• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 88 tahun 2013 tentang Rencana Induk Pengembangan Bahan Baku Obat Tradisional, salah satu isu pokok dalam pembangunan kesehatan adalah peningkatan pelayanan kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan. Dalam upaya tersebut ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin mutu, khasiat dan keamanannya, harga yang terjangkau serta mudah diakses adalah beberapa faktor penting. Pemerataan dan penggunaan obat secara rasional merupakan salah satu target pemerintah dalam pembangunan kesehatan.

Pada dasarnya, hingga saat ini sistem pengobatan di Indonesia didasarkan pada sistem pengobatan konvensional menggunakan produk-produk terapi berbasis bahan kimia sintetik. Sejalan dengan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap pengobatan tradisional, dimana di dalamnya melibatkan penggunaan obat tradisional, baik ramuan tradisional (jamu) maupun formula modern dalam bentuk obat tradisional, pemerintah telah memberikan perhatian yang sangat besar baik dari segi pelayanan maupun regulasi yang menyangkut produk obat tradisional tersebut. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pengobatan tradisional tertuang dalam hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni sebanyak 31,4 % masyarakat Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional yang terdiri dari 48 % ramuan jadi, 31,8 % ramuan buatan sendiri, 65,3 % keterampilan manual, 1,9 % keterampilan olah pikir, dan 2,1 % keterampilan energi. Data tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 1 % dari hasil Riset Kesehatan Dasar sebelumnya, yakni tahun 2013 (30,4 %).

Berbagai peraturan telah diterbitkan terkait dengan pemberi layanan pengobatan tradisional, kesehatan tradisional, klasifikasi, registrasi dan pengawasan produk obat tradisional. Upaya ini merupakan bagian dari keinginan pemerintah untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya hayati Indonesia dan

(2)

kekayaan kesehatan tradisional agar dapat terintegrasi dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Sebagai suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi sumber daya tumbuhan yang ada merupakan suatu aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai suatu modal dasar utama dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya untuk menjadi komoditi yang kompetitif.

Merujuk pada Kebijakan Obat Tradisional Nasional tahun 2007 (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 381/Menkes/SK/III/2007), disampaikan bahwa pemerintah perlu mendorong pemanfaatan sumber daya alam dan ramuan tradisional secara berkelanjutan, menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar memiliki daya saing, menyediakan obat tradisional yang terjamin mutu, khasiat, dan keamanannya, serta menjadikan obat tradisional sebagai komoditi unggul yang memberikan multi manfaat. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional sudah mensyaratkan bahwa simplisia dan bentuk sediaan lain dari obat tradisional yang diproduksi harus memenuhi persyaratan mutu. Materia Medika Indonesia dan Farmakope Herbal Indonesia juga sudah mengatur terkait standarisasi dari simplisia dan ekstrak tanaman obat. Yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Sedangkan yang dimaksud dengan ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari bahan baku menggunakan pelarut yang sesuai.

Meskipun demikian, berbagai kendala penting masih dihadapi industri jamu dan industri obat tradisional. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kualitas, kuantitas dan kontinuitas bahan baku obat tradisional, baik berupa bahan baku simplisia maupun bahan baku ekstrak. Masalah pada bahan baku simplisia adalah ketersediaan bahan tanaman yang terbatas dan teknologi pengolahan yang umumnya masih tradisional. Banyak tanaman obat merupakan tumbuhan liar dan belum dibudidayakan. Teknik pengolahan dan penyimpanan masih menggunakan cara sederhana, tidak higienis dan sangat jauh dibawah standar

(3)

cara pengolahan pasca panen yang baik. Industri bahan baku simplisia juga belum berkembang terkait dengan aspek tata niaga yang belum banyak memberikan keuntungan pada petani/pengumpul tanaman obat. Sedangkan masalah pada bahan baku ekstrak pada dasarnya akibat teknologi rancang bangun peralatan yang masih sangat kurang, sehingga diperlukan biaya investasi yang besar untuk pembelian peralatan dan kegiatan pengembangan teknologi proses ekstraksi. Sejauh ini telah muncul beberapa industri bahan baku ekstrak tanaman obat, atau dikenal sebagai industri ekstrak bahan alam (IEBA). Beberapa industri jamu dan farmasi juga memiliki fasilitas ekstraktor skala produksi. Industri ini belum ditopang dengan industri simplisia modern yang mampu menjamin ketersediaan dalam jenis, jumlah dan mutu yang diinginkan. Baik industri jamu maupun industri ekstrak bertumpu pada usaha pengumpul tanaman obat dengan skala usaha kecil dan menengah. Pangsa pasar industri jamu dan obat tradisional dalam negeri tergolong kecil dan terfragmentasi, salah satunya akibat belum diterimanya produk obat tradisional dalam sistem pelayan kesehatan formal.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 87 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 104 tahun 2016 tentang Nomenklatur, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu merupakan salah satu dari UPT dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas di bidang pelayanan laboratorium herbal serta pengembangan tanaman obat dan obat tradisional serta tugas ketatausahaan dan pelayanan masyarakat. Dalam pasal 32 (ayat 2) disebutkan bahwa tugas Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal antara lain : 1) Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal, 2) Menyiapkan bahan tanaman obat, dan obat tradisional, 3) Melaksanakan identifikasi tanaman obat dan obat tradisional, 4) Melaksanakan

pengolahan tanaman obat, 5) Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian

tanaman obat dan obat tradisional, 6) Melaksanakan pengujian manfaat, mutu

dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional, 7) Melaksanakan saintifikasi

obat tradisional untuk mendukung fungsi penapisan, 8) Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan, dan 9) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepala UPT.

(4)

UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu melakukan pengolahan tanaman obat yang tumbuh di lahan budidaya, berlokasi di Kota Batu dan Kejayan, Pasuruan. Tanaman obat dipanen untuk kemudian diolah menjadi bahan baku obat tradisional berupa simplisia dengan tahapan yaitu sortasi basah, pencucian dan penirisan, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, dan penyimpanan. Setelah tanaman obat diolah sampai menjadi simplisia, dilakukan juga proses penjaminan mutu bahan baku yang meliputi identitas simplisia, organoleptis, kadar air, dan kandungan metabolit sekunder simplisia. Semua proses dilaksanakan berdasarkan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB), Materia Medika Indonesia, Farmakope Herbal Indonesia dan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2019 Tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional.

Berdasarkan laporan tahun 2019, UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu melakukan proses produksi bahan baku obat tradisional berupa simplisia dengan total 408 bets. Dari 408 bets simplisia yang diproduksi, baru 72 bets simplisia yang dilakukan uji mutu sehingga kualitas dari bahan baku yang diproduksi juga menjadi rendah. Hal ini dikarenakan laporan produksi bahan baku obat tradisional dan laporan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional masih dilakukan secara manual dan menjadi beberapa laporan yang terpisah, antara lain berupa buku induk produksi simplisia, logbook pengukuran kadar air, logbook pengujian kandungan metabolit sekunder. Laporan tersebut dibuat oleh Unit Pengolahan Pasca Panen dan Laboratorium Instrumentasi untuk dilaporkan kepada Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal dan Kepala UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu setiap akhir bulan. Dengan data yang masih terpisah-pisah, sangat sulit untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya proses produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

Dengan kondisi seperti ini, akan menurunkan kepercayaan konsumen yang membeli dan menggunakan bahan baku obat tradisional berupa simplisia hasil produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu. Padahal, mulai dari akademisi, pengobat tradisional, dan juga masyarakat umum sudah memanfaatkan bahan baku obat tradisional tersebut. Rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional juga dikhawatirkan tidak menghasilkan efek terapi yang optimal serta ada kemungkinan menimbulkan efek samping.

