RUMUSAN
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN PADA SIDANG KOMISI RAKORTEKNAS
DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Lombok, 2-3 Februari 2017
1. Ketersediaan semen beku, N2 cair dan kontainer sangat diperlukan dalam mendukung kesuksesan Upsus Siwab sehingga diperlukan penanganan dan kontrol kualitas semen beku, N2 cair dan kondisi kontainer baik.
2. Identifikasi sumber pengadaan atau distributor N2 Cair terdekat dan perusahaan ekspedisi untuk pengiriman sudah dilakukan oleh Direktorat PPHNak untuk memetakan distributor yang paling mudah diakses terkait kesiapan stok, kecepatan, kesesuaian jadwal pengiriman dan kemudahan pengiriman, serta kesesuaian alokasi anggaran.
3. Kecepatan informasi stok dan kebutuhan juga sangat penting dalam menjamin ketersediaan semen beku dan N2 Cair di inseminator. Untuk itu sistem pelaporan dari inseminator sebagai ujung tombak sampai ke Dinas atau UPT yang mengelola depo serta sampai ke pejabat pengelola keuangan dan pejabat pengadaan barang harus terintegrasi, dan saling mendukung secara proaktif.
4. Permasalahan di daerah introduksi IB antara lain keterbatasan SDM (Inseminator, PKB dan ATR), untuk itu segera lakukan pengrekrutan baru dan mengusulkan untuk mengikuti pelatihan, koordinasikan dengan Sekretariat Nasional UPSUS SIWAB di Ditjen PKH. Selain itu, pemeliharaan ternak secara ekstensif dan lokasi ternak yang tersebar sehingga perlu dilakukan sinkronisasi birahi.
5. Kebutuhan hormon untuk sinkronisasi berahi dapat dipenuhi antara lain dengan revisi dari pengadaan pejantan pemacek, dukungan dana APBD, atau menghubungi UPT/UPTD terdekat untuk mengetahui ada tidaknya stok hormon yang dapat dimanfaatkan.
6. Terkait keterbatasan anggaran untuk pelaksanaan Upsus Siwab khususnya untuk pengadaan semen beku dan N2 cair diharapkan dapat dipenuhi dari
dukungan APBD Provinsi maupun Kabupaten/Kota ataupun merevisi dari alokasi APBN.
8. Fasilitasi asuransi ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan UPSUS SIWAB, terutama dalam menjaga dan meningkatkan populasi betina produktif, serta menjamin keberlangsungan usaha peternak.
9. Pada tahun 2017 telah dialokasikan bantuan premi asuransi ternak sapi untuk 120.000 ekor sapi, dimana peternak hanya harus membayar 40% dari besarnya premi yang harus dibayar untuk mendapatkan uang pertanggungan maksimal 10 Juta rupiah bila terjadi resiko kematian dan kehilangan pada masa pertanggungan 1 tahun. Dari 200 ribu rupiah yang harus dibayar, peternak hanya membayar 40 ribu rupiah. Dilihat dari manfaat dan dampak positifnya uang 40 ribu rupiah ini relatif kecil, untuk itu mohon disosialisasikan dan lakukan pendampingan dalam mengakses asuransi ini. Pendampingan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Penyiapan data pelaku usaha kecil calon peserta asuransi.
b. Bersama PT. Jasindo melakukan identifikasi dan verifikasi untuk penerbitan polis.
c. Menyusun dan menyampaikan Daftar Peserta Definitif (DPD) yang sudah terbit polisnya secara berjenjang dari Dinas yang membidangi fungsi PKH kabupaten/Kota ke Dinas yang membidangi fungsi PKH Provinsi, dan diteruskan kepada Ditjen PKH.
10.Pengadaan indukan ex impor tahun 2016 oleh Pusat (Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Riau) maupun pengadaan sapi lokal oleh daerah difasilitasi asuransi ternak.