• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDON (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDON (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI PERTANAHAN

KONDISI PERTANAHAN MASYARAKAT DI LERENG MERAPI DALAM PERSPEKTIF PERILAKU

DISUSUN OLEH :

Kelompok II / Kelas A :

1. Ario Aditia Pratama NIM. 14232799

2. Hermawan Dwi Astanto NIM. 14232811

3. Qusnul Syamsuddin D.S. NIM. 14232823

Dosen Pengampu :

Aristiono Nugroho, A.Ptnh.,M.Si

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL

PROGRAM DIPLOMA IV PERTANAHAN YOGYAKARTA

2016

(2)

Dalam Perspektif Perilaku

A. Pendahuluan

1. Asal Usul Teori Perilaku

Kata paradigma berasal dari bahasa Inggris “paradigm” yang berarti model pola. Kata paradigma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai suatu model dalam ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Istilah perilaku sosial sendiri menunjuk pada pola tingkah laku individu dalam melakukan hubungan sosial.

Menurut Yesmil Anwar dan Adang, paradigma adalah cara pandang atau kerangka berfikir yang berdasarkan fakta atau gejala yang diinterpretasikan atau dipahami.1 Paradigma perilaku sosial adalah paradigma sosiologi yang memusatkan kajiannya pada proses interaksi individu dengan lingkungannya baik sosial maupun non-sosial dengan menggunakan konseptual bahwa individu sebagai aktor sosial tidak sepenuhnya memiliki kebebasan.

Paradigma perilaku sosial muncul sebagai alternatif ilmu pengetahuan tentang paradigma sosiologi. Dapat dikatakan bahwa paradigma perilaku sosial adalah pengembangan dari 2 (dua) paradigma sosiologi sebelumnya yaitu paradigma fakta sosial dan paradigm definisi sosial. Paradigma perilaku sosial dicetuskan oleh B.F. Skinner dengan cara mengembangkan ilmu sosial dengan pendekatan behaviorisme. Teori, gagasan dan praktek yang dilakukannya telah memegang peranan penting dalam pengembangan sosiologi behavior.

Untuk mendapatkan kontras antara paradigma perilaku sosial ini dengan kedua paradigma terdahulu, di sini akan diperlihatkan perbedaan antara pandangan Skinner sebagai pengemuka exemplarnya dengan kedua pandangan paradigm yang lain itu. Skinner melihat paradigma fakta sosial dan definisi sosial sebagai perspektif yang bersifat mistik, dalam arti mengandung sesuatu yang bersifat teka-teki, tidak dapat diterangkan secara rasional. Kritik Skinner tertuju kepada masalah substansial dari kedua paradigma itu, yakni eksistensi objek studinya sendiri. Menurut Skinner, kedua paradigm itu membangun objek studi berupa sesuatu yang bersifat mistik. Maksudnya fakta sosial yang terdiri atas struktur sosial dan pranata sosial yang menjadi objek studi paradigma fakta sosial serta sesuatu yang terjadi dalam pemikiran manusia berupa “tanggapan kreatif” terhadap sesuatu rangsangan atau stimulus dari luar

(3)

dirinya, yang menjadi objek penyelidikan paradigm definisi sosial oleh Skinner dinilai keduanya sebagai sesuatu objek yang bersifat mistik. Menurutnya, dengan memusatkan perhatian kepada kedua hal tersebut, berarti menjauhkan sosiologi dari objek studi berupa barang yang konkrit-realistis.menurutnya, objek studi sosiologi yang konkrit-realistis itu adalah: perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavior of man and contingencies of reinforcement).

Ide pengembangan paradigm perilaku sosial ini pada awalnya sudah dimaksudkan untuk menyerang kedua paradigm lainnya itu. karena itu tak mengherankan bila perbedaan pandangan antara paradigm perilaku sosial dengan kedua lainnya itu merupakan sesuatu yang tak terelakkan. Dalam bukunya Beyond Freedom and Dignity, Skinner menyerang langsung paradigm definisi sosial dan secara tak langsung terhadap paradigm fakta sosial, seperti tercermin dalam uraian berikut. Konsep kultur yang didefinisikan oleh paradigm fakta sosial dinilainya mengandung ide yang bersifat tradisional khususnya mengenai nilai-nilai sosial (social-values). Menurutnya pengertian kultur yang diciptakan itu tidak perlu disertai dengan unsur mistik seperti ide dan nilai sosial itu. alasannya karena orang tidak dapat melihat secara nyata ide dan nilai-nilai dalam mempelajari masyarakat yang jelas terlihat adalah bagaimana manusia hidup, memelihara anaknya, cara berpakaian, mengatur kehidupan bersamanya dan sebagainya.

