• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

2.1. Studi Literatur

Karya perancangan ini menggunakan studi literatur, dimana data – data yang dibutuhkan mengutip dari berbagai sumber, baik media cetak dan media elektronik, seperti buku, majalah, artikel, koran, kamus dan internet. Semua data yang didapatkan berkaitan langsung dengan tema Tugas Akhir, dan dari sumber yang isinya dapat dipertanggung jawabkan. Buku – buku tentang kepramukaan, tentang sejarah kepramukaan, kegiatan serta perkembangan yang sedang terjadi dalam dunia kepramukaan menjadi sumber data utama dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini. Selain data tentang kepramukaan, data untuk mendukung pembuatan cergam juga sangat diperlukan dalam pengerjaan Tugas Akhir, data seputar cergam, ilustrasi, elemen desain seperti, garis, komposisi, warna dan sebagainya. Selain itu, agar hasil akhirnya dapat menjawab permasalan yang ada, data seputar psikologi anak-anak tak luput dalam proses penyelesain Tugas Akhir ini.

Judul Tugas Akhir yang diangkat adalah Perancangan Cergam Mengembalikan Semagat dan Nilai Pramuka Bagi Anak – Anak. Dari uraian judul tersebut maka dapat dijelaskan dengan cara mengemukakan landasan teoritis berupa pengertian teoritis, rangkaian asumsi, konsep, proporsi, definisi, yang digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial secara sistematis dalam bentuk hubungan antar konsep.

Sejarah Kepanduan di dunia diawali oleh seorang tokoh yang kemudian dikenal sebagai bapak pandu dunia, Baden Powell.

Baden Powell lahir di London , Inggris pada tanggal 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Nama Baden Powell diambil dari nama ayahnya Domine HG Baden Powell, seorang Profesor geometri di Universitas Oxford. Ayahnya meninggal paad saat Stephenson masih berusia 3 tahun. Ibunya adalah putri seorang Admiral Kerajaan Inggris bernama WT Smyth. Jadi Boden Powell merupakan keturunan seorang ilmuwan dan keturunan

(2)

Gambar 2.1. Baden Powell

Sumber http://airlambang.wordpress.com/2009/07/02/pesan-terakhir/ Tahun 1870, Baden Powell memasuki Charterhouse School di London dengan beasiswa. Ia bukan seorang siswa yang luar biasa , tetapi ia adalah seorang yang giat. Ketangkasannya dalam bidang olahraga terutama sebagai penjaga gawang kesebelasan sekolah dan bakatnya dalam bidang seni seperti drama dan musik menjadikannya pusat perhatian. Baden Powell jugai pandai menggambar, bakat ini kemudian memudahkannya menghiasi karangan-karangannya sendiri.

Baden Powell menamatkan pendidikan di Charterhouse School pada usia sembilan belas tahun. Beberapa waktu setelah sekolahnya selesai, Baden Powell berangkat ke India sebagai pembantu Letnan dalam resimennya yang terkenal pada perang Krim – Charge of the Light Brigade. Selain prestasinya dalam ketentaraan – menjadi kapten pada usia 26 tahun – ia dikenal sebagai pemburu babi hutan di India dan memeperoleh piala “pigstiking” . Olahraga ini sangat dihargai di India karena babi hutan dianggap satu-satunya binatang yang berani minum bersama harimau.

Pada tahun 1887, Baden Powell berangkat ke Afrika , untuk ikut serta berperang melawan suku Zulu , kemudian Suku Anshati dan Suku Matabele. Karena keberanian dan kepandaiannya penduduk Afrika menjulukinya dengan

(3)

“impeesa” – srigala yang tidak pernah tidur. Karena kecakapannya itu, tahun 1899 pangkatnya telah dinaikkan menjadi kolonel.

Pada waktu itu hubungan Inggris dengan Transval (Afrika Selatan) telah memuncak pada titik perpecahan. Baden Powell membentuk dua bataliyon pemburu berkuda dan berangkat ke Mafeking. Siapa yang menduduki Mafeking, berkuasa di Afrika Selatan”. Demikian dikatakan penduduk asli Afrika . Perang pecah pada tanggal 13 Oktober 1899. Selama 217 hari Baden Powell berhasil menguasai dan mempertahankan Mafeking dari kepungan Bangsa Boer yanng jumlahnya jauh lebih besar. Baden Powell dapat mem[ertahankan kota tersebut sampai akhirnya datang bantuan pada tanggal 18 Mei 1900. Boden Powell kemudian berpangkat Mayor Jenderal dan menjadi pahlawan bangsanya.

Tahun 1901 Baden Powell kembali ke Inggris . Ia kemudian menulis buku yang diperuntukan bagi prajurit muda “Aids to Scouting”. Buku tersebut sangat terkenal dan digemari bukan saja oleh para prajurit melainkan juga oleh masyarakat Inggris khususnya para remaja. Dalam satu bulan saja terjual 60.000 buku , karena masyarakat muda dan tua menggemari buku ini . Surat-suratpun berdatangan terutama dair anak-anak yang menginginkan sesuatu yang lebih kongkrit dari cerita dalam buku. Baden Powell menyadari suatu panggilan untuk membantu anak-anak negaranya.

Atas desakan tersebut berkumpulah 21 orang pemuda dari berbagai lapisan masyarakat yang bergabung dalam Boys Brigade di bawah pimpinan Wiliam Smyth mengikuti perkemahan pada tanggal 25 Juli 1907 di Brownsea Island selama delapan hari. Dalam perkemahan itu dipraktekan cara-cara memasak , berenang , menyelidik, merintis, permainan, mengembara serta api unggun dan lain-lain. Perkemahan tesebut terselenggara dengan baik dan kemudian dijadikan sebagai perkemahan Pramuka pertama.

Sesudah perkemahan tersebut , dua minggu sekali diterbitkan buletin “A Handbook for instruction in Good Citinzenship Trough Woodcraft”. Isi buletin ini diambil dari buku Aids to Scouting dan pengalaman saat berkemah di Brownsea Island. Setelah enam kali terbit buletin ini kemudian dibukukan menjadi buku “Scouting for Boys”. Beberapa saat setelah buku ini diterbitkan dan dijual di

(4)

toko-dan pasukan dari berbagai lapisan masyarakat. Dengan terbitnya buku ini kemudian menyebar ke seluruh Inggris, Eropa kemudian benua-benua yang lain. Setahun kemudian Baden Powell menyelenggarakan perkemahan kepramukaan yang kedua di tempat yang sama dengan jumlah Pramuka sebanyak 1.500 anak. Dua tahun kemudian menjadi 109.000 anak dan diikuti oleh negara-negara Eropa yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Akhirnya Baden Powell memutuskan untuk mengundurkan diri dari ketentaraan pada tahun 1910 dengan pangkat Letnan Jendral dan mengabdikan dirinya untuk menumbuhkembangkan kepramukaan .

Pada tahun 1912 , Baden Powell mengadakan perjalanan keliling dunia untuk meninjau perkembangan kepramukaan di berbagai negara. Pada tahun inilah permulaan kepramukaan dinyatakan sebagai persaudaraan sedunia . Tahun1920 di London berkumpul Pramuka dari seluruh dunia untuk mengadakan Jambore pertama di dunia . pada malam terakhir yaitu pada tanggal 6 Agustus 1920 , Baden Powell diangkat sebagai Chief Scout of the world .Bapak Pramuka sedunia. Pada tahun 1929, Baden Powell dianugerahi Raja George V dengan julukan bangsawan Lord Baden Powell of Gilwell.

Di usianya ke delapanpuluh tahun ia kembali ke Afrika yang dicintainya. Walaupun Baden Powell tidak menyetujui penjajahan yang dilakukan oleh negaranya , ia telah menunjukan kesetiaan terhadap negara dan rajanya . Baden Powell meninggal di Kenya di suatu tempat yang tertera pada tanggal 8 Januari 1941 , sebulan sebelum ulang tahunnya yang keelapan puluh empat (Clyburne 5-12).

Pengertian Pramuka secara umum adalah organisasi untuk pemuda yg mendidik para anggotanya dl berbagai keterampilan, disiplin, kepercayaan pd diri sendiri, saling menolong.

Sedangkan pengertian khusus adalah, kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama, mengadakan penembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagian, ketrampilan dan memberi pertolongan.

(5)

Kepramukaan ialah proses pendidikan luar sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakaukan dialam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode kepramukaan yang sasaran akhirnya Pembentukan watak.

Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progesif bagi kaum muda untuk mengembangakan diri pribadi seutuhnya baik fisik, nonfisik, intelektual, emosional, sosial dan sepiritual sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. (Dyah 10).

