• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kepala Sekolah Dalam Pengembanga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peranan Kepala Sekolah Dalam Pengembanga"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA MUTU DI SEKOLAH DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN

PENYELENGGARAAN SEKOLAH YANG BAIK

Disusun Oleh:

Redmon Windu Gumati, S.Ag., M.Ag.

NTP.KOP II.001.12.2011

JABATAN AKADEMIK: Asisten Ahli

PANGKAT/GOL.RUANG: Penata Muda Tk.I/ III B

NRD: 132127012550

STIT AT-TAQWA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

CIPARAY KABUPATEN BANDUNG

(2)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini telah menjadi perhatian dari berbagai kalangan, tidak hanya pada kalangan pendidik, tetapi juga masyarakat. Mereka menginginkan munculnya adanya perubahan dalam hal usaha meningkatkan kualitas pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kita belum sebagaimana diharafkan. Tuntutan terhadap kualitas pendidikan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya (1) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (2) persaingan global yang semakin ketat, (3) kesadaran masyarakat (orang tua siswa) akan pendidikan yang berkualitas semakin tinggi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada akhir-akhir ini telah membawa dampak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga permasalahan dapat di pecahkan dengan mengupayakan penguasaan serta meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, seseorang kurang bisa mengantisipasi perubahan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan hidup yang selalu bekembang dengan pesat.

(3)

keterampilan atau skill tertentu, individu yang ulet, disiplin,beretos kerja tinggi, pandai menangkap peluang, dan memiliki semangat untuk maju.

Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh oftimis, berani tampil, kooperatif, dan kecakapan personal serta akademik. Sekolah – sekolah yang memiliki keunggulan atau keberhasilan pendidikan tertentu biasanya bisa dilihat dari beberapa variabel yang mempengaruhinya seperti perolehan nilai dan kondisi pisik, akan tetapi kurang memperhatikan hal lain yang tidak tampak yang justru lebih berpengaruh terhadap kinerja individu dan organisasi itu sendiri yang mencakup nilai-nilai (values), keyakinan (beliefs), budaya, dan norma perilaku yang disebut sebagai

“the human side of organization” (sisi aspek manusia dan organisasi).

Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang terkait termasuk pengawas dan pengelola/pembina pendidikan perlu dibekali pemahaman konsep yang benar tentang budaya organisasi, budaya mutu sekolah dan, pengembangannya, serta konsep sekolah yang baik atau unggul. Dengan memiliki pemahaman konsep yang baik para kepala sekolah, dan guru selaku pelaksana penyelenggara yang didukung oleh warga sekolah, stake holder sekolah atau yang terkait lainnya akan dapat mengembangkan budaya mutu sekolah dalam rangka pengembangan sekolah yang unggul, termasuk pengawas dan pengelola/ Pembina pendidikan akan dapat membinanya dengan efektif dan efesien.

(4)

sekolah dalam rangka mengembangkan penyelenggaraan sekolah yang baik. Untuk itu perlu disusun panduan atau pedoman pengembangan mutu sekolah.

1.1.2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah yang dijumpai sebagai berikut:

1) Faktor-faktor penyebab berkurangnya: (1) Disiplin guru

(2) Profesionalisme guru (3) Kompetensi guru (4) Motivasi kerja guru

2) Upaya yang perlu dilskukan kepala sekolah dan pengawas dalam membantu meningkatkan kualitas kinerja guru.

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan

Setiap tujuan yang akan kita capai dalam kegiatan merupakan dasar (pedoman) dalam menentukan langkah selanjutnya. Tujuan umum yang ingin penulis capai melalui penulisan makalah ini adalah:

1) Dapat memahami dan menguasai tentang: (1) Pengertian disiplin sekolah:

(2) Pengertian kompetensi Guru; (3) Pengertian Profesionalisme guru: (4) Pengertian motivasi kerja.

2) Dapat memproyeksikan pengertian tersebut di atas kedalam kebiasaan berpikir, bersikap dan berperilaku.