Kebudayaan masyarkat tersusun dari tingkah laku. Dengan kata lain kebudayaan adalah tingkah laku yang terpola. Untuk memahami tingkah laku yang terpola itu tidak diperlukan konsep-konsep seperti ide-ide dan nilai-nilai. Yang diperlukan adalah pemahaman terhadap “kemungkinan penguatan terhadap penggunaan paksa” itu. Walaupun menyinggung pandangan paradigm fakta sosial yang memang memandang tingkah laku manusia ditentukan oleh norma dan nilai sosial, tetapi kecaman tajamnya itu sebenarnya ditujukan terhadap paradigm definisi sosial.

2. Substansi dan Perkembangan Teori

(4)

Prinsip yang menguasai hubungan antar individu dengan obyek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antar individu dengan obyek non-sosial.2

Paradigma ini memusatkan perhatiannya terhadap proses interaksi dengan menggunakan konseptual yang berbeda dengang paradigma lain. Dalam paradigma perilaku sosial, individu sebagai aktor sosial kurang memiliki kebebasan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh B.F. Skinner yang menyatakan bahwa tindakan manusia tidak selamanya bebas atau self-controled beings, tetapi ditentukan oleh lingkungan.3 Tingkah laku manusia bersifat mekanik dimana tanggapan yang dilakukannya sangat ditentukan oleh rangsangan atau stimulus yang datang dari faktor lingkungannya. Hal tersebut tentu saja berbeda jauh dengan konseptual yang digunakan oleh paradigma yang lainya. Seperti halnya konseptual yang digunakan oleh paradigma definisi sosial diamana aktor adalah dinamis dan mempunyai kekuatan kreatif dalam proses interaksi. Aktor menginterpretasikan stimulus yang diterimanya menurut caranya mendefinisikan stimulus yang yang diterimanya tersebut. Begitupun juga terdapat perbedaan antara konseptual paradigma perilaku sosial dengan dengan paradigma definisi sosial. Meskipun keduanya sama-sama memandang bahwa individu sebagai aktor sosial itu tidak memiliki kebebasan penuh. Perbedaan tersebut terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individunya. Jika paradigma perilaku sosial lebih mengedepankan faktor lingkungannya, maka paradigma fakta sosial lebih mengedepankan faktor struktur makroskopik dan pranata sosial.

Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu dalam rangka melangsungkan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non-sosial yang kemudian menghasilkan perubahan terhadap tingkah laku. Intinya terdapat hubungan fungsional antara perubahan yang terjadi dilingkungan individu yang bersangkutan dengan tingkah laku individu tersebut. Menurut paradigma perilaku sosial, data empiris mengenai kenyataan sosial hanyalah perilaku-perilaku individu yang nyata (overt behavior). Paradigma perilaku sosial menekankan pada pendekatan objektif empiris atas kenyataan sosial. Dari ketiga paradigma tersebut, paradigma ini lebih dekat dengan gambaran kenyataan sosial dengan asumsi-asumsi implisit yang mendasari pendekatan konstruksi sosial. Terdapat dua teori yang termasuk ke dalam paradigma ini, yaitu:

(5)

1. Teori Behavioral sosiologi

Behaviral sosiologi merupakan sebuah teori yang berasal dari konsep psikologi perilaku yang kemudian diterapkan ke dalam konsep sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Akibat-akibat dari tingkah laku tersebut dijadikan sebagai variabel independen.

Teori Behavioral sosiologi berusaha untuk menerangkan hubungan historis antara akibat tingkah laku masa lalu yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor yang terjadi sekarang. Artinya, teori tersebut menerangkan bahwa tingkah laku yang terjadi dimasa sekarang merupakan akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa sebelumnya.

Melalui bukunya Sociology : A Mulitple ParadigmScience, George Ritzer sendiri mengungkapkan kebingungannya atas proposisi bahwa “dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu maka akan dapat diramalkan apakah seorang aktor akan bertingkah laku yang sama (mengulanginya) dalam situasi sekarang.

Konsep dasar yang menjadi pemahaman Behavioral sosiologi adalah “reinfocement” yang dapat diartikan sebagai ganjaran (rewad). Suatu ganjaran yang membawa pengaruh akan diulang dan begitupun juga sebaliknya, suatu ganjaran yang tidak membawa pengaruh bagi si aktor tidak akan diulang. Contoh yang sederhana adalah makanan yang dapat dinyatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat. Tapi bila seseorang sedang tidak lapar maka makan tidak akan diulang. Namun bila aktor sosial tersebut sedang lapar, maka makanan akan menjadi faktor pemaksa untuk melakukan perulangan.

2. Teori Pertukaran Sosial (Exchange )

(6)

Homans mempunyai tujuan agar gambaran mengenai perilaku manusia dalam pertukaran ekonomi di pasar diperluas, sehingga juga mencakup pertukaran sosial. Tindakan sosial dilihat dari equivalen dengan tindakan ekonomis dimana satu tindakan tersebut bersifat rasional dan memeperhitungkan untung rugi. Kemudian aktor juga mempertimbangkan keuntungan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkannya dalam melakukan interkasi sosial.