(5)

Melihat kondisi yang terjadi, diharapkan adanya perbaikan melalui integrasi data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu sehingga dapat mempermudah koordinasi dan pengawasan. Untuk dapat mencapai kondisi tersebut, maka disusunlah aplikasi berbasis website yang dapat mengintegrasikan antara data produksi serta penjaminan mutu bahan baku obat tradisional secara elektronik. Dengan adanya aplikasi tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan proses penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

B. Area dan Fokus Perubahan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 ada 8 (delapan) area perubahan, yaitu :

1. Manajemen Perubahan

2. Penataan Peraturan Perudang-undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana

5. Penataan Sistem Manajemen SDM 6. Penguatan Akuntabilitas

7. Penguatan Pengawasan 8. Peningkatan Pelayanan Publik

Adapun area perubahan pada proyek perubahan ini adalah Penguatan

Pengawasan dan Peningkatan Pelayanan Publik. Penguatan pengawasan yang

dimaksud adalah adanya pengawasan dalam setiap proses produksi serta penjaminan mutu bahan baku obat tradisional sehingga semua proses dapat berjalan optimal. Peningkatan pelayanan publik dalam hal ini adalah adanya peningkatan kualitas dari bahan baku obat tradisional yang diproduksi sehingga dapat meningkatkan kepuasan serta kepercayaan dari masyarakat terhadap produk dari UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu.

Adapun fokus inovasi berdasarkan Inovasi Administrasi Negara (Inagara), antara lain :

(6)

2. Inovasi metode (method innovation) 3. Inovasi produk (product innovation)

4. Inovasi konseptual (conceptual innovation) 5. Inovasi teknologi (technology innovation)

6. Inovasi struktur organisasi (organizational structure innovation) 7. Inovasi hubungan (relationship innovation)

8. Inovasi pengembangan SDM (Human resources development innovation) Aksi perubahan yang dilakukan fokus pada inovasi teknologi (technology innovation) yaitu dengan penggunaan teknologi informasi yang lebih efektif untuk penunjang pelaksanaan kegiatan yang mampu memecahkan masalah. Dengan menciptakan dan menggunakan teknologi baru, kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan lingkungan pun meningkat. Setiap usaha penciptaan teknologi baru didorong oleh kebutuhan untuk menjalankan aktivitas secara lebih mudah, praktis, dan nyaman. Adapun bentuk dari aksi perubahan ini berupa aplikasi produksi dan penjaminan mutu (AKSIJITU) bahan baku obat tradisional berbasis website.

C. Tujuan Aksi Perubahan

Tujuan dari Tata Kelola Data Produksi dan Penjaminan Mutu Bahan Baku Obat Tradisional yang Terintegrasi melalui Aplikasi “AKSIJITU” di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu adalah :

Tujuan Jangka Pendek

1. Terwujudnya aplikasi produksi dan penjaminan mutu “AKSIJITU” 2. Tersusunnya manual book aplikasi “AKSIJITU”

3. Terwujudnya keputusan “AKSIJITU”

4. Terbentuknya penanggungjawab “AKSIJITU”

Tujuan Jangka Menengah

1. Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan aplikasi “AKSIJITU”.

2. Terwujudnya pengembangan aplikasi “AKSIJITU” agar memiliki fitur yang lebih lengkap.

3. Terkumpulnya basis data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk selanjutnya dilakukan analisa dan pengolahan data.

(7)

1. Terlaksananya kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan aplikasi “AKSIJITU” setelah dilakukan pengembangan aplikasi.

2. Terkumpulnya basis data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk selanjutnya dilakukan analisa dan pengolahan data.

3. Terbitnya buku standarisasi bahan baku obat tradisional produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu untuk selanjutnya dapat disosialisasikan ke masyarakat.

4. Terwujudnya publikasi jurnal-jurnal penelitian terkait produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu untuk selanjutnya dapat dibuat menjadi pedoman atau literatur oleh akademisi, pengobat tradisional, praktisi industri obat tradisional, serta masyarakat.

D. Manfaat Aksi Perubahan

Secara umum manfaat Tata Kelola Data Produksi dan Penjaminan Mutu Bahan Baku Obat Tradisional yang Terintegrasi melalui Aplikasi “AKSIJITU” di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu yakni penguatan sistem pengawasan untuk mengoptimalkan kualitas bahan baku obat tradisional guna mendukung pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

Manfaat Internal

1. Sebagai salah satu inovasi dalam mengembangkan potensi dan kemampuan diri dalam menjalankan tugas pada Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal. 2. Mengoptimalkan fungsi pengawasan kegiatan produksi dan penjaminan mutu

bahan baku obat tradisional sehingga dapat meningkatkan kualitasnya.

3. Meningkatkan kinerja karyawan dalam melakukan kegiatan produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

4. Optimalisasi pengarsipan dokumen pelaporan.

Manfaat Eksternal

1. Bagi OPD lain dan Industri atau Usaha Obat Tradisional

“AKSIJITU” bermanfaat sebagai alat untuk mengoptimalkan fungsi pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional sehingga dapat diadopsi dan diterapkan pada Perangkat Daerah lainnya yang bergerak di bidang tanaman obat dan

(8)

obat tradisional atau bagi industri serta usaha obat tradisional. 2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya aplikasi “AKSIJITU”, masyarakat yang membeli dan memanfaatkan bahan baku obat tradisional berupa simplisia dari UPT Laboratorium Herbal Materia Medica akan mendapatkan surat keterangan proses dan penjaminan mutu simplisia. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap kualitas simplisia hasil produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu.

E. Adopsi dan Adaptasi Hasil Studi Lapangan

Dari hasil studi lapangan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kota Batu, ada beberapa hal yang dapat diadopsi terkait aksi perubahan yang akan diambil. Beberapa hal yang dapat diadopsi antara lain :

Keunggulan Pelayanan

Ada beberapa keunggulan dalam pelayanan yang telah dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker Kota Batu di bidang pelayanan perizinan.

Pertama, kegiatan penyelenggaraan perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Hal tersebut merupakan hasil koordinasi dan kolaborasi yang baik dari OPD yang ada di Pemerintah Kota Batu. Dengan terlaksananya proses perizinan di satu tempat, maka pelayanan menjadi mudah, murah, cepat, dan tepat.

Kedua, pemanfaatan teknologi informasi berupa pengembangan dan pengolahan infrastruktur jaringan teknologi informasi dan komunikasi, pengembangan aplikasi, software atau website untuk memudahkan koordinasi dan pelaksanaan pelayanan publik. Dalam hal perizinan, telah dibuat website https://dpmptsptk.batukota.go.id untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi terkait perizinan. Terdapat juga sistem informasi perizinan “Si CANTIK Cloud” yang dapat digunakan untuk perizinan di sektor kesehatan, seperti SIP dokter umum, SIP dokter spesialis, SIP dokter gigi, SIP bidan dan SIP perawat. Implementasi OSS (Online Single Submission) juga telah dilakukan secara bertahap untuk proses perizinan di sektor pariwisata dan kebudayaan.

(9)

Ketiga, adanya upaya untuk meningkatkan kepuasan masyarakat di bidang pelayanan perizinan dengan melibatkan masyarakat untuk memberikan evaluasi, saran dan kritik melalui layanan pengaduan perizinan.

Kunci Sukses yang Telah Dilakukan

a) Aspek kepemimpinan

Pelayanan perizinan terpadu satu pintu telah mendapatkan dukungan penuh oleh Pemerintah Kota Batu, utamanya oleh Walikota Batu dan OPD lain yang berkaitan. Dukungan tersebut tertuang dalam bentuk peraturan Walikota Batu yang menjadi dasar hukum pelaksanaan pelayanan.

b) Aspek manajerial

Proses manajerial atau pengendalian pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukaan yaitu :

Perencanaan (Planning)

Perencanaan DPMPTSP dan Naker Kota Batu telah tertulis secara lengkap dan rinci dalam Rencana Strategis (Renstra) tahun 2018-2022 yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Kerja (Renja) tahunan.

Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian telah dilakukan dengan membuat struktur organisasi, pembagian tugas pokok dan fungsi terhadap masing-masing bidang serta karyawan, serta mengoptimalkan sumber daya manusia yang ada untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.  Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan pelayanan perizinan telah berjalan dengan baik, sesuai dengan SOP dan alur perizinan yang sudah ada. Semua pelayanan perizinan dilaksanakan satu pintu melalui DPMPTSP dan Naker. Hal ini tidak lepas dari adanya motivasi, komunikasi efektif, pelatihan secara berkala terhadap sumber daya manusia yang ada di tempat tersebut.s  Pengawasan (Controlling)

Pengawasan terhadap berjalannya proses pelayanan salah satunya dilakukan dengan cara membuat survei kepuasan masyarakat. Masyarakat dapat terlibat dalam memberikan evaluasi, masukan dan

(10)

saran, serta pengaduan terkait pelayanan perizinan. Pengawasan bertujuan untuk meningkatan mutu pelayanan yang berdampak pada peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan. Dengan adanya pelayanan terintegrasi dalam satu tempat juga mempermudah dalam melaksanakan pengawasan.

c) Aspek good governance

Prinsip-prinsip good governance (kepemerintahan yang baik) telah dilakukan oleh DPMPTSP dan Naker yakni dengan pelaksanaan pelayanan perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian. Semua dilakukan dengan berorientasi pada kepuasan masyarakat.

d) Aspek pelayanan

Pelayanan perizinan dapat dilakukan dengan mudah, murah, cepat, dan tepat. Prosedur, formulir, alur perizinan, biaya, lama perizinan serta pengaduan perizinan telah diinformasikan secara jelas dan transparan kepada masyarakat. Inovasi terhadap pelayanan juga terus dilakukan guna memberikan pelayanan prima terhadap masyarakat.

 Gagasan perubahan

Melihat pelayanan yang ada pada DPMPTSP dan Naker di Kota Batu, serta dalam rangka mengadopsi pelayanan publik pada DPMPTSP dan Naker di Kota Batu, maka muncul gagasan perubahan dengan mengadopsi dari aspek

manajerial yaitu pengawasan (controlling) yakni membuat suatu aplikasi

aplikasi berbasis website yang mengintegrasikan antara data produksi dan data penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. Aplikasi ini mempermudah dalam melakukan pengawasan terhadap berjalannya proses produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

 Pemanfaatan atau pengembangan IT

Pemanfaatan Teknologi Informasi yang baik sangat diperlukan oleh masyarakat di era keterbukaan informasi. Upaya untuk mengintegrasikan data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional dilakukan dengan pemanfaatan teknologi informasi berupa aplikasi berbasis website. Dengan pemanfaatan teknologi informasi, diharapkan masyarakat dapat mengakses

(11)

data tersebut dengan lebih mudah, cepat, serta dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Pemanfaatan teknologi informasi dalam bentuk aplikasi berbasis website juga mempermudah dalam pengawasan karena data langsung dapat ditampilkan secara terintegrasi.

 Menjaga Keberlangsungan pelayanan

Keberlangsungan pelayanan publik diharapkan meningkat dari tahun ke tahun, hal ini didasarkan oleh adanya dorongan dari masyarakat untuk mendapatkan peningkatan pelayanan publik. Terkait dengan adopsi dan adaptasi hasil studi lapangan yang berupa aplikasi berbasis website untuk pengintegrasian data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional, dilakukan beberapa hal untuk menjaga keberlangsungan pelayanan antara lain :

1. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan kegiatan melalui kegiatan rapat bersama tim.

2. Melakukan evaluasi dengan cara membuat survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan data yang diberikan melalui aplikasi berbasis website. Masukan yang didapat dari masyarakat dapat menjadi bahan untuk perbaikan dan pengembangan layanan.

3. Melakukan inovasi pelayanan yaitu pemanfaatan data yang terkumpul dari aplikasi untuk dianalisa dan diolah menjadi sebuah buku katalog bahan baku obat tradisional yang terstandar produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu untuk selanjutnya dapat disosialisasikan ke masyarakat.

4. Melakukan inovasi pelayanan yaitu pemanfaatan data yang terkumpul dari aplikasi untuk dianalisa dan diolah menjadi jurnal-jurnal penelitian terkait produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu untuk selanjutnya dapat dipublikasi sehingga dapat dijadikan literatur oleh akademisi, pengobat tradisional, praktisi industri obat tradisional, serta masyarakat.

(12)

BAB II

ANALISIS MASALAH PELAYANAN

Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal pada UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :

1. Menyusun perencanaan kegiatan Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal 2. Menyiapkan bahan tanaman obat, dan obat tradisional

3. Melaksanakan identifikasi tanaman obat, dan obat tradisional 4. Melaksanakan pengolahan tanaman obat

5. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian tanaman obat dan obat tradisional 6. Melaksanakan pengujian manfaat, mutu dan keamanan tanaman obat dan obat

tradisional

7. Melaksanakan saintifikasi obat tradisional untuk mendukung fungsi penapisan 8. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan

9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala UPT

Identifikasi Masalah

Tabel 2.1 Identifikasi Masalah

Kondisi Saat Ini Kondisi yang diharapkan Kesenjangan - Gap (Masalah) Dalam pelaksanaan

produksi bahan baku obat tradisional berupa simplisia, tidak semua simplisia dilakukan uji mutu dikarenakan antara data produksi dan penjaminan mutu, dilaporkan secara terpisah oleh beberapa unit yang melakukan

produksi dan

penjaminan mutu.

Diharapkan adanya perbaikan kondisi melalui integrasi data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu. Hal ini dapat mempermudah dalam pengawasan yang tujuan akhirnya untuk meningkatkan kualitas bahan baku obat

Rendahnya mutu bahan

baku obat

tradisional karena belum adanya sistem tata kelola data yang terintegrasi antara produksi dan penjaminan mutu.

(13)

tradisional.

A. Permasalahan Yang Ada

Permasalahan yang terjadi berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang dijalankan sebagai Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal di UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu antara lain :

1. Belum adanya integrasi antara data konsumen yang memberikan surat permohonan untuk melakukan ekstraksi dan analisa, dengan surat keterangan ekstraksi dan hasil analisa.

2. Rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional.

3. Rendahnya pengelolaan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan oleh laboratorium.

4. Belum optimalnya proses validasi metode pengujian di laboratorium.

5. Belum optimalnya peningkatan kompetensi karyawan melalui seminar, pelatihan, atau in house training.

Dari beberapa Isu tersebut, selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode AKPL (Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Layak) untuk mengetahui isu yang paling dominan. Adapun kriteria penetapan indikator AKPL, yaitu:

Aktual

 Pernah benar-benar terjadi  Benar-benar sering terjadi

 Benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan  Benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaran  Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan

Kekhalayakan

1. Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak 2. Sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak 3. Cukup menyangkut hajat hidup orang banyak 4. Menyangkut hajat hidup orang banyak

5. Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak

(14)

1. Masalah sederhana

2. Masalah kurang kompleks

3. Masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi 4. Masalah kompleks

5. Masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya

Kelayakan

1. Masuk akal 2. Realistis

3. Cukup masuk akal dan realistis 4. Masuk akal dan realistis

5. Masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya

Analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Analisa Isu dengan Metode AKPL

NO ISU STRATEGIS A K P L TOTAL RANKING

1 Belum adanya integrasi antara data konsumen yang memberikan surat permohonan untuk melakukan ekstraksi dan analisa, dengan surat keterangan ekstraksi dan hasil analisa.

