascular (nefrosklerosis), proses obstruktif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Dongoes, dkk, 2014)

Disimpulkan dari tiga definisi diatas bahwa ESRD adalah penurunan fungsi ginjal berlangsung secara bertahap dan bersifat ireversibel sehingga tidak dapat disembuhkan kembali, hanya bisa ditangani dengan cara dialysis atau transplantasi ginjal.

(16)

2. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.

Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gaults sebagai berikut.

LFG (ml/ mnt/ 1,73m

2

=

72 x kreatinin plasma (mg/dl )(140−umur)xberat badan

)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Sesuai Dengan Derajatnya

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑

≥90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

Sumber : Siti Setiati, dkk, 2015 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

3. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab gagal ginjal stadium 5 (ESRD) sangatlah banyak. Dibahas beragam proses cedera dan penyakit yang mungkin mengakibatkan gagal ginjal, seperti :

a. Glomerulonefritis kronis b. Akut Renal Failure(ARF) c. Penyakit ginjal polisistik d. Obstruksi

e. Pielonefritis kronis f. Nefretoksin

(17)

Penyakit sistemik yang mungkin mengakibatkan ESRD, seperti : a. Diabetes melitus,

b. Hipertensi,

c. Lupus eritematosus

Diabetes mellitus adalah penyebab utama dan terjadi lebih dari 30% klien yang menerima dialisis. Hipertensi adalah penyebab utama ESRD kedua.

Untuk menurunkan resiko ESRD, klien harus diperiksa dengan teliti dan harus menerima pengobatan yang cukup untuk mengontrol atau memperlambat perkembangan masalah ini sebelum berkembang menjadi gagal ginjal walaupun dengan pengobatan yang tepat. (Black, dkk, 2014)

4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Pasien Dengan ESRD

a. Kebutuhan dasar manusia

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan cairan). 2) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).

3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).

4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan (kebutuhan aktivitas).

5) Tidur dan istirahat (kebutuhan istirahat dan tidur).

6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal higyne). 7) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).

(18)

8) Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi (kebutuhan belajar).

9) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi (kebutuhan bermain).

10) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan belajar).

Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual. Kebutuhan dasar poin 1 – 9 termasuk komponen kebutuhan biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit) (Potter dan Patricia, 2010).

b. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar yang terjadi pada ESRD, yaitu :

1) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh.pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari. Selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron, dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss. Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang

(19)

mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh(Suharyanto, 2013&Mubarak, 2008).

a) Proses terjadinya gangguan cairan dan nutrisi pada pasien ESRD

Pada klien End Stage Remal Disease (ESRD) terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) berpengaruh pada retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontrol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari hari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis reninangiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Klienmempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.

b) Manifestasi pada Pasien ESRD

Menurut Nursalam, dkk (2011) setiap sistem tubuh pada ESRD dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala, seperti :

1. Cairan elektrolit :

Gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia

2) Kebutuhan oksigenasi

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.

(20)

Jaringan yang melakukan metabolisme aerob, proses membentuk energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup.

a) Proses terjadinya gangguan oksigenasi pada pasien ESRD Pada klien End Stage Renal Disease (ESRD) cenderung ditemukan adanya pernafasan yang cepat dan dangkal (kussmaul), irama nafas yang tidak teratur, frekuensi nafas yang meningkat diatas normal, adanya retraksi interkostalis, dan epigastrium, sebagai upaya untuk mengeluarkan ion H+ akibat dari asidosis metabolik, pergerakan dada yang tidak simetris, vokal fremitus cenderung tidak sama getarannya antar lobus paru, terdengar suara dullness saat perkusi paru sebagai akibat dari adanya edema paru, dan pada auskultasi paru cenderung terdengar adanya bunyi rales. Pada tahap lanjut akan ditemukan adanya sianosis perifer ataupun sentral sebagai akibat dari ketidakadekuatan difusi oksigen di membran alveolar karena adanya edema paru, nyeri dada dan sesak nafas akibat adanya penimbunan cairan di paru-paru(Potter dan Patricia, 2010).

b) Manifestasi pada Pasien ESRD

Menurut Nursalam, dkk (2011) setiap sistem tubuh pada ESRD dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala, seperti :

1. Respirasi :

Edema paru, efusi pleura, dan pleuritis. 2. Kardiovaskuler :

Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), perikarditis, efusi perikardium, dan tamponade perikardium. Risikopenurunan curah jantung akibat penumpukan cairan di jantung dan paru-paru.

(21)

3) Kebutuhan nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan yang dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, dan organ asesoris terdiri atas hati , kantung empedu dan pankreas.

a) Proses terjadinya gangguan nutrisi pada pasien ESRD

Pada penyakit End Stage Renal Disease (ESRD) sistem pencernaan cenderung ditemukan adanya Anoreksia, nauseadan vomitus, yang berhubungan dengan gangguan

metabolisme protein di dalam usus. Keadaan End Stage Renal

Disease (ESRD) mengakibatkan penurunan fungsi ginjal

dalam hal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh yang salah satunya adalah ureum. Peningkatan kadar ureum dalam darah akan akan mengiritasi mukosa lambung dan merangsang peningkatan asam lambung (HCL) akibatnya akan terjadi mual. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan dalam tubuh. Ureum yang meningkat pada air liur diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau amonia dan perubahan membran mukosa mulut berupa lidah menjadi kotor atau timbulnya lesi pada mukosa mulut. Sedangkan ureum yang meningkat dalam usus dapat menyebabkan perubahan mukosa usus yang menimbulkan kembung pada perut. Gagal ginjal akan menyebabkan gangguan pada metabolisme vitamin D, sehingga akan terjadi gangguan pada absorpsi kalsium di usus (Potter dan Patricia, 2010).

