• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Biaya Harga Pokok Proses Lanj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Akuntansi Biaya Harga Pokok Proses Lanj"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kami. Yang bertemakan Harga Pokok Proses dengan metode rata-rata, FIFO, dan kasus-kasus Khusus dalam perhitungan Harga Pokok Proses.

Kami berharap agar makalah yang telah kami susun dengan kemampuan yang kami miliki, dapat bermanfaat bagi pembacanya. Juga dapat digunakan di kemudian hari untuk keperluan-keperluan yang berhubungan dengan makalah yang kami susun.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna, sebab manusia bukanlah sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Kami mengucapkan banyak terima kasih karena telah mau menyempatkan diri untuk membaca makalah kami.

Makassar, 31 Oktober 2014

Hormat kami, Penyusun :

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I (PENDAHULAN) 3 1.1Latar Belakang 3 1.2Tujuan 4

BAB II (PEMBAHSAN) 5

2.1 Kasus Kasus Khusus dalam Perhitungan Akuntansi 5 2.2 Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average) 9 2.3 Metode First In First Out (FIFO) 16

BAB III (SIMPULAN) 24

(3)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.

Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik metode Harga PoKok Proses, yaitu : 1. Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi. 2. Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang

dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.

3. Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali tidak diperlukan.

4. Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.

5.

(4)

a. Metode Harga Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1 Departemen Produksi

b. Metode Hara Pokok Proses pada Perusahaan yang produknya diolah melalui 1 Departemen Produksi

c. Pengaruh Terjadinya Produk Hilang Dalam Proses terhadap. Perhitungan Harga Pokok Produksi per satuan, dengang anggapan :

1. Produk Hilang Awal Proses 2. Produk Hilang Akhir Proses

Apabila pada awal periode terdapat persediaan awal barang dalam proses maka timbul masalah untuk menentukan harga pokok barang jadi. Hal ini tiimbul karena persediaan barang dalam proses tersebut telah mempunyai harga pokok yang berasal dari periode sebelumnya. Ada tiga metode dalam penyelesaiannya, yaitu ata-rata, FIFO.

1.2 Tujuan

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Kasus Khusus dalam Perhitungan Akuntansi 2.1.1 Adanya Produk Hilang Dalam Proses

Untuk mencatat adanya pengaruh produk hilang selama proses produksi diadakan pembedaan antara produk hilang dalam proses sebagai berikut :

- Produk Hilang Awal Proses

Dalam hal ini pengaruhnya ke perhitungan harga pokok adalah :

Di departemen Awal :

Produk yang hilang awal tidak dihitung dalam menentukan jumlah unit ekuivalen.

Di Departemen Lanjutan : (dept 2 dst)

Harga pokok dari departemen sebelumnya disesuaikan dengan jumlah satuan setelah adanya produk hilang.

- Produk Hilang Akhir Proses

 Apabila produk hilang terjadi pada akhir proses mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi untuk departemen awal maupun lanjutan.

(6)

 Harga pokok produk hilang tersebut diperhitungkan ke harga pokok produk selesai yang ditransfer dari departemen produksi yang bersangkutan ke departemen produksi berikutnya.

2.1.2 Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)

Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak adalah :

A. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan sebagai produk hilang akhir proses.

B. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak tersebut sebagai berikut :

 Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada masing-masing jenis biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka produk rusak tersebut tetap diperhitungkan.

 Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual) dicatat sebagai biaya overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak. Pencatatan ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka.  Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk

rusak tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen. 2.1.3 Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)

(7)

produk yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan.

Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :

A. Produk Cacat Bersifat Normal

Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan digabungkan dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen tersebut B. Produk Cacat Karena Kesalahan

Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.

2.1.4 Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal

Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).

Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah sebagai berikut :

A. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi perhitungan unit ekuivalen departemen bersangkutan.

B. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit produk di departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan diadakannya penyesuaian terhadap harga pokok produksi per satuan dari departemen sebelumnya.