Sedangkan menurut The World Organization of the Scout Movement

(WOSM) menyatakan bahwa kepramukaan adalah :

1. Pendidikan sepanjang hayat : Kepramukaan merupakan pelengkap pendidikan sekolah dan pendidikan dalam keluarga, mengisi kebutuhan peserta didik yang tidak terpenuhioleh kedua pendidikan tersebut. Kepramukaan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, minat uantuk melakukan penjelajahan/penelitian, penemuan dan keinginan untuk tahu.

2. Kegiatan kaum muda, yang artinya : Kepramukaan adalah suatu gerakan, Suatu proses, atau aktivitas yang dinamis dan selalu bergerak maju. Kepramukaan sebagai proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi remaja dan pemuda itu dimanapun dan selalu berubah sesuai dengan kepentingan, kebutuhan dan kondisi setempat. Peserta didik pramuka memberikan darma baktinya sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

3. Rekreasi yang edukatif, yang artinya : Kepramukaan, sebagai proses Pendidikan dalam bentuk kegiatan, menggunakan tata cara rekreasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya kegiatan itu harus dirasakan oleh peserta didik sebagai suatu yang menyenangkan, menarik, tidak menjemukan, bukan paksaan. Kepramukaan bukan sekedar rekreasi. Dengan rekreasi itu, peserta didik dikembangkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan rasa sosial serta spiritual.

4. Terbuka bagi siapapun, yang artinya : Sesuai dengan Prinsip dasar dan Metode Kepramukaan yang diterapkan oleh penemu kepramukaan Lord

(6)

Baden Powell, kepramukaan itu terbuka untuk siapapun dengan tidak memandang suku, agama, ras dan golongan.

5. Tantangan bagi orang dewasa, yang artinya: Dalam kepramukaan, orang dewasa tidak hanya memperoleh kesempatan untuk beribadah atau memberikan pengabdian membantu kaum muda, tapi juga mengahadapi tantangan dalam membina interaksi dan saling pengertian dengan kaum muda. Dalam pengabdiannya itu orang dewasa (Pembina) akan memperoleh pelatihan dan pengalaman yang sangat berharga yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya potensi yang dimilikinya.

6. Kesukarelaan, yang artinya : Kesukarelaan merupakan ketentuan konstituional keanggotaan organisasi gerakan kepramukaan di seluruh dunia. Gerakan Pramuka yang keanggotaannya tidak berdasarkan kesukarelaan bukanlah organisasi gerakan kepramukaan dan tidak bisa menjadi anggota World Organisation of The Scout Movement. Seseorang menjadi anggota organisasi Gerakan Pramuka berupa Kode Kehormatan Pramuka Tri Satya dan Dasa Darma serta secara sukarela mengucapkan Tri Satya dan mengamalkannya.

7. Non Politik dan Non Pemerintah : Gerakan Kepramukaan sebagai organisasi pendidikan, tidak dan harus tidak menjadi bagian atau mewakili partai politik atau organisasi apapun termasuk pemerintah dan instansinya. Namun para Pramuka didorong untuk memberikan pengabdian yang konstruktif kepada masyarakat, bangsa dan negara. Setiap Pramuka disiapkan untuk menjadi warga negara yang bermoral tinggi, sehat mental fisiknya dan mengabdikan dirinya bagi masyarakat, bangsa dan negara.

8. Metode, yang artinya : Kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia/potensi/akhlak, budi pekerti kaum muda, yang dilaksanakan dengan Metodik Kepramukaan.

9. Norma hidup, yang artinya : Kepramukaan sebagai proses pendidikan, merupakan norma hidup yang mengandung:

Nilai Spiritual

Norma hidup yang menekankan pada upaya mengutamakan nilai spiritual dalam kehidupan dan penghidupan di atas kehidupan material.

(7)

Nilai Sosial

Mendorong peserta didik untuk melibatkan didri dalam pembangunan masyarakat, menghormati dan menghargai orang lain dan integritas alam seisinya. Dengan kepramukaan mempromosikan kerukunan dan kedamaian lokal maupun internasional, serta memupuk saling pengertian dalam kerjasama.

Nilai Pribadi

Membina dan mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi serta membangkitkan hasrat peserta didik untuk bersikap dan bertindak laku yang bertanggungjawab.

Gerakan Pramuka memiliki lambang. Lambang gerakan pramuka adalah tanda pengenal tetap yang mengkiaskan cita-cita setiap anggota Gerakan Pramuka. Lambang tersebut diciptakan oleh Bapak Soehardjo Admodipura, seorang pembina Pramuka yang aktif bekerja di lingkungan Departemen Pertanian dan kemudian digunakan sejak 16 Agustus 1961(dyah 56).

Bentuk lambang gerakan pramuka itu adalah silhouette tunas kelapa. Arti kiasan lambang gerakan pramuka :

1. Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal, dan istilah cikal bakal di Indonesia berarti penduduk asli yang pertama, yang menurunkan generasi baru. Jadi lambang buah nyiur yang tumbuh itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia. 2. Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga.

Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap anggota pramuka adalah seorang yang rohaniah dan jasmaniah sehat, kuat, dan ulet serta besar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan dalam hidup dan dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi pada tanah air dan bangsa Indonesia.

3. Nyiur dapat tumbuh dimana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan diri dalam masyarakat dimana dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga.

(8)

4. Nyiur tumbuh menjulang lurus ke atas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, yakni yang mulia dan jujur, dan dia tetap tegak tidak mudah diombang-ambingkan oleh sesuatu.

5. Akar nyiur tumbuh kuat dan erat di dalam tanah. Jadi lambang itu mengkiaskan tekad dan keyakinan tiap pramuka yang berpegang pada dasar-dasar dan landasan-landasan yang baik, benar, kuat dan nyata ialah tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna mencapai cita-citanya.

6. Nyiur adalah pohon yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan tanah air, bangsa dan negara Republik Indonesia serta kepada umat manusia.

Lambang gerakan pramuka dapat digunakan pada panji, bendera, papan nama kwartir dan satuan, tanda pengenal administrasi gerakan pramuka. Penggunaan tersebut dimaksudkan sebagai alat pendidikan untuk mengingatkan dan meningkatkan kegiatan gerakan pramuka sesuai dengan kiasan yang ada pada lambang gerakan pramuka tersebut.(Dyah 23).

(9)

Gambar 2.2. Lambang Pramuka

Sumber: Surat Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. 06/KN/72

tahun 1972.

Ada jenis-jenis kegiatan dalam kepramukaan, setiap kegiatan di sesuaikan dengan tingkatan masing-masing, baik untuk siaga, penggalang ataupun penegak dan pandega. Hal ini karena di sesuaikan dengan umur dan pola pikir dari anggota itu sendiri, seorang yang berumur 18 tahun tentunya tidak tepat jika kegiatannya karnaval, begitu juga seorang yang berumur 10 tahun tentunya belum tepat ketika di ajak untuk mengembara ke alam bebas.Untuk kegiatan kepramukaan secara lengkap, berdasarkan jenjang / tingkatan dalam kepramukaan adalah sebagai berikut :

(10)

Pramuka Siaga

Gambar 2.3. Pramuka Siaga

Sumber: Abidin, http://pilar-satu.blogspot.com/2010/11/pramuka.html.2010 Pesta Siaga adalah pertemuan untuk golongan Pramuka Siaga. Pesta Siaga diselenggarakan dalam dan/atau gabungan dari bentuk:

1. Permainan Bersama, adalah kegiatan keterampilan kepramukaan untuk golongan Pramuka Siaga, seperti menyusun puzzle, mencari jejak, permainan kim dan sejenisnya.

2. Pameran Siaga, adalah kegiatan yang memamerkan hasil karya Pramuka Siaga.

3. Pasar Siaga (Bazar), adalah simulasi situasi di pasar yang diperankan oleh Pramuka Siaga sebagai pedagang, sedangkan pembelinya masyarakat umum. 4. Darmawisata, adalah kegiatan wisata ke tempat tertentu yang pada akhir

kegiatan Pramuka Siaga harus menceritakan pengalamannya, dalam bentuk lisan maupun tulisan.

5. Pentas Seni Budaya, adalah kegiatan yang menampilkan kreasi seni budaya para Pramuka Siaga.

6. Karnaval, adalah kegiatan pawai yang menampilkan hasil kreatifitas Pramuka Siaga.

7. Perkemahan Satu Hari (Persari), adalah perkemahan bagi Pramuka Siaga yang dilaksanakan pada siang hari (Abbas 12).

(11)

Gambar 2.4. Pramuka Siaga

Sumber: Soebandi, Gerakan Pramuka, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Jakarta. 1987

(12)

Pramuka Penggalang

Gambar 2.5. Pramuka Penggalang

Sumber: Abidin, http://pilar-satu.blogspot.com/2010/11/pramuka.html.2010 1. Jambore, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perkemahan

besar yang di diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka, seperti Jambore Ranting (tingkat kecamatan), Jambore Cabang tingkat kota/kabupaten), Jambore Daerah (tingkat provinsi), Jambore Nasional (tingkat nasional).