(22)

b) Manifestasi pada Pasien ESRD

Menurut Nursalam, dkk (2011) setiap sistem tubuh pada ESRD dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala, seperti :

1. Gastrointestinal :

Ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.

4) Kebutuhan rasa aman nyaman

Kebutuhan rasa aman dan nyama salah satunya yaitu, istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.Pada sistem integumen normalnya keadaan turgor kulit elastis, tidak pucat, akral tubuh teraba hangat.

a) Proses terjadinya gangguan rasa aman nyaman pada pasien dengan ESRD

Pada klien End Stage Renal Disease (ESRD) cenderung ditemukan adanya rasa gatal sebagai akibat dari uremi fross, kulit tampak bersisik, kelembaban kulit menurun, turgor kulit cenderung menurun (kembali > 3 detik). Pada tahap lanjut cenderung akan terjadi ketidakseimbangan termoregulasi tubuh dan akral teraba dingin, kulit berwarna pucat akibat adanya anemia dan kekuning-kuningan akibat urokrom, suatu penumpukan kristal urea di kulit (urea fross). Adanya gatal-gatal di kulit menyebabkan klien ingin menggaruk dan akibatnya akan timbul bekas-bekas garukan di kulit (Potter dan Patricia, 2010).

(23)

b) Manifestasi pada Pasien ESRD

Menurut Nursalam, dkk (2011) setiap sistem tubuh pada ESRD dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala, seperti :

1. Dermatologi :

Pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, dan uremia

frost.

5) Kebutuhan aktivitas

a) Proses terjadinya gangguan kebutuhan aktivitas pada pasien ESRD

Pada klien End Stage Renal Disease (ESRD) abnormalitas utama pada gangguan aktivitas yaitu, metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada ESRD, tubuh tidak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D (1,25dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal menurun, seiring dengan berkembangnya ESRD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon (Smeltzer dan Bare, 2014).

a) Manifestasi pada Pasien ESRD

Menurut Nursalam, dkk (2011) setiap sistem tubuh pada ESRD dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala, seperti :

(24)

1. Abnormal skeletal :

Osteoditrofi ginjal menyababkan osteomalasia. 2. Neuromuscular :

Lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muscular, neuropati perifer, bingung, dam koma.

5. Komplikasi

ESRD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari ESRD menurut (Nursalam, dkk, 2011) antara lain adalah :

a. Bervariasi sesuai dengan kondisi yang mendasari

b. Tahap penurunan ginjal berat menyebabkan insufisiensi ginjal sehingga terjadi gagal ginjal akibat uremia

c. Retensi sodium dan air menyebabkan edema, ERSD, hipertensi, dan asites.

d. Penurunan Filtrasi Glomerulus (GFR) menyebabkan stimulasi rennin sehingga angitesin aksis dan penurunan sekresi aldosteron yang mengakibatkan hipertensi

e. Asidosis metabolic akibat ketidakmampuan ginjal mengeluarkan ion hydrogen, memprodukasi ammonia, dan konservasi bikarbonat. f. Penurunan filtrasi menyebabkan penurunan serum kalsium dan

reabsorpsi kalsium oleh tulang.

g. Penurunan produksi eritropoietin oleh ginjal menyebabkan anemia. h. Efek uremia terhadap sistem saraf pusat menyebabkan gangguan

fungsi mental dan perubahan gangguan kesadaran serta koma.

6. Penatalaksaan dan Terapi

a. Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi: 1) Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya

2) Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition).

(25)

3) Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal 4) Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi

5) Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal 2.2 Tabel Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai

dengan Derajatnya

Derajat LFG (ml/mnt/1,73m2)

Rencana Tatalaksana

1 ≥90 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan (progression) fungsi ginjal, memperkecil risiko kardiovaskuler

2 60-89 Menghambat perburukan

(progession) fungsi ginjal

3 30-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 <15 Terapi pengganti ginjal

Sumber : Siti Setiati, dkk, 2015 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam b. Terapi Spesisifik Terhadap Penyakit Dasarnya

Menurut Siti Setiati, dkk, tahun 2015 waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi.Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsy dan pemeriksaan histopalogi ginjal.

Mengatasi hiperfosfatemia

1) Pembatasan asupan fosfat. Pemberian diet rendah fosfat sejalan dengan diet pada pasien penyakit ginjal kronik secara umum yaitu, tinggi kalori, rendah protein dan rendah garam, karena fosfat sebagian besar terkandung dalam daging dan produk hewan seperti susu dan telur. Asupan fosfat di batasi 600 – 800 mg / hari. Pembatasan asupan fosfat yang terlalu ketat tidak di anjurkan untuk menghidari terjadinya malnutrisi.

2) Pemberian pengikat fosfat. Pengikat fosfat yang banyak dipakai adalah garam kalsium, alumunium hidroksida, garam magnesium. Garam-garam ini diberikan secara oral, untuk

(26)

menghambat absorpsi fosfat yang berasal dari makanan garam kalisum yang banyak dipakai adalah kalisum karbonat (CaCO3) dan kalsium asetat.