2.1.5 Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)

(8)

digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama. 2.1.6 Adanya Bahan Buangan (Waste Material)

Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.

2.1.7 Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya FIFO

Kalkulas biaya rata - rata dan biaya FIFO masing - masing mempunyai keunggulan tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang satu lebih sederhana atau lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang dapat memberikan angka - angka yang andal bagi pedoman manajerial.

Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata - rata, biaya persediaan awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan ke biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya perunit akan ditentukan dengan membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit - unit serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka kumulatif.

(9)

biaya per unit lengkap untuk unit - unit dalam proses. Jadi metode FIFO mengidentifikasi secara terpisah biaya - biaya per unit.

2.2 Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average) 2.2.1 Apa itu metode Harga Pokok Rata-rata?

Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksi yang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.

Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan departemen berikutnya yang bersangkutan

2.2.2 Proses Pemberlakuan Metode Rata-rata A. Di departemen – Pertama :

 Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang melekat pada persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya periode berjalan.

 Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen berikutnya) ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit ekuivalen.

B. Di departemen – Lanjutan :

1. Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya. Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.

(10)

3. Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang bersangkutan.

2.2.3 Penerapan Metode Rata-rata

Contoh Kasus

Dalam laporan ini, persediaan barang dalam proses akhir bulan Januari dicantumkan sebagai persediaan barang dalam proses awal bulan Februari. Dengan mengambil data dari laporan biaya prosuksi bulan Januari, maka data untuk persediaan barang dalam proses awal bulan Februari adlah sebagai berikut.

Departemen Pemotongan Departemen Perakitan

Jumlah unit dalam proses awal periode

8.00 0

4. 000 Biaya dari departemen

sebelumhya

Bahan baku

7.600.00 0

12.240. 000

Tenaga kerja langsung

4.360.00 0

3.408. 000

Overhead pabrik

4.080.00 0

3.144. 000

Jumlah biaya

16.040.00 0

(11)

Data tersebut diatas dari PT RATIH selanjutnya akan digunakan dalam penyusunan laporan biaya produksi bulan Februari untuk kedua departemen produksi, yaitu departemen pemotongan dan departemen perakitan.

Dalam ilustrasi mengenai laporan biaya produksi ini, diasumsikan bahwa unit yang hilang berada dalam batas toleransi yang normal dan biaya dari unit yang hilanh tersebut dibebankan kepada semua unit produksi yang selesai pada departemen tersebut.

Berikut merupaka laporan biaya produksi departemen pemotongan.

PT RATIH

Departemen Pemotongan Laporan Biaya Produksi-Metode Rata-rata Tertimbang

Bulan Februari 2008 PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus dipertanggungjawabkan: Unit dalam proses awal periode (tingkat

penyelesaian : bahan baku 100 %, TK dan BOP 50%

8.000 Unit yang diamsukkan dalam periode ini 30.000 Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 38.000 B. Pertanggunjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 31.000 Unit dalam proses akhir (tingkat penyelesaian: bahan

baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 60%)

7.000

Jumlah unit yang dipertanggungjawabkan

(12)

BIAYA PRODUKSI A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan:

Total per Unit

Barang dalam proses awal periode

Bahan baku Rp7.600.000

Tenaga kerja langsung

4.360.00 0 Overhead pabrik 4.080.00 0 Biaya yang ditambakan dalam peiode ini

Bahan baku 32.300.00

0 Rp1.050 Tenaga kerja langsung 35.240.00

0

1.1 25 Overhead pabrik 33.232.00

0

1.0 60 Jumlah biaya yang dipertanggungjawabkan Rp116.812.000 Rp3.235 B. Pertanggungjawaban biaya

Biaya ditrasnfer ke departemen berikut

(31.000x Rp 3.235) Rp100.285.000

Barang dalam proses akhir periode: Bahan baku (7.000x100%x Rp

1.050) Rp7.350.000

Tenaga kerja langsung (7.000x60%xRp 1.125)