2. Lomba Tingkat, adalah pertemuan regu-regu Pramuka Penggalang dalam bentuk lomba kegiatan kepramukaan. Lomba tingkat dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari tingkat gugusdepan (LT-I), ranting (LT-II), cabang (LT-III), daerah (LT-IV), nasional (LT-V).

3. Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru), adalah pertemuan Pramuka penggalang bagi Pemimpin Regu Utama (Pratama), Pemimpin Regu (Pinru) dan Wakil Pemimpin Regu (Wapinru) Penggalang, yang bertujuan memberikan pengetahuan dan pengalaman di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinru diselenggarakan oleh gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang.

(13)

4. Penjelajahan (Wide Game), adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk mencari jejak (orienteenering) dengan menggunakan tanda-tanda jejak, membuat peta, mencatat berbagai situasi dan dibagi dalam pos-pos. Setiap pos berisi kegiatan keterampilan kepramukaan seperti morse/semaphore, sandi, tali temali dan sejenisnya.

5. Latihan Bersama, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dari dua atau lebih gugusdepan yang berada dalam datu kwartir ranting atau kwartir cabang mapun kwartir daerah dengan tujuan untuk saling tukar menukar pengalaman. Latihan gabungan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk lomba, seperti baris-berbaris, PPPK, senam pramuka dan sejenisnya.

6. Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penggalang yang dilaksanakan secara reguler, untuk mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan. Perkemahan diselenggarakan dalam bentuk Persami (Perkemahan Sabtu Minggu), Perjusami (Perkemahan Jum'at Saptu Minggu), perkemahan liburan dan sejenisnya.

7. Gelar (Demonstrasi) Kegiatan Penggalang, adalah pertemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk keterampilan di hadapan masyarakat umum, seperti baris-berbaris, PPPK, gerak dan lagu, membuat konstruksi sederhana dari tongkat/bambu dan tali (pioneering), dan sejenisnya.

8. Pameran, adalah kegiatan yang memamerkan hasil karya Pramuka Penggalang kepada masyarakat.

9. Darmawisata, adalah kegiatan wisata ke tempat tertentu, seperti museum, industri, tempat bersejarah, dan sejenisnya.

10. Pentas Seni Budaya, adalah kegiatan yang menampilkan kreasi seni budaya para Pramuka Penggalang (Abbas 15).

(14)

Pramuka Penegak dan Pandega

Gambar 2.6. Pramuka Penegak dan Pandega

Sumber:

http://dkrmarioriawa.blogspot.com/2009/08/model-seragam-pramuka-penegakpandega.html. 2009

1. Raimuna, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pandega dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka, seperti Raimuna Ranting, Raimuna Cabang, Raimuna Daerah, Raimuna Nasional.

2. Gladian Pimpinan Satuan, adalah kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega bagi Pemimpin Sangga Utama, Pemimpin Sangga, dan Wakil Pemimpin Sangga dan pengurus Dewan Ambalan/Racana, yang bertujuan memberikan pengetahuan di bidang manajerial dan kepemimpinan. Dianpinsat diselenggarakan oleh gugusdepan, kwartir ranting atau kwartir cabang. Kwartir daerah dan Kwartir Nasional dapat menyelenggarakan Dianpinsat bila dipandang perlu.

3. Perkemahan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang diselenggarakan secara reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di gugusdepan dalam satu periode, seperti Perkemahan Saptu Minggu (Persami),

(15)

Perkemahan Jum'at Saptu Minggu (Perjusami), perkemahan hari libur, dan sejenisnya.

4. Perkemahan Wirakarya (PW), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berbentuk perkemahan besar, dalam rangka mengadakan integrasi dengan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan pembangunan masyarakat. PW diselenggarakan oleh semua jajaran kwartir secara reguler, khusus untuk PW Nas, diselenggarakan apabila dipandang perlu.

5. Perkemahan Bakti (Perti), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berbentuk perkemahan besar, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan dan pengalamannya selama mengadakan pembinaan, baik di gugusdepan maupun di Satuan karya Pramuka (Saka) dalam bentuk bakti kepada masyarakat.

6. Perkemahan Antar (Peran) Saka, adalah Kegiatan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega yang menjadi anggota Satuan Karya Pramuka (Saka), berbentuk perkemahan besar, yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka. Saat ini Gerakan Pramuka memiliki tujuh Saka. Peran Saka diselenggarakan apabila diikuti minimal oleh dua Satuan Karya Pramuka. 7. Pengembaraan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega

berbentuk penjelajahan, dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta, kompas dan survival.

8. Latihan Pengembangan Kepemimpinan, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menanamkan dan mengembangkan jiwa kepemimpinan bagi generasi muda agar dapat ikut serta dalam mengelola kwartir dan diharapkan di kemudian hari mampu menduduki posisi pimpinan dalam Gerakan Pramuka.

9. Latihan Pengelola Dewan Kerja, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen Dewan Kerja, sehingga para anggota Dewan Kerja dapat mengelola dewan kerjanya secara efektif dan efisien.

(16)

10. Kursus Instruktur Muda, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega pengembangan potensi Pramuka, baik sebagai Pribadi, kelompok maupun organisasi untuk mensukseskan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pengentasan Kemiskinan dan Penanggulangan Bencana.

11. Penataran, Seminar, dan Lokakarya, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk mengkaji suatu permasalahan dan merumuskan hasil kajian serta memecahkan masalah secara bersama, sebagai bahan masukan bagi perkembangan Gerakan Pramuka.

12. Sidang Paripurna, adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyusun program kerja bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam satu tahun program, dan akan dijadikan bahan dalam Rapat Kerja Kwartir.

13. Musyawarah Pramuka Penegak dan Pandega Puteri dan Putera (Musppanitera), adalah pertemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyusun perencanaan pembinaan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega di wilayah kwartir dalam satu masa bakti kwartir/dewan kerja dan akan dijadikan bahan pada musyawarah kwartirnya (Abbas 17-18).

Dalam dunia pramuka, semangat dan nilai – nilai pramuka sangat nampak dalam setiap kegiatan yang diadakan mulai dari pramuka siaga hingga pramuka penegak / pandega. Semangat secara umum adalah semangat adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati, kekuatan(kegembiraan, gairah) dan perasaan hati untuk bekerja, berjuang. Semangat pramuka sendiri adalah sikap ideal yang harus dibawa dalam diri seorang pramuka.Semangat tinggi yang menjadi ciri khas kepanduan pramuka sekiranya harus mampu diilhami sebagai upaya dalam membangun dunia yang lebih maju.

Nilai – nilai pramuka, sebagai pengertian umum nilai memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna bagi kemanusiaan, sesuatu yg menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Sedangkan dalam The

(17)

World Organization of the Scout Movement (WOSM), nilai pramuka adalah hal –

hal baik yang bisa diambil dalam kegiatan pramuka, misalnya: Nilai Spiritual

Norma hidup yang menekankan pada upaya mengutamakan nilai spiritual dalam kehidupan dan penghidupan di atas kehidupan material.

Nilai Sosial

Mendorong peserta didik untuk melibatkan didri dalam pembangunan masyarakat, menghormati dan menghargai orang lain dan integritas alam seisinya. Dengan kepramukaan mempromosikan kerukunan dan kedamaian lokal maupun internasional, serta memupuk saling pengertian dalam kerjasama.

Nilai Pribadi

Membina dan mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi serta membangkitkan hasrat peserta didik untuk bersikap dan bertindak laku yang bertanggungjawab (Dyah 57-58).

Pramuka memiliki tingkatan kelas sesuai dengan anggotanya, untuk pramuka beranggotakan anak-anak usia 7 –10 tahun, akan dinamakan Pramuka Siaga. Menurut Buku saku pramuka, siaga adalah sebutan bagi anggota Pramuka yang berumur 7-10 tahun. Disebut Pramuka Siaga karena sesuai dengan kiasan pada masa perjuangan bangsa Indonesia, yaitu ketika rakyat Indonesia mensiagakan dirinya untuk mencapai kemerdekaan dengan ditandai berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908 sebagai tonggak awal perjuangan bangsa Indonesia.

Kode Kehormatan bagi Pramuka Siaga ada dua, Dwi Satya (janji Pramuka Siaga), dan Dwi Darma (ketentuan moral Pramuka Siaga). Adapun isinya adalah: Dwi Satya:

1. Demi kehormatanku, aku berjanji akan : bersungguh-sungguh

2. menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Indonesia, dan mengikuti tata krama keluarga

(18)

Dwi Darma :

1. Siaga berbakti kepada ayah dan ibundanya 2. Siaga berani dan tidak putus asa

Dua Kode Kehormatan yang disebutkan di atas adalah standar moral bagi seorang Pramuka Siaga dalam bertingkah laku di masyarakat.