4 3 4 5 16 IV

2 Rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional.

5 4 5 5 19 I

3 Rendahnya pengelolaan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan oleh laboratorium.

5 4 4 5 18 II

4 Belum optimalnya proses validasi metode pengujian di laboratorium.

4 4 4 5 17 III

5 Belum optimalnya peningkatan kompetensi karyawan melalui seminar, pelatihan, atau in house training.

(15)

Atas dasar pemilihan prioritas tersebut diatas dilakukan penapisan kembali isu untuk dipilih mana yang menjadi prioritas dengan menggunakan metode USG sebagai berikut ;

Urgency (urgensi)

Dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan 1. tidak penting

2. kurang penting 3. cukup penting 4. penting

5. sangat penting

Seriousness (tingkat keseriusan masalah)

Dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak

1. akibat yang ditimbulkan tidak serius 2. akibat yang ditimbulkan kurang serius 3. akibat yang ditimbulkan cukup serius 4. akibat yang ditimbulkan serius

5. akibat yang ditimbulkan sangat serius Growth (tingkat perkembangan masalah)

Apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah 1. tidak berkembang

2. kurang berkembang 3. cukup berkembang 4. berkembang

5. sangat berkembang

Tabel 2.3. Penentuan Prioritas Masalah

NO ISU STRATEGIS U S G TOTAL RANKING

1 Rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional.

5 4 4 13 I

2 Rendahnya pengelolaan limbah padat dan limbah cair yang

(16)

NO ISU STRATEGIS U S G TOTAL RANKING

dihasilkan oleh laboratorium. 3 Belum optimalnya proses validasi

metode pengujian di laboratorium.

4 3 3 10 III

Atas dasar penentuan prioritas di atas, didapatkan masalah utama rendahnya

kualitas bahan baku obat tradisional sangat sesuai dengan kondisi saat ini.

Karena bila hal ini tidak dilakukan tindakan, maka khasiat dari bahan baku obat tradisional tidak optimal dan bahkan beresiko untuk menimbulkan efek samping apabila dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya segera agar terjadi peningkatan kualitas dari bahan baku obat tradisional.

Tabel 2.4. Isu Strategis, Penyebab Masalah, dan Solusi Isu Strategis Penyebab

Masalah

Akar Penyebab Utama (Leverage)

Alternatif Solusi Solusi Rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional 1. Belum ada SPO terkait pengawasan proses produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. Belum adanya integrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. 1. Pembuatan sistem tata kelola data yang terintegrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. Pembuatan sistem tata kelola data yang terintegrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. 2. Belum ada lembar pengawasan khusus terhadap kepatuhan SPO produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. 2. Penguatan koordinasi antara Unit Pengolahan Pasca Panen dengan Laboratorium Instrumentasi untuk melakukan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. 3. Belum adanya integrasi antara data 3. Sosialisasi kepada karyawan terkait

(17)

Isu Strategis Penyebab Masalah

Akar Penyebab Utama (Leverage)

Alternatif Solusi Solusi produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. kepatuhan alur produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. 4. Belum meratanya pemahaman karyawan terkait pentingnya penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. B. Penyebab Masalah

Penyebab masalah dari rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional adalah sebagai berikut :

1. Belum ada SPO terkait pengawasan proses produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

2. Belum ada lembar pengawasan khusus terhadap kepatuhan SPO produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

3. Belum adanya integrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

4. Belum meratanya pemahaman karyawan terkait pentingnya penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

C. Akar Penyebab Masalah

Setelah dilakukan analisa, akar penyebab masalah “rendahnya kualitas bahan baku obat tradisional” yaitu belum adanya integrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

(18)

Alternatif solusi untuk mengatasi akar masalah “belum adanya integrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional” adalah sebagai berikut ;

1. Pembuatan sistem tata kelola data yang terintegrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

2. Penguatan koordinasi antara Unit Pengolahan Pasca Panen dengan Laboratorium Instrumentasi untuk melakukan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

3. Sosialisasi kepada karyawan terkait kepatuhan alur produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional.

E. Solusi Mengatasi Masalah

Atas dasar beberapa alternatif solusi, maka solusi pemecahan masalah “belum adanya integrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional” adalah membuat sistem tata kelola data yang terintegrasi antara data

(19)

BAB III

STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH

A. Terobosan Inovasi

Solusi pemecahan masalah isu yang telah ditetapkan adalah dengan membuat sistem tata kelola data yang terintegrasi antara data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional. Sistem tata kelola data yang terintegrasi dibuat dengan menggunakan aplikasi berbasis website dengan nama “AKSIJITU”.

Terobosan dengan pembuatan aplikasi ini memiliki nilai atau kriteria inovasi karena memenuhi :

a. Memberi nilai tambah bagi organisasi dan stake holder

Bila aplikasi “AKSIJITU” berjalan dengan baik dan berkelanjutan maka akan ada perbaikan perilaku dan budaya kerja karyawan dalam melaksanakan kegiatan produksi dan penjaminan mutu untuk meningkatkan kualitas bahan baku obat tradisional. Hal ini dapat memberi nilai tambah bagi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu dan stake holder terkait.

b. Memiliki unsur kebaharuan

Aplikasi “AKSIJITU” belum pernah diterapkan di instansi atau industri yang bergerak di bidang bahan baku obat tradisional maupun obat tradisional. Aplikasi ini diharapkan membawa dampak yang berarti bagi perbaikan kualitas bahan baku obat tradisional yang dihasilkan.

c. Bisa direplikasi

Inovasi berupa aplikasi “AKSIJITU” dapat diadopsi dan diadaptasi oleh instansi lain atau industri karena pengoperasian yang mudah dijalankan.

d. Dapat diterapkan secara berkelanjutan

Inovasi yang baik harusnya bersifat kontinyu dan tidak berhenti hanya karena moment tertentu. Seperti pada aplikasi ini, tidak berhenti setelah pelaksanaan Pelatihan Kepemimpinan Pengawas, tetapi aplikasi ini dapat terus dijalankan bahkan dikembangkan lagi.

e. Sesuai dengan nilai-nilai organisasi

Penerapan inovasi ini sesuai dengan nilai organisasi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu yang diterjemahkan dalam uraian tugas pokok dan fungsinya yaitu melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas di bidang

(20)

pelayanan laboratorium herbal, serta pengembangan tanaman obat dan obat tradisional, serta tugas ketatausahaan dan pelayanan masyarakat.

B. Tahapan Kegiatan

Berikut merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka implementasi aksi perubahan, yang terdiri dari tahapan jangka pendek, tahapan jangka menengah, dan tahapan jangka panjang.

Tabel 3.1. Tahapan Kegiatan Aksi Perubahan

NO Tahapan Jadwal Output / bukti fisik

I JANGKA PENDEK

1 Konsultasi kepada mentor dan coach Agust s.d. Sept 2020

Lembar konsultasi

2 Pengesahan SK tim Minggu ke – 1

Agust 2020

SK tim

3 Rapat koordinasi dengan tim maupun dengan stakeholder

Agust s.d. Sept 2020

Notulen rapat

4 Mengidentifikasi kebutuhan data untuk aplikasi “AKSIJITU”

Minggu ke – 1 Agust 2020

Dokumen hasil inventarisasi

5 Penyusunan design / flow chart aplikasi “AKSIJITU”

Minggu ke – 1 Agust 2020

Lembar flow chart

6 Pembuatan aplikasi “AKSIJITU” Minggu ke -2 Agust s.d. Minggu ke – 2 Sept 2020  Laporan progresifitas secara berkala  Aplikasi 7 Uji coba penggunaan aplikasi “AKSIJITU” Minggu ke – 3

Sept 2020

Laporan hasil uji coba

8 Penyusunan manual book aplikasi “AKSIJITU”

Minggu ke – 3 Sept 2020

Manual book

9 Sosialisasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU”

Minggu ke – 3 Sept 2020

Nota dinas, notulen sosialisasi

10 Penunjukan dan penyusunan SK penanggung jawab aplikasi “AKSIJITU”

Minggu ke – 3 Sept 2020

SK penanggungjawab

11 Penggunaan aplikasi “AKSIJITU” Minggu ke – 4 Sept 2020

Laporan

(21)

NO Tahapan Jadwal Output / bukti fisik Sept 2020

II JANGKA MENENGAH

1 Monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU”

Oktober 2020 Laporan hasil monitoring dan evaluasi

2 Pengembangan aplikasi “AKSIJITU” agar memiliki fitur yang lebih lengkap

Nov 2020 s.d. Jan 2021  Laporan progresifitas secara berkala  Aplikasi

3 Pengumpulan basis data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk selanjutnya dilakukan analisa dan pengolahan data.