Teori Pertukaran sosial menyatakan bahwa semakin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh maka makin besar kemungkinan tingkah laku akan diulang. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi biaya (cost) atau ancaman hukuman (punishment) yang akan diperoleh, maka makin kecil kemungkinan tingkah laku serupa akan diulang. Selain itu juga terdapat hubungan berantai antara berbagai stimulus dan perantara berbagai tanggapan.

3. Land and Social Mapping

Pemetaan sosial (social mapping), merupakan upaya mengidentifikasi dan memahami struktur sosial tata hubungan antar lembaga dan atau individu pada lingkungan sosial tertentu. Pemetaan sosial dapat juga diartikan sebagai social profiling atau “pembuatan profil suatu masyarakat“ Identifikasi kelembagaan dan individu ini dilakukan secara akademik melalui suatu penelitian lapangan, yakni mengumpulkan data secara langsung, menginterpretasikannya dan menetapkan tata hubungan antara satu dengan lain satuan sosial dalam kawasan komunitas yang diteliti (Dody Prayogo,2003).

Identifikasi tata hubungan ini dapat dikaitkan dengan keberadaan pranata sebagai salah satu institusi di dalam kelembagaan sosial atau organisasi sosial dan atau sekitar komunitas yang dimaksud. Identifikasi tata hubungan inilah yang disebut dengan pemetaan atau mapping, yang memberikan gambaran posisi pranata terhadap lembaga lain di dalam komunitas tersebut, sekaligus memberi gambaran bagaimana sifat hubungan antara pranata dengan lembaga-lembaga tersebut. Adapun tujuan utama membuat pemetaan sosial adalah diperolehnya program prioritas dan alokasi sumber dalam penguatan kelompok sosial masyarakat dari pengaruh budaya-budaya luar secara efisien, efektif dan berkelanjutan .

(7)

dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.(wikipedia.org)

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung aktif di Indonesia yang terletak di kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung Merapi meletus terakhir pada 26 Oktober 2010. Selain itu, bencana tersebut juga mengakibatkan perubahan sosial. Banyak orang kehilangan harta bendanya termasuk rumah mereka, sehingga menyebabkan mereka harus tinggal ditempat pengungsian.

Korban erupsi Merapi tidak hanya mengalami kerugian berupa material saja tetapi banyak diantara mereka yang merasa sedih bahkan tertekan akibat harus kehilangan orang-orang yang disayanginya karena meninggal akibat terkena awan panas. Selain itu banyak anak-anak yang harus ketinggalan mata pelajaran karena sekolah diliburkan. Dampak lain dari erupsi Merapi pada bulan oktober tahun lalu menyebabkan sejumlah warga kehilangan ternak dan pekerjaan sehari-hari.Untuk saat ini, pemerintah sudah menyediakan hunian sementara bagi para korban erupsi Merapi, pemerintah juga telah mengganti hewan-hewan ternak warga lereng gunung Merapi yang hilang atau mati saat erupsi Merapi terjadi.

Dampak positif akibat erupsi gunung Merapi yaitu adanya batu dan pasir dari erupsi gunung Merapi yang dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai bahan bangunan atau untuk dijual. Hal ini menyebabkan perubahan sosial dimana warga yang dahulunya bekerja sebagai petani kini mereka harus menjadi penambang pasir. Dampak positif lain yaitu daerah Lava Tour dijadikan objek wisata dan telah diresmikan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman. Perubahan sosial yang terjadi dengan cepat, menyebabkan sebuah kebingungan dan menimbulkan suatu kejutan kebudayaan atau cultural shock bagi masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi pada kehidupan sosial masyarakat kawasan daerah Lava Tour antara lain, perubahan pada pola interaksinya, perubahanmatapencaharian dan sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan, dan organisasi- organisasi sosial.

(8)

dibudidayakan oleh masyarakat melainkan tumbuh sendiri. Hal ini dikarenakan pasca erupsi Merapi, tanah diwilayah ini menjadi relatif subur sehingga tanaman alam tumbuh dengan sendirinya seperti sengon, bambu dan rumput kalanjana.

Ketika erupsi Merapi, keadaan ekonomi masyarakat mengalami kelumpuhan. Erupsi telah menghanguskan harta benda mereka. Selain itu, erupsi juga telah menghilangkan mata pencaharian mereka di bidang pertanian dan peternakan. Pasca erupsi, masyarakat dipindah ke Hunian Tetap dan secara perlahan-lahan masyarakat bangkit kembali, dan membangun kemampuan ekonominya melalui berbagai macam usaha. Tanah yang berada di wilayah lereng secara keseluruhan dikuasai oleh masyarakat setempat dengan batas-batas yang jelas. Akibat erupsi Gunung Merapi maka batas-batas penguasaan tanah menjadi tidak jelas akan tetapi masyarakat masih tetap mengenali terutama yang berkaitan dengan batas penguasaan tanah mereka.