(5)

Metode yang digunakan dalam penyusunan Makalah ini adalah metode Deskristif Analisis, dimana permasalahan yang dijumpai diuraikan, dibahas dan dianalisis untuk akhirnya disimpulkan.

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan dengan tata urut sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II BATASAN MASALAH DAN TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan deskrifsi masalah yang dijumpai dan tinjauan pustaka berupa dasar-dasar teori yang digunakan dalam pembahasan profesionalilitas guru, disiplin guru, kompetensi guru, dan motivasi kerja di lingkungan gugus.

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

(6)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan sebagai hasil pembahasan dan saran-saran yang penulis ajukan untuk mengantisipasi masalah.

BAB II

BATASAN MASALAH TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Masalah

(7)

Salah satu faktor penunjang terlaksananya keberhasilan kegiatan belajar mengajar adalah Guru, karena guru berada dibarisan paling depan dengan kata lain langsung menghadapi anak didik.

Guru yang disiplin, professional, kompeten, serta memiliki motivasi kerja yang tinggi merupakan paktor pendukung dalam suksesnya kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut.

Atas dasar pernyataan di atas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi ruang lingkup penulisan makalah ini agar tidak terjadi kesimpangsiuran , sehingga dapat menimbulkan kesalah pahaman bagi pembaca. Disamping itu, pembatasan masalah merupakan dasar untuk menentukan langkah-langkah, metode, maupun teknik penelitian. Adapun batasan masalah dalam makalah ini adalah disiplin guru, profesionalisme guru, kompetensi guru, dan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru.

2.2. Tinjauan Pustaka 2.2.1. Disiplin Sekolah

Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan peraturan yang ada dengan senang hati.

(8)

Berdasarkan uraian di atas disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, dimana guru, staf sekolah, dan peserta didik yang tergabung dalam sekolah, tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.

Dari pengertian di atas nampak bahwa disiplin sekolah bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi, serta mencegah timbulnya problem-problem disiplin. Dan berusaha menciptakan situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Dengan demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta didik, agar mereka mampu berdiri sendiri.

2.2.2. Kompetensi dan Profesionalisme Guru 2.2.2.1. Pengertian Kompetensi

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan ke dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Aspek-aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi diantaranya adalah :

1) Pengetahuan (Knowledge) 2) Pemahaman (Understanding) 3) Kemampuan (Skill)

(9)

2.2.2.2. Pengertian Profesionalisme

Istilah profesionalisme guru bukan merupakan istilah asing dalam dunia pendidikan. Secara sederhana, professional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.

2.2.2.3. Karakteristik Profesionalisme Guru

Bila ditinjau secara lebih detail, ada beberapa karakteristik profesinalisme guru. Rebore ( 1991 ) mengemukakan bahwa karakteristik profesionalisme guru bisa ditinjau dari 6 komponen, yaitu:

(1) Pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas,

(2) Kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru orang tua siswa, dan masyarakat,

(3) Kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus-menerus,

(4) Mengutamakan pelayanan dalam tugas,

(5) Mengarahkan, menekan, dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) Melaksanakan kode etik jabatan.

Disisi lain Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari 2 sisi, yaitu:

(10)

Guru yang professional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi yaitu, mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam tugas.

(2) Memiliki komiutmen yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Komitmen adalah kemauan yang kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab

Lebih lanjut Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru dapat dicapai, bahwa guru itu ahli (ekspert) dalam melaksanakan tugas, dan selalu mengembangkan diri (growth). Lebih lanjut, Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan didalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (resfonsibility), serta kemandirian (autonomy).

Aspek-aspek yang dapat mengembangkan profesional guru berdasarkan para ahli antara lain;

1) Raudenbush (1993) menunjukkan bahwa internal supervision termasuk kegiatan pengembangan guru, memiliki dampak terhadap pengajaran guru. 2) Bisset dan Nichol (1998) kegiatan supervisi yang menekankan action

research bisa meningkatkan professional guru.

3) Hom (1992) Pengalaman guru berpengaruh terhadap pertumbuhan personal dan jabatan guru.