3) Pemberian bahan kalsium memetik (Calsium mimetic agent). Akhir-akhir ini dikembangkan sejenis obat yang dapat menghambat reseptor Ca pada kelenjar paratiroid, dengan nama sevelamer hidrokhlorida. Obat ini disebut juga Calsium mimetic agent, dan dilaporkan mempunyai efektivitas yang sangat baik serta efeksamping yang minimal

3. Pemberian kalsitriol (1.25(OH2D3)

Pemberian kalsitriol untuk mengatasi osteodistrofi renal banyak dilaporkan. Tetapi pemakainnya tidak begitu luas, karena dapat meningkatkan absorpsi fosfat dan kalsium di saluran cerna sehingga dikhawatirkan mengakibatkan penumpukan garam kalsium karbonat di jaringan, yang disebut klasifikasi metastatic. Disamping itu juga dapat mengakibatkan penekanan yang berlebihan terhadap kelenjar paratiroid. Oleh karena itu pemakaiannya dibatasi pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormone paratiroid (PTH) >2,5 x normal.

4. Pembatasan Cairan dan Elektrolit

Pembatasan asupan air pada pasien penyakit ginjal kronik, sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya edema dan komplikasi kardiovaskular. Air yang masuk kedalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang keluar, melalui urine maupun insensible water loss. Dengan berasumsi bahwa air yang keluar melalui insensible water loss antara 500 – 800 ml/ hari (sesuai dengan luas permukaan tubuh), maka air yang masuk dianjurkan 500 – 800 ml ditambah jumlah urine. Elektrolit yang harus diawasi asupannya adalah kalium dan natrtium. Pembatasan kalium dilakukan , karena hiperkalemia dapat mengakibatkan

(27)

aritmia jantung yang fatal. Oleh karena itu, pemberian obat – obatan yang mengandung kalium dan makanan yang tinggi kalium seperti buah dan sayur harus dibatasi.Kadar kalium darah dianjurkan 3,5 – 5,5 mEq/lt. Pembatasan natrium dimaksudkan untuk mengendalikan hipertensi dan edema. Jumlah garam natrium yang diberikan disesuaikan dengan tingginya tekanan darah dan derajat edema yang terjadi.

5. Terapi Ganti Ginjal (RenalReplacement Therpy)

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/mnt. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.

B. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan

a. Riwayat kesehatan : keluhan anoreksia, mual, kenaikan berat badan, atau edema; terapi saat ini (jika ada), termasuk jenis dan frekuensi dialisis atau transplantasi ginjal sebelumnya; penyakit kronik seperti diabetes, gagal jantung, atau penyakit ginjal.

b. Kaji derajat kerusakan ginjal dan gangguan sistem tubuh lainnya melalui pengkajian sistem tubuh dan kaji hasil laboratorium.

c. Pemeriksaan fisik : status mental; tanda vital termasuk suhu, bunnyi jantung dan paru, dan nadi perifer; haluaran urine (jika ada); berat badan; warna, kelembapan, kondisi kulit; adanya edema (periorbital atau tungkai); bising usus; adanya dan letak fistula, pirau tandur AV atau kateter peritoneum.

1) Aktivitas/Istirahat

Gejala : - Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise.

- Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen).

(28)

2) Sirkulasi

Gejala : - Riwayat hipertensi lama atau berat -Palpitasi ; nyeri dada(angina)

Tanda : - Hipertensi; DVJ, nadi kuat, edema jaringan umu dan pitting pada kaki, telapak, tangan.

- Disritmia jantung.

- Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik menunjukan hipovolemia yang jarang pada penyakittahap akhir.

- Friction rub pericardial (respons terhadap akumulasi sisa) - Pucat; kulit coklat kehijaua, kuning.

- Kecenderungan perdarahan.

3) Integritas Ego

Gejala : - Faktor stress, contoh finansial, hubungan dan sebagainya. - Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Tanda: - Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

4) Eliminas

Gejala : - Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahaplanjut).

- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi.

Tanda : - Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklta, berawan.

- Oliguria, dapat menjadi anuria.

5) Makanan/Cairan

Gejala :- Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi).

(29)

- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia).

- Penggunaan diuretic.

Tanda : - Distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir). - Perubahan turgor kulit/kelembaban.

- Edema (umum, tergantung). - Ulserasi gusi, perdarah gusi/lidah.

- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.

6) Neurosensori

Gejala : - Sakit kepala, penglihatan kabur.

- Kram otot/kejang; sindrom “kaki gelisah”; kebas rasa terbakar pada telapak kaki.

- Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstermitas bawah (neuropati perifer).

Tanda : - Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.

- Penurunan DTR.

- Tanda Chvostek dan Trousseau positif. - Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang. - Rambut tipis, kuku rapuh dan titpis.

7) Nyeri/Kenyaman

Gejala : - Nyeri panggul, sakit kepala; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari).

(30)

8) Pernapasan

Gejala : - Napas pendek; dispnea nocturnal paroksismal; batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak.

Tanda : - Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi/kedalaman (pernapasan Kussmaul).

- Batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema paru).

9) Keamanan

Gejala : - Kulit gatal.

- Ada/berulangnya infeksi. Tanda : - Pruritus.

- Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh rendah dari normal (efek GGk/depresi respons imun).

- Petekie, area ekimosis pada kulit.