4.725.00 0 Overhead pabrik (7.000x60%x Rp

1.060)

4.452.00

0 Rp16.527.000 Jumlah biaya yang

dipertanggungjawabkan Rp116.812.000

C. Perhitungan biaya per unit Produksi ekuivalen

Bahan baku 31.000+(100%x7.000) 38.000

Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik

(13)

Bahan baku (Rp 7.600.000 + Rp 32.300.000):38.000 = Rp 1.050

Tenaga kerja langsung(Rp 4.360.000 + Rp35.240.000):35.200 = Rp 1.125

Overhead pabrik (Rp 4.080.000 + Rp 33.232.000): 35.200 = Rp 1.060

Tabel laporan biaya produksi departemen perakitan-metode rata-rata tertimbang disajikan seperti tabel berikut ini.

PT RATIH Departemen Perakitan

Laporan Biaya Produksi-Metode Rata-rata Tertimbang Bulan Februari 2008

PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus di pertanggungjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian):

Tenaga kerja langsung dan ov. pabrik 60% 4.000 Unit yang diterima dari dept. sebelumnya 31.000 Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 35.000 B. Pertanggungjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 30.000 Unit dalam proses akhir awal periode (tingkat

penyelesaina):

tenaga kerja langsung dan ov. pabrik 5.000

Jumalh produksi yang harus di pertanggungjawabkan:

35.000 BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan: Total per Unit Biaya dari departemen sebelumnya

Barang dalam proses awla periode

( 4.000 unit)

12.240.000 Diterima selama periode berjalan

(31.000 unit)

100.285.000

(14)

Barang dalam proses awal periode

Tenaga kerja langsung 3.408.000

Overhead pabrik 3.144.000

Barang yang ditambahkan selama periode berjalan

Tenaga kerja langsung 43.717.000 1.450

Overhead opabrik 40.081.000 1.330

Jumlah biaya yang ditambahkan 90.350.000 2.780 Jumlah biaya yang harus

dipertanggungjawabkan

202.875.000 Rp5.995 B. Pertanggungjawaban biaya:

Biaya ditrasfer ke persediaan barang jadi (3.000x 5.995)

179.850.000

Barang dalam proses akhir periode Biaya dari departemen sebelumnya (5.000x3.215)

16.075.000 Tenaga kerja langsung (5.000x50%x1.450) 3.625.000

Overhead pabrik (5.000x50%x1.330) 3.325.000 23.025.000 Jumlah biaya dipertanggungjawabkan 202.875.000 C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen:

Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 30.000+(50%x5.000)

32.500 Biaya per unit

Tenaga kerja langsung (Rp 3.408.000+Rp 43.717.000):32.500

1.450 Overhead pabrik (Rp 3.144.000+Rp

40.081.000):32.500

1.330

2.3 Metode First In First Out (FIFO) 2.3.1 Apa itu Metode FIFO?

(15)

proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.

Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. 2.3.2 Proses Pemberlakuan Metode FIFO

 Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal menjadi produk selesai.

 Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.  Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah

kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.

 Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati).

 Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

2.3.3 Penerapan Metode FIFO

Contoh kasus

(16)

PT RATIH

Departemen Pemotongan Laporan Biaya Produksi-Metode FIFO

Bulan Februari 2008 PRODUKSI DALAM UNIT

A. Produksi yang harus dipertanggungjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian : bahan baku 100 %, TK dan BOP 50%

8.000 Unit yang dimasukkan dalam periode ini 30.000 Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 38.000 B. Pertanggunjawaban produksi:

Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 31.000 Unit dalam proses akhir (tingkat penyelesaian: bahan baku 100%,

tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 60%) 7.000 Jumlah unit yang dipertanggungjawabkan 38.000 BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan: Total per Unit Barang dalam proses awal periode Rp16.040.000