(11)

5) White (1992) Kesempatan guru untuk terlibat dalam pengambilan keputusan sekolah berpengaruh terhadap pertumbuhan jabatan guru.

6) Berends (2000) Karakteristik Program Sekolah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan profesionalisme guru.

2.2.3. Semangat Kerja Guru

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik, dapat mebuat anggota menjadi percaya, loyal dan, termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara oftimal. Untuk itu keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi anggota. Salah satu faktor yang menunjukkan performansi anggota adalah semangat kerjanya.

Semangat kerja berasal berasal dari kata morale. Semangat kerja bisa juga diartikan kegairahan kerja. Semangat kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas. Bila seseorang memiliki semangat kerja yang tinggi akan melaksanakan tugas secara oftimal. Sebaliknya, bila seseorang kurang memiliki semangat kerja yang baik , tidak akan bisa melaksanakan tugas secara oftimal.

(12)

merupakan suatu daya juang kelompok secara teguh dan konsisten untuk mencapai tujuan”. Hornby menegaskan bahwa : “ Semangat kerja adalah kondisi mental yang penuh kemauan, kesungguhan,kedisiplinan, dan keteguhan dalam menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan “.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat digaris bawahi bahwa semangat kerja adalah kondisi mental yang penuh kesungguhan, kedisiplinan, daya juang, dan keteguhan untuk melaksanakan tugas/pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan secara oftimal. Semangat kerja guru berarti kondisi mental guru berupa reaksi emosional yang penuh kesungguhan, kedisiplinan, daya juang, dan keteguhan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru untuk mencapai tujuan pendidikan secara oftimal.

2.2.3.1. Komponen Semangat Kerja.

Ditinjau dari komponennya, semangat kerja memiliki 3 faktor yang terkandung dalam pengertian semangat kerja, yaitu :

1) Identifikasi (identification) menunjukan kepada komunalitas tujuan. Seorang guru yang memiliki semangat kerja tinggi merasa kebutuhan individunya sesuai dengan tujuan organisasi.

2) Rasa memiliki (belongingness) artinya ada kesesuaian antara kebutuhan dirinya dengan kebutuhan pimpinan.

3) Rasionalitas (rationality) artinya terdapat kesesuaian antara kebutuhan pimpinan dengan kebutuhan organisasi.

(13)

melaksanakan tugas bila memiliki semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya, seorang personel tidak akan melaksanakan tugas secara baik, bila semangat kerjanya rendah.

Demikian pula untuk jabatan guru. Seorang guru akan berusaha secara oftimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya, apabila memiliki semangat kerja yang tinggi. Sebaliknya, seorang personal tidak akan melaksanakan tugas secara baik, bila semangat kerjanya rendah.

2.2.3.2. Tugas Guru

Ditinjau dari tugasnya, ada beberapa tugas guru sekolah dasar, sebagaimana pendapat para ahli di bawah ini :

1) Daughtrey dan lewis (1979) mengemukakan tugas guru sekolah dasar menjadi dua, yaitu; tugas di sekolah dan tugas di masyarakat. Tugas di sekolah dibedakan menjadi dua, yaitu tugas dibidang administrasi sekolah (general duties) dan tugas di bidang pengajaran (special duties).

2) Sahertian (1990) mengemukakan empat tugas utama guru, yaitu tugas yaitu tugas bidang pengfajaran, tugas kemasyarakatan tugas pertumbuhan karir, dan tugas administratif

3) Usman, (1992), pendapat yang lebih umum, membagi tugas utama guru sekolah dasar menjadi 3 bagian yaitu, tugas profesional, tugas personal, dan tugas sosial.

(14)

media pengajaran, mengelola kelas, mengadakan evaluasi, dan melakukan bimbingan. Bahkan menguasai landasan kependidikan dan mengadakan penelitian untuk pengembangan pendidikan.

Tugas personal adalah tugas yang berkaitan dengan pengembangan pribadi guru. Tugas ini mengacu pada usaha untuk menjalankan kepada perilaku diri yang baik. Usaha untuk mewujudkan dirinya, merealisasi potensi yang dimiliki, dan untuk menjadi teladan serta menempatkan diri dalam kehidupan masyarakat termasuk dalam tugas personal.