Feb s.d. Apr 2021  Kumpulan dokumen basis data  Laporan hasil analisa dan pengolahan data III JANGKA PANJANG

1 Monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU” secara berkala setelah dilakukan pengembangan aplikasi

Apr s.d. Des 2021

Laporan hasil monitoring dan evaluasi

2 Pengumpulan basis data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk selanjutnya dilakukan analisa dan pengolahan data.

Apr s.d. Des 2021  Kumpulan dokumen basis data  Laporan hasil analisa dan pengolahan data 3 Pembuatan buku standarisasi bahan baku

obat tradisional produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu dari hasil analisa dan pengolahan data

2022 Buku

4 Publikasi jurnal-jurnal penelitian terkait produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional dari hasil analisa dan pengolahan data

(22)

Dari tabel tahapan aksi perubahan di atas dapat dibuat timeline sebagai berikut :

Tabel 3.2 Timeline Tahapan Aksi Perubahan

No Tahapan 2020 2021 2022

Agustus September Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agust Sept Okt Nov Des Jangka Pendek

1 Konsultasi kepada mentor dan coach

2 Pengesahan SK tim 3 Rapat koordinasi dengan

tim maupun dengan stakeholder

4 Inventarisasi literatur, peraturan, basis data tentang produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional 5 Penyusunan design / flow

chart aplikasi “AKSIJITU” 6 Pembuatan aplikasi

“AKSIJITU”

7 Uji coba penggunaan aplikasi “AKSIJITU” 8 Penyusunan manual

book aplikasi “AKSIJITU” 9 Sosialisasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU” 10 Penunjukan dan penyusunan SK penanggung jawab aplikasi “AKSIJITU” 11 Penggunaan aplikasi “AKSIJITU” 12 Evaluasi implementasi aksi perubahan

(23)

No Tahapan 2020 2021 2022 Agustus September Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Agust Sept Okt Nov Des Jangka Menengah

1 Monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU”

2 Pengembangan aplikasi “AKSIJITU” agar memiliki fitur yang lebih lengkap 3 Pengumpulan basis data

produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk analisa dan pengolahan data. Jangka Panjang

1 Monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi “AKSIJITU” secara berkala setelah dilakukan pengembangan aplikasi 2 Pengumpulan basis data

produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional untuk dilakukan analisa dan pengolahan data.

3 Pembuatan buku standarisasi bahan baku obat tradisional produksi UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu 4 Publikasi jurnal-jurnal

penelitian terkait produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional

(24)

C. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan)

Keberhasilan pelaksanaan aksi perubahan ini tidak lepas dari peran sumberdaya yang ada. Beberapa sumberdaya yang berperan dalam aksi perubahan dapat diidentifikasi antara lain :

1. Tim Kerja

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Aksi Perubahan

Penjelasan Struktur Organisasi Implementasi Aksi Perubahan

Mentor

Peran :

1. Bertindak sebagai pembimbing dengan sikap professional

2. Memberikan dukungan penuh dalam implementasi aksi perubahan, termasuk dukungan untuk mendayagunakan seluruh potensi sumber daya yang diperlukan

COACH --- Widyaiswara Ahli Utama --- Dra. Ec.Endyah Prasetyastuti, M.Si. MENTOR --- Kepala UPT Laboratorium Herbal

Materia Medica Batu ---

Achmad Mabrur, SKM,M.Kes

PEMIMPIN AKSI PERUBAHAN --- Kepala Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal --- Fitria Rahmawati, S.Farm., Apt. TIM ADMINISTRASI TIM TEKNIS / PELAKSANA TIM TEKNOLOGI INFORMASI TATA USAHA

(25)

3. Memberikan arahan dalam implementasi aksi perubahan

4. Membimbing dalam mengatasi kendala yang muncul selama implementasi aksi perubahan

5. Memberikan inspirasi, berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam implementasi aksi perubahan

Pemimpin aksi perubahan

Peran :

1. Memimpin jalannya implementasi aksi perubahan

2. Memimpin Tim Kerja untuk bisa menjadi tim yang solid dalam mewujudkan aksi perubahan

3. Berkomunikasi dengan baik dan intens terhadap mentor dan coach 4. Menggerakkan seluruh elemen stakeholder terkait dalam mendukung

keseluruhan tahapan implementasi aksi perubahan

5. Mengumpulkan seluruh dokumen yang berkaitan dengan implementasi aksi perubahan

6. Mengembangkan instrumen monitoring dan melakukan perekaman terhadap setiap progress yang dihasilkan dalam implementasi aksi perubahan

7. Mencatat seluruh masukan dan saran dari mentor, coach, tim, maupun stakeholder untuk selanjutnya dapat dianalisa dan diterapkan dalam implementasi aksi perubahan

8. Menyusun laporan Rancangan Aksi Perubahan dan Implementasi Aksi Perubahan

Coach

Peran :

1. Memberikan motivasi dan tantangan dalam aspek substansi perubahan yang akan dilakukan

2. Memantau kegiatan selama implementasi aksi perubahan

3. Memberikan masukan dan saran terkait implementasi aksi perubahan 4. Memberikan feedback terhadap laporan perkembangan implementasi

aksi perubahan

5. Mengkomunikasikan proses, kemajuan dan hasil coaching kepada penyelenggara Pelatihan Kepemimpinan Pengawas

(26)

Tata Usaha

Peran :

1. Memberikan nomor surat, nota dinas, dan SK tim 2. Memberikan stempel pada dokumen yang dibutuhkan Tim Teknis (Pelaksana)

Peran :

1. Membuat konsep penggunaan aplikasi “’AKSIJITU”

2. Menyiapkan data-data terkait teknis produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional

3. Mengimplementasikan aplikasi “AKSIJITU” untuk memasukkan data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional

Tim Administrasi

Peran :

1. Menyiapkan data-data dan kebutuhan administrasi yang diperlukan selama implementasi aksi perubahan

Tim Teknologi Informasi

Peran :

1. Menganalisa kebutuhan / user requirement 2. Merancang database aplikasi “AKSIJITU” 3. Membuat aplikasi “AKSIJITU” berbasis website

4. Membuat manual book penggunaan aplikasi “AKSIJITU”

2. Jejaring Kerja (Stakeholder)

Stakeholder didefinisikan sebagai perorangan maupun kelompok-kelompok yang tertarik, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi yang berpengaruh maupun yang terpengaruh oleh tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan sebuah Tim. Dalam organisasi publik, adalah sangat penting untuk mengetahui siapa stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap program yang dimiliki oleh organisasi. Untuk itu perlu dikenali jenis-jenis stakeholder sebagai berikut :

Stakeholder Kunci :

Pihak yang memiliki kewenangan resmi/formal dalam hal pegambilan keputusan

(27)

Stakeholder Primer :

Pihak yang memiliki kepentingan langsung dengan suatu kebijakan, program dan kegiatan. Mereka ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan

Stakeholder Sekunder :

Pihak yang tidak tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, kegiatan tetapi memiliki kepedulian dan memiliki pengaruh jalannya aksi perubahan

Dalam konteks membangun tim efektif, upaya mempengaruhi stakeholder harus diawali dengan menggolongkan stakeholder berdasarkan pengaruh dan kepentingan yang dimilikinya. Setelah itu, dilakukan penggolongan stakeholder sesuai dengan jenis dan kelompoknya.