- Fraktur tulang; deposit fosfat kalsium (klasifikasi metastatic) pada kulit, keterbatasan gerak sendi.

10) Seksualitas

Gejala : - Penurunan libido; amenorea; infertilitas.

11) Interaksi Sosial

Gejala : - Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12) Penyuluahan/Pembelajaran

Gejala : - Riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritik herediter, kalkulus urinaria, malignansi.

(31)

- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan.

- Penggunaan antibiotic nefrotoksiksaat ini/berulang.

- Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6,4hari

- Rencana : memerlukan bantuan dalam obat, pengobatan, suplai, transportasi, pemeliharan rumah.

13) Pemeriksaan Diagnostik - Urine :

- Volume : biasanya kurang dari 400ml/24jam (oliguria) atau urine tak ada (anuria).

- Warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin.

- Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).

- Osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1.

- Klirens kreatinin : mungkin agak menurun.

- Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena gagal ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium.

- Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.

- Darah :

- BUN/kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

- Hitung darah lengkap : Ht: menurun pada adanya anemia. Hb: biasanya kurang dari 7-8g/dL.

- SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi eritropoetin seperti pada azotemia.

(32)

- GDA : pH: penurunan asidosis metabolic (kurang dari 7,2)terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi hydrogen dan ammonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat menurun. PCO2 menurun.

- Natrium serum: mungkin rendah (bila ginjal “kehabisan natrium” atau normal (menunjukkan status dilusi hipertermia).

- Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dengan perpindahan selular (asidosi) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM). Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.

- Magenesium fosfat : meningkat. - Kalsium : menurun.

- Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg; sering sama dengan urine.

- KUB foto : menunjukkan ukuran ginjal /ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi (batu).

- Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.

- Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa.

- Sistouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter, retensi.

- Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.

- Biopsi ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis.

- Endoskopi ginjal, nefroskopi : dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal; keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor. Selektif.

- EKG : mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam/basa.

Foto kaki, tengkorak, kolumna spiritual, dan tangan : dapat menunjukkan demeneralisasi, klasifikasi.

(33)

Pemeriksaan laboratorium CCT (Clirens Creatinin Test) : untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus (LFG).

Rumus :

CCT : (140-umur) x BB (Kg) 73x Creatinin serum

2. Diagnosis keperawatan

1) Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan proses penyakit.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah dan diet yang ketat.

3) Risiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.

4) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek uremia, gangguan sistem metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati perifer).

5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.

6) Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. 7) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

8) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. 9) Risiko gangguan gambaran diri berhubungan dengan gangguan

fungsi ginjal.

(34)

a. Tabel Perencanaan keperawatan

No.Dx Diagnosa

Keperawatan

Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)

1. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan proses penyakit. setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh (fluid balance) dengan kriteria hasil:

- Klien bebas dari edema. - Klien dapat mempertahanka n bunyi paru bersih. - BB stabil. - Turgor kulit normal. - Tidak ada oliguria. - Klien melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas. - Monitor status dehidrasi (misalnya : membrane mukosa lembab, keadekuatan nadi dan tekanan darah ortostatik). - Pantau hasil laboratorium yang berhubungan dengan keseimbangan cairan. - Pantau adanya tanda-tanda retensi/kelebihan cairan. - Pantau tanda-tanda vital. - Pertahankan keakuratan pencatatan intake dan output cairan. - Pantau respon klien

terhadap cairan elektrolit yang dilakukan.

- Timbang berat badan klien setiap hari dan pantau perubahannya. Pertahankan retriksi cairan dan diet.

- Monitor cairan (fluid monitoring): - Monitor intake dan

output.

- Monitor serum albumin dan total protein.

(35)

darah, nadi, dan respirasi.

- Monitor membran mukosa dan turgor kulit.

- Monitor adanya distensi vena jugularis, bunyi crackles pada paru, edema perifer dan penambahan berat badan.

- Kelola cairan sesuai dengan kebutuhan.

- Batasi intake cairan sesuai kebutuhan. - Pertahankan kecepatan pemberian cairan intravena. - Kelola pemberian obat-obatan yang menigkatkan urine output sesuai kebutuhan. - Monitor efek samping pemberian diuretic orostatik dan ketidakseimbangan metabolic. - Monitor berat badan. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah dan diet yang ketat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien dapat meningkatkan status nutrisi dengan kriteria hasil: - Asupan nutrisi adekuat. - Asupan Manajemen Nutrisi - Pertahankan berat badan yang ideal sesuai dengan usia dan tinggi badan. - Observasi kemampuan klien untuk makan. - Tanyakan pada klien alergi terhadap makanan.

(36)

makanan dan cairan adekuat. - Energy meningkat. - Berat badan meningkat. - Tanyakan makanan kesukaan klein. - Kolaborasi dengan

ahli gizi tentang jumlah kalori dan tipe nutrisi yang dibutuhkan.

- Anjurkan masukan kalori yang tepat yang sesuai dengan gaya hidup.

- Anjurkan untuk banyak makan buah.

- Pastikan diit tidak menyebabkan konstipasi.

- Evaluasi hasil lab (albuminserum, total protein serum, Hb, Ht, vitamin, dan mineral). - Monitor intake

makanan.

- Monitor status rongga mulut (gusi, lidah, mukosa, dan gigi). Monitor nutrisi (Nutritional monitoring) - monitor respon emosional klien saat diberikan makanan. - Monitor turgor kulit sesuai dengan kebutuhan.