Satuan Satuan terkecil dalam Pramuka Siaga disebut Barung dan satuan-satuan dari beberapa barung disebut Perindukan. Setiap Barung beranggotakan 5-10 orang Pramuka Siaga dan dipimpin oleh seorang Pemimpin Barung yang dipilih oleh anggota Barung itu sendiri. Masing-masing Pemimpin Barung ini nanti akan memilih satu orang dari mereka yang akan menjadi Pemimpin Barung Utama yang disebut Sulung. Sebuah Perindukan terdiri dari beberapa Barung yang akan dipimpin oleh Sulung.

Dalam Pramuka Siaga ada tiga tingkat, yaitu: 1. Mula

2. Bantu 3. Tata

Setiap anggota Barung yang telah menyelesaikan SKU ( Syarat Kecakapan Umum ) berhak mengenakan TKU ( Tanda Kecakapan Umum ) sesuai tingkatannya yang dikenakan pada lengan baju sebelah kiri dibawah tanda barung berwarna dasar hijau. TKU untuk Siaga berbentuk sebuah janur atau disebut Mancung yakni bunga pohon kelapa yang baru tumbuh (Soebandi 37).

(19)

2.2. Tinjauan Buku Bacaan

2.2.1. Pengertian Cergam

Komik, cergam atau kartun merupakan buku yang cukup poluler dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak,komik atau dengan istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Komik menurut kutipan Marcel Bonnef dalam bukunya komik indonesia adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang dalam gambar dan tanda,mengarah kepada satu pemikiran atau perenungan (Bonnef 14).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi cerita bergambar dapat dipisah menjadi cerita dan bergambar, dimana cerita memiliki definisi sebagai berikut:

1. Tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal, kejadian dan peristiwa.

2. Karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman ataupun penderitaan orang, keadaan dan kejadian.

3. Lakon yang diwujudkan atau dipertunjukkan dalam gambar hidup seperti sandiwara, wayang dan drama.

4. Omong kosong, dongengan, omongan.(Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar).

Bergambar dapat memiliki perngertian dihiasi dengan gambar, ada gambarnya.Sehingga secara keseluruhan, cergam merupakan karya literatur yang mengkombinasikan antara aspek visual dan verbal. Dapat didefinisikan sebagai salah satu media komunikasi atau seni gambar berurutan yang menyajikan kisah, karangan ataupun dongeng melalui kekuatan bahasa gambar dan tulisan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, kejadian, dan sebagainya yang disertai hiasan gambar untuk membantu proses pemahaman terhadap suatu obyek dalam cerita yang dipadukan dalam kesatuan komposisi.

(20)

2.2.2. Sejarah Cergam di Dunia

Prancis dikenal sebagai pencetus ide-ide komik cemerlang,sejarah komik bermula pada masa pra sejarah digua Lascaux, Prancis selatan, ditemukan torehan berupa gambar gambar bison, jenis banteng atau kerbau Amerika. Cikal bakal komik ini menurut bonnet belum mengandung sandi yang membentuknya menjadi bahasa namun sudah merupakan " pesan" sebagai upaya komunikasi non verbal paling kuno. Di Mesir, cerita tentang dewa maut dalam dunia roh terdapat di kuburan raja Nakht yang ditoreh diatas (kertas) papirus, papirus ini juga sudah dikenal lama oleh orang Assiria, Siria dan parsi. Selanjutnya "Komik" diatas daun beralih bentuk Mozaik ( susunan lempeng batu berwarna) di Yunani karya ini berlangsung hingga abad ke 4 masehi, pada masa jaman Romawi cerita bergambar berkembang pesat(Bonnef 16).

Pada masa ini kita lebih banyak mengenal komik hasil karya produk Jepang terutama pada anak- anak dan remaja, yang kualitas dari cerita dan formatnya sangat menarik bahkan dapat mengalahkan komik Walt Disney's Amerika dipasaran. Di awal 1990-an Indonesia dibanjiri oleh komik- komik Jepang, ini terjadi setelah masa kejayaan Godam dan Gundala Putra Petir surut ditahun 1970-an. Toko-toko dan tempat persewaan buku dipenuhi cerita bergambar import dari negeri matahari terbit itu. Komik-komik yang hadir menyajikan tidak saja adegan laga yang diwakili oleh Chimi, kenji, Saint Seiya, atau Tiger Wong ; tetapi juga untuk kalangan Remaja yang lebih populer sekarang disebut ABG (anak baru gede) yang sedang mekar- mekarnya, seperti Candy-Candy atau juga komik jenaka seperti Kobo Chan . Komik atau kartun telah ikut memperkaya Jepang yang kurang memiliki hasil hutan, tetapi sangat jitu dalam meniru dan memanfaatkan peluang terutama terhadap produk-produk industri. Setelah sepeda motor, mobil dan komputer, mereka merambah komik tetapi bukan sekedar jadi. Bahkan menjadi primadona untuk bacaan anak-anak dan remaja masa kini khususnya di Asia, mereka sekarang lebih mengemari Srikandi Alies warna warni atau kucing robot yang pandai melayani juga Sailor Moon dan dragon Ball Z dan lainnya, bukan lagi Flash Gordon, Garht Goofy, Mickey mouse, atau Donal Duck(Bonnef 17).

(21)

2.2.3 Sejarah Cergam Di Indonesia

Di Indonesia cikal bakal komik banyak dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu dan Islam. Indikasi ditemukannya gua leang-leng Sulawesi selatan temuan ini berupa gambar babi hutan juga candi - candi sekitar abad ke 18 juga didapati gambar-gambar kuno diatas kertas dengan tinta berwarna, gambar menyerupai komik karena disertai keterangan teks beraksara Arab dalam bahasa jawa yang dipakai dalam menyebarkan ajaran agama islam.

Di Bali komik dibuat diatas daun lontar, bercerita tentang Ramayana dalam aksara Bali berbahasa Jawa kuno tema ceritanya Dampati lelagon atau Darma lelagon. Dicandi- candi borobudur dan prambanan terdapat relif yang menceritakan kehidupan spritual dan kebudayaan pada abad pertengahan , juga kita kenal dalam cerita wayang beber dan wayang kulit yang menjadi kesenian masyarakat jawa menjadi referensi timbulnya komik indonesia.

Cerita bergambar atau komik pertama kali terbit di indonesia sejalan dengan munculnya media masa berbahasa Melayu Cina dimasa pendudukan Belanda. Cergam Put On karya Kho Wan Gie tahun 1930 diharian Sin Po, menceritakan sosok gendut bermata sipit yang melindungi rakyat kecil bercerita indonesia sebagai tanah kelahiranya . komik ini sangat populer masa itu,sedangkan nama Put on adalah jenis cerita bergambar yang bercorak humor berbentuk kartun.

Gambar 2.7. Cergam Put On karya Kho Wan Gie

(22)

. Cerita bergambar yang bercorak realistik baru dimulai oleh Nasoen As sejak tahun 1939. Bonnef menempatkan awal perang dunia I sebagai masa pertumbuhan awal komik Indonesia , komik pertama dalam kasanah sastra Indonesia aialah mencari Putri Hijau (Nasroen As) dimuat dalam harian Ratoe Timoer.

Pada masa pendudukan Jepang 1942 muncul cerita legenda Roro Mendut Gambaran B. Margono, di harian Sinar Matahari Jogjakarta. Setelah Indonesia merdeka harian Kedaulatan Rakyat memuat komik Pangeran Diponegoro dan Joko tingkir dan pada tahun 1948 cerita kisah kependudukan Jepang oleh Abdul Salam. Cerita yang bertemakan petualangan dan kisah- kisah Kepahlawanan/ Heroisme yang diangkat dari cerita rakyat sehubungan dengan situasi politik pada masa itu , buku komik jenis ini banyak muncul pada tahun 1952, misalnya "Sri Asih" (1952) karya R.A Kosasih, "Kapten Jani", "Panglima Najan "( Tino Sidin), Tjip Tupai "Mala pahlawan rimba" (1957) dan sebagainya.

Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia (1980) ditandai banyaknya ragam dan judul komik yang diterbitkan pada masa itu. Ragam komik yang disukai pada priode ini , yakni komik roman remaja yang bertemakan roman kehidupan kota . beberapa komikus yang dominan adalah Budijanto, Zaldy, Sim dan Mintaraga, karya Jan Mintaraga yang cukup poluler adalah Sebuah Noda Hitam. Komik silat, yang bertemakan petualangan pendekar-pendekar ahli silat . Ganes TH spesialis dalam jenis komik ini, karya- karya lainnya Serial SiButa dari Gua Hantu, Siluman serigala Putih, Tuan Tanah Kedaung, Si Djampang, Panji tengkorak dengan (Hans Jaladara),Godam (Wid NS) dan Gundala karya Hasmi

Kecerdikan penerbit, kreativitas komikus dan tanggapan pembaca menciptakan dinamika yang mendukung suburnya dunia komik saat ini. Komik strip asing , seperti Flash Gordon, Rip Kirby, Prince Valiant, Tarzan dan Superman yang masuk indonesia lewat surat kabar, juga menjadi pendorong penciptaan karya komik-komik Indonesia.pada masa sekarang, memang kita harus banyak belajar dari negara Jepang, bukankah komikus kita sebenarnya memiliki kemampuan. Kalau kita melihat pemenang sayembara komik yang diadakan pekan komik dan animasi nasionl (PKAN) digelar di Galeri Nasional, pebruari

(23)

2000 lalu, kita kagum dan terharu, kenapa mereka bisa bikin komik begitu bagus dan tidak kalah dengan komik asing. Menurut tulisan Noor Cholis komik indonesia sebagian besar hanyalah merupakan khobah bergambar. Penuh petua-petuah verbal ini itu. Pesan yang ingin disampaikan pun terlalu hitam putih, penuh samangat lokal yang dibuat-buat sehingga menimbulkan rasa risih bagi pembaca dewasa dan membosankan bagi anak-anak anak-anak mempunyai dinamika yang berbeda yang dimiliki oleh orang tua mereka. Dahulu komik seperti Mahabarata yang konon penuh ajaran mulia, cerita-cerita sejarah yang hebat lagi perkasa boleh sangat disukai, bahkan pernah mencapai kejayaan dengan penjualan luar biasa.

Perintisan cergam (ceritera bergambar) awalnya telah dirintis oleh harian berbahasa Belanda ‘De Java Bode’ (1938) yang memuat komik seri karya Clinge Doorenbos yang berjudul ‘Flippie Flink’, kemudian mingguan ‘De Orient’ membuat komik petualangan ‘Flash Gordon’. Jauh sebelumnya, terdapat komik karya orang Indonesia, Kho Wang Gie berjudul ‘Put On’ , komik strip ini dimuat secara rutin dalam harian berbahasa Melayu ‘Sin Po’ (1931-1960-an), kemudian komik strip ‘Si Tolol’ dalam mingguan ‘Star Magazine’ (1939-1942), dalam mingguan Star Weekly memuat komik strip dengan tokoh Oh Koen, juga Si Api Auw. Di Solo mingguan ‘Ratu Timur’ memuat legenda kuno ‘Mencari Puteri Hijau’ yang digambar oleh Nasrun AS. Di Yogyakarta tahun 1942, harian Sinar Matahari memuat komik strip ‘Pak Leloer’ dan ‘Roro Mendut’. digambar oleh B.Margono.(Bonnef,19-20)

(24)

Gambar 2.8. Cergam ‘Ramayana’ karya RA.Kosasih tahun 1960- an diterbitkan oleh CV Melodi

Sumber http://dgi-indonesia.com/ramayana/

Pada tahun 1950, harian Kedaulatan Rakyat yang terbit di Yogyakarta menampilkan komik strip bertema kepahlawanan ‘Kisah Pendudukan Jogya’ dan ‘Pangeran Diponegoro’ yang digambar oleh Abdul Salam. Sejalan dengan itu, masuknya film dan cergam Amerika seperti ‘Tarzan’, ‘Flash Gordon’, ‘Rip Kirby’, ‘John Hazard’, ‘Superman’, ‘Donald Duck’ banyak pula mempengaruhi tema dan gaya cergam Indonesia pada tahun 1950-60-an. Beberapa di antaranya ‘Wiro’, ‘Si Dago’, ‘Siti Gahara’, ‘Sri Asih’ (RA Kosasih), ‘Cempaka’(RA Kosasih), ‘Jakawana’ (Ardisoma), dan sejumlah cergam yang terbit pada masa itu. Kehadiran tokoh ‘fantasi super hero’ dari barat juga terlihat di era cergam tahun 70-an, seperti ‘Godam’ (Wid), ‘Kapten Mar’ (Hasmi), ‘Gundala Putra Petir’,’Laba-Laba Merah’, serta juga cergam yang dibuat pada tahun 90-an, seperti ‘Batman’ dan ‘Kapten Bandung’. Gaya Pop yang berkembang di Amerika tahun 1960-an diadsopsi sebagai bagian menampilkan karakter para tokoh heroik yang menjadi tokoh utama dalam cergam-cergam itu (Bonnef 22).

Cerita silat Cina yang dibuat berseri, terutama karangan Kho Ping Ho, banyak mempengaruhi tema-tema cergam pada tahun 1960-1970-an, meskipun terdapat upaya untuk menampilkan tokoh dan suasana ‘keindonesiaan’,. seperti terlihat pada cergam ‘Si Buta Dari Gua Hantu’ (Ganes Th), ‘Panji Tengkorak’ (Hans Djaladara), ‘Golok Maut’ (Fasen), ‘Pendekar Bambu Kuning’ (U.Syah),

(25)

‘Pendekar Gunung Sembung’ (Djair). Secara umum gaya yang ditampilkan merupakan pengembangan dari Realisme yang menjadi trend para pelukis pada waktu itu, sedangkan gaya ilustrasi kulit muka buku cergam tersebut.

Di samping cerita – cerita yang diadopsi dari sumber Barat dan persilatan Cina, juga terdapat upaya-upaya untuk menghadirkan cergam dengan tema yang menggambarkan kehidupan sosial atau eksplorasi budaya tradisi, baik dalam bentuk ceritera pewayangan, kepahlawanan, roman atupun kehidupan sosial sehari-hari. Beberapa komik pewayangan yang populer antara lain ‘Mahabarata’ (RA Kosasih), ‘Ramayana’ (RA Kosasih), ‘Lahirnya Rahwana’ (RA Kosasih) yang dapat hadir dalam tiga periode dengan penyempurnaan teknik penggambaran dan cetak, yaitu pada tahun 50-60-an yang diterbitkan oleh PT Melodi, kemudian dicetak ulang dengan penyempurnaan gambar oleh penerbit Marantha pada tahun 80-an. Setelah itu dicetak ulang sesuai naskah pertama oleh Elex Media Komputindo dengan format lebih kecil pada tahun 1999. Komik peawayangan lainnya yang sempat populer di masyarakat adalah ‘Wayang Purwa’ (RA Kosasih), “ Prabu Udayana’ (RA Kosasih), ‘Arjuna Sasrabahu’ (RA Kosasih, Oerip), ‘Jabang Tutuka’ (Oerip),‘Ulam Sari’(Ardisoma) dan ‘Panji Semirang’ (RA Kosasih).

Sedangkan cergam kepahlawanan di antaranya adalah ‘Kopral Pandi’, ‘Udin Pelor’, ‘Melati di Sarang Pemberontak’ yang terbit sekitar tahun 60-an. Kemudian di era tahun 1970-an, beberapa cergam yang menampilkan unsur kepahlawanan di antaranya adalah “Si Jampang Jago Betawi’, ‘Tuan Tanah Kedawung’, ‘Pendekar Gunung Sembung’, dan di tahun 90-an di antaranya ‘Legenda Saung Kampret’ (Dwi Koen), ‘Imperium Majapahit’ (Yan Mintaraga), ‘Panji Tengkorak’ versi baru (Hans Djaladara).

Di samping cergam di atas, tema-tema humor, percintaan, ceritera klasik dan legenda juga banyak diterbitkan, di antaranya ‘Dagelan Petruk Gareng’ (Indri), ‘Satu Tepuk Tujuh Nyawa’ (Taguan Hardjo), Pendekar Ganol-Ganol (Leo), ‘Nona Agogo’ (Sopoiku), ‘Sebuah Noda Hitam’ (Yan Mintaraga), ‘Rapsodi Dalam Sendu’ (Yan Mintaraga), ‘Sangkuriang’ (RA Kosasih),

(26)

Pada tahun 1980-an, penerbitan cergam di Indonesia mengalami peningkatan, karena tumbuhnya industri cergam di beberapa kota, namun dari segi kualitas gambar yang dihasilkan nampak kurang dikerjakan secara cermat. Bahkan dalam beberapa judul, dikerjakan seperti pola industri kecil, yaitu satu judul cergam dikerjakan secara bersama-sama oleh beberapa pelukis cergam. Cergam Indonesia mengalami masa suram sejak paruh kedua tahun 1980-an hingga 90-an, sebelum akhirnya masuknya cergam Amerika yang diterjemahkan masuk ke Indonesia secara besar-besaran, seperti ‘Donald Bebek’, ‘Superman’, ‘Batman’, ‘Wonder Woman’ dan sejenisnya. Sejalan dengan itu, cergam ‘Jepang’ juga mulai memasuki Indonesia dengan ratusan judul buku, seperti ‘Dora Emon’, ‘Dragon Ball’, ‘Kariage Kun’, ‘Legenda Naga’, ‘Kobo Chan’, ‘Sinichan’,’Kungfu Boy’ dan sejenisnya. Mengamati kondisi cergam nasional mengalami ‘kebekuan’, Direktorat Jenderal Kebudayaan-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 1997 memprakarsai Pameran Besar Komik Indonesia yang pernah mengalami jaya pada tahun 1960-70-an di Balai Kesenian Jakarta.