Tugas sosial adalah tugas yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, guru sekolah dasar memilikii tugas untuk membantu dan mengembangkan kehidupan masyarakat. Disatu sisi guru diharapkan bisa menerima harapan masyarakat, disisi lain, guru diharapkan bisa menjadi pembaharu dalam kehidupan di masyarakat.

(15)

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1. Membangun Tegaknya Keseimbangan Moral Pribadi

Manusia diberi petunjuk bagaimana menegakkan posisi keseimbangan itu, yaitu dengan menegakkan keadilan, keadilan politik, ekonomi dan keadilan sosial. Betapa banyaknya ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang memerintahkan keadilan.

Tetapi keadilan itu tidak akan tegak, jika tidak menggunakan konsepsi yang hak, hanya konsepsi yang hak dari Allah yang dapat memproduk keadilan, sebaliknya keadilan yang ditegakan dengan konsepsi yan batil, pasti hasilnya akan terbalik, yang muncul hanyalah kedzaliman.

Keadilan kata penting, tetapi yang lebih penting jika keadilan itu dimiliki para penguasa, karena akan lebih efektif menegakkannya. Sebagaimana sifat

kedermawanan dimiliki orang kaya, sifat cermat akan lebih efektif jika dimiliki oleh para ulama dan ilmuwan, sabar akan lebih utama apabila dimiliki orang

miskin, sementara itu sifat malu akan lebih indah apabila dimiliki kaum wanita.

(16)

Tegaknya keadilan dalam suatu struktur masyarakat harus dimulai dengan tegaknya keseimbangan individual, berupa moralitas pribadi yang Islami.

Bagaimana menegakkan keseimbangan moral individu/pribadi? Yaitu dengan membangun tegaknya moral individu. Tegaknya moral individu dapat digambarkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.1

Membangun Tegaknya Moral Individu

Manusia memiliki unsur jasmani, intelektual, dan spiritual. Masing-masing harus disuplai dengan makanan. Makanan jasmani adalah makanan dan minuman yang bergizi dan baik serta halal. Makanan akal adalah intelektual, yaitu ilmu. Makanan Spiritual adalah dzikrullah, selalu ingat kepada Allah. Kelaparan jasmani mengalami kematian atau kelaparan fisik. Kelaparan intelektual akan mengalami kebingungan dan kebodohan, penuh dengan dilema tidak mau dan tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, atau membawa kebangkrutan

Membangun Tegaknya Moral Individu

Jasmani

Rohani

Suplai makanan secara seimbang

Makan dan Minum

Akal

Nafsu

Ilmu

(17)

sosial yang meluas. Kelaparan spiritual mengakibatkan kematian moralitas. Ketika moralitas kemanusiaannya mati, maka berubahlah moralitas itu menjadi moralitas kebinatangan. Pendek kata kelaparan spiritual, menjadikan prilaku manusia berubah menjadi prilaku binatang, seperti digambarkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2

Akibat kekurangan makanan pada unsur diri manusia

Kelakuan ini muncul dalam berbagai wataknya. Tikus yang hanya menggerogoti, terkadang muncul dalam bentuk kancil, pintar tapi licik. Terkadang ia muncul dalam bentuk bebek yang tidak mempunyai pendirian dan sangat bergantung pada penguasanya. Terkadang ia seperti kambing mengembik-embik, bersikap oposisi jika tidak mendapatkan rizki. Terkadang ia muncul dalam bentuk keledai yang memikul kitab tetapi ia tidak mau mengamalkannya.

(18)

Pada binatang karakter itu tidak berubah-ubah. Dari kecil kambing, sudah besarnyapun tetap kambing. Tetapi beda dengan manusia karakter itu berubah-ubah dari waktu ke waktu, bahkan pada saat tertentu,bersatulah seluruh karakter kebinatangannya itu dalam diri manusia sebagaimana isyarat Allah SWT :

“…mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi, mereka

itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-Araf 7 : 179).