- Monitor tingkat energy, kelelahan, dan kelemahan. - Monitor intake

kalori dan nutrisi. - Berikan makanan

dan cairan sesuai kebutuhan.

(37)

- Monitor adanya mual dan muntah. - Catat perubahan

status nutrisi ytang penting dan lakukan tindakan sesuai kebutuhan. - Berikan lingkungan

yang optimal pada waktu makan.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistim imun akibat uremia.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan

1. Meningkatkan pertahanan tubuh (immune status) dengan criteria hasil : - Status respirasi dalam rentang normal. - Status genitourinari dalam batas normal. - Suhu tubuh dalam batas rentang normal. - Nilai WBC dalam batas normal. - Tidak ada infeksi ulang. pengetahuan klien dan keluarga tentang control infeksi meningkat dengan kriteria hasil :

- Menjelaskan tanda-tanda dan dan gejala. - Menjelaskan

Kontrol infeksi (infection control) - Bersikan lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh klien. - Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan.

- Batasi jumlah pengunjung. - Anjurkan klien cuci

tangan dengan tepat. - Anjurkan pengunjung mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan. - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien. - Gunakan sarung tangan steril. - Tingkatkan asupan

nutrisi dan cairan. - Anjurkan istirahat. - Berikan terapi

antibiotik.

(38)

aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi. keluarga tentang tanda-tanda dan gejala infeksi. - Ajarkan klien dan

keluarga bagaimana mencegah infeksi. Proteksi infeksi (infection protection)

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik.

- Pertahankan teknik aseptik.

- Ajarkan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala infeksi pada petugas kesehatan.

- Ajarkan klien dan keluarga bagaimana menghindari infeksi. - Berikan ruangan khusus sesuai kebutuhan. 4. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek uremia, gangguan sistem metabolik, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati perifer).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan integritas kulit dan membrane mukosa utuh dengan kriteria hasil : - Temperature jaringan dalam rentang. - Elastisitas dalam rentang normal. - Hidrasi dalam rentang normal. - Pigementasi Skin surveillance:

- Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap adanya kemerahan, panas, atau adanya cairan. - Monitor adanya

tanda-tanda kerusakan integritas kulit. - Catat adanya

perubahan kulit dan membrane mukosa. - Berikan perawatan

kulit khususnya daerah perianal dan

(39)

dalam rentang normal. - Warna dan kelembaban dalam rentang normal. mulut.

- Ganti posisi dengan sering.

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.

setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan klien menunjukkan tidur yang adekuat dengan kriteria hasil :

- Klien

menunjukkan jam tidur tidak terganggu. - Klien

melaporkan tidak ada masalah dengan pola tidur atau istirahat. - Klien menunjukkan perasaan segar setelah tidur atau istirahat. - Klien melaporkan terjaga dengan waktu yang sesuai. - Klien dapat mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan tidur/istirahat. - Klien menunjukkan kenyamanan fisik dan psikologis.

Peningkatan tidur (sleep enhancement):

- Tentukan aktivitas dan pola tidur klien.

- Jelaskan

pentingnya tidur yang adekuat selama sakit. - Tentukan efek dari

pengobatan

terhadap pola tidur klien.

- Pantau dan catat pola tidur klien. - Pantau pola tidur

dan catat adanya gangguan fisik (seperti: apneu saat tidur, obstruksi jalan nafas, nyeri/ketidaknyama nan, dan frekuensi berkemih). Dan gangguan psikososial (seperti: ketakutan atau kecemasan) yang dapat mengganggu tidur. - Atur lingkungan yang dapat meningkatkan tidur (seperti : pencahayaan, suhu, matras, dan tempat tidur).

- Bantu klien untuk menghilangkan situasi stress yang

(40)

dapat mengganggu jadwal tidur. - Anjurkan klien untuk menghindari makan diantara waktu tidur.

- Bantu klien utuk mengurangi waktu tidur di siang hari dengan meningkatkan aktivitas sesuai kebutuhan. - Anjurkan klien untuk menggunakan teknik non formakolgi:

relaksasi otot untuk mengatasi gangguan tidur. - Anjurkan klien untuk meningkatkan jam tidur sesuai kebutuhan. - Atur stiumulus lingkungan untuk mempertahankan siklus tidur siang dan malam klien yang normal. - Diskusikan dengan

klien dan keluarga tentang teknik peningkatan tidur. Manajemen lingkungan (environmental managemen) - Ciptakan lingkungan yang aman bagi klien. - Identifikasi

keamana yang dibutuhkan oleh

(41)

klien.

- Siapkan tempat tidur yang nyaman sesuai kebutuhan. - Ciptakan

lingkungan yang bersih dan tempat tidur yang nyaman. - Kurangi stimulus lingkungan sesuai kebutuhan. - Hindari pernapasan lingkungan yang berlebihan. Manajemen pengobatan (medication managemen): - Tentukan obat apa

yang dibutuhkan klien. - Panttau efektifitas pemberian obat-obatan. - Ajarkan klien/anggota keluarga tantang metode dan pengelolaan obat-obatan sesuai kebutuhan. - Ajarkan klien/anggota keluarga da;am mengembangkan tindakan untuk mengatasi efek samping pengobatan. - Berikan informasi pada klien/anggota keluarga tentang perubahan pengobatan dirinya secara tertulis atau

(42)

dengan penjelasan. 6. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari: mandi dengan kriteria hasil:

- Klien menerima bantuan atau perawatan total dari pemeberi perawatan jika diperlukan. - Klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene mulut. - Klien mempertahanka n mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi. - Klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh. - Klien mampu melakukan perawatan mulut.