Setelah mengalami ‘kebekuan’ itu, di samping kalah bersaing dengan komik Barat dan komik Jepang, kreatifitas pembuat komik sendiri mengalami masa suram karena tanpa pembinaan dari lembaga kebudayaan. Pada paruh kedua tahun 1990-an, pembuatan cergam kembali tumbuh. Beberapa di antaranya adalah ‘Panji Tengkorak’, ‘Majapahit’, ‘Wiro Sableng’, ‘Kapten Bandung’, ‘Carok’, ‘ALi Baba’, ‘Abunawas’, meskipun dicetak terbatas (Bonnef 24-30).

2.2.4. Tinjauan Kondisi Cergam di Indonesia

Komik sebagai industri berjangka panjang hampir tidak menjadi bagian strategi masa depan komikus indonesia, kecuali Dwi koendoro (Dwikoen) pencipta tokoh panji Koming Kompas (yang juga menciptakan legenda sawung kampret). Dari jenis komik Strip ini muncul pula nama-nama GM Sudharta ( Om Pasikom,di Kompas), Keliek Siswojo (Doyok, Pos Kota), Rahmad Ghazhali (Mr Boss Bisnis Indonesia).

Semakin beragamnya jenis hiburan yang, turut mengurangi kegairahan dunia komik Indonesia. Disamping itu, komik-komik asing banyak diterjemahkan

(27)

dalam bahasa Indonesia dan akhirnya mengeser popularitas komik Indonesia, masalah kualitas profesionalisme, promosi dan distribusi, sering kali menjadi pokok perdebatan ketika mendiskusikan masalah tersebut. Penciptaan komik-komik Indonesia saat ini seakan- akan didorong dan dipengaruhi oleh hadirnya komik-komik asing. Mengenai pengaruh Jepang yang mewarnai komikus Indonesia, itu hal yang wajar karena Amerika pun terpengaruh oleh negara matahari terbit ini, jadi tinggal bagaimana mengasah kreatitas senimannya, begitu menurut Dwi Koen.(Angkat par 13).

Sebelum munculnya seniman hebat seperti DwiKoen, Indonesia memiliki seniman cergam yang memiliki bakat luar biasa dan akhirnya melahirkan seni cergam atau komik dengan citarasa tinggi. Antara lain :

RA Kosasih

Gambar 2.9. Raden Ahmad Kosasih Sumber http://id.winelib.com/wiki/R.A._Kosasih Lahir :Bondongan, Bogor,Jawa Barat , 1919

Pendidikan :Inlands School 1932, Hollandsc Inlands School (HIS) Pasundan. Karir :Penulis Komik,juru gambar di Departemen Pertanian Bogor,Komikus di harian Pedoman Bandung

Karya :Sri Asih,Siti Gahara,Sri Dewi,Mahabrata,Ramayana,Pandawa Seda,Bharatayudha,Raden Parikesit,Srikandi

(28)

Gambar 2.10. Seri Mahabharata

Sumber : http://www.oprekpc.com/forum/viewtopic.php?t=6844

RA Kosasih lahir di desa Bondongan, Bogor, 88 tahun silam, sebagai bungsu dari tujuh bersaudara. Ayahnya R. Wiradikusuma, seorang pedagang dari Purwakarta, sedang ibunya, Sumami, perempuan Bogor. Minat menggambar Kosasih datang tanpa sengaja. Ketika kelas satu Inlands Scholl, Bogor, ia acap menunggu ibunya berbelanja. Nah, disaat membantu membongkari belanjaan sang ibu itulah, matanya menangkap komik Tarzan dari potongan-potongan koran bungkus belanjaan.

Ia pun menjadi penikmat komik itu, meski dengan cerita yang tentu, tak berurutan. Lulus dari Inlands School 1932, ia melanjutkan ke Hollandsc Inlands School (HIS) Pasundan. “Di HIS inilah saya mulai tertarik pada seni menggambar secara formal. Sebab, ilustrasi pada buku pelajaran Bahasa Belanda bagus-bagus. Buku catatan saya banyak yang cepat habis karena saya gambari,” kenangnya,

(29)

tertawa. Selepas HIS ia tak meneruskan sekolah, meski kesempatan menjadi pamong praja menunggunya. Masa menganggur itu ia puaskan dengan menggambar dan menonton wayang golek.

Ia selalu pulang pagi, terutama jika lakonnya Arjuna, Bima, atau Gatotkaca. Karena kerapnya, ia sampai hapal semua cerita wayang, juga gaya para pedalang. “Jika pulang nonton, kepala saya masih selalu dipenuhi gambaran ceritanya. Saya lalu dapat ide, jika cerita itu dipersingkat tapi tetap berbobot, tentu disukai banyak orang.” Tapi, ide itu hanya sebatas ide. Tahun 1939, ia melamar sebagai juru gambar di Departemen Pertanian Bogor. Diterima, ia pun menjadi penggambar hewan dan tumbuhan. “Acap, serangga yang akan saya gambar harus saya lihat dulu di bawah mikroskop.” Gajinya cukup, meski tak mewah. Jepang masuk, kehidupan Kosasih menderita. Kebahagiaanya cuma satu, ia mendapatkan komik Flash Gordon.

Setelah merdeka, ia melihat banyak peluang di koran-koran. 1953, ia melamar kerja sebagai komikus di harian Pedoman Bandung, ia masuk malam, karena siang masih bekerja di Departemen pertanian. “Serial pertama saya lahir, Sri Asih, superhero wanita. Boleh dibilang, saya pengagum wanita. Ide itu terinspirasi oleh komik Wonder Women,” akunya. Sri Asih dicetak 3000 eksemplar, langsung tandas. Ia mendapat honor Rp 4.000,- sebulan. “Padahal, gaji saya sebagai pegawai Rp. 150,-.” Kesuksesan Sri Asih melecut semangatnya. Ia pun membuat serial kedua, Siti Gahara. Yang pertama pendekar wanita berbusana wayang, yang kedua berbusana Aladin. Juga laku keras.

Semangatnya kian membara. Imajinasinya tambah liar. Ia melahirkan kembali serial sejenis, Sri Dewi. Hebatnya, ia bahkan melahirkan edisi Sri Dewi

Kontra Dewi Sputnik. “Saya mau menunjukkan, tradisi lawan modern tidak selalu

dimenangkan yang modern. Sri Dewi harus tetap menang, ha-ha-ha...”

Tahun 1955, ia keluar dari Departemen Pertanian karena kesibukan yang tak bisa ditinggalkan. Order menggambar terus mengalir. Tapi, kenikmatan ijaminasi itu hanya berlangsung sepuluh tahun. Ketika Lekra berkuasa, komiknya dikecam karena mengandung unsur kebarat-baratan. Pihak Lekra malah

(30)

Tiras komik Kosasih turun drastis. Ia sedih, tapi tak menyerah. Merasa tertantang, Kosasih bergerak ke wayang. Komik Mundinglaya Dikusuma dan Ganesha Bangun pun lahir. Namun, komik Burisrawa Gandrung dan Burisrawa Merindukan Bulan yang laris. Pasar kembali ia kuasai. Ketika meminjam buku di Perpustakaan Bogor, matanya melahap Bhagawat Gita terjemahan Balai Pustaka. Ide baru pun muncul. Kepada penerbit Melodi, ia katakan ingin mengomikkan wayang dari versi asli. Segera Ramayana dan Mahabrata lahir. Hasilnya, luar biasa, mungkin rekor yang belum terpecahkan sampai saat ini.

Menurut hitungan Kosasih, dalam sebulan, satu seri komiknya dapat terjual 30 ribu eksemplar. Komikus lain pun terjun bebas mengikuti jejaknya. Tapi, trademark Kosasih tak tertandingi. Untuk tetap pegang pasar, ia terus berimprovisasi. Ia juga melahirkan superhero wanita lain, Cempaka, wanita berbaju loreng, kekar dan tinggi seksi. “Itu terinspirasi komik Tarzan,” akunya. Sayang, perubahan manajemen Melodi membuat komiknya tak lagi diperpanjang, hanya mengandalkan cetak ulang. 1964, ia pindah ke Jakarta, bekerja untuk Lokajaya. Tapi, masa keemasan komik mulai pudar. Serial Kala Hitam dan Setan Cebol hanya laku 2000 eksemplar. 1968, kesehatan Kosasih memburuk, ia pun istirahat setahun penuh, kembali ke Bogor.