B. Perilaku Masyarakat

Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang aktif dengan siklus erupsi antara 2 – 5 tahun (periode pendek) dan setiap 5 – 7 tahun untuk periode menengah. Kenyataannya penduduk di lereng Merapi sudah mengetahui bahwa setiap tahun Merapi akan meletus kecil dan setiap 7 – 8 tahun sekali akan meletus besar. Namun dikarenakan telah turun temurun dan berabad-abad masyarakat melangsungkan hidup dan menyesuaikan diri terhadap gunung Merapi, maka sebagian besar warga masih tetap bermukim di sekitar kawasan bencana tersebut. Terlepas dari potensi bahayanya, lahan di sekitaran Gunung Merapi memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga cocok untuk usaha pertanian. Hal ini pula yang mendorong masyarakat untuk tetap dapat mempertahankan tempat tinggalnya meskipun berada pada wilayah rawan bencana. Apalagi saat ini sumberdaya lahan semakin terbatas, lapangan pekerjaan yang semakin susah untuk diperoleh dan perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru apabila berpindah dari lereng Merapi, menyebabkan masyarakat tidak ingin berpindah dari lereng Merapi.

(9)

bencana belum melakukan pengungsian. Namun setelah petugas dari Kopasus melakukan penyisiran pada semua lokasi untuk menyelamatkan semua yang bisa diselamatkan, sedangkan pihak petugas dari unsur lain sudah tidak masuk ke lokasi Merapi baru masyarakat yang bertahan untuk tidak mengungsi tergerak untuk mengungsi. Masyarakat lebih percaya pada himbauan Kopasus karena masyarakat yakin jika Kopasus sudah turun tangan berarti sudah mencapai kondisi paling rawan.

Selain menyelamatkan nyawa mereka, faktor lain yang menentukan masyarakat mengungsi adalah bagaimana menyelamatkan harta benda yang dimiliki termasuk hewan ternak yang dipelihara. Masyarakat tidak mau mengungsi ketika diberi himbauan untuk mengungsi dan memilih bertahan dengan alasan untuk menjaga ternak mereka. Untuk menyelamatkan warga dari bencana pada kondisi dan daerah yang dianggap rawan, Pemerintah dengan tim penyelamat bencana memaksa penduduk untuk mengungsi sehingga terpaksa meninggalkan ternak yang dimilikinya. Saat kritis tersebut, warga tidak diperbolehkan untuk kembali ke desa untuk melihat ternaknya. Namun, dengan beberapa cara tertentu warga selalu kembali ke desanya untuk memberi pakan dan minum secukupnya pada ternaknya setiap hari. Perilaku masyarakat seperti ini dikarenakan masyarakat desa mempertahanakan sekuat tenaga keberadaan hewan ternaknya tersebut walaupun nyawa terancam serangan awan panas. Kondisi ini sudah berlangsung sejak lama, karena merupakan symbol prestise sosial disamping bernilai ekonomi.

Selain berdampak kepada masyareakat di kawasan sekitar lereng Gunung Merapi, Erupsi Merapi juga membawa dampak kepada kawasan lainya. Meskipun tidak berada di kawasan sekitar lereng namun, awan panas dan aliran lava erupsi Gunung Merapi juga membawa dampak negatif terhadap masyarakat lainya. Hal ini juga telah dihimbau oleh BMKG untuk dapat melaksanakan pengungsian. Namun dengan alasan untuk menjaga harta dan ternak mereka, himbauan ini juga tidak dilaksanakan.

(10)

pemukiman dan pertanian hangus terkena lahar panas. Hal ini menyebabkan para penduduk yang sebagian besarnya berprofesi sebagai petani kehilangan lahan bertani. Anak-anak juga menderita dikarenakan ketinggalan pelajaran dan trauma terhadap kejadian yang dialaminya. Para petani yang biasanya beraktivitas setiap hari di lahan pertaniannya menjadi tidak nyaman karena hidup di pengungsian. Selain tidak bekerja dan hanya makan tidur, para petani juga malu karena hanya menunggu uluran tangan pihak lain. Mereka tidak betah tinggal di pengungsian dan ingin segera kembali ke desa asal. Disamping itu, kondisi pengungsian yang juga tidak layak untuk hidup sebagai pribadi yang memerlukan privasi. Akhirnya masyarakat yang tadinya produktif menjadi tidak produktif. Tetapi pemerintah juga tidak bisa mengembalikan pengungsi ke daerahnya masing-masing mengingat kondisi daerah yang rusak parah termasuk bangunan rumah, infrastruktur umum dan lahan pertanian yang tertimbun pasir dan material lain yang cukup tebal. Untuk menghindari kejenuhan yang dapat berakibat negative maka pemerintah dan lembaga terkait menyiapkan hunian sementara ( huntara ).