Bantu perawatan diri (self care assistance) : - Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu. - Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi. - Pantau kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri secara mandiri. - Pantau kebutuhan klien terhadap perlengkapan alat-alat untuk kebersihan diri, berpakaian dan makan. - Berikan bantuan sampai klien mampu untuk melakukan perawatan diri. - Bantu klien dalam

menerima ketergantungan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. - Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu klien hanya jika diperlikan. Bantu perawatan diri : mandi (self care assistance : bathing).

- Kaji membrane mukosa oral dan

(43)

kebersihan tubuh setiap hari.

- Kaji kondisi kulit saat mandi. - Pantau kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan perawatan diri klien. - Berikan bantuan sampai klien mampu secara penuh untuk melakukan perawatan diri. - Letakkan sabun, handuk, deodorant, alat cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan disamping tempat tidur/kamar mandi. - Pantau kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan perawatan diri klien. 7. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Setelah dilakukan tiindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan klien mampu mengontrol cemas dengan kriteria hasil :

- Klien dapat merencanakan strategi koping untuk situasi yang membuat stress. - Klien dapat mempertahanka n penampilan peran. - Klien Menurunkan kecemasan (anxiety rseduction): - Gunakan ketenangan dalam pendekatan terhadap klien. - Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan. - Berusaha memahami situasi stress yang dialami klien.

(44)

melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori. - Klien melaporkan tidak ada gejala kecemasan secara fisik. - Klien melaporkan gejala perilaku akibat kecemasan : tidak ada. - Klien dapat meneruskan aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan. - Klien menunjukkan kemampuan untuk fokus pada pengetahuan dan keterampilan yang baru. - Klien dapat mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator kecemasan. - Berikan informasi tentang diagnose, prognosis, dan tindakan.

- Temani klien untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi

ketakutan.

- Dorong keluarga untuk menami klien sesuai kebutuhan. - Dorong klien untuk

mengungkapkan perasaan, pengharapan, dan ketakutannya. - Identifikasi tingkat kecemasan. - Berikan aktivitas hiburan untuk mengurangi ketegangan.

- Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kecemasan. - Control stimulus sesuai kebutuhan klien. - Dengarkan dengan penuh perhatian. - Ciptakan hubungan saling percaya. - Bantu klien untuk

mengungkapkan hal-hal yang membuat cemas. - Tentukan kemampuan klien dalam membuat keputusan. - Ajarkan klien teknik relaksasi. - Observasi gejala

(45)

verbal dan non verbal dari kecemasan. 8. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan sdan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan pengetahuan tentang proses penyakit teratasi dengan kriteria hasil : - Klien menjelaskan tentang proses penyakit. - Klien menjelaskan faktor penyebab dan risiko. - Klien menjelaskan efek dari penyakit. - Klien menjelaskan tanda-tanda dan gejala. - Klien menjelaskan tindakan untuk meminimalkan. - Klien menjelaskan pencegahan komplikasi. Pendidikan kesehatan proses penyakit : - Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses penyakit yang spesifik. - Jelaskan proses penyakit yang secara spesisik. - Jelaskan

tanda-tanda dan gejala yang biasanya muncul. - Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya. - Berikan informasi tindakan diagnostic yang dilakukan. - Disukusikan perubahan perilaku yang dapat mencegah komplikasi. - Jelaskan kompilkasi kronik yang mungkin muncul. Pendidikan kesehatan pengobatan : - Jelaskan kepada klien tentang pengobatan yang didapatkan. - Jelaskan kepada klien tujuan dari tindakan setiap pengobatan.

(46)

klien dosis, rute, dan durasi dari setiap pengobatan. - Mengecek kembali kemampuan klien dalam mengelola pengobatan yang di dapat. - Jelaskan kepada klien tindakan yang dibutuhkan

sebelum mendapatkan pengobatan (missal : cek nadi dan kadar glukosa). - Jelaskan kepada

klien tentang efek samping dari pengobatan dan tindakan yang tepat untuk menanggulanginya. - Libatkan keluarga dalam pengobatan. 9. Risiko gangguan gambaran diri berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan klien menunjukkan citra tubuh yang postif dengan kriteria hasil : - Klien mendemonstrasi kan penerimaan terhadap perubahan bentuk tubuh. - Klien mengungkapkan kepuasan terhadap penampilan dan

Peningkatan citra tubuh :

- Kaji respon verbal dan non verbal klien tentang tubuhnya. - Tentukan harapan klien tentang gambaran tubuh berdasarkan tahap perkembangan. - Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri. - Observasi mekanisme koping yang digunakan klien saat stress. - Dengarkan klien

(47)

fungsi tubuh. - Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan. - Memelihara hubungan social yang dekat dengan orang lain.

akui realitas adanya perhatian terhadap perhatiannya. - Dukung klien untuk

mengungkapkan perasaannya. - Dorong klien untuk

mengekplorasi perubahan yang dialaminya.