Tahun 70-an, penerbit Maranatha Bandung memintanya menulis ulang Mahabrata. Tapi lucunya, karya ulang itu tak sama dengan yang pertama. Kosasih dinilai gagal. “Memang, jika menggambar saya mengikutkan suasana hati. Jadi, jika kadang menjadi berbeda sama sekali,” akunya. Memasuki tahun 1980-an, komiknya hanya beredar terbatas. Komik asing yang masuk, juga maraknya era komik silat Jan Mintaraga, Djairi dan Ganesh TH ikut memurukkannya. “Saya selalu membaca karya mereka, juga yang dari luar. Bagus-bagus sekali kok,” pujinya jujur.

Mulai 1985, Kosasih, pionir komikus wayang itu praktis dilupakan. Namanya hanya hadir dalam seminar dan sejatah komik. Orang bahkan jarang tahu, dengan tubuh renta uzur 88 tahun, ia masih acap duduk, sendiri, di meja gambarnya, berteman kalkir dan tinta cina, dan menggambar dengan jari yang gemetar. Kosasih masih beraksi, sendiri, di paviliun mungil Jl Pahlawan Bogor,

(31)

seakan diminta menjadi saksi, zaman yang mengogahi seni tradisi (Bonnef 41-45). Ganes TH Gambar 2.11. Ganes TH Sumber http://www.indocomic.com/index.php?option=com_content&view=article&id=44 :ganes-th&catid=34:ganes-th&Itemid=54

Lahir: 10 Juli 1935, Tangerang, Jawa Barat Meninggal: 1995

Pekerjaan: Komikus Kebangsaan: Indonesia

(32)

Ganes Thiar Santoso lahir di Tangerang, Jawa Barat pada tanggal 10 Juli 1935 pada umur 59 tahun), atau lebih dikenal dengan nama pena singkatnya Ganes TH. Ia adalah seorang komikus terkenal. Pada masanya Ganes TH. merupakan salah satu dari “tiga dewa komik Indonesia” bersama dengan Jan Mintarga dan Teguh Santosa Kisah dalam komik-komiknya begitu memikat hati pembaca komik Indonesia di era tahun 1970 sampai 1980-an.

Ganes TH adalah salah satu tonggak kejayaan komik Indonesia sampai akhir 80-an. Serial Si Buta dari Gua Hantu karya ciptaannya tidak akan pernah dilupakan orang. Petualangan Si Buta dari Jawa Barat sampai ke Bali, Flores, Kalimantan bahkan Sulawesi Sealatan dan Tengah menunjukkan pengetahuannya yang luas dan kecintaan pada tanah air yang begitu dalam. Tokoh “Si Buta dari Gua Hantu” yang menjadi merk dagangnya dan merupakan tokoh komik lokal yang paling populer sepanjang masa. Komik Si Buta Dari Goa Hantu adalah komik silat Indonesia yang pertama. Terbitan perdananya langsung "meledak" sehingga komik Indonesia saat itu menjadi dilanda "demam silat" sehingga banyak komikus lain yang mengekor di belakang kesuksesan Si Buta. Dikabarkan bahwa komik seri perdana Si Buta ini dicetak hingga ratusan ribu eksemplar.

Serial Si Buta dari Goa Hantu karya ciptaannya tidak akan pernah dilupakan banyak pembaca dari berbagai pulau di Indonesia. Hal ini disebabkan karena petualangan Si Buta dimulai dari Jawa Barat hingga menyeberang ke banyak pulau seperti, Flores, Kalimantan, Bali dan Sulawesi Tengah yang menunjukkan pengetahuan Ganes yang luas dan kecintaan pada tanah airnya yang begitu dalam.

Ganes TH dengan "Si Buta Dari Goa Hantu" bersama dengan komikus legendaris lainnya seperti Jan Mintarga dan Teguh Santosa merupakan salah satu ikon puncak sejak Kho Wan Gie, R.A. Kosasih, Zam Nuldyn, dan Taguan Harjo. Sejarah panjang komik Indonesia mencatat nama Ganes TH sebagai salah satu legenda komikus Indonesia.(Bonnef 47-49).

(33)

Karya Ganes TH :

(34)

Dwi Koendoro

Gambar 2.14. Dwi Koendoro (DwiKoen)

Sumber http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/11/25/dwi-koendoro/ Tokoh kelahiran Banjar 13 Mei 1941 ini, terlahir sebagai sosok multi-talenta. Masa kecilnya dihabiskan di Bandung. Beliau jatuh hati pada dunia perfilman pada usia 6 tahun. Setiap ke pasar malam, yang ditongkronginya adalah film. Film-film kartun Walt Disney menjadi favoritnya. Bakat menggambarnya yang kuat, menjadi modal yang tidak sia-sia. Pada usia 14 tahun, hasil coretannya berupa kartun-kartun sudah menghiasi majalah Teratai yang terbit di Jakarta.

Selepas SMP di Surabaya, Dwi Koen menjatuhkan pilihan pada Sekolah Seni Rupa Indonesia di Yogyakarta, lalu berlanjut ke ilustrasi grafis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Selama di ASRI ia sempat menjadi wartawan di harian Kedaulatan Rakyat. Kecintaannya pada animasi kartun, membuat ia belajar otodidak dengan berbagai cara. Membaca buku dan bereksperimen menjadi gurunya.

(35)

Tahun 1971, Dwi Koen pindah ke Jakarta. Kartun-kartunnya mengisi majalah Stop. Bertahan hingga 1972, akhirnya ia pindah ke biro iklan Intervista, dari karyawan biasa sampai menjadi art director. Lalu empat tahun kemudian, ia pindah ke Gramedia. Karirnya terhitung baik hingga dipercaya menjadi Kepala Bagian Produksi Gramedia Film.

Gambar 2.15. Panji Koming

Sumber http://mars2ndbooks.wordpress.com/

Akhirnya lahirlah Panji Koming pada 14 Oktober 1979 sebagai ”pelepasan” kreatif dan segala uneg-unegnya dari sifat pekerjaannya di Gramedia Film yang lebih banyak menangani pekerjaan non kreatif. Tahun 1982 ia mengundurkan diri karena merasa kurang cocok diposisi tersebut. Tiga tahun kemudian, tepatnya 1985, Dwi Koen mendirikan PT Citra Audivistama – perusahaan yang bergerak dibidang film animasi, iklan, dokumentar dan slide program.

(36)

Gambar 2.16. Isi Panji Koming

Sumber http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/11/25/dwi-koendoro/ Panji Koming adalah strip komik ciptaan kartunis Dwi Koendoro yang secara berkala diterbitkan di surat kabar Kompas edisi Minggu sejak 14 Oktober 1979. Nama komik ini berasal dari nama tokoh utamanya, Panji Koming, yang hidup di masa Kerajaan Majapahit. Selain singkatan 'Kompas Minggu', Koming juga berarti 'bingung' atau 'gila'. Meskipun mengambil setting masa lalu kasus yang diangkat sering kali dikaitkan dengan hal-hal aktual yang terjadi di Indonesia masa kini, terutama masa Orde Baru dan sesudahnya. Strip komik ini ditulis oleh Dwi Koendoro, meskipun kadang-kadang dikerjakan oleh putranya. Strip komik ini diciptakan oleh Dwi Koendoro atas saran kartunis G.M. Sudharta. Tokoh Panji Koming adalah seorang pemuda kelas menengah bawah yang memiliki karakter lugu dan agak peragu. Ia memiliki pacar yang bernama Ni Woro Ciblon yang cantik, pendiam dan sabar. Dalam kehidupan sehari-hari, Panji Koming memiliki kawan setia bernama Pailul yang agak konyol namun lebih terbuka dan berani bertindak. Kekasih Pailul adalah Ni Dyah Gembili, perempuan gemuk yang selalu bicara terus terang.

(37)

Tokoh protagonis lain adalah "Mbah", seorang ahli nujum yang sering ditanya mengenai masalah-masalah spiritual serta seekor anjing buduk yang dijuluki "Kirik" (anak anjing dalam bahasa Jawa).

Tokoh antagonis yang sering kali menjadi objek lelucon adalah seorang birokrat gila jabatan yang bernama Denmas Arya Kendor.

Pengalaman dan kreatifitasnya berbuah penghargaan Piala Citra sebagai sutradara terbaik untuk film dokumentar ”Sepercik Kenangan, Segelombang Teladan” pada FFI 1981.

