• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcumae domestica Valeton Rhizoma) Sebagai Pewarna"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Kunyit tumbuh dengan baik di wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.

Tanaman ini kemudia mengalami persebaran ke daerah Malaysia, Indonesia,

Australia, bahkan Afrika. Kunyit dapat tumbuh didataran rendah mulai dari 240 m

diatas permukaan laut hingga ketinggian lebih dari 2.000 m diatas permukaan laut

dengan curah hujan 1.000 - 4.000 ml/tahun. Tanaman kunyit memerlukan jenis

tanah ringan dengan bahan organik yang tinggi seperti tanah lempung berpasir

yang terbebas dari genangan air (Nugroho, 1998).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan kunyit menurut Gembong (1985):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Valeton

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan

(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur

(2)

ketinggian 1300-1600 m dibawah permukaan laut, ada juga yang mengatakan

bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum

dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini

sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi

tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di

India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina. Tanaman kunyit

tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu,

tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun

dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset)

memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan

warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk

batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm,

berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata.

Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga

kekuning-kuningan (Muhlisah, 1996).

2.1.3 Nama daerah

Tanaman kunyit (Curcuma domestica Valeton) di Indonesia memiliki

berbagai macam nama daerah, seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Irian.

Sumatera : Kakunye (Enggano), kunyet (Aceh), kunyet (), kuning, hunik,

unik (Batak), odil, ondil, kondil (Simalur), undis (Nias),

kunyit (Melayu), kunyir, jinten (Lampung).

Jawa : Kunyir, koneng, koneng ismen (Sunda), kunir, kunir bentis,

(3)

Kalimantan : Kunir, janar (Banjar), henda (Ngaju), kunyit (Olon Maanyan),

cahang (Dayak Panyabung), dio (), kalesiau (Kenya), kunyit

(Tidung).

Nusa Tenggara : Kunyik (Sasak), huni (Bima), kaungi, wingir, winguru (Sumba

Timur), dingira, hingiro, kunita, kunyi, konyi, hingira (Sumba

Barat), kewuni (Sawu), kuneh, guni (Flores), kuma (Solor),

kumoh (Alor), kunik, huni, unik (Roti), hunik, kunir (Timor).

Sulawesi : Uinida (Talaud), kuni, hamu (Sangir), alawahu (Gorontalo),

kolalagu (Buol), pagidon (Toli – toli), uni, kuni (Toraja), kunyi

(Makassar), kunyi (Salayar), unyi (Bugis), kuni, nuyik

(Mandar).

Maluku : Kuriai (Leti), lulu malai (Babar), ulin (Talimbar), tuni (Kai),

unin (Goram), iris, kunin, uni (Seram Timur), unin, unine, one

(Seram Barat), enelo (Seram Selatan), kunino, unin, unine,

unino, uninun (Ambon), unino (Maruku), kunine (Nusa Laut),

kunino, uni benal (Saparanal), kone, kunik, uni, unin (Buru),

koni, kon (Sula), gurati, gulati, gogohiki (Halmahera), guraci

(Ternate, Tidore).

Irian : Rame (Kapaur), kandeifu (Nufor), nikwai (Windesi) mingguai

(Wandamen), yaw (Arzo) (Depkes RI., 1977).

2.1.4 Kandungan kimia

Rimpang kunyit kering mengandung kurkuminoid sekitar 10%, kurkumin

1 – 5%, dan sisanya terdiri dari demetoksikurkumin, serta bisdemetoksikurkumin.

(4)

lemak, protein, karbohidrat, pati, dan sisanya terdiri dari vitamin C, garam –

garam mineral seperti zat besi, fosfor, dan kalsium. Bau dan rasa berasal dari

beberpa zat yang terdapat didalam minyak tersebut. Zat – zat tersebut meliputi

keton sesquiterpen, termeron, zingeberen, borneol, dan sineol (Nugroho, 1998).

2.1.5 Khasiat tumbuhan

Kunyit memiliki efek farmakologis yaitu : melancarkan peredaran darah,

mempermudah persalinan, antiradang (antiinflamatory), antibakteri,

memperlancar pengeluaran empedu (colagogum), carminative, pelembab

(astringent), antioksidan, dan dapat meningkatkan aktivitas seksual (Winarto,

2003).