Mereka lalai mengisi makanan spiritualnya . Mereka lalai dan melalaikan ingat Allah. Mereka melalaikan syariat Allah, adakah jalan keluar agar manusia tidak hancur fitrahnya dan tidak berubah jadi binatang, dan masyarakat ini tidak menjadi “kebun binatang” ?

Sekali lagi Allah Maha Mengetahui apa yang menjadi keperluan manusia. Dialah yang paling mengetahui fitrah makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya :

“Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah di bumi dan

menyempurnakan untukmu nikmat lahir dan batin” ( QS. 31 : 20 )

(19)

Manusia yang menjadikan Al-Islam sebagai pedoman hidup menyeluruh dengan segenap kepatuhan dan ketundukan, maka secara otomatis terpenuhi kebutuhan fitrahnya dan tawadzunya. Manusia harus hidup dalam kontrol dan berorientasi kepada Allah SWT. Islam mengusung manusia untuk mencari ilmu, sains, maupun syariah setinggi-tingginya, Islam sekaligus menyeru umatnya untuk mencari rizki yang halal.

Barang siapa yang menjadikan Islam sebagai pedoman hidup yang menyeluruh, maka sempurnalah fitrahnya. Barang siapa menyeleweng dari Islam, maka hancurlah fitrahnya, semakin intensif orang menegakkan Islam, semakin tumbuhlah fitrahnya, semakin menyeleweng dari Islam, semakin hancurlah fitrahnya.

Dengan kata lain kehancuran Fitrah seseorang atau suatu masyarakat berbanding lurus dengan penyelewengan seseorang atau masyarakat itu dari Islam. Ini adalah hakikat Islam sebagai agama fitrah.

Karena itu kewajiban manusia untuk senantiasa mengarahkan wajah dan wijahnya, arah dan orientasinya dengan dienul Islam dengan segala kepatuhan dan konsekuensi logisnya,demi kepentingan kesejahteraan manusia itu sendiri di dunia dan akhirat.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dienul Islam, Allah

yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya itu tidak ada perubahan

pada fitrah itu”. ( QS, 30 : 30 ).

(20)

yang mencakup seluruh aspek, setiap pemisahan aspek-aspek dalam kehidupan ini diantara aspek-aspek politik dan agama, antara niat dan perbuatan, antara ibadah dan ekonomi, dan segala bentuk pemisahan skularistik, pasti akan menghancurkan kehidupan bangunan kehidupan itu sendiri dan pasti pulalah akan menghancurkan fitrah.

3.2. Membangun Disiplin Sekolah

Disiplin merupakan suatu hal yang mudah diucapkan, tapi sukar sukar dilaksanakan. Secara tradisional, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap pengendalian dari luar (obedience to external control). Interpretasi baru menganggapnya sebagai pengendalian dari dalam sebagaimana ketaatan terhadap pembatasan dari luar.

3.2.1. Pentingnya Disiplin Sekolah

(21)

Penyimpangan perilaku disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar belakang keluarga, dan masyarakat, kondisi-kondisi khusus, iklim pembelajaran yang kurang kondusif, atau sikap guru yang kasar (otoriter).

Dalam hal ini guru bertanggung jawab mengarahkan apa yang baik, dan berbuat apa yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin diri (self discipline). Hal ini tergambar dalam gambar berikut ini :

Gambar 3.3

Cara menciptakan suasana belajar dalam kelas

Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pola prilaku untuk dirinya; 2) Membantu peserta didik untuk meningkatkan standar perilakunya;

3) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin.

(22)

3.2.2. Upaya Menanamkan Disiplin Sekolah

Untuk menanamkan disiplin sekolah perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis. Sehubungan dengan itu, maka dalam menentukan peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut wuri handayani. Dalam hal ini Soelaeman (1985 : 77) mengemukakan bahwa guru berpungsi sebagai pengemban ketertiban yang patut digugu dan ditiru,…tapi tidak diharapkan sikap yang otoriter

Reisman and Payne (1987 : 239-241) mengemukakan strategi umum merancang disiplin sekolah sebagai berikut :.