Kini, 30 tahun sudah Panji Koming hadir setiap Minggu. Tokoh ini telah menjadi ikon karakter yang kritis tapi jenaka. Bisa menjadi insiprasi serta bahan perenungan dalam menyikapi kondisi bangsa Indonesia. Hingga saat ini beliau hampir tidak mengenal istilah weekend, karena setiap Sabtu ”kelakar kritis” Panji Koming harus dikirim ke Kompas agar bisa terbit pada hari Minggu (Bonnef 36-40).

Cergam di Indonesia memiliki masa keemasan di tahun yang berbeda dan market yang berbeda pula. Kondisi cergam di Indonesia terus berkembang hinga muncul seniman seniman cergam baru dengan gaya masing masing.

2.2.5. Potensi Cergam di Indonesia

Sejak tahun 1990-an, cergam Indonesia tidak lagi muncul ke permukaan. Pada saat yang sama lahir generasi yang memang dibesarkan oleh (hanya) cergam-cergam terjemahan jepang. Singkatnya, Sepanjang tahun 1990-an hingga 2000-an, tumbuh sebuah genreasi yang titik tolak nilai estetisnya adalah Manga atau anime. Sebagian Kecil dipengaruhi oleh komik amerika yang beraliran realis.

Pada tahun 1990-an banyak cergamis yang kaya wawasan teknis tetapi kesulitan menampilakn cirri khas atau identitas mereka sendiri. Sebagian karena banyak cergamis muda yang kaya wawasan tetapi tidak kaya ide. Mereka hanya membaca manga lalu meniru komik yang mereka baca. Sebab lain dari sulitnya menampilkan identitas itu juga berhubungan dengan perubahan modus produksi cergam local. Pada tahun 90-an, modus yang popular adalah model studio seperti

(38)

memiliki spesifikasi masing-masing seperti penulis naskah (Script writter), penciller, inker, colorist (cergam Amerika umumnya berwarna, beda dengan

manga yang dominan hitam putih).

Secara sederhana, ada tiga “aliran” besar pada cergam Indonesia (Bonneff 112-116) pada periode paska 1990. Aliran pertama adalsh aliran “yang berupaya menembus Mainstream”. Kebanyakan aliran ini dianut oleh para cergamis muda yang terpengaruh oleh manga. Jika yang sekarang laris di pasaran adalah manga, kenapa tidak sekalian membuat cergam yang diminati oleh pasar tersebut? Bahkan dalam beberapa kasus ada komikus yang menuliskan nama di cover komiknya dengan nama jepang agar laku di pasaran. Saat ini aliran seperti ini telah memiliki wadah penampung yang cukup baik mau membantu mewujudkan dan membantu mempromosikan karya mereka, sebut saja colony comic yang telah menerbitkan beberapa judul karya yang beraliran manga produksi local seperti Wind Raider,

Knight of Apocalypse dan Garudayana.

Gambar 2.17. Komik Wind Rider

Sumber http://pekankomiknasionaldua.blogspot.com/

Aliran kedua adalah yang mementingkan pencapaian teknis. Aliran ini tidak berarti tidak ingin memebus pasar mainstream tetapi yang lebih menjadi focus utama adalah bagaimana membuat karya yang “keren” secara visual. Tolak ukur “keren” yang dimaksud adalah pencapaian teknik dan penggambaran seoerti komik Dragon ball, Joe Madrueira, Todd Mc Farlane dan jim lee. Aliran ini umumnya terinspirasi oleh komik amerika yang bergaya realis. Proyek Caroq

(39)

(Thoriq) dan Qomic Nasioanl cenderung pada aliran ini. Juga Cergam Alfie (Dua Warna). Djail (WWW), dan produk-produk Bengkel Qomik (Street Soccer).

Aliran ketiga adalah yang “mementingkan ekspresi”.Yang paling menonjol dalam aliran ini adalah cergamis Apotik Komik Yogya, Kiri Komik Yogya dan Sekte Komik Jakarta. Aliran Yogya kemudian cenderung padacergam-cergam avant-garde. Salah satu wakil terkemuka aliran ini adalah antologi padacergam-cergam “Daging Tumbuh”

Gambar 2.18. Komik Daging Tumbuh

Sumber http://dgtmb.blogspot.com/2009/06/komik-dagingtumbuh-13.html Yogya juga melahirkan aliran bercerita yang ingin sekali menampilkan “ke-Indonesia-an” yang kental. Produk-produk dari Kiri Komik sepert Si Muka

Kacang, Ayam Majapahit dan Tekyan menonjolkan kecenderungan ini. Beda

aliran antara Kiri Komik dan Apotik Komik adalah Kiri Komik lebih mementingkan cerita.

(40)

Tapi salah satu yang menonjol dalam aliran ini justru datang dari Bandung. Wahyu dengan seri Pantjaroba nya, Dan Oyas dengan Hantu Nasi

Goreng dan 1001 jagoan.

Semua aliran itu punya persamaan, antara lain mereka harus bergerilya dari bawah tanah. Mereka terpaksa jadi Antasena. Terbukti mereka tak perlu minder dari “Gatot Kaca” dalam Hal Kesaktian menggambar. Tapi mereka haarus meampilkan diri dari pameran ke pameran, kampus-kampus serta bazaar kesenian lain. Ada yang harus beredar dari tangan ke tangan. Rata-rata terbit dalam format fotokopian (Bonnef 117-119).

Kecerdikan penerbit, kreativitas komikus dan tanggapan pembaca menciptakan dinamika yang mendukung suburnya dunia komik saat ini. Komik strip asing , seperti Flash Gordon, Rip Kirby, Prince Valiant, Tarzan dan Superman yang masuk indonesia lewat surat kabar, juga menjadi pendorong penciptaan karya komik-komik Indonesia.pada masa sekarang, memang kita harus banyak belajar dari negara Jepang, bukankah komikus kita sebenarnya memiliki kemampuan. Kalau kita melihat pemenang sayembara komik yang diadakan pekan komik dan animasi nasionl (PKAN) digelar di Galeri Nasional, pebruari 2000 lalu, kita kagum dan terharu, kenapa mereka bisa bikin komik begitu bagus dan tidak kalah dengan komik asing. Menurut tulisan Noor Cholis komik indonesia sebagian besar hanyalah merupakan khobah bergambar. Penuh petua-petuah verbal ini itu. Pesan yang ingin disampaikan pun terlalu hitam putih, penuh samangat lokal yang dibuat-buat sehingga menimbulkan rasa risih bagi pembaca dewasa dan membosankan bagi anak-anak anak-anak mempunyai dinamika yang berbeda yang dimiliki oleh orang tua mereka. Dahulu komik seperti Mahabarata yang konon penuh ajaran mulia, cerita-cerita sejarah yang hebat lagi perkasa boleh sangat disukai, bahkan pernah mencapai kejayaan dengan penjualan yang sangat mengagumkan. (Angkat par 11).

Industri cergam di Indonesia tetap memiliki kesinambungan dan prospek yang baik, hanya saja agak sulit bagi Cergam Indie untuk dapat berkompetisi dengan cergam luar meskipun telah dibuktikan bahwa kualitas anak dalam negeri pun juga tidak kalah dengan kualitas luar. Faktor utama yang menjerat bagi illustrator

(41)

dan cergamis dalam negeri adalah kurangnya apresiasi serta ekspektasi yang buruk dari para penggemar cergam terhadap produksi dalam negeri.

Gambar

Gambar 2.1.  Baden Powell
Gambar 2.2.  Lambang Pramuka
Gambar 2.3. Pramuka Siaga
Gambar 2.4. Pramuka Siaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian tersebut yaitu Berdasarkan pengelolaan dan analisis baik terhadap data historis perusahaan maupun data hasil pengamatan, maka simpulan yang

Manajer Marketing membuat usulan anggaran penjualan berdasarkan realisasi anggaran tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan di tahun mendatang ditambah

Faktor penunjang lain dalam pelaksanaan program peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarkat adalah adanya sikap konsisten dari dewan pengasuh pondok pesantren

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang : (1) Variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu adalah merek, bukti fisik, harga produk, iklan,

Berdasarkan hasil fraksinasi dari daun matoa diperoleh fraksi n-heksana sebanyak 23,6360 g dan fraksi metilen klorida sebanyak 22,9560 g dengan hasil uji fitokimia

Dalam mewujudkan percepatan visi misi perlu didukung oleh Program-Program Unggulan sebagai langkah dan upaya Menuju Trenggalek Yang Sejahtera Berdaya Saing Dan Berakhlak

Pada saat reaktor beroperasi pada suhu rendah, tingkat pemanasan yang rendah dan tekanan yang sangat tinggi , reaksi sekunder sangat penting karena lamanya waktu

atau jika apa-apa hak atau keistimewaan di dalam mana-mana kawasan orang asli atau rizab orang asli yang diberikan kepada mana-mana orang asli atau masyarakat orang asli