Biaya yang ditambakan dalam peiode ini

Bahan baku 32.300.000 Rp1.077

Tenaga kerja langsung 35.240.000 1.129

Overhead pabrik 33.232.000 1.065

Jumlah biaya yang ditambahkan Rp100.772.000 Jumlah biaya yang

dipertanggungjawabkan Rp116.812.000 Rp3.271 B. Pertanggungjawaban biaya

Barang yang ditransfer ke dept. berikutnya Barang dalam proses awal periode:

Barang periode yang lalu Rp16.040.000 Biaya tenaga kerja yang ditambahkan

(8.000x50%xRp 1.129) 4.516.000

Biaya overhead pabrik yang ditambahkan

(8.000x50%x Rp 1.065 4.260.000

Jumlah Rp24.816.000

(17)

3.271)

Jumlah biaya yang ditransfer ke dep.

berikutnya Rp100.058.200

Barang dalam proses akhir periode

Bahan baku (7.000x100%xRp 1.077) Rp7.539.000 Tenaga kerja langsung (7.000x60%xRp

1.129)

4.741.800

Overhead pabrik (7.000x60%xRp 1.065) 4.473.000 Rp16.753.800 Jumlah biaya yang

dipertanggungjawabkan

Rp116.812.000 C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen Bahan baku TKL & BOP

Unit yang selesai dan ditransfer 31.000 31.000 Unit dalam proses awal periode (8.000) (8.000) Unit yang selesai dari produksi periode

berjalan

23.000 23.000

Barang dalam proses awal periode - 4.000

Barang dalam proses akhir periode 7.000 4.200

Jumlah 30.000 31.200

Biaya per unit:

Bahan baku (Rp 32.300.000:30.000) Rp1.077 Tenaga kerja langsung (Rp

35.240.000:31.200)

Rp1.129 Overhead pabrik (Rp 33.232.000:31.200) Rp1.065

*(23.000 x Rp 3.271) Rp75.233.000

Selisih pembulatan 9.200

Produksi yang selesai periode ini Rp75.242.200

Tabel laporan biaya produksi departemen perakitan-metode FIFO disajikan seperti tabel berikut ini.

PT RATIH Departemen Perakitan

Laporan Biaya Produksi-Metode FIFO Bulan Februari 2008

(18)

A. Produksi yang harus dipertanggugjawabkan:

Unit dalam proses awal periode (tingkat penyelesaian: bahan baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 60%)

4.000

Unit yang dimasukkan dalam periode ini 31.000 Jumlah unit yang harus dipertanggungjawabkan 35.000 B. Pertanggungjawaban produksi

Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 30.000 Unit dalam proses akhir periode (tingkat penyelesaian:

bahan baku 100%, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik 50%)

5.000

Jumlah unit dipertanggungjawabkan 35.000

BIAYA PRODUKSI

A. Biaya yang harus dipertanggungjawabkan Total per Unit Barang dalam proses awal periode Rp18.792.000

Biaya dari departemen sebelumnya diterima dalam periode berjalan (31.000 unit)

Rp100.058.200 Rp3.228 Biaya yang ditambah dalam periode ini:

Tenaga kerja langsung Rp43.717.000 Rp1.452

Overhead pabrik 40.081.000 1.332

Jumlah biaya yang ditambahkan Rp83.798.000 Rp2.784 Jumlah yang harus

dipertanggungjawabkan

Rp202.648.200 Rp6.012 B. Pertanggungjawaban biaya:

Biaya yang ditransfer ke persediaan barang jadi:

Barang dalam proses awal periode:

Biaya periode yang lalu 18.792.000 Biaya tenaga kerja langsung yang

ditambahkan (4.000x40%xRp 1.425)

2.323.200 biaya overhead pabrik yang

ditambahkan (4.000x40%x 1.332)

2.131.200

Jumlah Rp 23.246.400

Produksi selesai periode berjalan

(26.000xRp 6.012) 156.301.800* 179.548.200

(19)