Penduduk yang tinggal di huntara yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan peternak, tetap menginginkan untuk kembali bertani lagi seperti kebiasaan mereka sehari-hari pada kondisi normal. Namun bila harus tinggal di huntara dan harus melakukan usaha tani dengan teknologi yang tidak biasa mereka lakukan selama ini, petani mengharapkan adanya pendampingan serta bantuan benih atau semprotan lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya kesiapan lahan bagi para petani dan lahan bagi para peternak untuk kegiatan usaha mereka. Maka untuk konsumsi sehari-hari disediakan teknologi vertikultular untuk tanaman hortikultura di halaman sempit yang terdapat di kawasan huntara. Petani berharap jika tidak tersedia fasilitas lahan pertanian maka mereka akan menggarap kembali lahan yang ditinggalkan di lokasi lama yang terkena bencana.

C. Pemenuhan Kebutuhan

(11)

bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Kebutuhan universal tersebut harus terpenuhi. Apabila tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan hal-hal yang tidak menguntungkan. Pemenuhan kebutuhan hidup manusia digolongkan dua macam, yaitu kebutuhan yang timbul atau kemunculannya bersumber pada aspek-aspek biologis atau organisme tubuh manusia (sering dikenal kebutuhan hidup mendasar), dan kebutuhan yang timbul karena pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Di bawah ini merupakan beberapa jenis tentang kebutuhan hidup mendasar atau primer, kebutuhan sosial, dan kebutuhan integratif ;

a. Kebutuhan Hidup Mendasar/Primer

Kebutuhan hidup mendasar ialah kebutuhan manusia yang erat hubungannya dengan kebutuhan jasmani. Kebutuhan hidup mendasar itu, kemunculannya bersumber pada aspek-aspek biologi atau organisme tubuh manusia. Beberapa kebutuhan mendasar misalnya sebagai berikut.

1. Makanan/minuman/air 2. Istirahat dan kesehatan

3. Buang air besar/kecil

4. Kebutuhan biologis

5. Perlindungan dari cuaca/iklim b. Kebutuhan Sosial/Psikologis

Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan-kebutuhan yang timbul karena pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Sebagian dari kebutuhan sosial itu merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer ataupun kebutuhan sekunder. Kebutuhan sosial itu meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Kebutuhan akan kegiatan-kegiatan bersama. 2. Kebutuhan berkomunikasi.

(12)

c. Kebutuhan Integratif

Kebutuhan integratif, yaitu kebutuhan terpadu yang terdiri atas berbagai macam kebutuhan seperti yang telah diterangkan di atas. Pada hakikatnya setiap individu dan masyarakat suatu bangsa pasti memiliki kebutuhan integratif. Masalahnya hanya kuantitasnya saja yang berbeda. Kenyataannya kebutuhan individu masyarakat dari suatu bangsa itu semakin hari semakin bertambah banyak dan beraneka ragam. Kebutuhan integratif itu muncul dan terpencar dari hakikat manusia sebagai makhluk pemikir dan bermoral, yang fungsinya mengintegrasikan berbagai unsur kebudayaan sebagai sebuah sistem yang mencakup kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut.

1. Kebutuhan akan adanya prinsip benar dan salah. 2. Kebutuhan akan perasaan keyakinan diri.

3. Kebutuhan pengungkapan kebersamaan.

4. Kebutuhan pengungkapan etika, estetika, dan kebutuhan rekreasi.

Kaitannya dengan upaya memenuhi kebutuhan, kegiatan yang dilakukan di Lereng gunung merapi ini cukup banyak, apalagi setelah terjadi erupsi Merapi. Selain pemenuhan kebutuhan pangan,pakaian dan papan untuk pengganti material mereka yang hancur terkena bencana, dengan kesadaran dan bantuan dari pemerintah setempat menggalakan pembuatan sarana dan prasarana secara swadaya. Hal ini dilakukan supaya kelangsungan hidup mereka berjalan dengan lancar. Untuk kegiatan penunjang perekonomian, masyarakat di Lereng merapi menopang perekonomian dengan cara merubah mata pencaharian mereka, yakni dengan penambang pasir dan adanya wisata alam buatan pada lereng merapi . Setelah terjadi lahar dingin pada lereng gunung merap tersebut, mengakibatkan melimpahnya pasir dan bebatuan. Kemudian di daerah Lava Tour yang banyak dikunjungi oleh wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar negeri, membuat akses jalan di kawasan Lava Tour menjadi lebih bagus.

(13)

layak untuk dipakai. Hal seperti ini, merubah pola pemukiman masyarakat yang berimbas pada pola interaksinya. Pada saat memiliki nasib yang sama yaitu sedang menghadapi suatu masalah yang sama dan harus mencari jalan keluar bersama, maka rasa solidaritas dalam kelompok pada masyarakat dari berbagai desa di lereng gunung Merapi yang mengungsi meningkat. Kebutuhan ekonomi dan sosial ini, memang sangat dibutuhkan karena perubahan alam itu sendiri.