- Dorong klien untuk ikut berpartisipasi membuat

keputusan dalam rencana

perawatannya. - Bantu klien agar

dapat menerima bantuan dari orang lain. 10. Disfungsi seksual beruhubungan dengan efek uremia. Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada klien selama proses keperawatan diharapkan fungsi seksual adekuat dengan kriteria hasil : - Klien menunjukkan adanya keinginan untuk mendiskusikan perubahan pada fungsi seksual. - Klien meminta informasi yang dibutuhkan tentang perubahan pada fungsi seksual. - Klien mengungkapkan secara verbal pemahamannya Konseling seksual : - Ciptakan hubungan terapeutik yang disadari oleh rasa percaya.

- Ciptakan hubungan konseling yang lama.

- Berikan privasi dan pastikan

kerahasiaan klien. - Informasikan

kepada klien lebih awal bahwa hubungan seksual merupakan bagian dari hidup dan keadaan sakit, pengobatan dan stress atau masalah lain/pristiwa yang dialami klien sering menyebabkan perubahan fungsi

(48)

tentang pembatasan yang diatur secara medis. - Klien beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang berhubungan dengan usia atau perubahan fisik karena penyakit.

seksual.

- Katakan pada klien mengenai kesiapannya untuk menjawab pertanyaan mengenai fungsi seksual. - Berikan informasi mengenai fungsi seksual sesuai kebutuhan. - Mulailah dengan topic yang sedikit sensitif dan diteruskan ke topik yang lebih sensitif. - Diskusikan efek sakit/situasi kesehatan terhadap seksual. - Diskusikan pengobatan terhadap seksual sesuai kebutuhan. - Dorong klien untuk

mengungkapkan ketakutan secara verbal dan berikan pertanyaan.

- Identifikasi pengetahuan tentang tujuan yang dapat dijangkau. - Diskusikan modifikasi aktivitas seksual sesuai kebutuhan. - Diskusikan alternatif bentuk ekspresi seksual yang dapat diterima klien sesuai kebutuhan. - Gunakan humor

(49)

Sumber : Reny Yuli Aspiani, 2015Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Aplikasi Nanda Nic Noc

1. Evaluasi keperawatan

Dx 1 : kelebihan volume cairan

a. Klien mengatakan terbebas dari edema, BB stabil. b. Klien dapat mempertahankan bunyi paru bersih dan

adanya kemudahan dalam bernafas.

c. Klien dapat mempertahankan turgor kulit normal, tidak ada oliguria.

Dx 2 :Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Klien menunjukkan asupan makanan dan cairan adekuat sesuai kebutuhan.

b. Klien menunjukkan berat badan normal. Dx 3 :Risiko infeksi

a. Klien dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.

b. Klien dapat menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.

Dx 4 :Risiko kerusakan integritas kulit

a. Klien menunjukkan elastisitas dalam rentang normal. b. Klien dapat mempertahankan hidrasi dalam rentang

normal.

c. Klien menunjukkan pigmentasi dalam rentang normal. d. Klien menunjukkan warna dan kelembaban dalam

rentang normal. menggunakan humor untuk mengurangi kecemasan dan kesulitan.

(50)

Dx 5 :Gangguan pola tidur

a. Klien dapat menunjukkan jam tidur tidak terganggu . b. Klien melaporkan tidak ada masalah dengan pola tidur

atau istirahat.

c. Klien dapat menunjukkan perasaan segar setelah tidur atau istirahat.

Dx 6 :Kurang perawatan diri

a. Klien mau menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi perawatan jika diperlukan.

b. Klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan hygiene mulut.

c. Klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh. Dx 7 :Cemas

a. Klien melaporkan penggunaan teknik relaksasi untuk menuurunkan kecemasan.

b. Klien dapat mempertahankan hubungan sosial.

Dx 8 :Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan dan pengobatan

a. Klien dapat menjelaskan proses penyakit, faktor penyabab, dan risiko.

b. Klien menjelaskan tanda dan gejala serta dapat melakukan tindakan untuk meminimalkan progresi penyakit.

Dx 9 :Risiko gangguan gambaran diri

a. Klien dapat mendemonstrasikan penerimaan terhadapperubahan bentuk tubuh.

b. Klien dapat mengungkapkan kepuasan terhadappenampilan dan fungsi tubuh.

c. Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.

(51)

Dx 10 :Disfungsi seksual

a. Klien mendiskusikan perubahan pada fungsi seksual. b. Klien mau meminta informasi yang dibutuhkan tentang

perubahan pada fungsi seksual.

c. Klien mengungkapkan secara verbal pemahamannya tentang pembantasan yang diatur secara medis.

d. Klien mau beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang berhubungan dengan usia atau perubahan fisik karena penyakit.

(52)

BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini penulisan akan menyelesaikan laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar pada klien dengan End Stage Renal Disease (ESRD) di paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar selama tiga hari dari tanggal 23 Mei sampai 25 Mei 2017. Dalam melengkapi data ini penulis mengadakan wawancara dengan keluarga, tim perawat di ruangan, selain itu juga memperoleh data-data dari catatan medis dan catatan keperawatan serta didapatkan hasil Observasi langsung serta pemeriksaan fisik.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada klien dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 di Paviliun Marwah Atas Rumah Sakit Islam Jakarta

1. Identitas

Klien berinisial Tn. RF, usia 28 tahun, jenis kelamin laki-laki, Agama Islam, Suku bangsa Jakarta, Warga negara Indonesia, Pendidikan Terakhir Sekolah SLTA, Status perkawinan belum menikah, pekerjaan sebagai pedagang, alamat Jl. Petamburan RT. 004 RW. 004, kel. Petamburan, kec. Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Sumber biaya BPJS, Sumber Informasi diperoleh dari klien, keluarga, tim Perawat di Ruangan dan Status Klien.