Kelompok stakeholder :

Apathetics (Low power, low interested people)

Kelompok yang memiliki pengaruh kecil dan kepentingannya rendah  Latens (High Power, low interested people)

Kelompok yang memiliki pengaruh besar tetapi kepentingannya rendah  Defenders (Low Power, high interested people)

Kelompok yang memiliki pengaruh kecil tetapi kepentingannya tinggi  Promoters (High Power, high interested people)

(28)

Tabel 3.3 Identifikasi Stakeholders

Stakeholders Peran Pengaruh Skor Kepentingan Skor

Jenis Stakeholder Kelompok Stakeholder Kunci Primer Sekunder

Stakeholder Internal Kepala UPT

Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Memberikan arahan, dukungan dan saran masukan serta membantu

menyelesaikan kendala atas seluruh kegiatan

Tinggi 7 Tinggi 7 Promoters

Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Membantu dalam pengesahan SK, surat

menyurat Sedang 5 Rendah 2 Latens

Kepala Seksi Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Membantu memberikan masukan terhadap aksi perubahan

Rendah 3 Tinggi 7 Defenders

Kepala Seksi

Pelayanan Kesehatan Tradisional Dinkes Provinsi Jawa Timur

Membantu memberikan masukan terhadap aksi

perubahan Tinggi 6 Rendah 2 Latens

Staf Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal

Membuat konsep penggunaan aplikasi, menyiapkan data teknis, implementasi aplikasi

(29)

Stakeholders Peran Pengaruh Skor Kepentingan Skor

Jenis Stakeholder Kelompok Stakeholder Kunci Primer Sekunder

Staf Sub Bagian Tata Usaha

Membantu menyiapkan data-data dan kebutuhan administrasi yang

diperlukan

Rendah 3 Rendah 3 Apathetics

Stakeholder Eksternal Tim Teknologi

Informasi

Merancang kebutuhan, membuat database, membuat aplikasi dan manual book

Tinggi 6 Rendah 3 Latens

Usaha Kecil Obat Tradisional UD. Herbalindo Malang Berperan memberikan masukan dalam pembuatan konsep aplikasi

Rendah 3 Tinggi 6 Defenders

Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur

Sebagai penyedia layanan domain server dan konsultan aplikasi database Tinggi 6 Rendah 2 Latens Masyarakat pengguna simplisia Memberikan evaluasi dan penilaian “kepuasan pelayanan”

(30)

Gambar 3.2 Pengelompokan Stakeholder

Tabel 3.4 Strategi Pendekatan Stakeholder dengan Menggunakan Strategi Komunikasi

Stakeholder Strategi

Promoters ( + + ) Melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan Latens ( + - ) Melakukan pendekatan dan memberikan informasi

secukupnya agar mereka tetap terlibat

Defenders ( - + ) Memberikan informasi apapun terkait dengan proses implementasi aksi perubahan

Sering melakukan koordinasi dengan mereka untuk memastikan tidak ada masalah

Apathetics ( - - ) Memberikan semangat kepada mereka dengan memberikan apresiasi, memuji

PROMOTERS  Kepala UPT

Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

LATENS

 Kasubag TU UPT Lab. Herbal Materia Medica Batu

 Kepala Seksi PKT Dinkes Prov Jawa Timur

 Staf Seksi Pelayanan Laboratorium Herbal

 Tim Teknologi Informasi

 Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur

APATHETICS

Staf Sub bagian Tata Usaha UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

DEFENDERS

 Kepala Seksi Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

 Usaha Kecil Obat Tradisional UD. Herbalindo Malang  Masyarakat pengguna simplisia P EN G AR U H KEPENTINGAN

(31)

2. Pemanfaatan Teknologi Digital

Untuk membuat tata kelola data produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional yang terintegrasi, dibutuhkan pemanfaatan teknologi digital berupa aplikasi berbasis website. Dengan penggunaan aplikasi, akan mempermudah melakukan pengawasan, sehingga semua bets produksi bahan baku obat tradisional berupa simplisia dapat dimonitor untuk dilakukan penjaminan mutu. Penggunaan aplikasi juga mempermudah karyawan dalam melaporkan data produksi dan penjaminan mutu karena dapat dilakukan setiap saat dan dimana saja. Hal ini juga mengurangi resiko hilangnya data atau terlewatnya proses.

Pemanfaatan teknologi digital dalam tata kelola data juga memiliki keunggulan yakni dapat dilakukan pengembangan aplikasi yang nantinya dapat memiliki fitur yang lebih lengkap, bahkan dapat diintegrasikan dengan aplikasi atau website lain.

D. Manajemen Pengendalian Mutu Pekerjaan

Mutu adalah terminologi lain dari kualitas sesuatu, baik produk jasa maupun barang. Dalam sejarah manusia, mutu melekat atau inherent dalam setiap aktivitas manusia, termasuk mutu kerja atau kinerja instansi pemerintah.

Sistem Pengendalian Internal Pemerintah atau SPIP (Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008) adalah system pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sering dikaitkan dengan upaya pengendalian pelaksanaan tugas dan mengurangi resiko-resiko dalam pelaksanaan tugas dan fungsi.

Dalam implementasi aksi perubahan, dilakukan SPIP yang meliputi : a. Penjaminan mutu (quality assurance)

Bagian dari manajemen mutu, yang difokuskan pada memberi keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi

b. Pengendalian mutu (quality control)

Bagian dari manajemen mutu, dengan fokus pada pemenuhan persyaratan mutu produk (barang dan jasa) yang dihasilkan

(32)

c. Peningkatan mutu (quality improvement)

Upaya peningkatan mutu dengan cara pendekatan yang sistematis, seperti pengurangan atau penghapusan limbah, pengerjaan berulang, dan kerugian dalam biaya produksi

Berikut merupakan penetapan standart yang dilakukan dalam setiap tahapan kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan pada saat mengimplementasikan aplikasi produksi dan penjaminan mutu “AKSIJITU” dalam proses produksi dan penjaminan mutu bahan baku obat tradisional berupa simplisia. Salah satu fungsi adanya aplikasi “AKSIJITU” adalah untuk mempermudah pengawasan terhadap proses produksi dan penjaminan mutu sehingga dapat meningkatkan kualitas dari bahan baku obat tradisional.

Penetapan standart diperlukan agar pada saat dilakukan implementasi, kita dapat mengetahui sesuai atau tidaknya tahapan yang telah dilakukan dengan standart yang telah dibuat (dalam rangka penjaminan mutu dan pengendalian mutu). Apabila ada tahapan yang tidak sesuai dengan standart, maka dilakukan perbaikan (peningkatan mutu).

Tabel 3.5 Pengendalian Mutu Pekerjaan

No Kegiatan Penetapan standart Sesuai/tidak sesuai Perbaiki Penyimpangan Produksi Simplisia 1 Penerimaan tanaman obat hasil panen

 Identifikasi nama latin tanaman obat

 Pemberian nomor bets 2 Sortasi basah

tanaman obat

Tidak ada gulma atau bahan asing yang terdapat pada tanaman obat hasil sortasi basah 3 Pencucian

tanaman obat

Dilakukan dengan air mengalir sebanyak 3 kali 4 Pengubahan

bentuk tanaman obat

Dilakukan dengan pisau atau mesin perajang rimpang, ukuran hasil

(33)

No Kegiatan Penetapan standart Sesuai/tidak sesuai Perbaiki Penyimpangan rajangan seragam 6 Pengeringan tanaman obat

Suhu kurang dari 600 C

7 Sortasi kering simplisia

Tidak ada bahan asing pada simplisia Simplisia kering keseluruhan Penjaminan Mutu 1 Organoleptis bahan segar

Tiap tanaman obat berbeda, merujuk pada Flora of Jawa, Buku Materia Medika Indonesia jilid 1 – 6, dan jurnal penelitian.

2 Organoleptis simplisia

Tiap tanaman obat berbeda, merujuk pada Buku Farmakope Herbal Indonesia tahun 2018, Buku Materia Medika Indonesia jilid 1 – 6 dan jurnal penelitian.

3 Kadar air simplisia ≤ 10% 4 Kandungan

metabolit

sekunder simplisia secara kualitatif

Tiap tanaman obat berbeda, merujuk pada Buku Farmakope Herbal Indonesia tahun 2018, Buku Materia Medika Indonesia jilid 1 – 6 dan jurnal penelitian.

(34)

BAB IV

IMPLEMENTASI AKSI PERUBAHAN

Di Bab IV akan dijelaskan tentang proses kepemimpinan, hasil kepemimpinan dan tindak lanjut. Penjelasan dilakukan berurutan mulai dari deskripsi proses kepemimpinan, deskripsi hasil kepemimpinan, serta keberlanjutan aksi perubahan.