Apalagi dalam segi pendidikan, para siswa yang putus sekolah maupun tidak bisa melanjutkan pendidikanya menjadi terbengkalai. Mereka membutuhkan bangunan atau sarana pendidikan baru untuk melanjutkan pendidikanya. Dengan adanya bantuan dan partisipasi masyarakat, pelan-pelan sarana dan prasarana akan terbangun demi kelangsungan pendidikan anak-anak mereka. Yang tak kalah penting juga kebutuhan akan legitimasi, khususnya bagi kepala desa yang bertugas memotivasi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan ekonomi sosial. Masyarakat desa sering kali menjadikan kepala desanya sebagai actor atau tokoh utama dalam perhelatan sosial ekonomi desa. Para actor ini merupakan panutan, orang terpercaya dan diyakini sebagai pembawa keberuntungan bagi desanya. Oleh karena itu, melihat peran sentral seorang kepala desa, legitimasi akan kekuasaan mutlak untuk terus dilanjutkan karena berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat lereng merapi.

D. Potensi Disintegrasi

Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking into parts”. Potensi disintegrasi bangsa Indonesia menurut data empiris relatif tinggi. Salah satu indikasi dari potensi ini adalah homogenitas ethnik dan linguistic yang rendah.(Wikipedia.org)

(14)

dikatakan bahwa masyarakat modern merupakan produk undang-undang disintegrasi yang berdampingan dengan agama dan melahirkan disintegrasi dalam berbagai hal.

Pola disintegrasi sosial: Pertama, kebodohan dan kemiskinan, jaminan pendidikan untuk orang banyak yang tidak tersedia. Kedua, penyimpangan yang mengganggu kepentinagn umum dengan modus operandi yang beragam, penyimpangan lain yaitu ketergantungan obat dan heroin dan penyakit menular seksual. Ketiga, rendahnya ketaatan publik terhadap berbagai peraturan dan suatu komunal. Nilai kemanusiaan menipis. Keempat, tidak berfungsinya institusi-institusi sosial dan jaringan sosial karena persoalan birokrasi. Pelayanan publik tidak dapat berlangsung dengan baik, dilanda sistim birokrasi. Korupsi melanda berbagai pihak dalam pelayanan publik.

Basis sosial disintegrasi : Proses disintegrasi terakumulasi menjadi suatu penyakit yang parah, kecenderungan "penarikan diri" masyarakat dari sistem dan struktur yang ada meyulitkan usaha pemecahan masalah. Kecenderungan untuk memisahkan diri dari sistem general itu, dapat dipahami dari beberapa proses sosial politik yang terjadi, seperti kebijaksanaan bahasa nasional yang dijadikan alat politik, awal dari proses penjajahan identitas lokal yakni menghilangkan akar kultur lokal dalam rangka persatuan dan kesatuan.

Gejala disintegrasi :

1. Secara umum gejala disintegrasi sosial ditandai oleh hal-hal berikut ini : a) sebagian masyarakat tidak mematuhi aturan dan norma yang ada b) muncul silang pendapat di antara anggota masyarakat tentang tujuan

yang akan dicapai

c) wibawa dan karisma para pemimpin semakin pudar

d) sanksi dan hukuman yang tidak dilaksanakan secara benar dan konsekuen

2. Bentuk disintegrasi

Adapun bentuk-bentuk disintegrasi sosial antara lain: a) Pemberontakan atau pergolakan daerah

b) Aksi protes dan demontrasi c) Kriminalitas

(15)

Potensi disintegrasi pada masyarakat Lereng gunung merapi ini, memungkinkan terdapat beberapa hal antara lain :

Pertama, kebodohan dan kemiskinan, disini artinya pada kawasan lereng gunung merapi banyak kehilangan mata pencaharian dan pendidikan. Seperti yang telah dijelaskan di awal, mata pencaharian masyarakat lereng gunung merapi yang awalnya adalah petani dan peternak serta bercoccok tanam, semua lahan mereka telah habis tersapu lahar dingin. Keadaan tersebut membuat tanah-tanah petani menjadi rusak dan tercampur dengan pasir dan batu besar. Sulit untuk memulihkan kembali kondisi lahan mereka seperti awal. Kemudian Adanya kebodohan ini diakibatkan siswa dan anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan karena bangunan sekolah hancur terkena abu vulkanik yang mengerikan. Hancurnya sarana pendidikan membuat harapan mereka punah untuk melanjutkan masa depan yang lebih baik. Hal seperti inilah awal dari timbulnya kebodohan karena hilangnya hak kependidikan anak-anak musnah.

Kedua, penyimpangan yang mengganggu kepentingan umum. Untuk hal ini hampir dikatakan tidak ada penyimpangan yang berarti jika imbasnya adalah kepentingan umum karena setelah erupsi merapi, harapan mereka akan kehidupan yang lebih baik menjadi hilang. Akan tetapi, memang terdapat semangat kembali untuk menjadikan kelangsungan hidup pulih kembali dengan tidak melakukan tindakan kriminalitas. Walaupun mereka bergantung pada bantuan dan uluran tangan pemerintah, pola perilaku masyarakat lereng gunung merapi ini sangat mandiri untuk membentuk desa kambali seperti semula.