2.1.6 Pewarna alami

Pewarna telah lama digunakan pada makanan untuk meningkatkan cita

rasanya. Pada mulanya zat warna yang digunakan adalah zat warna alami dari

tumbuhan dan hewan. Pewarna alami sebenarnya tidak semahal yang diperkirakan

masyarakat dan pembuatannya juga sangat mudah. Bahan-bahan yang dapat

digunakan sebagai pewarna ditumbuk, dapat pula menggunakan blender atau

penumbuk biasa dengan sedikit ditambah air, lalu diperas dan disaring dengan alat

penyaring (Saati dan Hidayat, 2006).

Menurut Saati dan Hidayat, (2006) beberapa contoh zat pewarna alami

yang biasa digunakan untuk mewarnai makanan yaitu :

1. Karoten, memberikan warna jingga sampai merah. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan sebagainya.

(5)

3. Karamel, memberikan coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis pemecahan karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt.

4. Klorofil, memberikan warna hijau dan diperoleh dari daun. Banyak digunakan untuk makanan dan saat ini mulai digunakan pada berbagai produk kesehatan.

Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan seperti daun suji, daun pandan,

daun katuk dan sebagainya. Dedaunan tersebut sebagai penghasil warna hijau

untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain menghasilkan warna hijau yang

cantik, juga memiliki aroma yang khas.

5. Antosianin, memberikan warna merah, oranye, ungu dan biru. Banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang

sepatu, bunga tasbih, anggur, buah apel, stroberi, buah manggis dan lain-lain.

6. Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur dan memberikan warna kuning (Saati dan Hidayat, 2006).

2.1.7 Kurkumin

Kurkumin merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit

(Zingiberaceae). Zat warna ini dapat dipakai dalam minuman tidak beralkohol,

seperti sari buah. Akan tetapi zat warna ini masih kalah oleh zat warna sintesis

dalam hal warnanya (Koswara, 2009).

Kunyit mengandung 2,5 – 6 % pigmen kurkumin yang berwarna kuning

oranye. Tanaman kunyit varietas Alleppey mempunyai kandungan pigmen sebesar

5,54 %. Kunyit varietas Alleppey mempunyai kandungan kurkumin sampai 6,5 %

sedangkan kunyit varietas Madras hanya sampai 3,5 %. Kandungan kurkumin

kunyit dari Jawa adalah 0,63 - 0,76 % (w/w) dengan menggunakan analisis

(6)

molekul 368,37 dengan titik lebur 183 °C. Kurkumin tidak larut dalam air dan eter

tetapi larut dalam alcohol, asam asetat glacial. Kurkumin berbentuk serbuk kristal

dengan warna kuning jingga (Koswara, 2009).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu

pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain.

Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,

2000).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Depkes RI., 1979). Metode ekstraksi yang umum digunakan

dalam berbagai penelitian antara lain (Ditjen POM, 2000) yaitu:

a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan

beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan, sedangkan

remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu

baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

(7)

bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan

penyari sekurang-kurangnya selama 3 jam.

c. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada

temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi

menuju pendingin dan kembali ke labu.

d. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan

terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel.

e. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada

temperatur 40-50°C.

f. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 15 menit.

g. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 30 menit.

(8)

Rumus molekul : C8H9NO2

Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]

Berat molekul : 151,16

Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%

C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1

N; mudah larutan dalam etanol (Depkes RI., 1995)

2.3.2 Farmakologi

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal

dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).

Efek analgetik Parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral

maupun secara perifer. Secara sentral diduga Parasetamol bekerja pada

hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di

tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang

mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada

keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan

lebih tinggi. Senyawa Parasetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak

(9)

asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat.

(Ganiswara, 1995).

2.4 Uraian Sediaan Tablet

Defenisi tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan

padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau

sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat

atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang dapat

berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan pengikat, bahan

pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok (Depkes RI., 1979).

Tablet merupakan jenis sediaan yang banyak digunakan sampai sekarang

karena memberikan dosis yang tepat pada pemakainnya, mudah pemakaiannya,

mudah pengemasannya, stabilitas kimia dan aktivitas fisiologi dari bahan-bahan

obat cukup baik (Banker dan Anderson, 1994).

Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan

penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan

tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram,

serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17

mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).

Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai daya

lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang cetak dapat

berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat

menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995).

Menurut Banker dan Anderson, (1994), tablet yang dinyatakan baik harus

(10)

1. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama

proses produksi, pengemasan dan distribusi.

2. Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dan sisi-sisi tablet.

3. Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang

terkandung di dalamnya.

4. Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek

pengobatan seperti yang dikehendaki.

Tablet dapat didefenisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung

satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan

mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan

disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk

dalam mesin tablet. Defenisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid

dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif

dengan atau tanpa bahan tambahan atau bahan tertentu yang dipilih guna

membantu dalam proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat-sifat sediaan

tablet yang dikehendaki (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.1 Bentuk tablet

Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,

ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada

penggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunannya. Tablet biasanya

berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti

kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam (heksagonal) dikembangkan

oleh beberapa pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik

(11)

dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus. Misalnya

jika punch kurang konkaf makin datar tablet yang dihasilkannya. Sebaliknya

punch yang semakin konkaf, semakin lebih konveks tablet yang dihasilkan.

Tablet dapat diberi monogram pada salah satu atau pada kedua permukaan

tablet tergantung keberadaan monogram pada punch bawah dan/atau punch atas

yang menghasilkan monogram.

Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan

secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan di dalam rongga mulut

tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya

dikulum/diisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.4.2 Bahan pewarna tablet

Zat warna ditambahkan dalam sediaan tablet untuk memperindah tablet,

membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, untuk memudahkan pengawasan

misalnya warna yang pudar menunjukkan bahwa tablet tersebut telah rusak.

Zat warna yang dipakai harus memenuhi persyaratan Dirjen Pengawasan

Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ada 2 cara penambahan zat warna yaitu:

1. Cara basah

Bahan warna dilarutkan dalam larutan bahan pengikat kemudian

ditambahkan ke dalam serbuk yang akan digranulasi.

2. Cara kering

Bahan warna dicampurkan dalam keadaan kering ke dalam campuran

serbuk kemudian baru ditambahkan larutan bahan pengikat. Konsentrasi zat warna

(12)

2.4.3 Metode pembuatan sediaan tablet

Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering

(mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan

kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa

(Depkes RI., 1995).

Metode pembuatan tablet didasarkan pada sifat fisika kimia dari bahan

obat, seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk

partikel bahan aktif dan sebagainya.

Metode pembuatan sediaan tablet yaitu :

1. Cetak langsung

Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat

bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk

bahan-bahan tertentu saja yang berbentuk kristal/ butir-butir granul yang

mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.

Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang

peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan

granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian hanya sedikit

bahan obat yang mampu dicetak secara langsung, seperti ammonium bromida,

ammonium klorida, kalium bromida, kalium klorida, natrium bromida, natrium

klorida dan heksamin (Voigt, 1995).

2. Granulasi kering

Granulasi kering disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat

tepat untuk tabletasi zat – zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak

(13)

Obat dan bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula

dibuat tablet yang cukup besar, yang massanya tidak tertentu. Selanjutnya terjadi

penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam

hal yang sederhana dilakukan di atas sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan

kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, 1995).

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk

pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau

keduanya (Lachman, dkk., 1994).

3. Granulasi basah

Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan,

penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan

suatu bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang

mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.

Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan

tergantung pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi

lembab bukan basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak

boleh berlebihan (Banker dan Anderson, 1994).

Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk

menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan

granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum

(Banker dan Anderson, 1994).

2.4.4 Komposisi tablet

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat,

(14)

Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa,

dan pemanis (Lachman, dkk., 1994).

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan

pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang

dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (coloring

agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

1. Pengisi

Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan.

Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis, selain itu juga dapat dicernakan

dengan baik (Voigt, 1995).

Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum,

bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium karbonat

(Soekemi, dkk., 1987).

2. Pengikat

Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk

menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995).

Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom

arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987).

3. Penghancur

Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan

saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk., 1994). Bahan

yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa,

(15)

4. Pelicin

Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong

pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan

antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan

pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur

tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk., 1987).