Biaya dari departemen sebelumnya (5.000xRp. 3.288)

Rp16.140.000 Tenaga kerja langsung (5.000x50%xRp

1.452)

3.630.000

Overhead pabrik (5.000x50%x Rp 1.332) 3.330.000 23.100.000 Jumlah biaya yang

dipertanggungjawbkan

Rp 202.648.200 C. Perhitungan biaya per unit

Produksi ekuivalen: TKL & BOP Unit yang selesai dan ditransfer 30.000 Unit dalam proses awal periode (4.000) Unit yang selesai dari produksi

periode berjalan

26.000 Barang dalam proses awal periode 1.600 Barang dalam proses akhir periode 2.500

Jumlah 30.100

Biaya per unit:

Tenaga kerja langsung (Rp 43.717.000: 30.100)

Rp1.452 Overhead pabrik (Rp 40.081.000 :

30.100)

Rp1.332 *(26.000x rp 6.012) Rp156.312.000

Selisih pembulatan (10.200)

(20)

BAB III

SIMPULAN

Dari pembahsan dapat disimpulkan bahwa metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa.

Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?

es_sm=93&biw=1366&bih=624&noj=1&sclient=psyab&q=contoh+soal+harga+pkokpr

oses+dengan+metode+lifo+dan+fifo&oq=contoh+soal+harga+pkokproses+dengan+met

ode+lifo+dan+fifo&gs_l=serp.3...237247.261606.1.261898.58.53.0.1.1.0.901.10222.39j

5j4j3.21.0....0...1c.1.56.serp..45.13.6244.DcyxQC8sDGw

https://www.google.com/search?

es_sm=93&biw=1366&bih=624&noj=1&q=contoh+soal+harga+pokok+proses+dengan

+metode+lifo+dan+fifo&spell=1&sa=X&ei=vddMVIbKIq78gW0xYKQDw&ved=0CB

kQvwUoAA

https://www.google.com/search?

es_sm=93&biw=1366&bih=624&noj=1&sclient=psyab&q=rumus+menghitung+harga+

pokok+proses+dengan+metode+fifo+dan+lifo&oq=rumus+menghitung+harga+pokok+

proses+dengan+metode+fifo+dan+lifo&gs_l=serp.12...0.0.1.217156.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0.

Gambar

Tabel  laporan  biaya  produksi  departemen  perakitan-metode  rata-rata  tertimbangdisajikan seperti tabel berikut ini.
Tabel laporan biaya produksi departemen perakitan-metode FIFO disajikan seperti tabel berikut ini.

Referensi

Dokumen terkait

Gelatin sebesar 512,233 mg dan gliserin sebesar 687,767 mg (32:43) merupakan kombinasi optimal untuk menghasilkan sediaan chewable lozenges dengan sifat fisik yang baik

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha esa dan dengan segala rahmat serta karuniaNya sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan Tugas Akhir “Pra Rencana Pabrik

24 RITA AULIA 11 P SMAN 2 PALANGKA RAYA KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH 7. 25 LATIPAH 10 P SMAN 3 DUSUNSELATAN KOTA PALANGKARAYA KALIMANTAN

Potensi kandungan pati bonggol pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar yaitu, bioetanol.. Bahan berpati

Sedangkan maksud dan tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode two stage least square (2 SLS) dalam mengatasi permasalahan endogenitas pada analisis regresi

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka, tujuan pengembangan media ini adalah: 1) Menghasilkan produk media Computer Assisted Instruction (CAI) pada

Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis, dilakukan secara bivariat untuk mengetahui hubungan antar variable dengan menggunakan tabulasi silang 2x2

Tujuan dari tahap penerimaan adalah untuk memberikan penyambutan kepada pelanggan, memastikan bahwa kendaraan pelanggan diperbaiki dengan benar pada waktu pertama kali, dengan