(16)

diatas adalah potensi disintegrasi yang bisa melumpuhkan sendi-sendi ekonomi dan sosial masyarakat di Lereng gunung merapi. Jika tidak ada keberlanjutan atau tindakan pemerintah secara aktif dan berkesinambungan untuk membantu membangkitkan keadaan di beberapa desa dengan sempurna.

E. KeberlanjutanPerilaku

Dampak Erupsi Gunung Merapi sangat terasa oleh masyakat Yogyakarta. Dalam bencana Erupsi Merapi ini diketahui terdapat 14 desa habis terlahap letusan gunung merapi. Yaitu desa Kalibening, Kaliurang, Kapuhan, Keningar, Lencoh, Ngargomulyo, Paten, Samiran, Sengi, Sewukan, Sumber, Seruteleng dan Tlogolele. Selain itu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter) berterbangan bebas di udara. Partikel debu tersebut selain membahayakan kesehatan, juga membahayakan lalu lintas penerbangan. Sejumlah penerbangan keluar dan ke dalam negeri dibatalkan karena adanya abu vulkanik ini. Terbang melewati awan abu tersebut mengancam keselamatan karena partikel abu dapat menyebabkan kerusakan mesin. Misalnya pada tanggal 28 Oktober 2010, pesawat udara Thomas Cook Skandinavia terbang melewati awan Merapi dari Indonesia ke Arab Saudi, dan terpaksa diberhentikan di Batam untuk dilakukan chek up. Hasilnya ditemukan bahwa mesin mengalami kerusakan dan harus diganti. Hal ini juga semakin diperparah dengan jauhnya jangkauan debu dan abu tersebut. Karena kabarnya abu vulkanik mencapai telah Bogor.

Disamping itu, Erupsi Merapi juga melahirkan aliran Lahar dingin yang bersifat asam sehingga berdampak terhadap kerusakan lingkungan terutama Candi Borobudur. Aliran Lahar dingin ini dapat menyebabkan pengikisan terhadap Candi. Namun, selain berdampak negatif, aliran lahar dingin ini juga membawa dampak positif berupa material vulkanik yang sangat baik untuk kesuburan tanah.

(17)

jumlah pengungsi yang berasal dari D.I.Y dan Jawa Tengah diperkirakan sekitar 384.136 orang yang menyebar 635 titik pengungsian. Selain itu, para korban yang dirawat ada sekitar 486 pasien yang dirawat di beberapa RS di Klaten, Magelang, Boyolali, Sleman, dan Kota Magelang ( data per tanggal 12 November 2010). Di samping menyebabkan korban jiwa, erupsi merapi juga menyebabakan sejumlah warga kehilangan ternak, rumah, pekerjaan sehari – hari serta harta benda.

Kerugian material yang diderita akibat erupsi merapi diperkirakan mencapai 5 triliun rupiah. Kegiatan di semua sektor macet total. Dari sektor perikanan, pariwisata, pertanian, UMKM, perhotelan dan ekonomi tidak berjalan sebagaimana mestinya.Dari sektor perikanan sendiri kerugian yang diderita mencapai 11 miliar rupiah. Dari sektor pertanian mengalami kerugian sekitar Rp 247 miliar, terutama pada salak pondoh yang rugi Rp 200 miliar.Sedangkan pada sektor UMKM, terdapat sekitar 900 UMKM di Sleman, dari 2.500 UMKM, untuk sementara berhenti total. Kebanyakan usahannya adalah peternakan, holtikultura, dan kerajinan.

Dampak Erupsi Merapi melahirkan trauma dan gangguan psikologis bagi masyarakat. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kehilangan harta dan ternak serta lahan pertanian mereka yang merupakan wariasan turun temurun. Pembangunan kembali kawasan yang terkena dampak juga tidak dapat dilakukan dengan instan, sehingga semakin memperparah kondisi psikologis masyarakat.

(18)

a. Stres

Masyarakat atau warga yang mengalami akibat dari erupsi Merapi, mengalami stress diantaranya: gelisah, tegang, cemas, mengalamin kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal, dan diare.Stres juga dapat merubah perilaku seseorang, misalnya masyarakat menjadi lebih mudah marah, lebih suka menyendiri, nafsu makan berkurang, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat, frustrasi, atau merasa tidak percaya diri.

b. Depresi

Depresi adalah suatu gangguan mental yang paling sering terjadi pada para korban bencana alam dahsyat, seperti erupsi Merapi ini yang lebih hebat dari tahun 1930. Setelah mengalami depresi, selanjutnya korban akan mengalami pasca trauma. Depresi berupa perasaan sedih yang berat berkepanjangan, putus asa, merasa tidak tertolong lagi.Biasanya karena kehilangan sesuatu yang dicintai, kehilangan anggota keluarga, rumah, sawah ladang, ternak dan harta benda lainnya.Kehilangan kebersamaan hidup sekeluarga dengan tetangga, dan kehilangan kecantikan atau kegagahan karena luka bakar.