A. Deskripsi Proses Kepemimpinan

1. Konsultasi dengan mentor dan coach

1.1 Konsultasi dengan mentor

Hari / tanggal : Minggu / 26 Juli 2020, Kamis / 06-08-2020, Senin / 31-08-2020, Jumat / 11-09-2020, Kamis / 17-09-2020, Jumat / 18-09-2020

Tempat : Ruang Kepala, Aula UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Maksud dan tujuan : Melakukan konsultasi terkait RAP, pembentukan tim, format dan data yang dibutuhkan dalam aplikasi, pembuatan SK penanggung jawab, persiapan sosialisasi dan implementasi aplikasi sehingga antara peserta dan mentor dapat saling bekerjasama dalam pelaksanaan implementasi aksi perubahan.

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Proses konsultasi dengan mentor dilakukan dengan memperhatikan etika pada pimpinan, yakni dengan mengatur jadwal terlebih dahulu sehingga pimpinan dapat meluangkan waktu untuk proses konsultasi. Menurut Bartens (dalam Wiranta, 2015), etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dari pengertian tersebut, etika sangat diperlukan pada saat menjalin hubungan dengan orang lain.

Selain itu, proses konsultasi dengan mentor termasuk dalam rangka untuk membangun integritas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas adalah sifat, mutu dan keadaan yang menggambarkan suatu kesatuan yang utuh, sehingga mempunyai potensi dan kemampuan

(35)

yang selalu memancarkan kejujuran dan kewibawaan (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016). Berdasarkan teori di atas, maka ketika melakukan konsultasi dengan mentor diterapkan integritas yakni adanya nilai kejujuran dalam menyampaikan pendapat, disiplin dalam mengatur jadwal konsultasi, mendengarkan arahan serta masukan yang diberikan oleh mentor.

b. Pengelolaan budaya pelayanan

Sebagai manusia, kita dituntut untuk mampu beradaptasi dengan setiap perubahan. Menjawab tantangan dunia menghadapi revolusi industri 4.0 ini, penerapan pelayanan publik digital sangat diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat (BPSDM Prov Jatim, 2020). Pemanfaatan teknologi informasi juga dilakukan pada saat kegiatan konsultasi dengan mentor yakni konsultasi dengan menggunakan laptop dengan paparan berupa powerpoint, print out bahan konsultasi, dan dilakukan perekaman proses konsultasi dalam bentuk video. Budaya pelayanan yang juga dilakukan pada saat konsultasi dengan mentor yaitu melakukan komunikasi dengan bahasa yang sopan. c. Pengelolaan Tim

Konsultasi dilakukan dengan mentor sebagai salah satu bentuk kerjasama dengan tim kerja. Kerjasama merupakan praktik antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan bersama (mungkin juga termasuk cara atau metodenya). Motivasi utama dari kerjasama adalah memperoleh kemanfaatan bersama (hasil yang saling menguntungkan) melalui pembagian tugas (Fatwadi, M. 2015).

Komunikasi efektif dengan mentor terus dijalin agar pelaksanaan aksi perubahan berjalan lancar. Dilakukan pengutaraan gagasan dengan mentor. Mentor memberikan feed back berupa mendengarkan pendapat, serta memberikan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan gagasan. Team leader juga berusaha memahami apa yang disampaikan oleh mentor. Mentor memberikan semangat dan dukungan penuh agar hasil dari aksi perubahan dapat optimal.

d. Dokumen yang dilampirkan

Lembar konsultasi dengan mentor dan dokumentasi kegiatan terlampir pada lampiran 1.

(36)

1.2 Konsultasi dengan coach

Hari / tanggal : Selasa / 21-07-2020, Rabu / 22-07-2020, Kamis / 23-07-2020, Jumat / 24-07-2020, Sabtu / 25-07-2020, Rabu / 29-07-2020, Kamis / 28-07-2020, Selasa / 04-08-2020, Minggu / 20-09-2020, Jumat / 25-09-2020 Media : Zoom meetings, whatsapp, telp, email

Maksud dan tujuan : Melakukan konsultasi tentang penyusunan Rancangan Aksi Perubahan serta Laporan Implementasi Aksi Perubahan sehingga hasil laporan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Proses konsultasi dengan coach tidak dapat dilakukan melalui tatap muka secara langsung dikarenakan adanya pandemi Covid – 19. Namun, kegiatan konsultasi tetap dilakukan karena hal ini termasuk salah satu bentuk penerapan integritas. Nilai integritas lain yang diterapkan adalah tanggung jawab, transparansi, serta disiplin dalam melakukan konsultasi dengan coach. Etika juga sangat diperhatikan pada saat proses konsultasi dengan coach.

b. Pengelolaan budaya pelayanan

Dilakukan pemanfaatan teknologi informasi pada saat melakukan konsultasi dengan coach yaitu menggunakan media seperti Zoom meetings, whatsapp, telp, dan email. Media tersebut sangat memudahkan dalam proses konsultasi karena antara coach dan peserta terbatas jarak. Pemanfaatan teknologi digital sangat mendukung keberhasilan efektivitas pelayanan publik. Hal tersebut juga sejalan dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang mewajibkan instansi pemerintah untuk menerapkan SPBE (BPSDM Prov Jatim, 2020).

Pada saat konsultasi dengan coach, diterapkan juga budaya pelayanan antara lain tidak menghubungi coach larut malam, berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang sopan.

(37)

c. Pengelolaan Tim

Coach dilibatkan dalam proses konsultasi karena juga merupakan bagian dari tim kerja dan diperlukan adanya kerjasama dalam tim tersebut. Peserta sebagai team leader menyampaikan hasil penyusunan laporan kepada coach dan coach memberikan feed back dengan melakukan koreksi serta memberikan masukan untuk perbaikan dalam penyusunan laporan. Team leader berusaha memahami apa yang disampaikan oleh coach. Coach juga telah membuatkan kisi-kisi atau sistematika penulisan yang dapat memudahkan peserta untuk dapat menyusun laporan dengan baik. Ini merupakan salah satu bentuk dukungan coach agar semua proses aksi perubahan dapat tersampaikan sesuai dengan aturan penulisan.

d. Dokumen yang dilampirkan

Lembar konsultasi dengan coach dan dokumentasi kegiatan terlampir pada lampiran 1.

2. Pengesahan SK tim

Hari / tanggal : Jumat / 07-08-2020

Tempat : Ruang Kepala UPT Laboratorium Herbal

Materia Medica Batu

Maksud dan tujuan : Pelaksanaan proses pengesahan SK tim oleh Kepala UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu sehingga tim mempunyai dasar yang kuat untuk melaksanakan tugasnya.

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Integritas harus dimiliki oleh setiap orang yang masih menginginkan keadaan yang lebih baik bagi dirinya dan lingkungannya. Orang yang memiliki integritas dicirikan dengan kualitas diri dan kualitas interaksi dengan orang lain seperti mematuhi peraturan dan etika organisasi, jujur, memegang teguh komitmen dan prinsip-prinsip yang diyakini benar, tanggung jawab, konsisten antara ucapan dan tindakan, kerja keras dan anti korupsi (Wirapraja, N.R.D., 2015). Menurut penjelasan tersebut, proses pengesahan SK tim oleh Kepala UPT Laboratorium Herbal Materia

(38)

Medica Batu merupakan salah satu bentuk integritas yakni adanya dukungan untuk tim dalam menjalankan komitmen dan tanggung jawab pada saat mengimplementasikan aksi perubahan.

b. Pengelolaan budaya pelayanan

Budaya pelayanan pada saat pelaksanaan pengesahan SK tim dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu menggunakan print out dokumen SK tim yang akan ditandatangani, dan setelah itu dilakukan scan dokumen untuk disampaikan kepada anggota tim. Pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi, kenyamanan serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik (BPSDM Prov Jatim, 2020)

c. Pengelolaan Tim

Pengelolaan tim untuk kegiatan pengesahan SK tim dilakukan melalui koordinasi dan komunikasi dengan mentor. Koordinasi mempunyai peranan agar semua tugas, kegiatan dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang diinginkan (Fatwadi, M., 2015). Team leader menyampaikan gagasan terkait peran dan tugas anggota tim, kemudian mentor memberikan masukan bagaimana cara mengelola tim sehingga dapat menjadi tim yang efektif. Mentor juga berharap dengan adanya SK tim, semua anggota tim dapat menjalankan tugas dengan baik dan mengetahui peran serta tugas masing-masing.

d. Dokumen yang dilampirkan

Hasil berupa SK Tim Aplikasi Produksi dan Penjaminan Mutu “AKSIJITU” terlampir pada lampiran 2.