1) Konsep diri (self-concept) strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empati, menerima, hangat dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan pikirannya dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

2) Keterampilan berkomunikasi (Communication Skill) : guru harus memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

(23)

mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong perilaku perilaku salah. Untuk itu guru disarankan : a) menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, dan b) memamfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

4) Klarifikasi nilai (values clarification) : strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainnya sendiir.

5) Analisis transaksional (transactional analisys): Disarankan agar guru belajar sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.

6) Terapi realitas (reality therafy) : Sekolah harus mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersifat positif dan bertanggung jawab. 7) Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline) : metode ini menekankan

pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. Prinsip-prinsip modifikasi perilaku yang sistematis diimplementasikan di kelas, termasuk pemanfaatan papan tulis untuk menuliskan nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

8) Modifikasi perilaku (behavior modification) : perilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai tindakan remedisi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif.

(24)

Untuk menerapkan berbagai strategi tersebut guru harus

3) Mempertimbangkan lingkungan kerja dan lingkungan peserta didik ;

4) Memberikan tugas yang jelas, dapat di pahami, sederhana, dan tidak bertele-tele.

5) Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.

6) Berdiri didekat pintu pada waktu mulai pergantian pelajaran agar peserta didik tetap berada dalam posisinya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan. 7) Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan

teladan oleh peserta didik.

8) Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik.

9) Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

10) Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.

3.3. Membangun Kompetensi dan Profesionalisme Guru 3.3.1. Kompetensi Guru

(25)

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya; seorang guru mengetahui cara mengidentifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya; seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3) Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar

4) Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain).

5) Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang, tidak senang) atau reaksi emosional terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gajih, dan lain-lain.

6) Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu

(26)

guru dalam melaksanakan tugas yang baiklah keberhasilan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan baik pula. Guru merupakan komponen sentral yang menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Karena itu pengembangan guru merasa perlu dilakukan melalui berbagai kegiatan pengembangan profesional guru.

Ditinjau dari teknik yang digunakan, kegiatan pengembangan professional guru, secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Pengembangan intensif (intensive development) adalah bentuk yang dilakukan pimpinan terhadap guru yang dilakukan secara intensif berdasarkan kebutuhan guru. Model ini biasanya dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut atau refleksi (Plan, do, cek, and action). Teknik pengembangan yang biasa digunakan antara lain melalui pelatihan,penataran, kursus, loka karya, dan sejenisnya.

2) Pengembangan kooperatif (Cooverative development) adalah bentuk pengembangan guru yang dilakukan melalui kerja sama dengan teman sejawat dalam suatu tim yang bekerja sama secara sistematis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian masukan, saran, nasehat atau bantuan teman sejawat. Teknik yang digunakan dapat melalui pertemuan kelompok kerja guru (KKG). Teknik ini disebut juga dengan istilah feer supervision atau collaborative supervision.

(27)

memberikan otonomi secara luas kepada guru. Guru berusaha untuk merencanakan kegiatan. Melaksanakan kegiatan, menganalisis balikan untuk pengembangan diri sendiri. Teknik yang digunakan biasa melalui evaluasi diri (self evaluation) atau penelitian tindakan (action research)

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang ada, dapat digaris bawahi bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah berpengaruh terhadap peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan tugas. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik, akan memberikan kesempatan kepada anggotanya, terutama gurunya untuk selalu meningkatkan diri. Demikian pula Kepala Sekolah yang baik, akan selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan anggotanya, terutama para gurunya, baik berupa pengembangan dari atas, pengembangan teman sejawat, atau pengembangan diri sendiri. Dengan meningkatnya kemampuan anggota, khususnya guru, akan meningkatkan kinerja anggota. Dengan meningkatnya kinerja anggota, pada akhirnya akan bisa meningkatkan ketercapaian tujuan organisasi Sekolah.