c. Trauma

Trauma adalah perasaan menghadapi sebuah kejadian atau serangkaian kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun psikologis seseorang, yang membuatnya tidak lagi merasa aman, menjadikannya merasa tidak berdaya dan peka dalam menghadapi bahaya.30 Pengalaman traumatis bisa menyebabkan berbagai dampak ringan, seperti korban menjadi peragu dalam berbuat sesuatu. Keragu-raguan ini disebabkan rasa takut mengalami peristiwa yang sama, dan pada tahap awal bisa dikatakan wajar jika rasa takutnya tidak digeneralisir. Pada kenyataannya ketakutan karena trauma sering menjalar ke berbagai hal. Sebagai contoh seseorang yang pernah mengalami musibah banjir akan merasakan takut jika melihat sungai, hal tersebut mengakibatkan dirinya takut ketika melewati jembatan. Begitu pula yang dialami oleh korban bencana gunung meletus, dirinya akan merasa takut dengan segala suara gemuruh.

(19)

Gangguan stres pasca trauma adalah merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul sesudah orang itu mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan maupun suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Gangguan stress pascatrauma dapat didefinisikan sebagai keadaan yang melemahkan fisik dan mental secara ekstrim yang timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau mengalami suatu kejadian trauma yang hebat dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya. Keadaan ini ditandai dengan suasana perasaan murung, sedih, kurangnya semangat dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun kegiatan yang menimbulkan kesenangan, dan bila sudah berat dapat menimbulkan gangguan dalam fungsi peran dan kehidupan sosial.

F. Penutup

1. Kesimpulan

Dilihat dari kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, Kesehatan dan Psikologis maka dapat disimpulkan bahwa :

1) Kenyataannya masyarakat di kawasan lereng Merapi telah mengetahui dampak yang akan mereka terima dengan bermukim di kawasan sekitar Gunung Merapi. Akan tetapi hal itu tidak menghindarkan masyarakatkan untuk tetap mempertahankan tempat tinggalnya itu. Bukan hanya berharap terhadap kesuburan tanahnya saja. Namun alasan sosial seperti tanah yang merupakan warisan turun temurun pun merupakan alasan tersendiri masyarakat untuk dapat mempertahankan diri meskipun adanya ancaman bencana.

2) Erupsi Merapi melahirkan berbagai dampak negatif bagi masyarakat dalam hal lingkungan, sosial, ekonomi, kesehatan dan psikologis. Namun, disamping itu erupsi merapi juga membawa dampak positif terutama terhadap kesuburan tanah.

2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :

(20)

2) Untuk merelokasi masyarakat di kawasan lereng Gunung Merapi diharapkan adanya sosialisasi yang baik dan menarik perhatian masyarakat sehingga bersedia untuk dapat mengikuti program relokasi. 3) Masyarakat juga harus selalu diingatkan akan potensi bencana

meskipun pada kenyataannya mereka telah mengetahui dampak negatif dari bermukim di kawasan lereng merapi tersebut.

(21)

Daftar Pustaka

Anonimus.2006.Disintegrasi dan Integrasi Masyarakat.(online).

http://akarsejarah.wordpress.com/2010/09/30/disintegrasi-integrasi-dan-tipologi-masyarakat/

Diakses kamis, 11 februari 2016. Pukul 14.22 wib.

Anwar, Yesmil & Adang. 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Grasindo Persada. ---, 2013. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung: Refika Aditama. Indrawijaya, A. Ibrahim. 2010. Teori Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika

Aditama.

Nugroho, Aristiono;, dan Sutaryono. 2015. Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah. Yogyakarta: STPN Press.

Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ritzer, George. 2014. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terjemahan Alimandan. Jakarta: Rajawali Pers.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mengikuti perkuliahan: (1) prestasi belajar mahasiswa meningkat dan hampir 100% mahasiswa men- capai skor 70; (2) kualitas

T´oth, A generalization of Pillai’s arithmetical function involving regular convolutions, Proceedings of the 13th Czech and Slovak International Conference on Number Theory

Membawa dokumen asli atau fotocopy yang dilegalisir untuk semua berkas sesuai dengan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi Saudara. Menyerahkan berkas-berkas asli penawaran dan

Berdasarkan uraian di atas jika dikaitkan dengan kasus Kebun Sayur Ciracas dapat disimpulkan, walaupun berdasarkan Pasal 21 ayat (2) UUPA oleh pemerintah ditetapkan badan-badan

Nombor Kes Plaintif / Pemohon Defendan Kand Pendengaran Jenis Pendengaran Waktu Keputusan Giliran No... Nombor Kes Plaintif / Pemohon Defendan Kand Pendengaran Jenis

d. Kegiatan-kegiatan layanan dilaksanakan oleh personel yang sesuai dengan kualifikasinya. 7.2.1 Penentuan persyaratan terkait layanan pendidikan, penelitian dan pengabdian

Bagian Akuntansi Divisi memproses data-data operasional pendapatan dari transaksi jemaah dan pengeluaran operasional beban kantor dan jemaah, data tersebut di ambil

USULAN TUNJANGAN KUALIFIKASI