Bahan pelicin mempunyai 3 fungsi, yaitu:

a. Lubrikan

Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara

permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi dan ejeksi.

Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses

pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya dalam air

yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan

tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang

dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya.

b. Glidan

Glidan ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/meningkatkan

fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut dapat mengisi die

dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena

disamping dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan

konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan amilum,

tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi tablet. Pada Tabel terlihat

(16)

Tabel 2.1 Tipe dan jumlah glidan yang biasanya digunakan

Glidan Konsentrasi (%)

Logam stearat

Natrium dan Magnesium lauril sulfat PEG 4000 dan 6000

Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking)

permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk, magnesium stearat dan

amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadherent yang sangat

baik.

Tabel 2.2 Daftar antiadherent yang biasa digunakan

Jenis Antiadherents Konsentrasi (% b/b) Talk

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah

memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat

massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

2.5.1 Waktu alir

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui

corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan

(17)

2.5.2 Sudut diam

Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan

mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,

kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan,

semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).

2.5.3 Indeks tap

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk

atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat

volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur

keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang

dari 20% (Cartensen, 1977).

2.6 Evaluasi Tablet 2.6.1 Kekerasan tablet

Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan

peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi

menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang

mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga

yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum

yaitu 4-8 kg, tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Soekemi, dkk., 1987).

Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi

die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya

nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan

(18)

tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan

terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).

2.6.2 Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan

gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman

isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh

6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat

yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).

Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan

produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali

persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada

granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk., 1994).

2.6.3 Waktu hancur

Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi

partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang

diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya

seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk., 1994).

Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet.

Tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit

(Soekemi, dkk., 1987).

Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan

akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan

mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang keras

(19)

2.6.4 Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet

harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk

melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk., 1994).

Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing

monografi masing-masing bahan obat.

2.6.5 Keseragaman sediaan

Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :

- Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih

besar atau sama dengan 50 mg.

- Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya

kurang dari 50 mg (Depkes RI.,1995).

2.7 Uji Penilaian Organoleptik 2.7.1 Uji kesukaan

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis

dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya

ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau

kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal

“suka”, dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat, sangat suka, suka,

agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka”, dapat mempunyai skala

hedonik seperti: amat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka.

Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang

(20)

Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasikan menjadi skala

numerik dengan angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik

ini dapat dilakukan analisa-analisa statistik (Soekarto, 1985).

2.7.2 Panel

Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel yang

bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau kelompok orang

yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif.

Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan

tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat

kesukaannya.

Dalam penilaian organoleptik dikenal ada macam-macam jenis panel.

Penggunaan panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuan (Soekarto,

1985).

Menurut Soekarto (1985) ada 6 macam panel yang biasa digunakan dalam

penilaian organoleptik yaitu:

1. panel pencicip perorangan (individual expert panel)

2. panel pencicip terbatas (small expert panel)

3. panel terlatih (trained panel)

4. panel agak terlatih

5. panel tak terlatih (untrained panel)

Gambar

Tabel 2.1 Tipe dan jumlah glidan yang biasanya digunakan

Referensi

Dokumen terkait

(3) Memperhatikan RPJMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan melalui penyelarasan pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi dan program

Pelaksanaan ujian skripsi Rapat tertutup dipimpin ketua penguji Mulai Pengumuman kelulusan Berkas / dokumen Ujian Skripsi Berkas / dokumen Ujian Skripsi Ujian Skripsi

l798lE3.2lLTl20l6 tanggal 13 Juni 2016 tentang pengunduran batas waktu unggah laporan di Simlitabmas yang semula harus diunggah di Simlitabmas tanggal 15 Juli

Sistem informasi menurut Laudon merupakan komponen- komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk

Atas dasar surat tersebut, kami mohon Saudara untuk dapat kiranya memberikan dana talangan Pengabdian kepada Masyarakat untuk para dosen yang mendapatkan hibah

(1) Lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan LPK Amdal yang telah memenuhi

[r]

Uraian Unit : Meliputi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan serta sikap dalam menentukan jenis kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dari rencana usaha