3. Rapat koordinasi dengan tim maupun dengan stakeholder

3.1 Rapat Koordinasi dengan Tim Teknis dan Tim Administrasi Hari / tanggal : Selasa / 04-08-2020

Tempat : Ruang Rapat Kepala UPT Laboratorium Herbal Materia Medica Batu

Maksud dan tujuan : Dilakukan rapat koordinasi untuk membentuk tim aksi perubahan serta menjelaskan kepada anggota tim tentang aksi perubahan yang akan dilakukan

(39)

implementasi yaitu berupa aplikasi produksi dan penjaminan mutu “AKSIJITU”

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Integritas merujuk pada sifat layak dipercaya dalam diri seorang manusia, didalamnya terdapat kualitas-kualitas individu seperti karakter jujur, amanah, tanggung jawab, kedewasaan, sopan, kemauan bersikap baik dan sebagainya (Alfred John, 1995). Dalam kegiatan rapat koordinasi, Team leader membangun integritas dengan cara menumbuhkan rasa kepercayaan pada anggota tim untuk dapat mengimplementasikan aksi perubahan sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan tujuan serta bermanfaat seluas-luasnya untuk masyarakat. Anggota tim juga berusaha untuk memiliki rasa integritas berupa tanggung jawab dalam melaksanakan peran dan tugas dari masing-masing anggota.

b. Pengelolaan budaya pelayanan

Prinsip-prinsip pelayanan publik antara lain prinsip aksesibilitas, kontinuitas, teknikalitas, profitabilitas, dan akuntabilitas (Subandriyo, B., 2020). Berdasarkan teori tersebut, proses koordinasi dengan tim untuk melakukan rapat pembentukan tim dan penjelasan tentang aksi perubahan berupa aplikasi “AKSIJITU” dilakukan dengan memanfaatkan pelayanan menggunakan teknologi informasi yang berupa laptop, LCD proyektor, dan paparan dengan format powerpoint. Hal ini akan mempermudah akses anggota tim untuk memahami paparan yang disampaikan.

c. Pengelolaan Tim

Koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan tersebut dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (EFL Brech dalam Fatwadi, M., 2015).

Ini merupakan rapat koordinasi tim untuk pertama kalinya, dimana anggota tim sangat antusias untuk mengetahui peran masing-masing dan apa tujuan yang akan dicapai dari tim ini. Team leader

(40)

memberikan arahan tentang pentingnya komunikasi dan kerjasama dalam tim agar hasil yang dicapai dapat optimal. Tahapan ini termasuk tahapan forming dalam pembentukan tim efektif (BPSDM Prov Jatim, 2020).

d. Dokumen yang dilampirkan

Nota dinas, notulen rapat, daftar hadir dan dokumentasi kegiatan terlampir pada lampiran 3.

3.2 Rapat Koordinasi dengan Tim Teknologi Informasi

Hari / tanggal : Minggu / 09-08-2020, Selasa / 01-09-2020, Minggu / 13-09-2020, Rabu / 16-09-2020

Media : Zoom meetings

Maksud dan tujuan : Melakukan koordinasi untuk teknis pembuatan aplikasi, fitur yang dibutuhkan, flow chart aplikasi, serta pembuatan manual book.

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Sama halnya dengan tim teknis dan tim administrasi, dalam kegiatan rapat koordinasi dengan tim teknologi informasi juga dibangun integritas. Team leader membangun integritas dengan menumbuhkan rasa kepercayaan pada anggota tim agar dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Anggota tim berusaha untuk memiliki integritas dengan melaksanakan tanggung jawab dalam melaksanakan peran dan tugasnya.

b. Pengelolaan budaya pelayanan

Proses rapat koordinasi dengan tim teknologi informasi dilakukan dengan pelayanan memanfaatkan teknologi informasi yaitu melalui media zoom meetings dan menggunakan power point, aplikasi berbasis website, serta database aplikasi dengan bahasa pemrograman PHP. Hal ini sangat membantu proses koordinasi dikarenakan tim teknologi informasi berdomisili di luar kota dan tidak memungkinkan untuk melakukan tatap muka secara langsung.

(41)

Koordinasi dengan tim teknologi informasi dimulai dari tahapan forming, lalu berlanjut ke tahap storming, norming, performing dan adjourning (BPSDM Prov Jatim, 2020). Dalam melewati semua tahapan tersebut, Team leader bersikap proaktif dalam menjalin hubungan kerjasama, memberikan dukungan timbal balik, serta memberikan apresiasi terhadap kinerja tim.

d. Dokumen yang dilampirkan

Surat undangan, notulen rapat, dan dokumentasi kegiatan terlampir pada lampiran 3.

3.3 Rapat Koordinasi dengan Stakeholder (Kepala Sub Bagian Tata Usaha) Hari / tanggal : Rabu / 05-08-2020

Tempat : Ruang Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Maksud dan tujuan : Melakukan koordinasi pembuatan SK pembentukan Tim Aksi Perubahan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Deskripsi proses kepemimpinan a. Membangun integritas

Dalam rangka koordinasi dengan stakeholder, juga dibagun integritas dengan menerapkan etika. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga negara (Wirapraja, N.R.D., 2015). Hal tersebut selalu diperhatikan setiap kali melakukan proses koordinasi. b. Pengelolaan budaya pelayanan

Pada saat melakukan koordinasi dengan stakeholder, diterapkan budaya pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi berupa softcopy draft SK yang ditampilkan pada laptop. Pemanfaatan teknologi informasi dapat mempermudah dan membuat proses koordinasi menjadi lebih efektif. Berdasarkan bahan ajar pelayanan publik digital, pelayanan dapat dikategorikan efektif apabila mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur singkat, cepat, tepat, dan memuaskan (BPSDM Prov Jatim, 2020).

Gambar

Tabel 2.1 Identifikasi Masalah
Tabel 2.2. Analisa Isu dengan Metode AKPL
Tabel 2.3. Penentuan Prioritas Masalah
Tabel 2.4. Isu Strategis, Penyebab Masalah, dan Solusi  Isu Strategis  Penyebab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menganalisa karakteristik, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan medis, pengkajian focus, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam Pelayanan Jemaah Umrah di PT Patuna

Penelitian Operasional ini merupakan penelitian yang ditindak lanjuti dengan aksi penanganan masalah pada saat proses penelitian berlangsung, untuk mendorong terjadinya

STANDAR KETENAGAAN INSTALASI PKRS RSUD R.. Pelayanan promosi kesehatan yang professional memiliki standar pengelolaan sumberdaya manusia/ tenaga sebagai bagian

Pembelajaran berbasis nilai-nilai karakter dengan memanfaatkan budaya akan membuat lingkungan belajar berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan siswa

pada smartphone merek apapun yang dimiliki, sehingga pengguna dapat.

Kegiatan ini diikuti oleh organisasi profesi (IDI,ISFI), LSM (YLKI), dan pakar profesi. Terlaksananya Evaluasi Implementasi Penggunaan Narkotika di Sarana Kesehatan di Bali

Serta berfokus pada kajian pengaruh gerhana Matahari total 9 Maret 2016 terhadap cuaca Bangka Tengah dengan memanfaatkan perubahan nilai parameter-parameter cuaca