3.3.2. Profesionalisme Guru

Berdasarkan berbagai kajian teori dapat digaris bawahi bahwa secara umum ada empat karakteristik profesionalisme guru yaitu :

(1) Ahli dalam melaksanakan tugas (ekspert), (2) Memiliki rasa tanggung jawab (resfonsibility), (3) Memiliki kemandirian (autonomy), dan

(28)

Gambar 3.4 Profesionalisme guru

Dari gambar di atas dapat diterangkan bahwa profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas tercermin pada keahlian, tanggung jawab, kemandirian dan kemauan guru untuk terus mengembangkan diri secara terus menerus dalam melaksanakan tugas-tugas jabatan guru.

Bila ditelaah dari unsur-unsurnya, pada dasarnya ada dua aspek yang menentukan tingkat professional guru dalam melaksanakan tugas, yaitu aspek

kemampuan dan kemauan. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan dan kemauan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas jabatan.

(29)
(30)

Gambar 3.5

Proses Tumbuhnya Motivasi Intrinsik

Sehubungan dengan motivasi, maslow menyusun suatu teori tentang kebutuhan dasar manusia, dan dikelompokan menjadi 5 tingkatan yaitu :

1) Kebutuhan fisiologis (psysiological needs). Kebutuhan ini paling rendah tingkatannya, dan memerlukan pemenuhan yang mendesak, .misalnya: kebutruhan akan makan, minuman air, dan udara.

2) Kebutuhan rasa aman (safety needs) Kebutuhan tingkat kedua inii adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh keamanan, kepastian,dan keteraturan dari lingkungannya. Misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal dan perlindungan atas tindakan yang sewenang – wenang.

3) Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs), Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang berlainan jenis.di lingkungan keluarga atau pun di lingkungan masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima dan dibutuhkan oleh orang lain.

(31)

kekuatan pribadi dan mendapat penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.

5) Kebutuhan akan atualisasi diri (need for self actualization). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan akan muncul apabila kebutuhan yang ada di bawahnya sudah terpenuhi, misalnya : Kebutuhan ilmuwan untuk menemukan suatu teori yang berguna bagi kehidupan.

Kebutuhan dasar setiap manusia penulis gambarkan dalam gambar di bawah ini.

6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)

15)

Gambar 3.6

Kebutuhan Phikhis manusia

(32)

mendapat respon dari kelompoknya (kebutuhan untuk dihargai tidak terpenuhi). Penurunan ini tidak terjadi dalam satu tingkat saja, tetapi dapat terjadi dalam beberapa tingkat sekaligus. Contohnya : Seorang Siswa yang giat belajar, berprestasi dan tinggi motivasinya, tiba-tiba semangat nya jatuh, karena putus cinta. (kebutuhan untuk dicintai tidak terpenuhi).

Hubungannya dengan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), teori Maslow ini dapat digunakan sebagai pegangan,kepala sekolah, dan guru untuk melihat dan mengerti, mengapa?

1) Siswa yang lapar, sakit, atau kondisi pisiknya kurang baik,tentunya tidak akan memiliki motivasi belajar dengan baik:

2) Siswa lebih gairah belajardalam suasana yang menyenangkan;

3) Siswa yang merasa disenangi, diterima oleh teman kelompoknya akan memilki gairah belajar yang lebih dibanding dengan peserta didik yang dikucilkan.

4) Kenginan peserta didik untuk mengetahui, dan memahamii sesuatu tidak selalu sama.

Seorang guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana? anak belajar dan menyesuaikan dirinya dalam kondisi belajar dalam lingkungannya.

(33)

Sehubungan dengan uraian di atas, aspek-aspek peserta didik yang perlu

3.4.2. Hal-hal yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas. Hasil penelitian Hersey menunjukkan bahwa ada Sembilan faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya yaitu;

1) Kesiapan kerja

3.4.3. Hal-hal yang Mempengaruhi Menurunnya Semangat Kerja

Disisi lain , hasil penelitian Sylvia dan Hutcison bahwa ada7 faktor yang mempengaruhi turunnya semangat kerja , yaitu :

1) Dukungan teman sejawat. 2) Hubungan dengan pimpinan. 3) Gaji.

(34)

5) Kurang kesempatan berkembang. 6) Iklim kerja.