2. Resume Keperawatan

Klien masuk dari IGD pada hari Minggu, Tgl 21 Mei 2017, Jam 21:00 WIB, dibawa oleh keluarga. Saat datang ke IGD, kesadaran compos mentis, GCS: E: 4, M: 6 V: 5 total 15, Hasil TTV TD: 190/100 mmHg, N: 78 x/menit, RR : 24 x/menit, S : 36,4 °C, BB klien sebelum HD: 70Kg, TB klien: 168cm. Klien mengatakan keluhan lemas, sesak nafas mengalami bengkak di tungkai bagian kaki kanan, klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi.Di

(53)

IGD dilakukan tindakan pemasangan Infus dengan cairan NaCl 500 cc/24jam , kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil :

Tabel 3.1 Hematologi rutin pada tanggal 21 Mei 2017

Hematologi rutin Hasil Satuan Nilai rujukan

HB CL 6.8 G/dl 13.2-17.3 Leukosit 8.32 Ribu/µl 3.80-10.60 Hematokrit L 20 % 40-52 Trombosit L 101 Ribu/µl 150-440 Eritrosit L 2.44 10^6/ µl 4.40-5.90 MCV/VER 81 Fl 80-100 MCH/HER 28 Pg 26-34 MCHC/AHER 34 G/dl 32-36 Kimia Klinik Ureum Darah H 348 Mg/dl 10-50 Kreatinin Darah H 29.9 Mg/dl <1.4 Elektrolit Natrium L 131 mEq/l 135-147 Kalium 4.9 mEq/l 3.5-5.0 Klorida 107 mEq/l 94-111

(54)

Klien di pindahkan ke paviliun Marwah Atas dikamar 6 pada hari Minggu malam, tanggal 21 Mei 2017 jam 23.00 WIB dengan keluhan yang sama ketika di IGD. Kesadarancompos mentis, keadaan umum klien sakit sedang TTV : TD : 190/100 mmHg, Nd : 98 x/menit , RR : 24 x/menit , S : 36°C. Klien di diagnosa ESRD Anemia, dan diagnosa keperawatanya adalah : Risiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Intervensinya yaitu : Kaji status cairan , timbang berat badan harian, kesimbangan masukan dan haluran, turgor kulit dan adanya edema, distensi vena jugularis, tanda-tanda vital, membatasi masukan cairan. Menjelaskan pada klien rasional pembatasan cairan, bantu klien dalam menmghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan, pemberian terapi oral yaitu : Amlodipine 10 mg 1x1, Bicnat 30mg 3x1 1x1, Folic Acid 5mg 1x3, CaCO3 1mg 3x1, Ambroxol 30mg 3x1. Terapi injeksi Lasix 20mg 2x1, Ondancentron 4mg 3x1.

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan saat ini adalah klien mengatakan mudah lemas sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, kepala pusing seperti ditusuk-tusuk, waktunya terus menerus karena tekanan darah yang tinggi, batuk berdahak dan mengeluarkan darah, mual dan muntah.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap apapun. Faktor yang mempengaruhi klien terjadinya risiko gangguan gagal ginjal dari penyakit hipertensi yang diderita oleh klien. Penyakit hipertensi diturunkan oleh nenek klien dari ibu. Selain itu salah satu faktor klien bisa terkena gagal ginjal karena hipertensi yang tidak terkontrol selama kurang lebih 8 tahun yang lalu dan pola hidupnya yang kurang mengkonsumsi air mineral secara cukup sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Sekitar 2 minggu yang lalu klien masuk ke rumah sakit dan

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Sesuai Dengan  Derajatnya
Tabel 3.1 Hematologi rutin pada tanggal 21 Mei 2017
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan laboratorium  Hematologi rutin pada tanggal 21 Mei 2017
Tabel 3.3 DATA FOKUS
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Maka soalan aras tinggi yang melibatkan KBAT ini mampu melahirkan murid-murid yang bukan menurut segala apa yang diajar oleh guru malah menganalisis dan membina

Tetapi pada persamaan (3.3.17) merupakan fungsi genap non negatif, yang akan menjadi masalah ketika   0, sebab fungsi tersebut mempunyai ujung yang tak terbatas

Namun, penelitian tersebut belum menggunakan teknik data mining, untuk itulah peneliti merasa perlu membangun sistem pengambilan keputusan dengan menggunakan metode data

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan, lama usaha, tingkat pendapatan, dan gender berpengaruh positif signifikan terhadap literasi keuangan

Tinjauan literatur menunjukkan terapi ibuprofen pada bayi prematur dengan duktus arteriosus paten memiliki efektifitas tingkat penutupan duktus yang setara dengan indometasin

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti sebagai guru bidang studi IPS berusaha meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran dengan menerapkan model cooperative

Dalam penelitian tersebut sejalan dengan pemikiran Wijayanti (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure untuk klien yang perusahaanya lebih besar dari pada klien

KERAGAMAN DAN POTENSI JENIS SERTA KANDUNGAN KARBON HUTAN MANGROVE DI SUNGAI SUBELEN SIBERUT, SUMATERA BARAT (Diversity, Potential Species and Carbon Content of Mangrove Forest