7) Beban kerja yang berlebihan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab IV ini, penulis akan menyimpulkan seluruh hasil pembahasan pada makalah ini dan mencoba memberikan saran untuk perbaikan selanjutnya.

(35)

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa kualitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : kualitas kinerja guru dengan memperbaiki faktor-faktor tersebut di atas.

4.2. Saran

Berikut penulis kemukakan beberapa saran sehubungan dengan selesainya makalah ini. Untuk itu, mudah-mudahan saran penulis berguna bagi guru, kepala sekolah dan umumnya berguna bagi para pembaca yang kebetulan membaca makalah ini.

Adapun saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1) Membina moralitas individu guru dan kepala sekolah agar tercermin sikap moral yang baik sebagai pendidik/guru.

2) Meningkatkan disiplin guru dan kepala sekolah dengan jalan berkordinasi dengan pangawas sehingga terjalin kerjasama yang baik di lingkungan sekolah.

(36)

4) Meningkatkan semangat kerja guru dengan jalan memberikan motivasi, konpensasi dan penghargaan bagi setiap guru berprestasi agar timbul semangat kerja para guru tersebut yang pada akhirnya akan berujung pada peningkatan kualitas kerja yang menjadi tujuan organisasi sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Mukhsin. 1990. Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang : Yayasan Asah Asih Asuh.

(37)

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Budaya Mutu Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Manajemen Sekolah Dasar. Jakarta :

Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah. Buku 1. Jakarta : Departemen Pendidikan Nsional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta : BP. Dharma Bhakti.

Engkoswara, dkk. 1993. Pedoman Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Karang Sewu.

Herman, Tatang, Dr. M.Ed. 2007. Membangun Pengetahuan Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung : Widyaiswara LPMP Jabar.

(38)

Sepandji, Kosasih Taruna, Prof. DR. HRE. M.S. 2008. Fitrah Manusia Pembaharuan Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan

Bangsa Indonesia “SUNDA” Nusantara. Bandung : CV. Jayaningrat. Somantri, Tahyan, Drs. 2007. Pemilihan Metode Belajar yang Efektif. Bandung :

Widyaiswara LPMP Jabar.

Sudjana, Nana. 1987. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung : Sinar Baru. Sujana, Aan. S.Pd. 2007. Kelompok Kerja Guru (KKG). Bandung : Widyaiswara

LPMP Jabar.

Sutiana, Amas. S.Pd. 2008. Manajemen Pengembangan dan Implementasi KTSP. Bandung : Widyaiswara LPMP Jabar.

Gambar

Gambar 3.1Membangun Tegaknya Moral Individu
Gambar 3.2Akibat kekurangan makanan pada unsur diri manusia
Gambar 3.3Cara menciptakan suasana belajar dalam kelas
Gambar 3.4Profesionalisme guru
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini verifikasi tanda tangan berbasis perceptron telah berhasil dibuat dimana ada beberapa langkah yang telah dilakukan, yaitu proses pemotongan,

Menurut kebiasaan masyarakat bugis Bone pengantar mempelai laki-laki berusaha untuk menggerakkan memepelai laki-laki agar dapat menyentuh bagian tubuh mempelai

Hasil dari penelitian ini adalah WebGIS Industri Kreatif Berbasis Budaya Kota Surakarta yang menyajikan informasi mengenai lokasi dan atribut dari industri kreatif

Bagi pihak pesakit atau masyarakat Islam yang merujuk kepada pengubatan alternatif Islam dalam mendapatkan khidmat rawatan, amat wajar mempunyai thaqafah yang betul dan tepat

As far as the relationship between job satisfaction and socio-demographic characteristics; the results of a one-way ANOVA indicate that overall job satisfaction is slightly related

[r]

Hal ini dikarenakan remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang perilaku seks pranikah sehingga akan mempengerahui sikap remaja, apabila remaja menpunyai

Teori – teori tersebut mencakup hal – hal yang mendukung dan menjadi dasar rujukan dalam tugas akhir terkait mengenai kolesterol secara umum serta pengaruh